Hubungan Timbal Balik (31)

Penyembelih Dan Orang Yang Minta Disembelihkan

Menurut sunnah, siapa yang berkorban maka dialah yang paling berhak menyembelih hewan korbannya. Inilah yang dicontohkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ أَنَسِ بنِ مَالِكٍ رضي الله عنه ( أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يُضَحِّي بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ, أَقْرَنَيْنِ وَيُسَمِّي, وَيُكَبِّرُ, وَيَضَعُ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا. وَفِي لَفْظٍ: ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْه

Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam biasanya berkurban dua ekor kambing kibas bertanduk. Beliau menyebut nama Allah dan bertakbir, dan beliau meletakkan kaki beliau di atas dahi binatang itu. Dalam suatu lafadz: Beliau menyembelihnya dengan tangan beliau sendiri [muttafaq alaih]

Manakala hal ini tidak mampu dilaksanakan maka dia bisa saja meminta orang lain untuk mewakilkan dirinya dalam penyembelihan. Karena bagaimanapun menyembelih hewan yang dilakukan oleh orang yang tidak cakap tentu akan mempengaruhi kelezatan daging, disamping itu tentu binatang akan mendapat siksaan dari penyembelihan yang menimpa dirinya.
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam memperbolehkan cara ini ketika beliau bersabda kepada Ali Rodliyallohu anhu :

وَعَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رضي الله عنه قَالَ أَمَرَنِي اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم أَنَّ أَقْوَمَ عَلَى بُدْنِهِ, وَأَنْ أُقَسِّمَ لُحُومَهَا وَجُلُودَهَا وَجِلَالَهَا عَلَى اَلْمَسَاكِينِ, وَلَا أُعْطِيَ فِي جِزَارَتِهَا مِنْهَا شَيْئاً مُتَّفَقٌ عَلَيْه

Ali Ibnu Abu Thalib Radliyallaahu 'anhu berkata:
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan kepadaku untuk mengurusi kurban-kurbannya; membagi-bagikan daging, kulit dan pakaiannya kepada orang-orang miskin, dan aku tidak diperbolehkan memberi suatu apapun dari kurban kepada penyembelihnya. [Muttafaq Alaihi]

Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam berkata : penyembelih tidak diperkenankan diberi daging atau kulit sebagai imbalan dari penyembelihan yang ia lakukan. Yang diperbolehkan adalah bila diberi sebagai wujud hadiah sebagaimana para penerima hewan korban secara umum (bila dia berkecukupan) atau memberinya sebagai bentuk sedekah karena dirinya adalah orang miskin.

Walhasil para penyembelih melakukan tugasnya dengan ikhlash, sementara orang yang merasa dibantu oleh kebaikannya tentu akan memberikan perhatian manakala si penyembelih adalah orang miskin

Maroji’ :
Taidhihul Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 4/378