Meneladani Umar bin Khothob rodliyallohu anhu

Petikan nasehat Syaikh Abdulloh Azzam

وعن عائشة رَضِيَ اللَّهُ عَنها قالت: ما شبع آل محمد صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم من خبز شعير يومين متتابعين حتى قبض. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ
.
Dari Aisyah rodliyallohu anhu berkata : tidak pernah keluarga Muhammad shollallohu alaihi wasallam kenyang dari roti yang terbuat dari gandum selama dua hari berturut-turut hingga meninggal [muttafaq alaih]

Di saat kota Madinah dilanda paceklik sehingga banyak penduduk kelaparan, maka Umar merasa prihatin dengan keadaan tersebut. Lalu ia bersumpah tidak akan mengecap daging maupun mentega sampai ia melihat kehidupan kaum muslimin menjadi baik dan tidak akan kelaparan lagi.

Lalu apa yang ia makan ? tidak ada makanan selain roti kering. Beberapa waktu kemudian ia diserang penyakit bawasir. Ususnya kering dan bernanah pada pangkalnya. Darah keluar bersama beraknya dan kulitnya menghitam.

Orang-orangpun berkata : siapa yang berani bicara pada Umar ? Sebagian berkata : tidak ada yang berani bicara selain Hafshoh, Ummul mu’minin. Lalu mereka mendatangi Hafshoh dan memintanya berbicara pada Umar. Hafshoh menyanggupi, kemudian ia mendatangi rumah bapaknya. Sesampainya di sana ia mengingatkan Umar, bapaknya agar menjaga kesehatan tubuhnya. Hafshoh berkata : sesungguhnya tubuhmu wahai ayah, mempunyai hak yang harus ayah penuhi. Dengan cara yang ayah lakukan ini justru membuat diri ayah menderita.

Umar menjawab : wahai Hafshoh, bukankah engkau telah memberitahuku bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam hanya mempunyai satu selimut dimana pada masa musim dingin beliau melipat separuh dari selimut untuk alas tidurnya dan separuh lagi untuk menutupi tubuhnya, sementara pada musim panas beliau melipatnya untuk alas tidurnya ? Wahai Hafshoh, bukankah engkau telah beritahukan bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam tidak pernah kenyang dari roti tepung syair sampai dua hari berturut-turut ? wahai Hafshoh bukankah engkau telah mengerti bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam pernah mengganjal perutnya dengan dua buah batu karena lapar ? Demikianlah, Umar mempertahankan sikapnya dengan mengemukakan alasan yang membuat Hafshoh tidak berkutik dan akhirnya meninggalkan rumah ayahnya.

Pada riwayat lain disebutkan ketika Jabir pergi ke pasar. Di tengan jalan ia berpapasan dengan Umar. Lalu ditanya : hendak ke manakah engkau wahai Jabir ? Ia menjawab : saya ingin sekali makan daging maka saya hendak membeli daging satu dirham. Mendengar jawaban itu, Umar menegurnya : wahai Jabir, apakah setiap kali engkau menginginkan sesuatu maka engkau membelinya ?

Pada kesempatan lain ketika Umar diberi jamuan makan, ia menangis dan lantas berdiri. Para sahabat keheranan dan menanyakan padanya : apa gerangan yang terjadi pada dirimu wahai amirul mu’minin ? Umar menjawab : saya khawatir pada hari kiamat nanti akan dikatakan :

وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا عَلَى النَّارِ أذْهَبْتُمْ طَيِّباَتِكُمْ فِى حَياَتِكُمْ الدُّنْياَ وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهاَ فاَلْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُوْنِ بِماَ كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُوْنَ فِى الأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِماَ كُنْتُمْ تَفْسُقُوْنَ

Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): "Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; Maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik". [al ahqof : 20]