Keteladanan Imam nawawi

Petikan Nasehat Syaikh Abdulloh Azzam

Imam Nawawi menghabiskan sebagian besar umurnya di negeri Syam. Beliau menjadi tokoh di negerinya hingga mendapat gelar Muhyiddin (yang menghidupkan agama). Boleh jadi tidak ada dalam sejarah fiqh islam seorang yang lebih mendalam pengertian fiqihnya daripada Imam Nawawi.

Kendati beliau hidup di negeri Syam hingga akhir hidupnya, akan tetapi tidak pernah beliau memakan buah-buahan dari negeri tersebut. Tatkala orang-orang menanyakannya, beliau menjawab “ di negeri ini ada kebun-kebun wakaf yang hilang. Saya khawatir memakan buah-buahan dari kebun-kebun itu “.

Tatkala tentara Tartar menyerbu negeri Syam, Zahir Bebres berkata : saya menghendaki fatwa dari para ulama agar saya dapat menghimpun dana untuk membeli senjata guna menghadapi serangan banghsa Tartar. Seluruh ulama memberikan fatwa seperti yang diminta Zahir Berbres kecuali seorang saja, yaitu Imam Nawawi.

Zahir mengutus seorang utusan untuk menjemputnya. Setelah kedatangannya, Zahir Berbres bertanya “ kenapa anda mencegah saya mengumpulkan dana untuk mengusir serangan musuh, serangan orang-orang kafir musuh umat islam ?”. Imam Nawawi menjawab : Ketahuilah, dahulu engkau datang kepada kami hanyalah sebagai budak. Sekarang saya melihatmu memiliki banyak harta, pelayan, tanah dan perkebunan. Jika semua itu telah engkau jual untuk membeli senjata, kemudian sesudahnya engkau masih memerlukan dana untuk mempersiapkan kaum muslimin, maka saya akan memberikan fatwa itu padamu.

Demi mendengar jawaban itu, Zahir Berbres murka besar hingga ia berkata “ keluarlah engkau dari negeri Syam ini ! “ Lalu beliau keluar dan menetap di desa asalnya yaitu desa Nawa (yang menyebabkan beliau disebut Imam Nawawi).

Rupanya pengusiran terhadap Imam Nawawi menyebabkan kemarahan para ulama. Merek beramai-ramai mendatangi Zahir Berbres dan berkata : kami tidak mampu hidup tanpa Imam Nawawi. Zahirpun mengatakan : kembalikan ia ke negeri Syam lagi ! Selanjutnya mereka pergi ke desa Nawa dengan harapan dapat mengembalikan beliau kembali tinggal di Syam. Akan tetapi Imam Nawawi menolak seraya berkata : Demi Alloh, saya tidak akan kembali ke negeri Syam selama Zahir masih ada di sana. Allohpun berkenan mengabulkan sumpahnya hingga Zahir mati, sebulan sesudah sumpah Imam Nawawi. Maka kembalilah Imam Nawawi ke negeri Syam.