Dzikir Ba’da Sholat



Suara Dalam Sholat (8)

Ketika imam dan makmum sudah mengucapkan salam maka sholat berjamaah dinyatakan telah selesai. Kegiatan selanjutnya dilakukan sendiri-sendiri termasuk di dalamnya bacaan dzikir ba’da sholat.

Ada yang berpendapat bahwa dzikir dilakukan dengan keras dan berjamaah dengan argumen hadits dari Abu Ma’bad :

عن أبي مَعْبَدٍ أَخْبَرَهُ أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ رضى الله عنهما أَخْبَرَهُ أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِينَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنَ الْمَكْتُوبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِىِّ  صلى الله عليه وسلم وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوا بِذَلِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ  

Dari Abu Ma’bad mengabarkan bahwa Ibnu Abbas rodliyallohu anhuma memberitahunya bahwa mengeraskan suara saat berdzikir ketika manusia selesai dari sholat ada pada jaman nabi shollallohu alaihi wasallam. Ibnu Abbas berkata : Aku mengetahui hal itu (berdzikir dengan mengeraskan suara) ketika mereka selesai dari sholat, saat itu aku mendengarnya [muttafaq alaih]

Dengan hadits di atas kesimpulan sekilas bahwa dzikir ba’da sholat dilakukan dengan jahr (keras). Alangkah baiknya bila kita memperhatikan penjelasan imam Syafi’i tentang hadits di atas yang dikutip oleh imam Nawawi :

وَحَمَلَ الشَّافِعِيّ رَحِمَهُ اللَّه تَعَالَى هَذَا الْحَدِيث عَلَى أَنَّهُ جَهَرَ وَقْتًا يَسِيرًا حَتَّى يُعْلِمهُمْ صِفَة الذِّكْر لَا أَنَّهُمْ جَهَرُوا دَائِمًا قَالَ : فَاخْتَارَ لِلْإِمَامِ وَالْمَأْمُوم أَنْ يَذْكُرَا اللَّه تَعَالَى بَعْد الْفَرَاغ مِنْ الصَّلَاة وَيُخْفِيَانِ ذَلِكَ إِلَّا أَنْ يَكُون إِمَامًا يُرِيد أَنْ يُتَعَلَّم مِنْهُ فَيَجْهَر حَتَّى يَعْلَم أَنَّهُ قَدْ تُعُلِّمَ مِنْهُ   .

Imam Nawawi berkata : Imam Syafi’i rohimahullohu Ta’ala menerangkan bahwa hadits ini membolehkan mengeraskan dzikir ba’da sholat untuk sementara waktu hingga beliau mengajarkan kepada mereka tentang shifat dzikir, bukan mengajak untuk mendawamkan dzikir secara keras. Imam Syafi’i berpendapat bahwa imam dan makmum berdzikir setelah sholat dengan memelankan suara kecuali kalau imam ingin mengajarkan dzikir lalu mengeraskan dzikirnya hingga ia mengetahui bahwa makmun sudah mengambil ilmu darinya

Walhasil jahr dalam dzikir ba’da sholat bersifat sementara dengan tujuan ta’lim (mengajari)

Maroji’ :

Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 6/103

Syarh Shohih Muslim, Imam Nawawi 2/361


Sholat Jenazah



Suara Dalam Sholat (7)

Syaikh Abu Malik Kamal Assayyid berkata :

ويسر بالقراءة والدعاء في صلاة الجنازة وإن روى عن إبن عباس أنه جهر بفاتحة الكتاب إلا ذالك كان للتعليم كما قال أحمد إنما جهر ليعلمهم

Qiroah dan doa pada sholat jenazah dibaca sirr meski ada riwayat dari Ibnu Abbas bahwa dia membaca jahr untuk surat alfatihah, akan tetapi itu dilakukan dengan tujuan ta’lim (mengajari) sebagaimana perkataan Ahmad “ Sesungguhnya dibaca jahr dengan tujuan untuk mengajari mereka “

Maroji’ :

Shohih Fiqih Sunnah, Syaikh Abu Malik Kamal Assayyid 1/658

Sholat Yang Menyebabkan Berkumpulnya Kaum Muslimin



Suara Dalam Sholat (6)

Islam menganjurkannya untuk dibaca jahr sebagai bagian dari menghidupkan syiar-syiar islam seperti sholat gerhana. Syaikh Abu Malik Kamal Assayyid berkata :

السنة أن يجهر بالقرءاة في صلاته وبه قال أحمد وإسحاق وصاحبا أبي حنيفة

Sesuai dengan sunnah bacaan dijahrkan pada sholat gerhana. Demikianlah perkataan dari Ahmad, Ishaq dan dua sahabat Abu Hanifah

Argumen dari pendapat ini adalah :

عَنْ عَائِشَةَ رضى الله عنها جَهَرَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم فِى صَلاَةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ ، فَإِذَا فَرَغَ مِنْ قِرَاءَتِهِ كَبَّرَ فَرَكَعَ ، وَإِذَا رَفَعَ مِنَ الرَّكْعَةِ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ، رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ . ثُمَّ يُعَاوِدُ الْقِرَاءَةَ فِى صَلاَةِ الْكُسُوفِ ، أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِى رَكْعَتَيْنِ وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ

Dari Aisyah rodliyallohu anha : Nabi shollallohu alaihi wasallam menjahrkan bacaannya pada sholat gerhana. Apabila selesai dari bacaannya, beliau bertakbir lalu ruku. Bila mengangkat kepala dari ruku, beliau membaca “ Sami’alloohu liman hamidahu Robbanaa walakalhamdu “ Setelah itu mengulangi bacaannya pada sholat gerhana. Dalam satu rokaat beliau ruku dan sujud sebanyak empat kali [HR Bukhori]

Selain sholat gerhana, sholat istisqo juga ditunaikan dengan jahriyyah. Sebagaimana sebuah riwayat :

عَنْ عَبَّادِ بْنِ تَمِيمٍ عَنْ عَمِّهِ قَالَ خَرَجَ النَّبِىُّ  صلى الله عليه وسلم يَسْتَسْقِى فَتَوَجَّهَ إِلَى الْقِبْلَةِ يَدْعُو ، وَحَوَّلَ رِدَاءَهُ ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ جَهَرَ فِيهِمَا بِالْقِرَاءَةِ

Dari Abbad Bin Tamim dari pamannya. Nabi shollallohu alaihi wasallam keluar untuk menunaikan istisqo. Beliau menghadap ke arah kiblat, berdoa dan membalikkan sorbannya. Setelah itu sholat dua rokaat dengan menjahrkan bacaannya [HR Bukhori dan Nasai]

Imam Bukhori membuat judul untuk hadits di atas dengan :

باب الْجَهْرِ بِالْقِرَاءَةِ فِى الاِسْتِسْقَاءِ

Bab Menjahrkan Bacaan Pada Istisqo

Sedangkan Imam Nasa’i memberi judul :

بَاب الْجَهْرِ بِالْقِرَاءَةِ فِي صَلَاةِ الِاسْتِسْقَاءِ

Bab Menjahrkan Bacaan Pada Sholat Istisqo

Sholat jumat, meski siang diperintahkan untuk dibaca jahr. Inilah yang dilakukan oleh Abu Huroiroh di Mekah ketika memimpin sholat jumat dengan membawakan surat aljumuah dan almunafiqun. Abu Rofi'pun berkata dengan nada bertanya :

إِنَّكَ قَرَأْتَ بِسُورَتَيْنِ كَانَ عَلِىُّ بْنُ أَبِى طَالِبٍ يَقْرَأُ بِهِمَا بِالْكُوفَةِ.

Sesungguhnya engkau telah membaca dua surat yang biasa dibaca oleh Ali Bin Abi Tholib di Kufah

Mendengar hal itu, Abu Huroiroh berkata :

إِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقْرَأُ بِهِمَا يَوْمَ الْجُمُعَةِ.

Sesungguhnya aku mendengar rosululloh shollallohu alaihi wasallam membaca keduanya pada hari jumat [HR Muslim]

Sebagaimana sholat jumat ditunaikan dengan jahr maka sholat ied juga ditunaikan dengan jahr karena keduanya adalah ied bagi kaum muslimin. Idul fitri dan idul adha adalah ied tahunan sedangkan jumat adalah ied pekanan.

Maroji’ :

Shohih Fiqih Sunnah, Syaikh Abu Malik Kamal Assayyid 1/438 dan 443

Suara Aamiin



Suara Dalam Sholat (5)

Membaca aamiin di akhir surat alfatihah saat sholat hukumnya wajib. Ini berlaku bagi imam dan makmum, terlebih munfarid (orang yang sholat sendirian). Dalil dari ketetapan ini adalah sabda nabi shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِذَا أَمَّنَ الإِمَامُ فَأَمِّنُوا فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِينُهُ تَأْمِينَ الْمَلاَئِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ    

Dari Abu Huroiroh : Bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Apabila imam mengucapkan aamiin maka beraminlah karena sesungguhnya siapa yang serentak bacaan aamiinnya dengan aamiin malaikat maka akan diampuni baginya dosa-dosa terdahulu [HR Bukhori, Muslim, Malik, Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Khuzaimah]

Dilihat dari hadits di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa bacaan aamiin diucapkan dengan suara jahr baik imam maupun makmum. Imam Bukhori membuat judul dalam kitab shohihnya :

باب جَهْرِ الإِمَامِ بِالتَّأْمِينِ

Bab Imam Menjahrkan Bacaan Aamiin

Imam Bukhori juga berkata :

أَمَّنَ ابْنُ الزُّبَيْرِ وَمَنْ وَرَاءَهُ حَتَّى إِنَّ لِلْمَسْجِدِ لَلَجَّ

Ibnu Zubair dan orang yang ada di belakangnya (makmum) mengucapkan aamiin hingga terdengar suara gemuruh di masjid

Abu Malik Kamal Assayyid berkata :

فالصحيح أن التأمين واجب على الإمام والمأموم والمنفرد مطلقا جهرا في الجهرية وسرا في السرية والله أعلم

Pendapat yang benar bahwa bacaan aamiin hukumnya wajib bagi imam, makmum dan munfarid secara mutlaq. Dibaca jahr pada sholat jahriyyah dan dibaca sirr pada sholat sirriyyah. Wallohu a’lam

Maroji’ :

Shohih Fiqih Sunnah, Abu Malik Kamal Assayyid 1/333

Suara Di Sholat Malam



Suara Dalam Sholat (4)

Diperbolehkan dibaca sirr, akan tetapi dianjurkan membacanya dengan bersuara meski tidak terlalu keras seperti nasehat rosululloh shollallohu alaihi wasallam kepada Abu Bakar dan Umar Bin Khothob :

عَنْ أَبِى قَتَادَةَ : أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم خَرَجَ لَيْلَةً فَإِذَا هُوَ بِأَبِى بَكْرٍ رضى الله عنه يُصَلِّى يَخْفِضُ مِنْ صَوْتِهِ قَالَ وَمَرَّ بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ وَهُوَ يُصَلِّى رَافِعًا صَوْتَهُ قَالَ فَلَمَّا اجْتَمَعَا عِنْدَ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم : يَا أَبَا بَكْرٍ مَرَرْتُ بِكَ وَأَنْتَ تُصَلِّى تَخْفِضُ صَوْتَكَ. قَالَ : قَدْ أَسْمَعْتُ مَنْ نَاجَيْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ وَقَالَ لِعُمَرَ : مَرَرْتُ بِكَ وَأَنْتَ تُصَلِّى رَافِعًا صَوْتَكَ  قَالَ فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أُوقِظُ الْوَسْنَانَ وَأَطْرُدُ الشَّيْطَانَ. فَقَالَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم يَا أَبَا بَكْرٍ ارْفَعْ مِنْ صَوْتِكَ شَيْئًا  وَقَالَ لِعُمَرَ  اخْفِضْ مِنْ صَوْتِكَ شَيْئًا

Dari Abu Qotadah : Bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam keluar di suatu malam. Ternyata didapati Abu Bakar rodliyallohu anhu menunaikan sholat dengan merendahkan suaranya. Beliau juga melewati Umar Bin Khothob yang sedang sholat dengan mengeraskan suaranya. Ketika keduanya berkumpul di depan nabi shollallohu alaihi wasallam, nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Wahai Abu Bakar, aku lewat di depan rumahmu sedangkan engkau sholat dengan merendahkan suaramu. Abu Bakar berkata : Wahai rosululloh, sungguh aku telah memperdengarkan suara kepada siapa yang aku bermunajat kepadanya. Beliau bersabda kepada Umar : Aku melewati rumahmu dimana sengkau sedang menunaikan sholat dengan mengeraskan suaramu. Umar berkata : Wahai rosululloh, aku ingin membangunankan orang yang tidur dan mengusir setan. Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Wahai Abu Bakar, angkat sedikit suaramu sedikit dan bersabda kepada Umar : Rendahkan sedikit suaramu [HR Abu Daud dan Alhakim]

Nasehat nabi shollallohu alaihi wasallam kepada kedua sahabatnya sesuai dengan firman Alloh :

وَلَا تَجْهَر بِصَلَاتِك وَلَا تُخَافِت بِهَا وَابْتَغِ بَيْن ذَلِكَ سَبِيلًا

Dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu [al isro : 110]

Sifat qiroah seperti ini tentu bermanfaat bagi orang yang sholat karena akan lebih menikmati bacaannya dan bisa membangunkan orang yang masih terlelap tidur. Tentang suara nabi shollallohu alaihi wasallam dalam sholat tahajud, Ibnu Abbas berkata :

كَانَ يَقْرَأُ فِي حُجْرَتِهِ قِرَاءَةً لَوْ أَرَادَ حَافِظٌ أَنْ يَحْفَظَهَا فَعَلَ

Beliau membaca di kamarnya dimana seandainya ada orang yang ingin menghafalnya maka akan mampu melakukannya

Maroji’ :

Aunul Ma’bud 3/227

Tuhfatul Ahwadzi 1/482


Sholat Di Siang Hari Sirr



Suara Dalam Sholat (3)

Kendati demikian, diperbolehkan bagi imam untuk menjahrkan sebagian ayat yang dibaca sebagaimana keterangan dari Abu Qotadah :

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ رضي الله عنه قَالَ كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّي بِنَا  فَيَقْرَأُ فِي اَلظُّهْرِ وَالْعَصْرِ فِي اَلرَّكْعَتَيْنِ اَلْأُولَيَيْنِ بِفَاتِحَةِ اَلْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ  وَيُسْمِعُنَا اَلْآيَةَ أَحْيَانًا  وَيُطَوِّلُ اَلرَّكْعَةَ اَلْأُولَى  وَيَقْرَأُ فِي اَلْأُخْرَيَيْنِ بِفَاتِحَةِ اَلْكِتَابِ  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Abu Qotadah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam selalu sholat bersama kami pada dua rakaat pertama dalam sholat Dhuhur dan Ashar beliau membaca al-Fatihah dan dua surat dan kadangkala memperdengarkan kepada kami bacaan ayatnya beliau memperpanjang rakaat pertama dan hanya membaca al-fatihah dalam dua rakaat terakhir [muttafaq alaih]

Terkadang menjahrkan sebagian ayat dilakukan imam dengan sengaja untuk memberitahu makmum tentang surat yang dibaca atau tidak sengaja karena bisa jadi imam terbawa oleh penghayatannya terhadap surat yang dibaca. Imam Syafi’i berkata :

لا نرى بأسا أن يتعمد الرجل الجهر بالشيء من القرآن ليعلم من خلفه أنه يقرأ

Kami tidak menilai salah bagi seseorang yang sengaja menjahrkan sedikit dari ayat quran untuk memberitahu orang yang ada di belakangnya bahwa dia sedang membaca

Dalam banyak riwayat, ternyata sebagian sahabat melakukan apa yang dilakukan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam. Mujahid berkata :

أنه سمع عبد الله بن عمرو يقرأ في الظهر بـ كهيعص

Bahwa dia mendengar Abdulloh Bin Amru membaca di surat dzuhur “ Kaaf yaa ha ya ain shod “

Abu Utsman Alhindi berkata :

سمعت من ابن عمر نغمة من ق في صلاة الظهر

Aku mendengar dari Ibnu Umar naghom (bagusnya suara) dari surat qof pada sholat dzuhur

Humaid, Tsabit, Qotadah dan Attaymi berkata :

أن أنساً صلى بهم الظهر والعصر ، وكان يسمعهم النغمة أحياناً

Anas mengimami mereka untuk sholat dzuhur dan ashar. Ia terkadang memperdengarkan kepada mereka naghom (bagusnya suara)

Alqomah berkata :

صليت إلى جنب عبد الله بن مسعود بالنهار ، فلم أدر أي شيء قرأ ، حتى سمعته يقول رب زدني علماً ، فظننته يقرأ  طه

Aku pernah sholat di samping Abdulloh Bin Mas’ud di siang hari. Aku tidak mengetahui apa yang ia baca hingga aku mendengarnya membaca “ Robbii zidnii ‘ilmaa “. Aku mengira ia membaca surat thoha

Maroji’ :

Aunul Ma’bud 2/301

Fathul Bari, Ibnu Rojab Alhambali 5/254


Suara Imam Yang Lemah Dikeraskan Oleh Muballigh



Suara Dalam Sholat (2)

Saat tidak ada pengeras suara sementara masjid begitu luas dan jamaah sangat berlimpah maka demi kemaslahatan, dianjurkan bagi salah satu makmum untuk mengeraskan bacaan takbir imam.

Kondisi ini bisa terjadi saat terjadi pemadaman aliran listrik. Dasar dari hal ini adalah apa yang dilakukan oleh Abu Bakar ketika rosululloh shollallohu alaihi wasallam sakit. Beliau tetap hadir di masjid meski dengan duduk untuk mengimami para sahabat. Karena suara lemah, maka Abu Bakar mengeraskan bacaan takbir rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Aisyah memberi kesaksian :

عَنْ عَائِشَةَ رضى الله عنها قَالَتْ لَمَّا مَرِضَ النَّبِىُّ  صلى الله عليه وسلم مَرَضَهُ الَّذِى مَاتَ فِيهِ أَتَاهُ بِلاَلٌ يُؤْذِنُهُ بِالصَّلاَةِ فَقَالَ مُرُوا أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ. قُلْتُ إِنَّ أَبَا بَكْرٍ رَجُلٌ أَسِيفٌ ، إِنْ يَقُمْ مَقَامَكَ يَبْكِى فَلاَ يَقْدِرُ عَلَى الْقِرَاءَةِ . قَالَ  مُرُوا أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ  فَقُلْتُ مِثْلَهُ فَقَالَ فِى الثَّالِثَةِ أَوِ الرَّابِعَةِ  إِنَّكُنَّ صَوَاحِبُ يُوسُفَ ، مُرُوا أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ  . فَصَلَّى وَخَرَجَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم يُهَادَى بَيْنَ رَجُلَيْنِ ، كَأَنِّى أَنْظُرُ إِلَيْهِ يَخُطُّ بِرِجْلَيْهِ الأَرْضَ ، فَلَمَّا رَآهُ أَبُو بَكْرٍ ذَهَبَ يَتَأَخَّرُ ، فَأَشَارَ إِلَيْهِ أَنْ صَلِّ ، فَتَأَخَّرَ أَبُو بَكْرٍ رضى الله عنه وَقَعَدَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم إِلَى جَنْبِهِ ، وَأَبُو بَكْرٍ يُسْمِعُ النَّاسَ التَّكْبِيرَ  

Dari Aisyah rodliyallohu anha berkata : Ketika nabi shollallohu alaihi wasallam sakit yang mengantar beliau kepada kematian, datanglah Bilal untuk mengajak beliau sholat. Beliau bersabda : Perintahkan Abu Bakar untuk memimpin sholat. Aku berkata : Abu Bakar adalah lelaki lemah. Bila dia menempati kedudukanmu, biasa menangis lalu tidak mampu membaca. Beliau bersabda : Perintahkan Abu Bakar untuk memimpin sholat. Akupun menyampaikan jawaban sama. Beliau bersabda untuk ketiga dan keempat kalinya, sesungguhnya kalian adalah saudara-saudara Yusuf, Perintahkan Abu Bakar untuk memimpin sholat ! Abu Bakar akhirnya memimpin sholat dan saat itu nabi shollallohu alaihi wasallam dipapah oleh dua orang. Seolah aku melihat beliau menyeret kedua kakinya di tanah. Ketika Abu Bakar melihat beliau, ia segera mundur. Beliau memberi isyarat kepadanya untuk tetap memimpin sholat. Abu Bakar rodliyallohu tetap mundur sedangkan nabi shollallohu alaihi wasallam duduk di sampingnya. Abu Bakar memperdengarkan bacaan takbir kepada manusia [HR Bukhori]

Maroji’ :

Shohih Fiqih Sunnah, Syaikh Abu Malik Kamal Sayyid 1/554

Bacaan Basmallah Dibaca Sirr Dan Jahr



Suara Dalam Sholat (1)

Ada dua cara membaca basmallah di awal alfatihah dan surat dalam sholat. Yang pertama disirrkan. Hal ini berdasarkan beberapa riwayat di bawah ini :

عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه ( أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ كَانُوا يَفْتَتِحُونَ اَلصَّلَاةِ بِـ (اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اَلْعَالَمِينَ )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ 

Dari Anas Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam Abu Bakar dan Umar memulai sholat dengan (membaca) alhamdulillaahi rabbil 'alamiin. [Muttafaq Alaihi]

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ صَلَّيْتُ خَلْفَ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم وَأَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَكَانُوا يَسْتَفْتِحُونَ بِ (الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ) لاَ يَذْكُرُونَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ فِى أَوَّلِ قِرَاءَةٍ وَلاَ فِى آخِرِهَا

Dari Anas Bin Malik berkata : Aku pernah sholat di belakang nabi shollallohu alaihi wasallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman. Mereka memulai sholat dengan (membaca) alhamdulillaahi rabbil 'alamiin tidak menyebut bismillahirrohmaanirrohiim di awal bacaan dan tidak pula di akhirnya [HR Muslim]

عَنْ أَنَسٍ قَالَ صَلَّيْتُ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَخَلْفَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَكَانُوا لاَ يَجْهَرُونَ بِ (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ )

Dari Anas Bin Malik berkata : Aku pernah sholat di belakang rosuulloh shollallohu alaihi wasallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman. Mereka tidak mengeraskan bismillahirrohmaanirrohiim [HR Muslim]

Yang kedua, basmallah dikeraskan. Inilah yang dilakukan oleh Abu Huroiroh atas kesaksian dari Nu’aim Bin Mujmir

عَنْ نُعَيْمٍ اَلْمُجَمِّرِ رضي الله عنه قَالَ : ( صَلَّيْتُ وَرَاءَ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَرَأَ : (بِسْمِ اَللَّهِ اَلرَّحْمَنِ اَلرَّحِيمِ) . ثُمَّ قَرَأَ بِأُمِّ اَلْقُرْآنِ  حَتَّى إِذَا بَلَغَ : (وَلَا اَلضَّالِّينَ)  قَالَ : "آمِينَ" وَيَقُولُ كُلَّمَا سَجَدَ  وَإِذَا قَامَ مِنْ اَلْجُلُوسِ : اَللَّهُ أَكْبَرُ . ثُمَّ يَقُولُ إِذَا سَلَّمَ : وَاَلَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنِّي لَأَشْبَهُكُمْ صَلَاةً بِرَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم )  رَوَاهُ النَّسَائِيُّ وَابْنُ خُزَيْمَةَ 

Nu'aim al-Mujmir berkata : Aku pernah sholat di belakang Abu Hurairah. Dia membaca (bismillaahirrahmaanirrahiim) kemudian membaca al-fatihah sehingga setelah membaca (waladldlolliin) dia membaca: Amin. Setiap sujud dan ketika bangun dari duduk selalu membaca Allaahu Akbar. Setelah salam dia mengatakan : Demi jiwaku yang ada di tanganNya sungguh aku adalah orang yang paling mirip sholatnya dengan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam [HR Nasa'i dan Ibnu Khuzaimah]

Riwayat-riwayat di atas, disimpulkan oleh Imam Shon’ani :

وَالْأَقْرَبُ أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْرَأُ بِهَا تَارَةً جَهْرًا ، وَتَارَةً يُخْفِيهَا

Pendapat yang paling mendekati kebenaran adalah bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam terkadang membaca basmallah dengan keras dan terkadang pula beliau memelankannya

Maroji’ :

Subulussalam, Imam Shon’ani (maktabah syamilah)

Tahjirnya Muadz Bin Jabal



Sholat Berjamaah Menurut As Salaf (7)

Tahjir adalah datang lebih awal ke masjid sebelum waktu sholat tiba. Ini adalah kebiasaan para sahabat, diantaranya Muadz Bin Jabal. Abu Idris Alkhoulani, memberi kesaksian dimana dia berkata :

دخَلْتُ مَسْجِدَ دِمَشْقَ ، فَإذَا فَتَىً بَرَّاق الثَّنَايَا وَإِذَا النَّاسُ مَعَهُ ، فَإِذَا اخْتَلَفُوا في شَيْءٍ ، أَسْنَدُوهُ إِلَيْه ، وَصَدَرُوا عَنْ رَأيِهِ ، فَسَأَلْتُ عَنْهُ ، فَقيلَ : هَذَا مُعَاذُ بْنُ جَبَل رضي الله عنه. فَلَمَّا كَانَ مِنَ الغَدِ ، هَجَّرْتُ ، فَوَجَدْتُهُ قَدْ سَبَقَنِي بالتَّهْجِيرِ ، ووَجَدْتُهُ يُصَلِّي

Aku masuk masjid di Damasyqus. Ternyata, seorang pemuda yang bersinar wajahnya dikelilingi manusia. Bila mereka berselisih dalam sesuatu, mereka menjadikannya sebagai sandaran dan mengikuti pendapatnya. Aku bertanya tentang siapa dia. Ada yang berkata bahwa bahwa dia adalah Muadz Bin Jabal. Keesokan harinya aku bertahjir (datang lebih awal ke masjid) ternyata aku mendapatinya telah mendahului tahjirku. Aku dapati ia tengah sholat [HR Abu Daud dan Tirmidzi]




Abdulloh Bin Ummi Maktum



Sholat Berjamaah Menurut As Salaf (6)

Setidaknya ada dua hadits yang berbicara tentang Abdulloh Bin Ummi Maktum dengan sholat berjamaahnya :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه َوَعَنْهُ قَالَ أَتَى اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم رَجُلٌ أَعْمَى فَقَالَ: يَا رَسُولَ اَللَّهِ!  إِنَّهُ لَيْسَ لِي قَائِدٌ يَقُودُنِي إِلَى اَلْمَسْجِدِ, فَرَخَّصَ لَهُ, فَلَمَّا وَلَّى دَعَاهُ, فَقَال هَلْ تَسْمَعُ اَلنِّدَاءَ بِالصَّلَاةِ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَأَجِبْ  

Dari Abu Hurairah rodliyallohu anhu : Ada seorang laki-laki buta menghadap Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan berkata : Ya Rasulullah, sungguh aku ini tidak mempunyai seorang penuntun yang menuntunku ke masjid. Maka beliau memberi keringanan padanya. Ketika ia berpaling pulang beliau memanggilnya dan bertanya : Apakah engkau mendengar adzan untuk sholat ? Ia menjawab : Ya. Beliau bersabda : Kalau begitu, datanglah [HR Muslim]

عن عبدِ الله ابن أُمّ مكتوم المؤذن رضي الله عنه أنَّه قَالَ: يا رَسُول اللهِ ، إنَّ المَدينَةَ كَثيرةُ الهَوَامِّ وَالسِّبَاعِ . فَقَالَ رَسُول اللهِ صلى الله عليه وسلم تَسْمَعُ حَيَّ عَلَى الصَّلاةِ حَيَّ عَلَى الفَلاحِ ، فَحَيَّهلاً

Dari Abdulloh Bin Ummi Maktum rodliyallohu anhu, bahwa dia berkata : Wahai rosululloh, sesungguhnya di Madinah banyak binatang berbisa dan binatang buas. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Engkau dengar “ Hayya ‘alash sholah hayya ‘alal falah ? Maka marilah untuk tetap ke masjid [HR Abu Daud]

Dua hadits di atas menerangkan tentang problem yang dihadapi Abdulloh Bin Ummi Maktum dengan perintah sholat berjamaah. Ia adalah buta, tidak ada penuntun baginya saat pergi ke masjid dan banyaknya hewan liar yang mengancam keselamatannya. Hanya karena satu faktor yaitu terdengarnya adzan menyababkan 3 alasan tidak membuat dirinya mendapat rukhshoh untuk menunaikan sholat di rumah.

Demikianlah akhirnya Abdulloh Bin Ummi Maktum menjadi muadzin rosululloh shollallohu alaihi wasallam selain Bilal. Di samping itu, saat rosululloh shollallohu alaihi wasallam keluar kota Madinah untuk berperang, ia sering mengganti beliau untuk menjadi imam :

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم اِسْتَخْلَفَ اِبْنَ أُمِّ مَكْتُومٍ, يَؤُمُّ اَلنَّاسَ, وَهُوَ أَعْمَى   

Dari Anas Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam meminta Ibnu Ummu Maktum untuk menggantikan beliau mengimami orang-orang, padahal ia seorang buta [HR Ahmad dan Abu Dawud]

Salim Bin Abdulloh Bin Umar Tidak Mau Menebas Leher Orang Yang Menunaikan Sholat Shubuh Berjamaah



Sholat Berjamaah Menurut As Salaf (5)

Ini terjadi saat dirinya berada di hadapan Hajjaj Bin Yusuf. Tiba-tiba didatangkan seseorang dalam keadaan terbelenggu. Hajjaj menyerahkan pedang kepada Salim untuk menebas leher orang itu. Dengan pedang terhunus, Salim mendekati orang itu seraya bertanya : Apakah anda muslim ? Orang itu menjawab : Benar, saya muslim. Apa perlunya anda bertanya demikian ? Lakukan apa saja yang diperintahkan !

Salim bertanya : Apakah anda sholat shubuh (maksudnya berjamaah). Orang itu menjawab : Sudah saya katakan bahwa saya adalah muslim, mengapa anda bertanya apakah saya sholat shubuh ? Adakah seorang muslim yang tidak menunaikan sholat shubuh ?

Mendengar perkataannya, Salim segera melemparkan pedangnya. Ia tidak mau memenggal leher orang itu karena teringat sabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ جندب بن عبد الله رضي الله عنه  قَالَ : قَالَ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم: مَنْ صَلَّى صَلاةَ الصُّبْحِ فَهُوَ في ذِمَّةِ الله فَلاَ يَطْلُبَنَّكُمُ الله مِنْ ذِمَّته بشَيءٍ ، فَإنَّهُ مَنْ يَطْلُبْهُ منْ ذمَّته بشَيءٍ يُدْركْهُ ، ثُمَّ يَكُبُّهُ عَلَى وَجْهِهِ في نَارِ جَهَنَّمَ

Dari Jundub Bin Abdulloh rodliyallohu anhu berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa sholat shubuh berjamaah, maka ia berada dalam jaminan Alloh. Maka janganlah sekali-kali kalian dituntut sedikitpun oleh Alloh dengan orang yang sudah berada dalam jaminannya. Karena sesungguhnya barangsiapa yang dituntut karena menyakiti orang yang berada dalam jaminannya lalu akan ditelungkupkan wajahnya di neraka jahannam [HR Muslim]

Arrobi’ Alkhuwaitsim



Sholat Berjamaah Menurut As Salaf (4)

Hilal Bin Isaf pernah menawarkan kepada temannya Munzir Ats Tsauri untuk berkunjung ke rumah gurunya, Arrobi’ Alkhuwaitsim. Ketika tiba di rumah Arrobi’ Alkhuwaitsim yang sudah renta, keduanya mendapat banyak pelajaran berharga.

Di tengah asyiknya berbicara, tiba-tiba terdengar adzan dzuhur berkumandang. Putera dari Arrobi’ meminta kepada kedua tamunya untuk membantunya memapah ayahnya untuk bisa dipapah ke masjid.

Munzir Bin Isaf berkata :

يا أبا محمد قد رخص لك أن تصلي في بيتك أنت معذور

Wahai Abu Muhammad (kun-yah dari Arrobi’), sesungguhnya Alloh telah memberi rukhshoh bagi anda untuk sholat di rumah. Engkau termasuk yang diberi udzur

Arrobi’ Bin Khuwaitsim berkata :

هو كما تقولون ولكن أسمع المؤذن يقول حي على الصلاة حي على الفلاح فمن استطاع أن يجيبه ولو زحفا أو حبوا فليفعل

Benar apa yang anda katakan, akan tetapi aku mendengar seruan “ Hayya ‘alash sholah (Mari menuju sholat), Hayya ‘alal falah “ (Mari menuju kemenangan). Barangsiapa yang mampu mendatanginya meski harus merangkak maka ia harus melakukannya

Demikianlah kesungguhan Arrobi’ Alkhuwaitsim terhadap sholat berjamaah. Ia jaga sikap itu hingga usia senja dan tubuh lemah.

Sholat Berjamaah Tetap Ditunaikan Meski Perang Sedang Berkecamuk



Sholat Berjamaah Menurut As Salaf (3)

Hal ini pernah dilakukan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam ketika berperang melawan kaum musyrikin di Usfan. Ketika waktu sholat sudah tiba, sementara kaum musyrikin yang dipimpin Kholid Bin Walid sudah di depan mata, Alloh berfirman :

وَإِذَا كُنْتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلَاةَ فَلْتَقُمْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا أَسْلِحَتَهُمْ فَإِذَا سَجَدُوا فَلْيَكُونُوا مِنْ وَرَائِكُمْ وَلْتَأْتِ طَائِفَةٌ أُخْرَى لَمْ يُصَلُّوا فَلْيُصَلُّوا مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْ وَدَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ تَغْفُلُونَ عَنْ أَسْلِحَتِكُمْ وَأَمْتِعَتِكُمْ فَيَمِيلُونَ عَلَيْكُمْ مَيْلَةً وَاحِدَةً وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِنْ كَانَ بِكُمْ أَذًى مِنْ مَطَرٍ أَوْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَنْ تَضَعُوا أَسْلِحَتَكُمْ وَخُذُوا حِذْرَكُمْ إِنَّ اللَّهَ أَعَدَّ لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا  

Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bershalat, lalu bershalatlah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. Dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap-siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan adzab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu.

Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di menilai bahwa berdasarkan ayat di atas bahwa sholat berjamaah hukumnya wajib. Dia berkata : (sholat berjamaah hukumnya wajib dengan alasan, pertama :

أحدهما: أن الله تعالى أمر بها في هذه الحالة الشديدة، وقت اشتداد الخوف من الأعداء وحذر مهاجمتهم، فإذا أوجبها في هذه الحالة الشديدة فإيجابها في حالة الطمأنينة والأمن من باب أَوْلَى وأحرى.

Alloh Ta’ala memerintahkan sholat berjamaah dalam kondisi genting, waktu dimana rasa takut memuncak karena musuh dan rasa khawatir akan serangan mereka. Bila dalam kondisi mencekam seperti ini saja diwajibkan maka bila berada dalam suasana tenang dan aman tentu lebih layak dan lebih utama untuk diwajibkan

والثاني: أن المصلين صلاة الخوف يتركون فيها كثيرا من الشروط واللوازم، ويعفى فيها عن كثير من الأفعال المبطلة في غيرها، وما ذاك إلا لتأكد وجوب الجماعة، لأنه لا تعارض بين واجب ومستحب، فلولا وجوب الجماعة لم تترك هذه الأمور اللازمة لأجلها.  

Kedua : Orang yang menunaikan sholat dalam keadaan takut mereka banyak meninggalkan syarat-syarat dan kewajiban dan dimaklumi melakukan banyak gerakan yang membatalkan bila dilakukan di situasi selain ini. Itu tidak lain menunjukkan akan kuatnya kewajiban sholat berjamaah karena tidak ada kontradikisi antara wajib dan sunnah. Kalau bukan wajibnya sholat berjamaah, tentu tidak akan ditinggalkan perkara-perkara wajib karenanya

Maroji’ :

Taisir Karim Arrohman Fitafsir Kalamil Mannan, Abdurrohman Nashir Assa’di (maktabah syamilah) hal 95


Kesungguhan Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam Dengan Sholat Berjamaah Saat Sakit



Sholat Berjamaah Menurut As Salaf (2)

Meski sakit cukup berat, rosululloh shollallohu alaihi wasallam tetap berusaha hadir di masjid untuk menunaikan sholat berjamaah. Kesungguhan beliau diceritakan oleh Aisyah :

عَائِشَةَ أَخْبَرَتْهُ قَالَتْ أَوَّلُ مَا اشْتَكَى رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِى بَيْتِ مَيْمُونَةَ فَاسْتَأْذَنَ أَزْوَاجَهُ أَنْ يُمَرَّضَ فِى بَيْتِهَا وَأَذِنَّ لَهُ قَالَتْ فَخَرَجَ وَيَدٌ لَهُ عَلَى الْفَضْلِ بْنِ عَبَّاسٍ وَيَدٌ لَهُ عَلَى رَجُلٍ آخَرَ وَهُوَ يَخُطُّ بِرِجْلَيْهِ فِى الأَرْضِ

Dari Aisyah berkata : Pertama kali rosululloh shollallohu alaihi wasallam sakit ketika berada di rumah Maimunah. Beliau meminta izin kepada istri-istrinya agar diperkenankan dirawat di rumahku. Merekapun mengizinkannya. Beliau keluar untuk sholat sementara satu tangannya ada pada Fadl Bin Abbas dan tangan kedua ada pada laki-laki lain. Kaki beliau menyeret di tanah

Dalam riwayat lain disebutkan, rosululloh shollallohu alaihi wasallam bertanya kepada Aisyah tentang jamaah sholat di masjid :

أَصَلَّى النَّاسُ

Apakah manusia sudah menunaikan sholat ?

Aisyah menjawab :

لاَ وَهُمْ يَنْتَظِرُونَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ

Belum, mereka menunggumu wahai rosululloh

Beliau bersabda :

ضَعُوا لِى مَاءً فِى الْمِخْضَبِ

Masukkan air ke dalam mikhdlob (sejenis bak)

Ketika air tersedia, beliau segera mandi. Akan tetapi setelah itu beliau pingsan. Kejadian ini berulang hingga tiga kali. Ini menunjukkan kesungguhan beliau untuk hadir di masjid meski kondisi beliau sedang sakit keras.

Umar Bin Khothob Menghukum Dirinya Karena Tidak Menunaikan Sholat Berjamaah

Abdulloh Bin Umar menceritakan bahwa ayahandanya, Umar Bin Khothob pada suatu hari pergi ke kebun. Setelah selesai urusannya, iapun pulang. Ia terkejut ketika mendapati orang-orang sudah menunaikan sholat ashar. Dengan penuh penyesalan, Umar berkata :

إنا لله وإنا إليه راجعون فاتتني صلاة العصر في الجماعة أشهدكم أن حائطي على المساكين صدقة ليكون كفارة لما صنع عمر

Innaa lillaahi wa innaa ilaihi roji’un, Aku ketinggalan sholat ashar berjamaah. Saksikanlah bahwa kebunku aku serahkan untuk kepentingan kaum miskin sebagai shodaqoh untuk menebus dosa yang telah dilakukan oleh Umar

Perkataan Tegas As Salaf Ash Sholih Tentang Sholat Berjamaah



Sholat Berjamaah Menurut As Salaf (1)

Abdulloh Bin Mas’ud memiliki pandangan yang sangat tajam tentang sholat berjamaah. Dia berkata :

عن ابن مسعود رضي الله عنه قَالَ : مَنْ سَرَّهُ أنْ يَلْقَى اللهَ تَعَالَى غداً مُسْلِماً ، فَلْيُحَافِظْ عَلَى هؤُلاَءِ الصَّلَوَاتِ حَيْثُ يُنَادَى بِهِنَّ ، فَإنَّ اللهَ شَرَعَ لِنَبِيِّكم صلى الله عليه وسلم سُنَنَ الهُدَى ، وَإنَّهُنَّ مِنْ سُنَنِ الهُدَى ، وَلَوْ أنَّكُمْ صَلَّيْتُمْ في بُيُوتِكم كَمَا يُصَلِّي هذا المُتَخَلِّفُ فِي بَيْتِهِ لَتَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ ، وَلَوْ تَرَكْتُمْ سُنَّة نَبِيِّكُم لَضَلَلْتُمْ ، وَلَقَدْ رَأيْتُنَا وَمَا يَتَخَلَّفُ عَنْهَا إلاَّ مُنَافِقٌ مَعْلُومُ النِّفَاقِ ، وَلَقَدْ كَانَ الرَّجُلُ يُؤتَى بهِ ، يُهَادَى بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ حَتَّى يُقَامَ في الصَّفِّ . رَوَاهُ مُسلِم .

Dari Ibnu Mas’ud rodliyallohu anhu berkata : Barangsiapa yang ingin bertemu Alloh Ta’ala besok dalam keadaan muslim maka jagalah sholat-sholat saat dikumadangkannya. Sesungguhnya Alloh mensyariatkan kepada nabi kalian shollallohu alaihi wasallam sunanul huda (sunnah-sunnah yang mendatangkan hidayah). Sesungguhnya sholat-sholat itu adalah bagian dari sunanul huda. Seandainya kalian sholat di rumah-rumah kalian sebagaimana sholat yang dikerjakan oleh orang yang malas di rumahnya maka sungguh kalian dinyatakan telah meninggalkan sunnah nabimu. Seandainya kalian meninggalkan sunnah nabimu maka benar-benar kalian telah sesat. Sungguh kami menilai  bahwa tidak ada yang menyelisihinya (sholat di rumah) kecuali dia adalah munafiq yang jelas kemunafiqannya. Sungguh seorang didatangkan ke masjid dengan dipapah diantara dua orang hingga bisa diberdirikan di tengah-tengah shof (karena takut dimasukkan ke dalam kelompok munafiq) [HR Muslim, Ahmad, Abu Daud, Nasa’i dan Ibnu Majah]

Mujahid berkata :

أنه سئل عَن رَجُل يصوم النهار ، ويقوم الليل ، ولا يشهد جمعة ولا جماعة ؟ قَالَ : هُوَ فِي النار

Ibnu Abbas ditanya tentang seorang yang menunaikan shoum sunnah di siang hari dan sholat tahajud di malam hari akan tetapi tidak menghadiri sholat jumat dan sholat berjamaah. Ibnu Abbas berkata : Dia di neraka ! [HR Tirmidzi] 

Hisyam berkata :

سئل الْحَسَن عَن الرَّجُلُ تأمره أمه أن يفطر تطوعاً ؟ قَالَ : يفطر ، ولا قضاء عَلِيهِ . قُلتُ : تنهاهُ أن يصلي العشاء فِي جماعة ؟ قَالَ : لَيْسَ لها ذَلِكَ ؛ هَذِهِ فريضة

Al Hasan ditanya tentang seseorang yang diperintahkan ibunya untuk berbuka dari shoum sunnah. Ia berkata : Ia harus berbuka dan tidak ada qodlo baginya. Aku berkata lagi : Bagaimana kalau ibu melarang sholat isya berjamaah. Ia berkata : Tidak ada hak baginya melarang karena ini (sholat berjamaah) adalah fardlu

Ibnu Umar berkata :

Maroji’ :

Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 5/1


Menanamkan Dalam Hati Bahwa “ Ini adalah sholat terakhir dalam hidupku “



Menjaga Kwalitas Sholat (7)

Apa perasaan kita ketika akan menunaikan sholat ashar, kita tahu bahwa itu adalah sholat terakhir kali dalam hidup kita ? Tentu kita akan mengerahkan semua daya dan upaya untuk menjadikannya sebagai sholat terbaik yang belum pernah kita lakukannya sebelumnya. Oleh karena itu benarlah sabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ أَبِى أَيُّوبَ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلِّمْنِى وَأَوْجِزْ. قَالَ  إِذَا قُمْتَ فِى صَلاَتِكَ فَصَلِّ صَلاَةَ مُوَدِّعٍ    

Dari Abu Ayyub berkata : Datang seseorang menghadap nabi shollallohu alaihi wasallam seraya berkata : Wahai rosululloh, berikan pelajaran kepadaku dan ringkaskan. Beliau bersabda : Bila engkau berdiri untuk sholat maka sholatlah seperti sholat orang yang akan berpisah [HR Ahmad dan Ibnu Majah]

Menyempurnakan Kekurangannya



Menjaga Kwalitas Sholat (6)

Terkadang sholat yang kita tunaikan tidak maksimal. Mungkin kurang bersemangat karena sedang lelah, kurang khusyu karena ada gangguan, terkesan terburu-buru karena dikejar oleh kegiatan mendesak dan lainnya. Bagaimana solusi dari kondisi ini ? Jawabannya adalah sholat sunnah. Menggabungkan antara sholat wajib dan sunnah sangat dianjurkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam untuk menutupi celah kekurangan sholat wajib harian. Beliau bersabda :

عن أبي هريرة رضي الله عنه  قَالَ : قال رَسُول اللهِ صلى الله عليه وسلم: إنَّ أوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلَحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإنْ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ عز وجل: انْظُرُوا هَلْ لِعَبدي من تطوّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا  

Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat dari amalnya adalah sholatnya. Bila sholatnya baik maka sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Bila rusak, maka sungguh telah gagal dan merugi. Bila terdapat sesuatu kekurangan pada sholat fardlunya, Rob Azza Wa Jalla berfirman : Lihatlah, apakah pada hambaku ada sholat sunnah ? Jadikan sholat sunnah sebagai penyempurna dari sholat fardlunya. Setelah itu seluruh amalnya berlaku seperti itu [HR Tirmidzi]

Berapa jumlah rokaat sholat wajib dan sunnah ideal di tiap harinya ? Ibnu Qoyyim menyebut angka empat puluh rokaat. Hal itu dengan perincian 17 rokaat sholat lima waktu, dua belas rokaat  sholat rowatib dan sebelas rokaat sholat malam.

Menjaga Keikhlasan



Menjaga Kwalitas Sholat (5)

Sholat dibangun di atas riya adalah sifat sholat kaum munafiqin. Alloh berfirman :

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا  

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali [annisa : 142]

Secara khusus, rosululloh shollallohu alaihi wasallam memberi definisi riya. Beliau bersabda :

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ قَالَ خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ فَقَالَ أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِى مِنَ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ  قَالَ قُلْنَا بَلَى. فَقَالَ الشِّرْكُ الْخَفِىُّ أَنْ يَقُومَ الرَّجُلُ يُصَلِّى فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ

Dari Abu Said berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam keluar menemui kami dimana saat itu kami sedang menyebut almasih addajal. Beliau bersabda : Maukah kalian aku kabarkan tentang sesuatu yang lebih aku khawatirkan menimpa kalian daripada almasih addajal ? Kami berkata : Benar ! Beliau bersabda : Syirik tersembunyi, yaitu seorang berdiri menunaikan sholat lalu ia perbagus sholatnya karena tahu akan pandangan seseorang kepadanya [HR Ibnu Majah]

Betapa dahsyatnya riya sehingga ia lebih menakutkan dari munculnya almasih addajjal !


Menjaga Thuma’ninah



Menjaga Kwalitas Sholat (4)

Suatu hari Khollad Bin Rofi’ menunaikan sholat sunnah di masjid. Tidak jauh dari tempatnya, ada rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Beliau perhatikan apa yang dilakukan oleh Khollad sehingga beliau berkesimpulan bahwa orang ini harus diberi nasehat. Kenapa ? Karena sangat cepatnya sholat yang ia kerjakan. Dalam istilah fiqih disebut tidak thuma’ninah. Ruku’ belum sempurna sudah langsung i’tidal. Saat tubuhnya belum tegak sepenuhnya ketika i’tidal ia segera turun untuk sujud.

Selesai dari sholatnya, ia menghadap nabi shollallohu alaihi wasallam seraya mengucapkan salam. Beliau menjawabnya dan bersabda :

ارْجِعْ فَصَلِّ ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ

Kembalilah, ulangi sholatmu karena kamu belum dinilai menunaikan sholat

Iapun segera mengulangi sholatnya. Ternyata sifat sholat yang dikerjakannya masih sama dengan sholatnya yang pertama, yaitu sangat cepat. Ia kembali menghadap nabi shollallohu alaihi wasallam dan mengucapkan salam untuk kedua kalinya. Beliau menjawab salamnya dan bersabda :

ارْجِعْ فَصَلِّ ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ

Kembalilah, ulangi sholatmu karena kamu belum dinilai menunaikan sholat

Peristiwa ini terjadi tiga kali yang membuat Khollad Bin Rofi’ nampak putus asa hingga ia berkata :

وَالَّذِى بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيْرَهُ فَعَلِّمْنِى

Demi yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak mampu melakukan yang lebih baik dari itu. Oleh karena itu berikan pelajaran bagiku.

Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :

إِذَا قُمْتُ إِلَى اَلصَّلَاةِ فَأَسْبِغِ اَلْوُضُوءَ  ثُمَّ اِسْتَقْبِلِ اَلْقِبْلَةَ  فَكَبِّرْ  ثُمَّ اِقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ اَلْقُرْآنِ  ثُمَّ اِرْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا  ثُمَّ اِرْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا  ثُمَّ اُسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا  ثُمَّ اِرْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا  ثُمَّ اُسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا  ثُمَّ اِرْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا  ثُمَّ اُسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا  ثُمَّ اِفْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا

Jika engkau hendak mengerjakan shalat maka sempurnakanlah wudlu' lalu bacalah (ayat) al-Quran yang mudah bagimu lalu ruku'lah hingga engkau thu'maninah (tenang) dalam ruku' kemudian bangunlah hingga engkau tegak berdiri lalu sujudlah hingga engkau thu'maninah (tenang) dalam sujud kemudian bangunlah hingga engkau thumaninah (tenang) dalam duduk lalu sujudlah hingga engkau thumaninah (tenang) dalam sujud. Lakukanlah itu semua dalam sholatmu seluruhnya [HR Bukhori, Muslim, Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i, Addarimi dan Ibnu majah]

Ibnu Hajar Al Atsqolani berkata tentang hadits ini : 

وَاسْتُدِلَّ بِهَذَا الْحَدِيث عَلَى وُجُوب الطُّمَأْنِينَة فِي أَرْكَان الصَّلَاة ، وَبِهِ قَالَ الْجُمْهُور

Hadits ini menunjukkan akan wajibnya thumaninah dalam menunaikan rukun-rukun sholat. Demikianlah perkataan jumhur ulama

Maroji’ :

Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 3/180