Hubungan Timbal Balik (9)

Umaro Dengan Rakyatnya

Alangkah indah sebuah daulah manakala para umaro sayang dan perhatian terhadap orang-orang yang dipimpinnya, sementara rakyat patuh dan setia kepada pemimpinnya.

Rakyat yang sabar dan tetap setia kepada pemimpin (yang terkadang melakukan kedzaliman) tanpa melakukan pemberontakan maka rosululloh shollallohu alaihi wasallam memberi kabar gembira :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ بَعْدِي أَثَرَةً وَأُمُورًا تُنْكِرُونَهَا قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَدُّوا إِلَيْهِمْ حَقَّهُمْ وَسَلُوا اللَّهَ حَقَّكُمْ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad dari Abdullah mengatakan; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada kami; Kalian akan menyaksikan sikap-sikap egois sepeninggalku, dan beberapa perkara yang kalian ingkari. Para sahabat bertanya; Lantas bagaimana anda menyuruh kami ya Rasulullah ! Nabi menjawab; Tunaikanlah hak mereka dan mintalah kepada Allah hakmu [HR Bukhori Muslim]

عَنْ أُسَيْدِ بْنِ حُضَيْرٍ أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ اسْتَعْمَلْتَ فُلَانًا وَلَمْ تَسْتَعْمِلْنِي قَالَ إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ بَعْدِي أَثَرَةً فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْنِي عَلَى الْحَوْضِ

Dari Usaid bin Hudhair, ada seseorang yang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berujar ; Wahai Rasulullah, engkau mempekerjakan si fulan namun engkau tidak mempekerjakan aku ? maka Nabi menjawab ; kalian sepeninggalku akan melihat sifat-sifat egoisme, maka bersabarlah hingga kalian menemuiku di telaga mahsyar [HR Bukhori Muslim]

Di sisi lain pemerintah yang bertanggung jawab dan menunaikan amanat yang diemban, akan beroleh pahala yang sangat besar :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ ابْنُ نُمَيْرٍ وَأَبُو بَكْرٍ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي حَدِيثِ زُهَيْرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا

Dari Abdullah bin 'Amru, -dan Ibnu Numair dan Abu Bakar mengatakan sesuatu yang sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan dalam haditsnya Zuhair- dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Orang-orang yang berlaku adil berada di sisi Allah di atas mimbar (panggung) yang terbuat dari cahaya, di sebelah kanan Ar Rahman 'azza wajalla -sedangkan kedua tangan Allah adalah kanan semua-, yaitu orang-orang yang berlaku adil dalam hukum, adil dalam keluarga dan adil dalam melaksanakan tugas yang di bebankan kepada mereka [HR Muslim]

عَنْ عَائِشَةَ سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي بَيْتِي هَذَا اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ

Dari Aisyah saya dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau berdo'a ketika berada di rumahku ini : Ya Allah, siapa yang menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan ummatku lalu dia mempersulit urusan mereka, maka persulitlah dia. Dan siapa yang menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan ummatku lalu dia berusaha menolong mereka, maka tolong pulalah dia [HR Muslim]

Yang lebih penting dari itu masing-masing dari kedua belah pihak harus mengetahui kewajiban yang harus dipenuhi. Di antara hal yang perlu diketahui dari sang pemimpin adalah :

1. Bertaqwa kepada Alloh
Ibnu Jauzi berkata : Harus diketahui oleh setiap pemimpin bahwa hiasan dan kewibawaannya adalah takut kepada Alloh dan sikap tawadlu.
2. Berhukum dengan hukum Alloh
3. Bersikap adil kepada rakyat yang dipimpinnya
4. Tegas dalam menjalankan hukum hudud
5. Memiliki jiwa amanah
6. Memiliki kewibawaan
7. Melibatkan ulama dan para hakim dalam memutuskan perkara
8. Tidak tergesa-gesa dalam memecahkan sebuah [roblematika
9. Memahami kondisi rakyat dan situasi politik
10. Bersikap lembut dan tidak boleh mudah memperlihatkan amarah

Contoh kasus bisa kita lihat yang terjadi pada masa Umar bin Khothob :

عَنْ ابْن عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَدِمَ عُيَيْنَةُ بْنُ حِصْنِ بْنِ حُذَيْفَةَ فَنَزَلَ عَلَى ابْنِ أَخِيهِ الْحُرِّ بْنِ قَيْسٍ وَكَانَ مِنْ النَّفَرِ الَّذِينَ يُدْنِيهِمْ عُمَرُ وَكَانَ الْقُرَّاءُ أَصْحَابَ مَجَالِسِ عُمَرَ وَمُشَاوَرَتِهِ كُهُولًا كَانُوا أَوْ شُبَّانًا فَقَالَ عُيَيْنَةُ لِابْنِ أَخِيهِ يَا ابْنَ أَخِي هَلْ لَكَ وَجْهٌ عِنْدَ هَذَا الْأَمِيرِ فَاسْتَأْذِنْ لِي عَلَيْهِ قَالَ سَأَسْتَأْذِنُ لَكَ عَلَيْهِ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ فَاسْتَأْذَنَ الْحُرُّ لِعُيَيْنَةَ فَأَذِنَ لَهُ عُمَرُ فَلَمَّا دَخَلَ عَلَيْهِ قَالَ هِيْ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ فَوَاللَّهِ مَا تُعْطِينَا الْجَزْلَ وَلَا تَحْكُمُ بَيْنَنَا بِالْعَدْلِ فَغَضِبَ عُمَرُ حَتَّى هَمَّ أَنْ يُوقِعَ بِهِ فَقَالَ لَهُ الْحُرُّ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ لِنَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُذْ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنْ الْجَاهِلِينَ وَإِنَّ هَذَا مِنْ الْجَاهِلِينَ وَاللَّهِ مَا جَاوَزَهَا عُمَرُ حِينَ تَلَاهَا عَلَيْهِ وَكَانَ وَقَّافًا عِنْدَ كِتَابِ اللَّهِ

Dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata ; Uyainah bin Hishan bin Hudzafah datang, lalu singgah dirumah anak saudaranya yaitu AL Hurr bin Qais. Ia adalah salah seorang yang dekat dengan Umar, salah seorang Qari di Majlis Umar dan dewan syuranya. Baik ketika ia masih muda maupun sudah tua. Uyainah berkata kepada anak saudaranya; Wahai anak saudaraku, apakah kamu ada masalah dengan Amirul Mukminin, izinkanlah aku menemuinya. AL Hurr berkata; Aku akan memintakan izin untukmu. Ibnu Abbas berkata; Maka Al Hurr meminta izin untuk Uyainah agar bisa menemui Umar, Umar pun mengizinkannya. Tatkala ia masuk, ia berkata; Wahai Ibnul Khatthab, Demi Allah, anda tidak memenuhi hak kami, dan tidak bersikap adil kepada kami. Maka Umar pun marah, hampir saja ia akan memukulnya. Lalu Al Hurr berkata kepadanya ; Wahai Amirul Mukminin, Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam : Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. Dan ini terhadap orang-orang yang bodoh. Ibnu Abbas berkata ; maka demi Allah, Umar pun tidak menyakitinya ketika ayat itu dibacakan kepadanya. Ia berhenti mendengar Kitabullah [HR Bukhori]

Syaikh Mushthofa Albugho berkata : urgensi sikap sabar, lemah lembut dan ketenangan dari para pemimpin di hadapan rakyatnya. Ia tidak boleh marah karena maslahat umat tidak akan terwujud bila disikapi dengan sikap amarah.

Maroji’ :
Al imaamatul Udzma, Syaikh Nashir Abdurrozaq al Ubaidan hal 47-49
Nuzhatul Muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho 1/67

Hubungan Timbal Balik (8)

Ulama Dengan Muridnya
Murid yang merasa bodoh pasti akan mencari ulama untuk memberikan kepadanya berbagai macam ilmu. Darinyalah ia mengetahui haq dan batil, sunnah dan bid’ah, demikian seterusnya. Dengan terus bersahabat dan belajar kepada seorang alim maka ilmupun bertambah.

Sebaliknya ulama sangat membutuhkan murid. Ilmu yang menumpuk di otak akan beku selanjutnya hilang manakala tidak diajarkan kepada orang lain. Dengan mengajar, ilmu akan semakin kokoh, bahkan bertambah. Di samping itu dirinya akan dicintai oleh murid-muridnya yang menyebakan mereka akan senantiasa mendoakan sang guru yang telah berjasa bagi mereka. Faedah lain yang lebih penting dari itu adalah, ketika si murid mengamalkan ilmu yang ia peroleh maka sang guru akan mendapat pahala yang berlimpah :
مَنْ دَعاَ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أجْرِ فَاعِلِهِ

Barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan maka baginya pahala dari orang yang mengamalkannya [HR Muslim]

مَنْ دَعاَ إلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأجْرِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَالِكَ مِنْ أجُوْرِهِمْ شَيْأً

Barangsiapa yang mengajak kepada huda (petunjuk) maka baginya pahala dari orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala yang mereka terima [HR Muslim]

Karena kedua belah pihak mendapat faedah dari simbiosis ini maka sudah selayaknya keduanya mengetahui adab dan akhlaq yang mereka berikan kepada masing-masing.

Tentang sikap yang harus diketahui oleh alim adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Abdul Qodir bin Abdul Aziz : sudah seharusnya bagi alim untuk memberikan perhatian kepada murid-muridnya sebagaimana perhatiannya kepada dirinya dan anak kandungnya sendiri. Iapun harus bersabar atas sikap keras dan buruk akhlaq dari mereka karena bagaimanapun juga setiap manusia memiliki kekurangan. Ia juga harus mencintai bagi muridnya sebagaimana apa yang menimpa dirinya dan membenci sesuatu yang terjadi pada mereka sebagaimana ia tidak ingin apa yang ia benci menimpa dirinya.
Adapun sebagai murid ia harus bersikap tawadlu dan bersikap hormat di hadapan syaikhnya. Termasuk yang perlu ia ketahui adalah bersabar atas sikap kasar dan kaku dari sang guru. Ia harus berprasangka bahwa apa yang dilakukan oleh syaikh sebagai bagian dari kebaikan meski secara dzohir adalah bernilai buruk.

Maroji’ :
Aljami’ Fitholabil Ilmisy Syarif, Syaikh Abdul Qodir Abdul Aziz 2/115 dan 150

Hubungan Timbal Balik (7)

Ulama Dan Umaro
Keduanya adalah dasar kekuatan sebuah daulah. Umaro menjalankan tugasnya memimpin rakyat berdasarkan petunjuk ilmu yang dimiliki ulama. Artinya, alquran dan hadits sebagai sumber hukum dalam kehidupan akan terwujud lewat para pemimpin. Tentunya itu hanya bisa dilakukan bila mereka senantiasa menyandarkan semua keputusan lewat ahludzikr (orang yang alim dalam quran dan sunnah)
Bencana akan terjadi manakala penguasa tidak mengenal syariat, sementara dirinya dipenuhi oleh hawa nafsu. Di sisi lain para ulama terkena fitnah syahwat. Menjilat dan senantiasa mencari perhatian dari pemimpin demi kedudukan. Keinginan pemimpin senantiasa diamini dengan mencari dalil pendukung. Bila hal ini terjadi maka rakyat akan menjadi korban.

Sejarah mencatat, kekompakan antara syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang bahu membahu dengan raja Muhammad bin Su’ud memberantas syirik dan bid’ah yang merajalela di negeri Arab Saudi.
Jauh sebelumnya, Umar bin Khothob di saat memimpin umat senantiasa dikelilingi oleh ulama dan orang-orang yang diridloi dari kalangan ahlulbadr, sebagaimana sebuah riwayat :

وَكَانَ الْقُرَّاءُ أَصْحَابَ مَجَالِسِ عُمَرَ وَمُشَاوَرَتِهِ كُهُولًا كَانُوا أَوْ شُبَّانًا

Alqurro’ (ahli quran) adalah sahabat majlis Umar dan teman musyawarahnya baik dari kalangan muda atau tua [HR Bukhori]

Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin berkata : demikianlah seharusnya seorang amir atau kholifah memiliki teman dalam majlis dari kalangan orang-orang sholih. Karena bila orang-orang yang mengelilinginya bukan orang-orang sholih maka akan hancurlah umat. Oleh karena itu wajib bagi waliyyul amri memilih para stafnya dari kalangan ahli ilmu dan iman.

Maroji’ :
Syarh riyadlush sholih, Syaikh Muhammad Utsaimin 1/116

Hubungan Timbal Balik (6)

Ulama Dengan Setan

Ulama adalah benteng umat. Di saat setan membuat perangkap maksiat, merekalah yang tampil menasehati manusia agar tidak terbujuk rayu oleh rayuan setan. Iblis begitu benci kepada sang pewaris nabi sebagaimana ulama juga senantiasa menanamkan kebencian di hati manusia terhadap setan :

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقِيهٌ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ

Dari Ibnu Abbas ia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Seorang yang faqih itu lebih berat bagi setan daripada seribu orang ahli ibadah [HR Tirmidzi dan Ibnu Majah]

Hadits di atas dinilai maudlu’ oleh para ulama. Akan tetapi secara makna bisa diterima, bahkan diperkuat oleh sebagian perkataan para ulama.
Imam Syaukani dalam alfawaid almajmu’ah berkata : tidak ada satupun ibadah kepada Alloh yang lebih afdhol dari memperdalam addin. Satu orang faqih lebih ditakuti oleh setan dari seribu ahli ibadah. Segala sesuatu memiliki tiang dan tiang dari addin adalah kepahaman (ilmu)

Alhafidz Abul’ula Muhammad Abdurrohman ibnu Abdirrohim Almubarokfukhri berkata : setiap kali setan membuka pintu maksiat dan menghiasinya di hadapan manusia, maka ulama akan tampil untuk menyingkap makar mereka sehingga tertutup celah setan untuk menggoda manusia dan menjadikan setan terhina dan merugi. Berbeda dengan ahli abadah yang menyibukkan diri mendekatkan diri kepada Alloh sementara sebenarnya ia berada di dalam perangkap setan tanpa ia sadari.

Maroji’ :
Tuhfatul ahwadzi, Alhafidz Abul’ula Muhammad Abdurrohman ibnu Abdirrohim Almubarokfukhri 7/95

Hubungan Timbal Balik (5)

Ulama Dengan Binatang
Ulama adalah pembimbing umat. Darinyalah kita mengetahui halal dan haram, haq dan batil, jalan yang diridloi dan jalan yang mengundang murka Alloh, demikian seterusnya. Tidak ada makhluq di alam semesta ini kecuali membutuhkan keberadaan para pewaris nabi, tak terkecuali binatang.

Ulama akan mengajari manusia bagaimana bersikap terhadap binatang. Kepada mereka disampaikan bahwa islam mengharamkan mentelantarkan binatang dengan membiarkannya tanpa diberi makan, karena bisa saja seorang masuk ke neraka gara-gara melalaikan perhatian terhadap pakan hewan peliharaan.

Tak lupa di saat hewan dijadikan sarana alat tranportasi, tidak memberi beban yang melebihi kadar kemampuannya. Dalam perjalanan, binatang ini diberi kesempatan untuk beristirahat.

Ketika hewan akhirnya harus disembelih, maka ulama akan mewasiatkan kepada penyembelih untuk mempertajam pisau dan mempercepat kematiannya.

Karena inilah, binatang akan senantaiasa mendoakan para ulama yang telah membimbing umat sehingga hewanpun bisa menikmati kehidupan yang Alloh karuniakan kepada mereka. Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :

وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ

Orang yang berilmu sungguh senantiasa dimohonkan ampun oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar laut [HR Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah]

Alkhithobi berkata : Alloh menghubungkan antara ikan dan binatang lainnya dengan ilmu lewat lesan para ulama karena terdapat manfaat, maslahat dan rezeki yang mereka butuhkan. Para ulamalah yang menerangkan berbagai macam hukum yang berkenaan halal dan haram, membimbing manusia untuk mewujudkan maslahat, menasehati agar berbuat kebaikan dan menjauhkan diri dari perbuatan yang menimbulkan madlorot hingga akhirnya Alloh mengilhamkan kepada seluruh makhluq untuk mendoakan para ulama.

Maroji’ :
Aunul Ma’bud, Abu Thoyyib Muhammad Syamsuddin Alhaq Al’adzim Al Abadi 6/474

Hubungan Timbal Balik (4)

Malaikat Dengan Orang kafir

Hubungan keduanya adalah permusuhan. Orang kafir yang diwakili oleh yahudi menampakkan kebencian yang sangat kepada malaikat jibril. Alloh menjelaskannya dalam firmanNya :

قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّجِبْرِيْلَ فَإِنَّهُ نَزَّلَهُ عَلَى قَلْبِكَ بِإذْنِ الله مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدً وَّبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِيْنَ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لله وَمَلاَئِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيْلَ وَمِيْكَالَ فَإنَ الله عَدُوٌّ لِلْكَافِرِيْنَ

97. Katakanlah : Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, Maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.
98. Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, Maka Sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir [albaqoroh : 97-98]

Ayat ini bercerita tentang kelakukan yahudi. Mereka bertanya kepada rosululloh shollallohu alaihi wasallam tentang siapa yang menjadi wali beliau dari kalangan malaikat yang membawakan wahyu dari Alloh. Beliau menjawab : sesungguhnya waliku adalah jibril dan tidaklah Alloh mengutus seorang nabi kecuali dialah yang menjadi walinya. Orang yahudi berkata : seandainya walimu adalah selain jibril, tentu kami akan mengikuti dan membenarkanmu. Nabi shollallohu alaihi wasllam bertanya : apa yang menghalangi kalian untuk beriman ? Mereka menjawab : karena dia adalah musuh kami ! Maka Alloh turunkan ayat di atas.
Demikianlah sikap permusuhan mereka, maka mereka akan mendapat akibat yang sepadan dari apa yang mereka lakukan. Di saat kematian tentu malaikat akan mencabut nyawanya dengan memukul dan membentak “ keluarlah nyawamu, hari ini kamu akan dibalas sesuai dengan apa yang telah kamu lakukan ! “ Setelah itu, ruh mereka akan di bawa ke langit untuk mendapat laknat dari para malaikat karena Alloh berfirman :

إنّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَمَاتُوْا وَهُمْ كُفَّارٌ أولئِكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ الله وَالْمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أجْمَعِيْنَ

Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam Keadaan kafir, mereka itu mendapat la'nat Allah, Para Malaikat dan manusia seluruhnya [albaqoroh : 161]

Selanjutnya di alam kubur, mereka akan mendapat siksa dari malaikat munkar nakir yang tidak akan berakhir kecuali dengan berakhirnya dunia. Akhirnya pada hari kiamat, malaikat malik adalah makhluq yang akan terus tanpa henti dan tidak memiliki belas kasihan menyiksanya. Wal iyaadzu billah.

Maroji’ :
Tafsir alquran al’adzim, Abu Fida ibnu Katsir 1/163

Hubungan Timbal Balik (3)

Malaikat Dengan Orang Beriman

Hubungan keduanya sangatlah mesra. Pada perang badar lima ribu malaikat turun untuk membantu rosululloh shollallohu alaihi wasallam dan para sahabat. Kedatangan mereka membuat setan lari terbirit-birit yang sebelumnya menyatakan bersedia membela kaum kafir quraisy.

Dalam majlis ilmu, para malaikat mengepakkan sayapnya untuk menaungi orang yang berada di dalamnya. Bahkan di saat khotib menyampaikan khutbahnya, para malaikat segera menutup lembaran catatan untuk ikut menyimak apa yang disampaikan khotib.

Dalam banyak kesempatan malaikat sering mendoakan kaum beriman. Kepada yang berinfaq mereka berdoa :

اللهم أعط منفقاً خلفاً

Ya Alloh, berikan penggantian bagi yang berinfaq [muttafaq alaih]

Kepada yang duduk menunggu iqomat di masjid, malaikat berdoa :

اللهُمَّ اغْفِرْلَهُ اللهُمَّ ارْحَمْهُ اللهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ

Ya Alloh ampunilah dia, ya Alloh rahmatilah dia, ya Alloh terimalah taubatnya [HR Bukhori Muslim]
Bahkan ada sebuah doa agung yang dipanjatkan kepada Alloh untuk seluruh orang beriman :

الَّذِيْنَ يَحْمِلُوْنَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُوْنَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُوْنَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُوْنَ لِلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّناَ وَسِعْتَ كُلَّ شَيْئٍ رَحْمَةً وَّعِلْماً فَاغْفِرْ لِلَّذِيْنَ تَابُوْا سَبِيْلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيْمِ رَبَّنَا وَأدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدْتَهُمْ وَمَنْ صَلَحَ مِنْ ءَابَاءِهِمْ وَأزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ إنَّكَ أنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

(Malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, Maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala,
Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam syurga 'Adn yang Telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, [ghofir : 7-8]

Karena kita sudah mendapat faedah dari mereka maka sudah selayaknya kita juga mampu bersikap baik dengan mereka. Salah satunya adalah tidak membuat mereka menjauhi kita seperti membiarkan mulut kita beraroma bau karena rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengingatkan :

……. فَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ تَتَأَذَّى مَا يَتَأذَّى بَنُوْ ادَمَ
Sesungguhnya para malaikat terganggu dengan bau mulut kalian sebagaimana terganggunya anak Adam ….

Hubungan Timbal Balik (2)

Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam Dan Umatnya

Keduanya saling mencintai. Kecintaan beliau kepada umatnya diungkapkan dalam salah satu sabdanya :

عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلِي وَمَثَلُكُمْ كَمَثَلِ رَجُلٍ أَوْقَدَ نَارًا فَجَعَلَ الْجَنَادِبُ وَالْفَرَاشُ يَقَعْنَ فِيهَا وَهُوَ يَذُبُّهُنَّ عَنْهَا وَأَنَا آخِذٌ بِحُجَزِكُمْ عَنْ النَّارِ وَأَنْتُمْ تَفَلَّتُونَ مِنْ يَدِي

Dari Jabir radliallahu 'anhu dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Perumpamaanku dengan kamu sekalian ialah bagaikan seorang yang menyalakan api. Maka serangga-serangga beterbangan menjatuhkan diri ke dalam api itu. Orang tersebut berusaha menarik mereka dengan api dan mereka berusaha mengalahkannya. Dan aku, telah mencegah kamu semua agar tidak jatuh ke api, tetapi kamu meloloskan diri dari tanganku [HR Muslim]

Syaikh Mushthofa Albugho berkata : hadits ini menunjukkan akan kasih sayang rosululloh shollallohu alaihi wasallam pada umatnya dimana tidak ada satupun kebaikan kecuali beliau tunjukkan kepada mereka dan tidak ada satupun keburukan melainkan beliau ingatkan.

Tidak hanya itu saja kasih sayang beliau kepada umatnya. Dalam banyak hadits sering beliau mendoakan kita. Di dunia, bahkan di akhiratpun beliau tetap memperhatikan kita hingga di saat kita meniti ash shiroth (jembatan membentang antara aljannah dan annar), beliau berdoa untuk kita “ alloohumma sallim sallim “ (ya Alloh, selamatkan umatku, selamatkan umatku)

Karena itulah kita harus membalas dengan kecintaan sepadan. Syaikh Fadlu Ilahi memberikan empat contoh cara mencintai beliau :

1. Menampakkan keinginan yang keras untuk bertemu dan berdekatan dengan beliau serta menampakkan kesedihan di saat kehilangan beliau melebihi kehilangan apapun yang ada di dunia ini.

Hal ini diajarkan oleh Abu bakar yang menampakkan kebahagiaan ketika diminta oleh rosululloh shollalllohu alaihi wasallam untuk menemaninya dalam perjalanan hijroh.

Sebagaimana juga keinginan Umar untuk dimakamkan di samping kedua sahabatnya (Abu Bakar dan nabi shollallohu alaihi wasallam.

Atau kaum anshor yang diridlo tidak menerima ghonimah berlimpah dari perang Hunain setelah mereka mengetahui bahwa mereka akan membawa pulang kembali rosululloh shollallohu alaihi wasallam ke kota Madinah.

2. Rela berkorban harta dan nyawa demi menbela rosululloh shollallohu alaihi wasallam

Dalam sebuah peperangan, Miqdan Al Aswad dengan mantap berkata : kami akan berangkat berperang, kami tidak akan mengatakan sebagaimana apa yang dikatakan oleh bani isroil kepada nabi Musa “ pergilah engkau wahai Musa dan Robmu, berperanglah berdua maka kami di sini akan duduk-duduk melihat “ Akan tetapi kami akan berperang di samping kanan dan kirimu, di sebelah depan dan belakangmu.

Abu Dujanah yang pernah menjadi tameng nabi shollallohu alaihi wasallam sehingga banyak panah yang menancap di tubuhnya sementara dia tidak bergerak sama sekali.

3. Melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya

Di saat rosululloh mengumumkan keharaman daging keledai Khoibar maka mereka serentak menumpahkan seluruh daging di panci yang sudah masak padahal mereka sudah sangat lapar.

Ketika turun larangan khomr dengan sigap segera menumpahkan khomr yang ada di kendi-kendi mereka.

4. Membela sunnahnya

Hal itu tampak pada upaya Abu Bakar Ash Shiddiq memerangi para penentang zakat meski mereka masih menunaikan sholat

Maroji’ :
Nuzhatul Muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho 1/151
Hubbunnabiy wa ‘alamatuhu, Syaikh Fadlu Ilahi 20-90

Hubungan Timbal Balik (1)

Alloh Dengan HambaNya

Keduanya memiliki hubungan yang sangat erat. Alloh punya hak yang wajib ditunaikan oleh hambaNya dan memiliki kewajiban yang pasti Alloh lakukan untuk mereka. Sebaliknya kita yang telah diciptakan dan mendapat beragam karunia tentu memiliki tanggung jawab di hadapan Alloh, selanjutnya hakpun akan kita dapatkan dari Alloh sebagai penghargaan dariNya atas pemenuhan kita atas kewajiban yang telah Alloh tetapkan. Inilah yang dituturkan oleh Muadz bin Jabal saat berboncengan dengan rosululloh shollallohu alaihi

كنت رديف النبي على حمار، فقال لي : يا معاذ، أتدري ما حق الله على العباد، وما حق العباد على الله ؟ قلت : الله ورسوله أعلم، قال : حق الله على العباد أن يعبدوه ولا يشركوا به شيئا، وحق العباد على الله أن لا يعذب من لا يشرك به شيئا، قلت : يا رسول الله، أفلا أبشر الناس ؟ قال : لا تبشرهم فيتكلوا

Aku pernah diboncengkan Nabi Shallallahu’alaihi wasallam di atas keledai, kemudian beliau berkata kepadaku : wahai muadz, tahukah kamu apakah hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hambaNya, dan apa hak hamba-hambaNya yang pasti dipenuhi oleh Allah?, Aku menjawab : Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui, kemudian beliau bersabda : Hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hambaNya ialah hendaknya mereka beribadah kepadaNya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun, sedangkan hak hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah ialah bahwa Allah tidak akan menyiksa orang orang yang tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun, lalu aku bertanya : ya Rasulullah, bolehkah aku menyampaikan berita gembira ini kepada orang-orang ?, beliau menjawab : Jangan engkau lakukan itu, karena Khawatir mereka nanti bersikap pasrah [HR Bukhari Muslim]

Akan tetapi meski Alloh diibadahi dan itu merupakan hakNya, bukan berarti Alloh membutuhkan hambaNya. Alloh tidak akan bertambah kekuasaanNya akibat dari ketundukkan seluruh makhluqNya sebagaimana tidak akan berkurang keagunganNya karena kesepakatan seluruh makhluq untuk menentangNya, hal inilah yang Alloh tuturkan dalam hadits qudsi :

يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضُرِّي فَتَضُرُّوْنِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُوْنِي . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئاً يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيْدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُوْنِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمَخِيْطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ

Wahai hamba-Ku sesungguhnya tidak ada kemudharatan yang dapat kalian lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak ada kemanfaatan yang kalian berikan kepada-Ku. Wahai hambaku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya berada dalam keadaan paling bertakwa di antara kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah kerajaan-Ku sedikitpun. Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin di antara kalian, semuanya seperti orang yang paling durhaka di antara kalian, niscaya hal itu mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga. Wahai hamba-Ku, seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir semuanya berdiri di sebuah bukit lalu kalian meminta kepada-Ku, lalu setiap orang yang meminta Aku penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku kecuali bagaikan sebuah jarum yang dicelupkan di tengah lautan [HR Muslim]

Maroji’ :
Syarh arbain annawawiyyah, 3 ulama (Imam Nawawi, Daqiqul ied dan Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin hal 167-171

Sifat Buruk Manusia (13)

Merugi
وَالْعَصْرِ إنّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

1. Demi masa
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. [al ashr : 1-3]
Merugi yang dimaksud pada ayat ini adalah kerugian di dunia dan akhirat. Akan tetapi kondisi ini bisa diatasi dengan empat hal, yaitu :

• Iman kepada Alloh
• Amal sholih untuk membuktikan keimanannya, hal itu meliputi amal dzohir dan amal batin
• Saling menasehati sesama orang beriman dalam urusan alhaq
• Saling menasehati sesama orang beriman dalam kesabaran (melaksanakan ketaatan, menahan diri dari perbuatan maksiat dan bersabar atas ujian)

Maroji’ :
Taisir Karim Arrohman, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di 2/1490

Sifat Buruk Manusia (12)

Berkeluh Kesah Dan Pelit

إنَّ الإنْسَانَ خُلِقَ هَلُوْعاً إذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوْعًا وَإذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوْعًا إلاَّ الْمُصَلِّيْنَ الَّذِيْنَ هُمْ عَلَى صَلاَتِهِمْ دَائِمُوْنَ وَالَّذِيْنَ هُمْ فِي أمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُوْمٌ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُوْمِ وَالَّذِيْنَ هُمْ مِّنْ عَذَابِ رَبِّهِمْ مُّشْفِقُوْنَ إنَّ عَذَابَ رَبِّهِمْ غَيْرُ مَأْمُوْنٍ وَالَّذِيْنَ هُمْ لِفُرُوْجِهِمْ حَافِظُوْنَ إلاَّ عَلَى أزْوَاجِهِمْ أوْ مَامَلَكَتْ أيْمَانُهُمْ فَإنَّهُمْ غَيْرُ مَلُوْمِيْنَ فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَالِكَ فَأولئِكَ هُمُ الْعَادُوْنَ وَالَّذِيْنَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُوْنَ وَالَّذِيْنَ هُمْ بِشَهَادَاتِهِمْ قَائِمُوْنَ وَالَّّذِيْنَ عَلَى صَلاَتِهِمْ يُحَافِطُوْنَ أولئِكَ هُمُ الْوَارِثُوْنَ

19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
20. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,
21. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia Amat kikir,
22. Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat
23. Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya
24. Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu
25. Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)
26. Dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan
27. Dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya.
28. Karena Sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya).
29. Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya,
30. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
31. Barangsiapa mencari yang di balik itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.
32. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
33. Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya.
34. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.
35. Mereka itu (kekal) di syurga lagi dimuliakan [alma’arij : 19-35]

Ayat di atas menerangkan pada kita tentang dua penyakit manusia yang harus segera diatasi dengan delapan macam obat. Dua penyakit itu adalah mudah berkeluh kesah di saat ditimpa kesusahan dan cepat lupa akan kebaikan Alloh, terbukti ia kikir. Maka penyakit ini bisa diredam dengan delapan resep dari Alloh, yaitu :

1. Mendawamkan sholat
2. Mendermakan harta
3. Membenarkan hari berbangkit
4. Takut akan adzab
5. Menjaga kemaluan
6. Memelihara amanat
7. Menegakkan kesaksian
8. Menjaga sholat

Akhirnya kita beroleh beberapa faedah yang bisa dipetik dari pembahasan ini :

• Sifat mudah mengeluh dan kikir adalah dua penyakit yang diakibatkan oleh dua hal, yaitu sifat sabar dan syukur. Seandainya keduanya ada pada diri seseorang niscaya akan meniadakan kedua penyakit itu tanpa harus sibuk mencari obatnya.
• Setiap penyakit ada obatnya sebagaimana solusi dari Alloh di ayat 22 hingga 35
• Terkadang obat lebih banyak dari penyakit, bisa dibayangkan dua penyakit yang disebut di atas harus ditangani dengan delapan macam obat.

Maroji’ :
Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi hal 1679

Sifat Buruk Manusia (11)

Melampaui Batas

كَلاَّ إنَّ الإنْسَانَ لَيَطْغَى أنْ رَءَاهُ اسْتَغْنَى إنَّ إلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى

6. Ketahuilah ! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,
7. Karena Dia melihat dirinya serba cukup.
8. Sesungguhnya hanya kepada Robmulah kembali(mu). [al alaq : 6-8]

Ayat ini turun bercerita perihal Abu Jahal. Kekayaan dan kekuasaannya di Mekah menghalangi dirinya untuk mengikuti dakwah rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Ia merasa tidak membutuhkan orang lain karena merasa dirinya sudah serba cukup, terlebih kepada hidayah yang justru akan mengurangi kehormatan dan kewibawaannya.
Demikianlah betapa banyak orang terpandang dan memiliki banyak kekayaan, begitu sulitnya menerima ajakan islam. Sementara orang miskin, dalam waktu singkat diterangkan makna laa ilaaha illalloh, serta merta langsung merespon ajakan dan segera mengucapkan kalimat tauhid seperti yang terjadi pada diri Bilal, Amar bin Yasir, Abu Dzar dan lainnya.

Maroji’ :
Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi hal 1774

Sifat Buruk Manusia (10)

Mudah Puas Dan Bangga

وَلَئِنْ أذَقْنَاهُ نَعْمَاءُ بَعْدَ ضّرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُوْلُنَّ ذَهَبَ السَّيِّئَاتُ عَنِّي إنَّهُ لَفَرِحٌ فَخُوْرٌ

Dan jika Kami rasakan kepadanya kebahagiaan sesudah bencana yang menimpanya, niscaya Dia akan berkata : Telah hilang bencana-bencana itu daripadaku. Sesungguhnya Dia sangat gembira lagi bangga, [hud : 10]

Ayat di atas menerangkan tentang sikap manusia bila musibah telah pergi dan berubah menjadi kebahagiaan, ia melupakan Alloh. Sehat setelah sakit, kaya setelah miskin, berketurunan setelah sebelumnya dinyatakan mandul, kesemuanya adalah karunia Alloh yang harus disyukuri.

Girang di saat bertambahnya rizki, naiknya gaji. Melalaikan Alloh, Sang Pemberi. Padahal bila yang ia miliki halal akan dihisab, bila haram akan diadzab. Kalau itu terjadi pada diri orang beriman maka ia segera bersyukur dan menunaikan hak harta bagi si fakir dan si miskin.

Idul fitri tiba, begitu cerah, kegembiraan meluap-luap. Ia tidak sadar, bisa saja itu adalah lebaran terakhir kali baginya, sementara nila raport romadlon yang ia peroleh semua berwarna merah. Seandainya ia memiliki setitik kesadaran, ia akan segera bermuhasabah, mencari kekurangan ibadah yang belum ia sempurnakan.

Setelah sekian lama menunggu karunia anak, akhirnya datang juga. Tidak ada ucapan Alhamdulillah keluar dari mulutnya kecuali memamerkan keberhasilannya dalam menerapkan petunjuk dokter spesialis kandungan anak. Ia tidak menyadari, bisa saja Alloh akan membalas kelalaiannya. Boleh jadi anak yang lahir adalah anak tipe aduwwan lakum (musuh bagi orang tuanya) atau fitnah (ujian) karena tidak semua anak nantinya bernilai qurrota a’yun.

Boleh jadi karunia yang Alloh berikan bukan nikmat yang biasa Alloh berikan kepada hambaNya yang dicintaiNya melainkan istidroj yang melalaikan. Maka orang beriman yang baik pasti punya sikap yang baik :

عَنْ عُمَرَ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجِبْتُ لِلْمُؤْمِنِ إِذَا أَصَابَهُ خَيْرٌ حَمِدَ اللَّهَ وَشَكَرَ وَإِنْ أَصَابَتْهُ مُصِيبَةٌ حَمِدَ اللَّهَ وَصَبَرَ فَالْمُؤْمِنُ يُؤْجَرُ فِي كُلِّ أَمْرِهِ حَتَّى يُؤْجَرَ فِي اللُّقْمَةِ يَرْفَعُهَا إِلَى فِي امْرَأَتِهِ

Dari Umar bin Sa'd bin Abu Waqqash dari bapaknya berkata ; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Aku kagum dengan seorang mukmin. Jika dia mendapatkan kebaikan, dia memuji Allah dan bersyukur, jika mendapatkan musibah dia memuji Allah dan bersabar. Orang mukmin akan diberi pahala pada setiap urusannya sampai suapan makanan yang dia angkat ke mulut istrinya [HR Ahmad]

Maroji’ :
Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi hal 632

Sifat Buruk Manusia (9)

Berputus Asa

لاَيَسْئَمُ الإِنْسَانُ مِنْ دُعاَءِ الْخَيْرِ وَإنْ مَّسَّهُ الشَّرُّ فَيَئُوْسٌ قَنُوْطٌ

Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka Dia menjadi putus asa lagi putus harapan [fushilat : 49]

Putus asa dari rahmat Alloh adalah terlarang karena itu bagian dari sikap suudzon kepada Alloh, hal itu bisa ditinjau dari dua sisi :

1. Mencela qudroh (kemampuan) Alloh. Orang yang mengetahui bahwa Alloh Maha Kuasa maka ia tidak akan meremehkan kehendakNya.
2. Mencela kasih sayang Alloh kepada hambaNya. Orang yang meyakini bahwa Alloh Maha Kasih Sayang maka ia tidak akan meragukan rahmatNya.
Sejarah mengajari kita bahwa sesuatu yang mustahil adalah mudah bagi Alloh. Ketika Firaun menetapkan pembunuhan bayi laki-laki dari kalangan bani isroil, ternyata Musa selamat. Di saat sang ibu menghanyutkannya di sungai, apakah terbayang sang bayi akan selamat ? Ternyata justru Musa akhirnya dibesarkan di istana Firaun.
Ibrohim yang sudah berada di atas tumpukan kayu bakar, pada kenyataannya ia selamat. Tidak lama kemudian Raja Namruj yang mati.

Rosululloh shollallohu alaihi wasallam, tatkala rumah beliau dikepung dan akhirnya lolos kemudian bisa melarikan diri bersama Abu Bakar. Selanjutnya ujian tidak berhenti di situ saja. Di gua hiro yang sempit sementara para pengejar sudah berada di mulut gua, akan tetapi tidak ada satupun di antara mereka yang tergerak untuk sedikit menengok ke dalam. Selamatlah beliau dari kejaran kafir quraisy dan tiba di kota Madinah.

Demikianlah betapa sikap optimis sangat dipuji sebagai wujud dari sikap husnudzon kita kepada Alloh, sementara pesimis adalah sifat tercela dan bagian dari kabair (dosa besar)

أكبر الكبائر : الإشراك بالله، والأمن من مكر الله، والقنوط من رحمة الله، واليأس من روح الله

Dosa besar yang paling besar adalah : menyekutukan Allah, merasa aman dari siksa Allah, berputus harapan dari rahmat Allah, dan berputus asa dari pertolongan Allah [HR Abdur Razzaq]

Maroji’ :
Alqoulul Mufid, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 2/103-104

Sifat Buruk Manusia (8)

Penentang Yang Nyata

أوَلَمْ يَرَ الإِنْسَانُ أنَّا خَلَقْناَهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيْمٌ مُّبِيْنٌ

Dan Apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), Maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata ! [yasin : 77]

Ayat ini sebenarnya berbicara tentang orang kafir, di antaranya ‘Ashi bin Wail Assahmi dan Ubay bin Kholaf yang tidak mempercayai adanya hari berbangkit. Argumen yang keduanya ajukan adalah tulang belulang yang mustahil akan dibangkitkan kembali menjadi utuh pada hari kiamat. Padahal kalau Alloh mampu menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada maka Dia lebih mampu untuk mengembalikan yang sudah ada.

Kita melihat gelas yang sudah pecah, plastik yang tertimbun di tanah dan barang rongsokan lain yang diambil para pemulung lalu diolah oleh pabrik ternyata mampu berubah wujud dari sesuatu yang rusak dan tidak utuh menjadi baru dan siap pakai.

Tapi begitulah manusia yang memiliki sikap menentang. Bahkan kepada Alloh Yang Maha Mengetahuipun mereka berani melakukan pembangkangan. Tidak tertutup kemungkinan orang beriman bisa saja terjangkiti penyakit ini.

Ketika perintah berderma Alloh berikan dengan janji keuntungan, tidak sedikit yang pelit dan tidak tergiur untuk menunaikannya.

Jihad sebagai puncak menara tertinggi islam yang diberi gelar syahid bagi yang mati di dalamnya, terlalu banyak yang bersifat pengecut bahkan menentang akan faridloh agung ini.

Jilbab sebagai simbol wanita muslimah dianggap membatasi ruang gerak. Tak jarang penolakan terjadi dengan alasan panas, padahal neraka lebih panas dan itu disediakan bagi wanita yang enggan menutup aurotnya.

Dengan dalih HAM, syariat islam ditolak, demikian selanjutnya. Itulah tingkah polah makhluq yang asal penciptaannya dari setetes air mani.

Maroji’ :
Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Aljazairi hal 1282

Sifat Buruk Manusia (7)

Dzolim Dan Bodoh

إنَّا عَرَضْناَ الأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَ الأَرْضِ وَ الْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أنْ يَحْمِلْنَهاَ وَأشْفَقْنَا مِنْهاَ وَحَمَلَهَا الإِنْسَانُ إنَّهُ كَانَ ظَلُوْماً جَهُوْلاً لِيُعَذِّبَ الْمُنَافقِيْنَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَالْمُشْرِكَاتِ وَيَتُوْبَ الله عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَكَانَ الله غَفُوْرًا رَّحِيْماً

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh. Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang [al ahzab : 72]

Ayat ini berisi penawaran dari Alloh kepada langit, bumi dan gunung berupa amanat. Yaitu perintah agar beribadah kepada Alloh dengan ketentuan bila dilaksanakan akan mendapat pahala, sebaliknya bila ingkar akan mendapat siksa. Rupanya ketiganya menolak. Mereka hanya bersedia taat kepada Alloh tanpa melihat keuntungan dan resiko.

Rupanya manusia mengambil alih amanat itu. Akhirnya dari sinilah manusia terbagi menjadi 3 :

1. Munafiq
Menunaikan amanat secara dzohir, sementara batinnya tidak mengikutinya.
2. Musyrik
Melupakan amanat baik dzohir maupun batin. Selanjutnya dua kelompok pertama ini mendapat adzab dari Alloh
3. Mukmin
Menjaga amanat baik dzohir maupun batin yang akhirnya mendapat rohmat dan ampunan dari Alloh

Maroji’ :
Tafsir Alquran Al’adzim, Abu Fida’ Ibnu Katsir Addamsyiqi 3/629
Taisir Kalim Arrohman, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di 2/1078

Sifat Buruk Manusia (6)

Membantah

وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِي هذَا الْقُرْانِ لِلنَّاسِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ وَكَانَ الإِنْساَنُ أكْثَرُ شَيْئٍ جَدَلاً

Dan sungguh Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah [alkahfi :54]

Membantah adalah sifat warisan iblis. Tatkala turun perintah untuk sujud kepada Adam, ia berargumen di hadapan Alloh. Dirinya yang berasal dari api tidak pantas untuk tunduk kepada makhluq yang tercipta dari tanah.

Dikala ada seruan dakwah dari para rosul, orang kafir menolak dan berargumen bahwa para pengikut rosul adalah aroodziluna baadiyarro’yi (orang hina yang berpikiran pendek). Bantahan yang sangat tidak ilmiah. Mereka tidak bisa menunjukkan kesalahan ajaran para rosul selain mempermasalahkan pengikut yang rata-rata dari kalangan orang lemah.

Kaum bani isroil ketika diseru untuk berjihad oleh nabinya, melakukan pembangkangan dengan mengatakan idzhab anta warobbaka faqootilaa innaa haahunaa qo’idun (pergilah engkau berdua dengan tuhanmu, berperanglah sesungguhnya kami di sini cukup duduk-duduk saja)

Sebagian orang yang telah bersyahadat, pada kenyataannya tidak memberikan bukti akan ikrar yang sudah mereka nyatakan. Syariat islam justru ditentang dari mereka yang mengaku umat rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Qishosh, rajam dan potong tangan mereka sebut sebagai hukum barbar. Hukum waris dinilai sikap diskriminasi terhadap hak-hak kaum perempuan. Bahkan nabi Luth yang melarang kaumnya untuk menikah sejenis dianggap telah membelenggu kebebasan sex.

Rupanya ayat wakaanal insaanu aktsaru syaiin jadalaa pernah menimpa seorang sahabat yang dijamin aljannah. Ia tak lain adalah Ali, menantu rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَرَقَهُ وَفَاطِمَةَ عَلَيْهَا السَّلَام بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَهُمْ أَلَا تُصَلُّونَ فَقَالَ عَلِيٌّ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّمَا أَنْفُسُنَا بِيَدِ اللَّهِ فَإِذَا شَاءَ أَنْ يَبْعَثَنَا بَعَثَنَا فَانْصَرَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ قَالَ لَهُ ذَلِكَ وَلَمْ يَرْجِعْ إِلَيْهِ شَيْئًا ثُمَّ سَمِعَهُ وَهُوَ مُدْبِرٌ يَضْرِبُ فَخِذَهُ وَهُوَ يَقُولُ وَكَانَ الْإِنْسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا

Dari Ali berkata : Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam membangunkannya di malam hari, dan juga beliau bangunkan Fatimah binti Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam, beliau berkata kepada mereka : Tidak sebaiknyakah kalian mendirikan shalat ? Kata Ali, kujawab : Wahai Rasulullah, jiwa kita ada di tangan Arrahman, kalaulah Dia berkenan membangunkan kita niscaya Dia membangunkan. Lantas Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam pergi ketika Ali menjawab sedemikian ini, dan sama sekali tidak kembali lagi, kemudian Ali mendengar Nabi membaca sebuah ayat ketika kembali sambil menepuk pahanya, ayat yang beliau baca: '(Sungguh manusia itu makhluk yang suka membantah (QS. Al Kahfi; 54) [HR Bukhori Muslim]

Sifat Buruk Manusia (5)

Pelit

قُلْ لَوْ أنْتُمْ تَمْلِكُوْنَ خَزَائِنَ رَحْمَةِ رَبِّى إذًا لَّأَ نْسَكْتُمْ خَشْيَةَ الإِنْفاَقِ وَكاَنَ الإِنْسَانُ قَتُوْراً

Katakanlah : Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya. dan adalah manusia itu sangat kikir [al isro’ : 100]

Bagi sebagian orang yang tertanam di dalam hatinya penyakit hati, pelit adalah sebuah keuntungan. Harta tidak berkurang sehingga bisa dimanfaatkan untuk dikembangkan sehingga bertambah banyak. Sebaliknya bagi orang beriman, berderma adalah sebuah proyek yang menjanjikan keuntungan besar :

1. Ia akan mengundang doa dari malaikat :

وعن أبي هريرة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم ما من يوم يصبح العباد فيه إلا ملكان ينزلان فيقول أحدهما اللهم أعط منفقاً خلفاً ويقول الآخر اللهم أعط ممسكاً تلفاً مُتَّفَقٌ عَلَيهِ

Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu : bersabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam : tidaklah hari dimana pagi tiba kecuali ada dua malaikat yang turun. Satu dari malaikat berdoa : Ya Alloh berikan kepada yang gemar berinfak penggantian. Sedang malaikat yang kedua berdoa : Ya Alloh jadikan orang yang pelit hartanya binasa [muttafaq alaih]

2. Kepastian dari Alloh akan bertambahnya harta setelah dikeluarkan haknya :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ

Dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya." [HR Muslim]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ وَلَا يَقْبَلُ اللَّهُ إِلَّا الطَّيِّبَ وَإِنَّ اللَّهَ يَتَقَبَّلُهَا بِيَمِينِهِ ثُمَّ يُرَبِّيهَا لِصَاحِبِهِ كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata,: Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam telah bersabda: "Barangsiapa yang bershadaqah dengan sebutir kurma hasil dari usahanya sendiri yang baik (halal), sedangkan Allah tidak menerima kecuali yang baik saja, maka sungguh Allah akan menerimanya dengan tangan kananNya lalu mengasuhnya untuk pemiliknya sebagaimana jika seorang dari kalian mengasuh anak kudanya hingga membesar seperti gunung". [HR Bukhori]

3. Mengundang kecintaan dari orang faqir

Mereka akan berterima kasih atas pemberian yang mereka terima dari si kaya. Doa dan sikap baik akan ditunjukkan kepada si pemberinya. Sebaliknya si pelit akan mengundang kebencian dan tak jarang kriminalitas terjadi bermula dari sikap iri dari si miskin kepada si kaya yang enggan memperhatikan mereka.

4. Menghindarkan pelakunya dari neraka

عَنْ عَدِيّ بن حاَتِم رضى الله عنه أنّ رسول الله صلى الله عليه وسلّم قال : اتَّقُوْا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ

Dari Adi bin Hatim rodliyallohu anhu bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : jauhilah neraka meski dengan berderma setengah biji kurma [HR Bukhori Muslim]

Kalau dirinya terhindar dari siksa neraka lewat sedekah yang ia keluarkan, maka iapun akan beroleh aljannah. Walhasil jarang ragu bersedekah

Sifat Buruk Manusia (4)

Kafuuroo (kufur terhadap nikmat)

وَإذا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِى الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُوْنَ إلاَّ إيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إلَى الْبَرِّ أعْرَضْتُمْ وَكَانَ الإِنْسَانُ كَفُوْرًا

Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia, Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. dan manusia itu adalah selalu kufur(tidak berterima kasih) [al isro’ : 67]

Penulis kitab jalalain menafsirkan kafuuro dengan mengingkari nikmat. Begitulah manusia yang begitu khusyu’ mengiba di hadapan Alloh tentang kebutuhannya. Tatkala datang pengabulan iapun begitu mudah melupakan karunia Alloh.
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab memberi contoh bentuk pengingkaran nikmat :

• Ini adalah karena jerih payahku, dan akulah yang berhak memilikinya.
• Ini adalah harta kekayaan yang aku warisi dari nenek moyangku
• Kalau bukan karena fulan, tentu tidak akan menjadi begini dan begitu
• Ini adalah sebab syafa’at sembahan-sembahan kami atau ungkapan (panen ini berhasil karena dewi sri, hasil tangkapan laut melimpah berkat nyi roro kidul, kesebelasan kita menang karena dewi fortuna memihak pada tim kita)
• Anginnya bagus, nahkodanya cerdik pandai, dan sebagainya, yang bisa muncul dari ucapan banyak orang (wajar perjalanan cepat. Kita masuk lewat jalan tol, mobilnya baru, sopirnya juara formula satu, …..)
• Kalau bukan karena anjing ini, tentu kita didatangi pencuri-pencuri
Demikianlah watak manusia secara umum, ibarat kacang lupa pada kulitnya atau dengan bahasa tauhid : manusia yang lupa pada Robnya. Padahal kufur kepada Alloh adalah warisan setan :

وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُوْراً

Adalah setan kepada robnya senantiasa kufur [al isro’ : 27]

Maroji’ :
Tafsir Jalalain, Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Almahalli dan Jalaluddin Abdurrohman bin Abu Bakar Assuyuthi hal 289
Kitab Tauhid, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bab ya’rifuuna ni’matalloohi tsumma yunkiruunahaa dan bab falaa taj’aluu lillaahi andaada

Sifat Buruk Manusia (3)

Tergesa-Gesa

وًيَدْعُ الإِنْسَانُ بِالشَّرِّ دُعاَءَهُ بِالْخَيْرِ وَكانَ الإِنْساَنُ عَجُوْلاً
Dan manusia berdoa untuk keburukan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan dan manusia adalah bersifat tergesa-gesa. [al isro’ : 11]

Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata : ayat ini menerangkan akan lemahnya manusia dari cara berpikirnya terhadap akibat dari sebuah perbuatan. Manakala marah, ia berdoa untuk diri dan keluarganya dengan kejelekan tanpa berpikir akibat sesudahnya bila Alloh mengabulkan apa yang ia ucapkan.

Melihat kenakalan anak, orang tua berujar “ Dasar anak tak tahu diri, daripada begini lebih baik aku tidak punya anak “ ternyata setelah itu anaknya mati sementara dirinya akhirnya mandul. Iapun melewati hari-harinya dengan penyesalan yang tak berujung.

Sifat tergesa juga dimiliki oleh sebagian sahabat sebagaimana sebuah riwayat :

عَنْ خَبَّابِ بْنِ الْأَرَتِّ قَالَ شَكَوْنَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُتَوَسِّدٌ بُرْدَةً لَهُ فِي ظِلِّ الْكَعْبَةِ قُلْنَا لَهُ أَلَا تَسْتَنْصِرُ لَنَا أَلَا تَدْعُو اللَّهَ لَنَا قَالَ كَانَ الرَّجُلُ فِيمَنْ قَبْلَكُمْ يُحْفَرُ لَهُ فِي الْأَرْضِ فَيُجْعَلُ فِيهِ فَيُجَاءُ بِالْمِنْشَارِ فَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ فَيُشَقُّ بِاثْنَتَيْنِ وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ وَيُمْشَطُ بِأَمْشَاطِ الْحَدِيدِ مَا دُونَ لَحْمِهِ مِنْ عَظْمٍ أَوْ عَصَبٍ وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ وَاللَّهِ لَيُتِمَّنَّ هَذَا الْأَمْرَ حَتَّى يَسِيرَ الرَّاكِبُ مِنْ صَنْعَاءَ إِلَى حَضْرَمَوْتَ لَا يَخَافُ إِلَّا اللَّهَ أَوْ الذِّئْبَ عَلَى غَنَمِهِ وَلَكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُونَ

Dari Khabbab bin Al Arat berkata : Kami mengadu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika beliau sedang berbantalkan kain selimut beliau di bawah naungan Ka'bah; Tidakkah baginda memohon pertolongan buat kami ? Tidakkah baginda berdo'a memohon kepada Allah untuk kami ?. Beliau bersabda : Ada seorang laki-laki dari ummat sebelum kalian, lantas digalikan lubang untuknya dan ia diletakkan di dalamnya, lalu diambil gergaji, kemudian diletakkan gergaji itu di kepalanya lalu dia dibelah menjadi dua bagian namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Tulang dan urat di bawah dagingnya disisir dengan sisir besi namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Demi Allah, sungguh urusan (Islam) ini akan sempurna hingga ada seorang yang mengendarai kuda berjalan dari Shana'a menuju Hadlramaut tidak ada yang ditakutinya melainkan Allah atau (tidak ada) kekhawatiran kepada serigala atas kambingnya. Akan tetapi kalian sangat tergesa-gesa [HR Bukhori]

Sementara Abdulloh bin Abbas mengomentari sifat ketergesaan dengan mengatakan : ciri dari sebuah ketergesaan seseorang adalah, lebih mementingkan keuntungan yang ada di hadapannya sekarang meski sedikit daripada keuntungan yang akan datang meski jumlahnya banyak. Atau dengan bahasa lain : lebih mementingkan keuntungan dunia yang tidak terlalu bernilai daripada keuntungan akhirat yang bersifat abadi.

Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di menyebut contoh lain dari sifat ketergesaan dengan menyebut ketergesaan orang beriman dan orang kafir. Di satu sisi orang beriman ingin agar Alloh segera mengadzab kaum musyrikin yang selalu memusuhi mereka, di sisi lain orang kafirpun menantang agar Alloh segera menurunkan adzab atas diri mereka. Allohpun menurunkan firmanNya :

خُلِقَ الإِنْسَانُ مِنْ عَحَلٍ سَأرِيْكُمْ ءَايَاتِي فَلاَ تَسْتَعْجِلُوْنَ وَيَقُوْلُوْنَ مَتَى هذَا الْوَعْدُ إنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ

37. Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. kelak akan aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.
38. Mereka berkata : Kapankah janji itu akan datang, jika kamu sekaIian adalah orang-orang yang benar ? [al anbiya’ : 37-38]

Maroji’ :
Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Aljazairi hal 793
Taisir Kalim arrohman, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di 2/832

Sifat Buruk Manusia (2)

(a) Lemah

يُرِيْدُ الله أنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الإِنْسَانُ ضَعِيْفاً

Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah [annisa’ : 28]

Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di menerangkan bahwa yang dimaksud dlo’if (lemah) pada ayat ini adalah : lemah pada baniyyah (fisik), irodah (kehendak), ‘azimah (tekad), iman dan sabar.
Karena lemah fisik maka Alloh mempersilahkan para musafir dan orang sakit untuk membatalkan shoumnya dengan diganti pada hari lain.

Terkadang irodah dan azimah kita melemah maka Alloh memerintahkan kita untuk berjihad dalam keadaan khifaafan (ringan) maupun tsiqolan (berat) dan memaklumi yang keberangkatan dipenuhi oleh bayangan keberatan.

Di saat iman bertingkat-tingkat maka Alloh Alloh mempersilahkan kita untuk melakukan amar makruf nahi munkar sesuai kelas iman yang kita miliki masing-masing. Bisa dengan tangan, lisan atau hati.
Ketika ditimpa ujian, semisal disakiti oleh orang lain, bagi orang tertentu maka ia mampu bersabar dan bahkan memaafkan si pelaku dengan harapan mendapat pahala dari Alloh. Akan tetapi bagi sebagian lain mungkin ia tidak mampu mengobati sakit hatinya selain membalas kesalahan pelaku. Dalam hal ini Alloh mempersilahkan untuk menuntut qishosh atau mendoakan kejelekan bagi pelaku, dengan janji bahwa doa orang terdzalimi pasti terkabul karena tidak ada hijab antara dirinya dengan Alloh.

Rupanya lemahnya umat islam sudah diketahui oleh nabi Musa alaihissalam. Pada peristiwa isro’ mi’roj, ketika diketahui perintah sholat kepada rosululloh shollallohu alaihi wasallam adalah sebanyak lima puluh kali maka Musa berkata : kembalilah kepada Alloh, mintalah kepadaNya keringanan karena umatmu tidak akan mampu memikulnya. Sesungguhnya aku pernah menguji manusia sebelummu atas perintah yang lebih sedikit dari itu akan tetapi mereka tidak mampu melakukannya dan sungguh umatmu adalah lebih lemah pendengaran, penglihatan dan hatinya.

Maroji’ :

Tafsir Alquran Al’adzim, Abu Fida’ Alhafidz Ibnu Katsir Addamsyiqi 1/592
Taisir Karim Arrohman, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di 1/255

Sifat Buruk Manusia (1)

Suudzon

فَأَمَّا الإِنْسَانُ إذَا مَا ابْتَلاَهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُوْلُ رَبِّى أكْرَمَنِ وَأمَّا إذَا مَا ابْتَلاَهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُوْلُ رَبِّي أَهاَنَنِ

15. Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku".
16. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka Dia berkata: "Tuhanku menghinakanku [alfajr : 15-16]

Ayat ini menerangkan bahwa Allah menyalahkan orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti yang tersebut pada ayat 15 dan 16. tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Alloh bagi hamba-hamba Nya. Kesemuanya dengan tujuan untuk membuktikan siapa di antara hambaNYa yang bersyukur atas karunia dan siapa di antara mereka yang bersabar atas penderitaan dan ujian. Pada kenyataannya betapa banyak manusia yang terangkat derajatnya lewat kesabaran dan mendapat pujian dari Alloh atas kesyukuran.

Dalam hal ini manusia terbagi menjadi tiga :

• Mampu bersabar di saat diuji dan bersyukur di saat rahmat Alloh limpahkan kepadanya.
• Mampu bersabar di saat diuji dan terlalaikan ketika mendapat karunia.
• Mampu bersyukur di saat berlimpah karunia akan tetapi lemah dan mudah putus asa saat diuji
• Tidak bisa bersabar saat penderitaan dan cepat lalai ketika berada dalam kesenangan
Bagi yang ingin belajar bersyukur maka alangkah baiknya bila meniru Utsman bin Affan yang mampu membebaskan sumur Ruman, Abu Tholhah yang menyerahkan tanah Bairuha’ yang sangat subur, Umar bin Khothob yang menjadikan tanah yang paling berharga di Khoibar sebagai wakaf dan Abdurrohman bin Auf yang kekayaannya sangat bermanfaat bagi kaum muslimin atau nabi Sulaiman yang bergelimangan harta dan kekuasaan yang menjadikannya semakin bersyukur kepada Alloh hingga ia berkata :

رَبّ أوْزِعْنِي أنْ أشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أنْعَمْتَ عَلَيّ وَعَلَى وَالِدَيّ وَ أنْ أعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاه وَأدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِى عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ

Ya Robku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh [annaml : 19]

Sementara bagi yang ingin belajar bersabar terhadap ujian maka mari belajar kepada rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

وعن عائشة رَضِيَ اللَّهُ عَنها قالت: ما شبع آل محمد صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم من خبز شعير يومين متتابعين حتى قبض مُتَّفَقٌ عَلَيهِ وفي رواية: ما شبع آل محمد صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم منذ قدم المدينة من طعام البر ثلاث ليال تباعاً حتى قبض

Dari Aisyah rodliyallohu anha berkata : keluarga nabi shollallohu alaihi wasallam tidak pernah kenyang dari roti tepung syair sampai 2 hari berturut-turut hingga beliau meninggal [HR Bukhori Muslim] pada riwayat lain : tidak pernah keluarga nabi shollallohu alaihi wasallam kenyang dengan gandum 3 hari berturut-turut semenjak tiba di Madinah hingga beliau meninggal.

وعن عروة عن عائشة رَضِيَ اللَّهُ عَنها أنها كانت تقول : والله يا ابن أختي إن كنا لننظر إلى الهلال ثم الهلال ثم الهلال : ثلاثة أهلة في شهرين وما أوقد في أبيات رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم نار. قلت : يا خالة فما كان يعيشكم ؟ قالت : الأسودان: التمر والماء، إلا أنه قد كان لرَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم جيران من الأنصار وكانت لهم منائح وكانوا يرسلون إلى رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم من ألبانها فيسقينا

Dari Urwah dari Aisyah rodliyallohu anha berkata : wahai kemenakanku, kami keluarga nabi shollallohu alaihi wasallam adakalanya melihat hilal berganti 3 hilal (bulan) sedang di rumah rosululloh shollallohu alaihi wasallam tidak dinyalakan api. Urwah bertanya : lalu apa yang kalian makan ? Aisyah menjawab : kurma dan air, hanya saja terkadang tetangga rosululloh shollallohu alaihi wasallam menghadiahkan susu ternak kepada beliau [muttafaq alaih]

وعن عائشة رَضِيَ اللَّهُ عَنها قالت: كان فراش رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم من أدم حشوه ليف

Dari Aisyah rodliyallohu anha berkata : adalah kasur rosululloh shollallohu alaihi wasallam dari kulit yang berisi serabut [HR Bukhori]

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُوعَكُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ لَتُوعَكُ وَعْكًا شَدِيدًا قَالَ أَجَلْ إِنِّي أُوعَكُ كَمَا يُوعَكُ رَجُلَانِ مِنْكُمْ قُلْتُ ذَلِكَ أَنَّ لَكَ أَجْرَيْنِ قَالَ أَجَلْ ذَلِكَ كَذَلِكَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى شَوْكَةٌ فَمَا فَوْقَهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا

Dari Abdullah dia berkata; saya pernah menjenguk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika beliau sedang menderita sakit, lalu aku berkata; Wahai Rasulullah, sepertinya anda sedang merasakan sakit yang amat berat beliau bersabda : Benar, rasa sakit yang menimpaku ini sama seperti rasa sakit yang menimpa dua orang dari kalian. Kataku selanjutnya; Sebab itu anda mendapatkan pahala dua kali lipat. Beliau menjawab : Benar, seperti itulah, dan tidaklah seorang muslim yang tertimpa suatu musibah (penyakit) atau yang lain, melainkan Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan dedaunannya [HR Bukhori Muslim]

وعن عمرو بن الحارث أخي جويرية بنت الحارث أم المؤمنين رَضِيَ اللَّهُ عَنها قال : ما ترك رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم عند موته ديناراً، ولا درهماً ولا عبداً ولا أمة ولا شيئاً، إلا بغلته البيضاء التي كان يركبها، وسلاحه، وأرضاً جعلها لابن السبيل صدقة

Dari Amru bin Harits saudara Juwairiyyah binti Alharits Ummul Mu’minin rodliyallohu anha berkata : rosululloh shollallohu alaihi wasallam ketika wafat tidak meninggalkan dinar, dirham, budak laki atau perempuan dan sesuatupun kecuali keledai putih yang biasa beliau kendarai dan sebidang tanah yang sudah beliau hibahkan untuk ibnu sabil [HR Bukhori]

Hukum Mencampur Dan Menggabung (34)

Dua Akad Dalam Satu Transaksi
Seseorang membeli sabun cuci ke warung. Harga sabun Rp 9.000.00,. Ia sodorkan uang sepuluh ribu rupiah. Iapun mendapat sabun dan permen dua biji sebagai ganti uang kembalian. Hal itu sering terjadi. Mungkin si pemilik warung tidak memiliki uang pecahan sehingga uang kembalian diganti dengan permen. Aneh, niat pembeli hanya membeli sabun akan tetapi digiring untuk mengikuti akad kedua yaitu membeli permen.

Seseorang membeli produk di sebuah usaha multi level marketing. Di saat ia akan membeli salah satu barang, dirinya disodori tawaran untuk menjadi member. Akhirnya ia mengeluarkan uang untuk membeli produk dan menjadi anggota dari usaha itu.

Contoh di atas adalah bagian dari albai’u ‘ala bai’ataini (satu transaksi di atas dua transaksi yang diharamkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ نَهَى رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ بَيْعَتَيْنِ فِي بَيْعَةٍ

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu berkata Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang dua jual-beli dalam satu transaksi jual-beli [HR Ahmad dan Nasa'i]
Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam memberi contoh lain dari bentuk transaksi di atas. Seperti seseorang yang berkata : aku jual benda ini dengan harga sekian dengan syarat engkau sewakan rumahmu dengan harga sekian.
Cara seperti ini dilarang karena seseorang yang hanya berniat untuk membeli sesuatu, tiba-tiba ia harus mengikuti akad lain yang sama sekali tidak diinginkannya yaitu menyewakan rumahnya.

Beliau juga menyebut contoh lain sebagai bagian dari akad albai’u ‘ala bai’ataini yaitu : jual beli dengan sistim ‘inah. Dimana seseorang berkata : aku jual rumah ini seharga dua ribu dinar dengan kredit lalu nanti akan aku beli kembali seharga seribu lima ratus dengan kontan

Maroji’ :
Taudhihul Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 3/127

Hukum Mencampur Dan Menggabung (33)

Dalil Dan Logika

Kelebihan manusia atas makhluq lainnya adalah pada akal. Dengannya kita bisa berpikir sehingga muncul ide-ide baru. Dalil dari quran dan sunnah semakin kita imani justru karena akal sehat yang mendukung keduanya. Maka kaedah ahlussunnah waljamaah mengatakan :

الْعَقْلُ الصَّرِيْحُ مُوَافِقٌ لِلنَّقْلِ الصَّحِيْحِ وَلاَ تعَارَضُ قَطْعِيًّا بَيْنَهُمَا وَعِنْدَ تَوَهُّمِ التَّعَارُضِ يُقَدَّمُ النَّقْلُ عَلَى العَقْلِ
Akal yang sehat pasti berkesesuaian dengan dalil yang sohih, tidak mungkin keduanya bertentangan. Maka disaat timbul keraguan adanya perselisihan antara keduanya dalil naqli didahulukan dari dalil aqli.

Demikianlah prinsip ini dipegang teguh oleh para nabi dan orang-orang soleh. Semua yang datangnya dari Alloh dan rosulNya mereka terima kendati terkadang bertentangan dengan logika.

Hajar rela dirinya ditinggal pergi oleh Ibrohim di lembah yang tandus tak berpenghuni karena mengetahui bahwa itu adalah kehendak Alloh :

يَا إِبْرَاهِيمُ أَيْنَ تَذْهَبُ وَتَتْرُكُنَا بِهَذَا الْوَادِي الَّذِي لَيْسَ فِيهِ إِنْسٌ وَلَا شَيْءٌ فَقَالَتْ لَهُ ذَلِكَ مِرَارًا وَجَعَلَ لَا يَلْتَفِتُ إِلَيْهَا فَقَالَتْ لَهُ أَاللَّهُ الَّذِي أَمَرَكَ بِهَذَا قَالَ نَعَمْ قَالَتْ إِذَنْ لَا يُضَيِّعُنَا

Wahai Ibrahim, kamu mau pergi kemana ? Apakah kamu (tega) meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang manusia dan tidak ada sesuatu apapun ini. Ibu Isma'il terus saja mengulang-ulang pertanyaannya berkali-kali hingga akhirnya Ibrahim tidak menoleh lagi kepadanya. Akhirnya ibu Isma'il bertanya; Apakah Allah yang memerintahkan kamu atas semuanya ini ? Ibrahim menjawab : Ya. Ibu Isma'il berkata : Kalau begitu, Allah tidak akan menelantarkan kami [HR Bukhori dan Ahmad]

Ismail begitu mantap untuk disembelih oleh sang ayah karena perintah yang tidak masuk akal itu datang dari Alloh Yang Maha Mengetahui :

يأبَتِ افْعَلْ ماَتُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إنْ شَاءَ الله مِنَ الصَّابِرِيْنَ

Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar [ash shofat : 102]

Tanpa banyak berpikir, Ali mengusap sepatu bagian atas saat berwudlu, meski menurut logika bagian bawahlah yang kotor sehingga lebih berhak untuk diusap. Alipun berkata :

لَوْ كَانَ اَلدِّينُ بِالرَّأْيِ لَكَانَ أَسْفَلُ اَلْخُفِّ أَوْلَى بِالْمَسْحِ مِنْ أَعْلَاهُ وَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَمْسَحُ عَلَى ظَاهِرِ خُفَّيْهِ

Jikalau agama itu cukup dengan pikiran semata maka bagian bawah sepatu lebih utama untuk diusap daripada bagian atas. Aku benar-benar melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengusap punggung kedua sepatunya [ HR Abu Dawud]

Dalam pikiran Umar bin Khotob, mencium hajar aswad tidak masuk nalar. Tapi akhirnya ia menciumnya tanpa ada keberatan sedikitpun demi ittiba’ (mengikuti apa yang dianjarkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لَا تَضُرُّ وَلَا تَنْفَعُ وَلَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ

Sesungguhnya aku tahu bahwa engkau hanyalah batu yang tidak membahayakan dan tidak memberi manfaat. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menciummu, aku tidak akan menciummu [Muttafaq Alaihi]

Contoh-contoh di atas bertolak belakang dengan sikap iblis. Perintah sujud kepada Adam ditimbang dengan logika. Dalam benaknya, tidak mungkin senior tunduk kepada yunior. Api dinilai lebih mulia dari tanah. Walhasil menolak perintah Alloh dijadikan sebagai pilihan.
Di masyarakat kita mendapatkan penolakan syariat islam hanya karena faktor pertimbangan logika. Menggundul rambut bayi saat berusia tujuh hari diabaikan karena menurut mereka kepala bayi masih empuk sementara mereka juga khawatir masuk angin akan menimpa si anak bila kepala tanpa rambut.

Demikianlah Alloh yang a’lamu haitsu yaj’alu risaalatah (lebih mengetahui akan syariat yang ditetapkanNya) ditolak oleh kepicikan logika manusia yang serba terbatas.
Assalaf ash sholih memberi nasehat kepada kita akan bahaya arro’yu (logika) ya
g berujung kepada ketidak patuhan kita kepada Alloh :
Abu Bakar ash Shiddiq berkata : bumi mana lagi yang harus aku injak, langit mana lagi yang bisa menjadi naungan bila aku berkata tentang ayat dari kitabulloh atas dasar ro’yuku semata atau dengan sesuatu yang tidak ada dasar ilmunya.

Umar bin Khothob berkata : hati-hatilah dengan arro’yu karena ash haburro’yi mereka itulah musuh-musuh sunnah.
Maroji’ :

I’lamul Muwaqi’in, Ibnu Qoyyim Aljauziyyah 1/43-44

Hukum Mencampur Dan Menggabung (32)

Senyuman Dan Muka Masam

Tiap senyuman memiliki beragam arti. Bila bibir berbentuk rata, ia pertanda menyukai apa yang ia berikan dari senyuman itu. Ketika bibir melengkung ke atas itu sinyal sinis atau tanda ketikadksukaan.

Dalam banyak hadits rosululloh shollallohu alaihi wasallam memberikan senyuman kepada pihak lain dengan contoh pertama. Akan tetapi sekali waktu beliau pernah melakukannya dengan contoh kedua. Hal ini beliau lakukan pada Ka’ab bin Malik yang absen dalam perang tabuk.
Di saat para sahabat rela meninggalkan kebun kurma yang tengah siap dipanen, sementara musin panas sedang berada di puncaknya dan di sisi lain perjalanan perang tabuk teramat jatuh (20 hari perjalanan kuda). Mereka dengan ringan, patuh mengikuti perintah nabi shollallohu alaihi wasallam.

Ketika diketahui ketidak ikutsertaan Ka’ab bin Malik maka nabi shollallohu alaihi wasallam murka. Hal itu diketahui ketika Ka’ab menghadap beliau untuk minta maaf maka beliau menanggapinya dengan senyuman sinis. Hal inilah yang dituturkan oleh Ka’ab kepada anaknya :

فَلَمَّا سَلَّمْتُ عَلَيْهِ تَبَسَّمَ تَبَسُّمَ الْمُغْضَبِ

Maka tatkala aku mengucapkan salam kepada beliau, maka beliau tersenyum dengan senyuman orang marah ….. [HR Bukhori Muslim]

Sikap beliau yang sedikit sinis kepada Ka’ab adalah wajar. Di saat para sahabat berangkat untuk bertaruh nyawa demi kejayaan islam sementara Ka’ab bin Malik dengan tanpa alasan syar’i tetap berada di rumah bersama orang-orang munafik yang dikenal selalu berusaha menghindarkan diri dari faridloh jihad.

Hukum Mencampur Dan Menggabung (31)

Senyum Dan Tertawa

Nampak sama akan tetapi keduanya memiliki perbedaan. Senyum tidak menampakkan gigi karena mulut terkatup, suarapun tidak terdengar. Ia ungkapan kecintaan seseorang kepada orang lain. Sementara tertawa timbul karena ada lelucon di depan mata. Mulut terbuka sehingga gigi terlihat. Suara yang timbul akan terdengar jelas.
Dalam pandangan islam, senyum sangat dianjurkan. Tertawa meski hukumnya boleh akan tetapi tidak dianjurkan untuk sering dilakukan. Sebuah hadits menyebutkan :
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُسْتَجْمِعًا قَطُّ ضَاحِكًا حَتَّى أَرَى مِنْهُ لَهَوَاتِهِ إِنَّمَا كَانَ يَتَبَسَّمُ

Dari Aisyah radliallahu 'anha dia berkata aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tertawa terbahak-bahak hingga terlihat langit-langit dalam mulutnya, beliau hanya biasa tersenyum [HR Bukhori Muslim]

Para ulama memberi komentar tentang keduanya :
Ibnu Hajar Al Atsqolani berkata : dari sejumlah hadits yang ada, kebanyakan dari kondisi rosululloh shollallohu alaihi wasallam adalah tidak lebih dari tersenyum. Terkadang beliau tertawa. Tertawa dinilai makruh bila dilakukan sering dan melampaui batas karena hal itu akan menghilangkan kewibawaan.

Syaikh Mushthofa Albugho berkata : dianjurkan menyedikitkan tertawa, karena banyak tertawa adalah ciri dari lalainya seseorang kepada Alloh. Boleh jadi akan menghilangkan kewibawaan seseorang di hadapan saudara-saudaranya.

Selanjutnya, bagaimana bila keduanya berpadu ? Artinya senyuman disertai dengan tertawa ? Inilah yang dilakukan oleh nabi Sulaiman alaihissalam di saat melihat tingkah laku semut yang membuatnya terkagum :

حَتَّى إذَا أتَوْا عَلَى وَادِ النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يأيّها النَّمْلُ ادْخُلُوْا مَسَاكِنَكُمْ لاَيَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْماَنُ وَجُنُوْدُهُ وَهُمْ لاَيَشْعُرُوْنَ فَتَبَسَّمَ ضَاحِكاً مِّنْ قَوْلِهاَ

18. Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari";
19. Maka Dia tersenyum dengan tertawa karena perkataan semut itu ……. [annaml : 18-19]

Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di berkata : demikianlah kondisi para nabi alaihish sholaatu wassalam yang memiliki adab yang sempurna. Kekaguman diungkapkan sesuai dengan caranya yang benar. Tidak dilakukan dengan tertawa kecuali sekedar senyuman Sebagaimana juga yang dilakukan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam dimana tertawa beliau adalah senyuman. Terbahak-bahak menunjukkan kerendahan akal dan budi pekerti yang buruk.

Maroji’ :
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 10/589
Nuzhatul Muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho 1/499
Taisir Karim Arrohman, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di 2/963

Hukum Mencampur Dan Menggabung (30)

Kholifah Dan Wazir

Pembantu presiden adalah menteri. Sementara pembantu kholifah adalah wazir. Menteri yang baik senantiasa membantu presiden dalam menjelaskan tugasnya dan tanpa sungkan menegurnya di kala melakukan kesalahan. Rumus ABS (Asal Bapak Senang) adalah sloglan batil. Merugikan presiden dan menteri yang berakibat kesengsaraan rakyatnya.
Wazir yang baik adalah mampu membantu dan memotifasi kholifah dalam memimpin umat serta berani mengingatkan kekeliruannya. Inilah yang terjadi pada diri Umar bin Khothob di saat menjabat sebagai kholifah.

عَنْ ابْن عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَدِمَ عُيَيْنَةُ بْنُ حِصْنِ بْنِ حُذَيْفَةَ فَنَزَلَ عَلَى ابْنِ أَخِيهِ الْحُرِّ بْنِ قَيْسٍ وَكَانَ مِنْ النَّفَرِ الَّذِينَ يُدْنِيهِمْ عُمَرُ وَكَانَ الْقُرَّاءُ أَصْحَابَ مَجَالِسِ عُمَرَ وَمُشَاوَرَتِهِ كُهُولًا كَانُوا أَوْ شُبَّانًا فَقَالَ عُيَيْنَةُ لِابْنِ أَخِيهِ يَا ابْنَ أَخِي هَلْ لَكَ وَجْهٌ عِنْدَ هَذَا الْأَمِيرِ فَاسْتَأْذِنْ لِي عَلَيْهِ قَالَ سَأَسْتَأْذِنُ لَكَ عَلَيْهِ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ فَاسْتَأْذَنَ الْحُرُّ لِعُيَيْنَةَ فَأَذِنَ لَهُ عُمَرُ فَلَمَّا دَخَلَ عَلَيْهِ قَالَ هِيْ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ فَوَاللَّهِ مَا تُعْطِينَا الْجَزْلَ وَلَا تَحْكُمُ بَيْنَنَا بِالْعَدْلِ فَغَضِبَ عُمَرُ حَتَّى هَمَّ أَنْ يُوقِعَ بِهِ فَقَالَ لَهُ الْحُرُّ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ لِنَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) خُذْ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنْ الْجَاهِلِينَ( وَإِنَّ هَذَا مِنْ الْجَاهِلِينَ وَاللَّهِ مَا جَاوَزَهَا عُمَرُ حِينَ تَلَاهَا عَلَيْهِ وَكَانَ وَقَّافًا عِنْدَ كِتَابِ اللَّهِ

Dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata; Uyainah bin Hishan bin Hudzafah datang, lalu singgah dirumah anak saudaranya yaitu AL Hurr bin Qais. Ia adalah salah seorang yang dekat dengan Umar, salah seorang Qari di Majlis Umar dan dewan syuranya. Baik ketika ia masih muda maupun sudah tua. Uyainah berkata kepada anak saudaranya; Wahai anak saudaraku, apakah kamu ada masalah dengan Amirul Mukminin, izinkanlah aku menemuinya. AL Hurr berkata; Aku akan memintakan izin untukmu. Ibnu Abbas berkata; Maka Al Hurr meminta izin untuk Uyainah agar bisa menemui Umar, Umar pun mengizinkannya. Tatkala ia masuk, ia berkata; Wahai Ibnul Khatthab, Demi Allah, anda tidak memenuhi hak kami, dan tidak bersikap adil kepada kami. Maka Umar pun marah, hampir saja ia akan memukulnya. Lalu Al Hurr berkata kepadanya; Wahai Amirul Mukminin, Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. Dan ini terhadap orang-orang yang bodoh. Ibnu Abbas berkata; maka demi Allah, Umar pun tidak menyakitinya ketika ayat itu dibacakan kepadanya. Ia berhenti mendengar Kitabullah [HR Bukhori]

Hadits di atas menunjukkan bahwa Umar memiliki staf pembantu dari kalangan orang berilmu dan sholih. Tidak segan Umar mendapatkan nasehat dari mereka ketika ada tanda-tanda penyimpangan yang terdapat pada dirinya meskipun mereka tahu bahwa Umar adalah orang yang berjiwa keras.

Syaikh Mushthofa Albugho menyimpulkan hadits di atas dengan mengatakan : pentingnya kedudukan para Quro’ yang merupakan ulama yang memahami hukum-hukum islam, mereka tidak berambisi dengan yang dimilikinya untuk memperoleh kesenangan dan keuntungan. Hadits ini memberi taujih agar pemimpin mengangkat pembantu yang baik yang bisa diajak bermusyawarah. Kemampuan mereka dalam bermusyawarah didukung oleh ilmu dan ketaqwaannya.
Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin berkata : demikianlah sudah seharusnya setiap amir atau kholifah mengangkat para pembantunya dari kalangan orang sholih, karena bila ia dikelilingi para menteri yang tidak sholih maka pemimpin akan celaka demikian juga rakyatnya.

Maroji’ :
Syarh Riyadlush Sholihin, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 1/116
Nuzhatul Muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho 1/67

Hukum Mencampur Dan Menggabung (29)

Dakwah Dan Jihad

Setiap negara pasti memiliki dua komponen yang tak terpisahkan, ideologi dan penjaganya. Indonesia memiliki ideologi yang bernama pancasila yang dijaga oleh kekuatan TNI dan Polri. Siapapun yang hendak mengusik keberadaan pancasila maka akan berhadapan dengan kekuatan militer.

Islam memiliki manhaj hidup yaitu alquran dan sunnah. Keduanya memiliki penjaga yang senantiasa menjadi pembela. Aljihad fisabilillah yang diemban oleh para mujahid akan ada terus ada hingga hari kiamat mengawal dakwah yang mengajak kembali kepada keduanya.

Demikianlah dalam sejarah, tidaklah tenaga dai dikirim kecuali di dalamnya tergabung para mujahid. Mereka berjihad sekaligus berdakwah, berdakwah yang dikawal oleh jihad. Dua riwayat di bawah ini sudah cukup dijadikan hujah akan pentingnya jihad dan dakwah :

Buraidah Radhiallahu’anhu berkata : Apabila Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mengangkat komandan pasukan perang atau batalyon, beliau menyampaikan pesan kepadanya agar selalu bertakwa kepada Allah, dan berlaku baik kepada kaum muslimin yang bersamanya, kemudian beliau bersabda :

اغزوا باسم الله في سبيل الله، قاتلوا من كفر بالله، اغزوا ولا تغلوا ولا تغدروا ولا تمثلوا ولا تقتلوا وليدا وإذا لقيت عدوك من المشركين فادعهم إلى ثلاث خصال أو خلال فأيتهن ما أجابوك فاقبل منهم وكف عنهم

Seranglah mereka dengan Asma’ Allah, demi di jalan Allah, perangilah orang-orang yang kafir kepada Allah, seranglah dan janganlah kamu menggelapkan harta rampasan perang, jangan menghianati perjanjian, jangan mencincang korban yang terbunuh, dan jangan membunuh anak-anak. Apabila kamu menjumpai musuh-musuhmu dari kalangan orang-orang musyrik, maka ajaklah mereka kepada tiga hal : mana saja yang mereka setujui, maka terimalah dan hentikanlah penyerangan terhadap mereka

ثم ادعهم إلى الإسلام، فإن أجابوك فاقبل منهم، ثم ادعهم إلى التحول من دارهم إلى دار المهاجرين، وأخبرهم إنهم إن فعلوا ذلك فلهم ما للمهاجرين، وعليهم ما على المهاجرين
Ajaklah mereka kepada agama islam, jika mereka menerima maka terimalah mereka, kemudian ajaklah mereka berhijrah dari daerah mereka ke daerah orang-orang muhajirin, dan beritahu mereka jika mereka mau melakukannya maka bagi mereka hak dan kewajiban sama seperti hak dan kewajiban orang-orang muhajirin.

فإن أبوا أن يتحولوا منها فأخبرهم أنهم يكونون كأعراب المسلمين يجري عليهم حكم الله تعالى، ولا يكون لهم في الغنيمة والفيء شيء إلا أن يجاهدوا مع المسلمين

Tetapi, jika mereka menolak untuk berhijrah dari daerah mereka, maka beritahu mereka, bahwa mereka akan mendapat perlakuan seperti orang-orang badui dari kalangan Islam, berlaku bagi mereka hukum Allah, tetapi mereka tidak mendapatkan bagian dari hasil rampasan perang dan fai, kecuali jika mereka mau bergabung untuk berjihad dijalan Allah bersama orang-orang Islam

فإن هم أبوا فاسألهم الجزية، فإن هم أجابوك فاقبل منهم وكف عنهم، فإن هم أبوا فاستعن بالله وقاتلهم

Dan jika mereka menolak hal tersebut, maka mintalah dari mereka jizyah, kalau mereka menerima maka terimalah dan hentikan penyerangan terhadap mereka. Tetapi jika semua itu ditolak maka mohonlah pertolongan kepada Allah dan perangilah mereka [HR Muslim]

Dalam hadits yang lain, disebutkan dari Sahl bin Sa’d, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam disaat perang khaibar bersabda :

لأعطين الراية غدا رجلا يحب الله ورسوله، ويحبه الله ورسوله، يفتح الله على يديه، فبات الناس يدوكون ليلتهم أيهم يعطاها، فلما أصبحوا غدوا على رسول الله كلهم يرجون أن يعطاها، فقال : أين علي بن أبي طالب ؟، فقيل : هو يشتكي عينيه، فأرسلوا إليه فأتي به، فبصق في عينيه ودعا له، فبرأ كأن لم يكن به وجع، فأعطاه الراية، فقال : انفذ على رسلك حتى تنـزل بساحتهم، ثم ادعهم إلى الإسلام، وأخبرهم بما يجب عليهم من حق الله تعالى فيه، فوالله لأن يهدي الله بك رجلا واحدا خير لك من حمر النعم، يدوكون أي يخوضون

Sungguh akan aku serahkan bendera (komando perang) ini besok pagi kepada orang yang mencintai Allah dan RasulNya, dan dia dicintai oleh Allah dan RasulNya, Allah akan memberikan kemenangan dengan sebab kedua tangannya, maka semalam suntuk para sahabat memperbincangkan siapakah diantara mereka yang akan diserahi bendera itu, di pagi harinya mereka mendatangi Rasulullah, masing-masing berharap agar ia yang diserahi bendera tersebut, maka saat itu Rasul bertanya : di mana Ali bin Abi Tholib ? mereka menjawab : dia sedang sakit pada kedua matanya, kemudian mereka mengutus orang untuk memanggilnya, dan datanglah ia, kemudian Rasul meludahi kedua matanya, seketika itu dia sembuh seperti tidak pernah terkena penyakit, kemudian Rasul menyerahkan bendera itu kepadanya dan bersabda : melangkahlah engkau kedepan dengan tenang hingga engkau sampai ditempat mereka, kemudian ajaklah mereka kepada Islam, dan sampaikanlah kepada mereka akan hak-hak Allah dalam Islam, maka demi Allah, sungguh Allah memberi hidayah kepada seseorang dengan sebab kamu itu lebih baik dari onta-onta yang merah [Bukhori dan Muslim]

Maroji’ :
Kitab tauhid, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bab Addu’a ilaa syahaadati anlaa ilaaha illalloh

Hukum Mencampur Dan Menggabung (28)

Pengobatan Dan Dakwah

Kaum nasrani di Indonesia, sering menjadikan rumah sakit yang mereka dirikan sebagai sarana program kristenisasi. Iming-iming pembebasan biaya sebagai imbalan dari kesediaan pasien untuk berpindah agama adalah sering kita dengar beritanya. Mereka juga menyediakan pastur-pastur yang menyamar sebagai psikiater. Datang memberi motivasi kepada si sakit untuk yakin bahwa penyakitnya akan sembuh, akan tetapi semua berujung kepada ajakan memasuki agama mereka.

Islam sebenarnya mengajarkan hal itu. Menggabungkan antara pengobatan dan dakwah. Peristiwa ash habul ukhdud yang diabadikan dalam surat alburuj yang selanjutnya diperjelas oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam adalah salah satu contohnya. Dalam kisa itu si tabib memberi syarat kepada pasiennya untuk beriman kepada Alloh dan meyakini penyembuh semua penyakit tidak lain adalah Alloh.

Kenapa cara ini ia lakukan ? Karena pada saat itu semua lapisan masyarakat digiring dan dipaksa untuk meyakini bahwa tuhan yang sebenarnya adalah raja mereka. Dengan pengobatan inilah dirinya ingin memanfaatkan mengenalkan kepada manusia siapa ilah yang sebenarnya :

عَنْ صُهَيْبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ …. وَكَانَ الْغُلَامُ يُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَيُدَاوِي النَّاسَ مِنْ سَائِرِ الْأَدْوَاءِ فَسَمِعَ جَلِيسٌ لِلْمَلِكِ كَانَ قَدْ عَمِيَ فَأَتَاهُ بِهَدَايَا كَثِيرَةٍ فَقَالَ مَا هَاهُنَا لَكَ أَجْمَعُ إِنْ أَنْتَ شَفَيْتَنِي فَقَالَ إِنِّي لَا أَشْفِي أَحَدًا إِنَّمَا يَشْفِي اللَّهُ فَإِنْ أَنْتَ آمَنْتَ بِاللَّهِ دَعَوْتُ اللَّهَ فَشَفَاكَ فَآمَنَ بِاللَّهِ فَشَفَاهُ اللَّهُ

Dari Shuhaib : bahwasanya rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Si pemuda itu bisa menyembuhkan orang buta dan berbagai penyakit. Salah seorang teman raja yang buta lalu ia mendengarnya, ia mendatangi pemuda itu dengan membawa hadiah yang banyak, ia berkata : Sembuhkan aku dan kau akan mendapatkan yang aku kumpulkan disini. Pemuda itu berkata : Aku tidak menyembuhkan seorang pun, yang menyembuhkan hanyalah Allah, bila kau beriman padaNya, aku akan berdoa kepadaNya agar menyembuhkanmu. Teman si raja itu pun beriman lalu si pemuda itu berdoa kepada Allah lalu ia pun sembuh [HR Muslim]

Hukum Mencampur Dan Menggabung (27)

Tauhid Rububiyyah dan Tauhid Uluhiyyah

Tauhid rububiyyah adalah meyakini bahwa Alloh satu-satunya yang menciptakan, merajai dan mengurusi alam semesta. Semua manusia diberi potensi memiliki tauhid ini sebagaimana pertanyaan Alloh kepada bayi yang ada dalam kandungan :

ألَسْتُ بِرَبِّكُمْ قاَلُوْا بَلَى شَهِدْناَ

Bukankah Aku adalah Rob kalian ? Mereka menjawab : benar, kami bersaksi [al a’rof : 172]

Para ulama juga sepakat bahwa tauhid jenis ini diyakini oleh semua makhluq hingga kaum kafir quraisy, bahkan iblis sekalipun :

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَ الأَرْضَ لَيَقُوْلُنَّ الله

Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka (kaum kafir quraisy) : Siapakah yang menciptakan langit dan bumi ? tentu mereka akan menjawab : Allah [luqman : 25]

Ayat ini menerangkan bahwa kaum quraisy meyakini bahwa pencipta langit dan bumi adalah Alloh. Tapi sayang keyakinan yang baik ini tidak dilanjutkan dengan ketundukannya kepada ajakan rosululloh shollallohu alaihi wasallam untuk beribadah kepada Alloh. Mereka justru memberikan semua peribadahan kepada selainNya. Patung, kuburan, jimat dan lainnya adalah tempat kembali mereka untuk menghadapi semua masalah hidup.

قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إلَى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ

Iblis berkata : wahai Robku, beri umur tangguh kepadaku hingga hari dibangkitkan [alhijr : 36]

Ayat ini menerangkan bahwa iblis memiliki dua keyakinan, yaitu percaya Alloh adalah Rob. Berarti ia mengakui bahwa Alloh pencipta, penguasa dan pengatur alam semesta. Yang kedua ia percaya akan adanya hari berbangkit. Berarti ia mengetahui kematian, kebangkitan dan balasan yang akan Alloh timpakan kepada dirinya atas perbuatannya. Disayangkan keyakinan ini tidak menyebabkan iblis tunduk kepada Alloh.

Oleh karena itu keyakinan semata tidak menjamin seorang bisa selamat dari ancaman Alloh. Tauhid rububiyyah mesti ada kelanjutan. Itulah yang disebut dengan tauhid uluhiyyah. Ia bermakna bahwa Allohlah satu-satunya dzat yang berhak diibadahi.
Tauhid ini merupakan puncak awal dan akhir dari din ini. Baik batin dan lahir. Karena tauhid inilah makhluq diciptakan, para rosul diutus sehingga manusia akan terbagi menjadi dua : kaum beriman yang bertauhid rububiyyah dan uluhiyyahdan golongan kafir yang hanya bermodalkan tauhid rububiyyah.

Maroji’ :
Alqoulul Mufid, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 1/9
Mengapa tauhid dibagi menjadi Tiga, Syaikh Abdurrozaq Abdul Muhsin Al ‘Abbad hal 11