Antara Ilmu Dan Tulisan



Pepatah mengatakan :

الْعِلْمُ صَيْدٌ وَالْكِتَابَةٌ قُيُوْدُهُ

Ilmu ibarat buruan, tulisan adalah jaringnya

Perang Yamamah memakan korban para hafidzul quran. Umar bin Khothob khawatir bila quran hilang dan tidak dikenal lagi di masa datang karena saat itu para sahabat lebih mengandalkan hafalan dibanding tulisan. Semoga Alloh merahmati Abu Bakar, Umar dan Zaid bin Tsabit yang telah mengumpulkan tulisan alquran dan dijadikannya menjadi satu.

Abu Huroiroh meski terdepan dalam hal hafalan hadits, dengan jujur ia mengakui keunggulan Abdulloh bin Amru karena tulisan haditsnya :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ يَقُولُ مَا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَدٌ أَكْثَرَ حَدِيثًا عَنْهُ مِنِّي إِلَّا مَا كَانَ مِنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو فَإِنَّهُ كَانَ يَكْتُبُ وَلَا أَكْتُبُ

Dari Abu Hurairah berkata, Tidaklah ada seorangpun dari sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang lebih banyak haditsnya dibandingkan aku, kecuali 'Abdullah bin 'Amru. Sebab ia bisa menulis sedang saya tidak [HR Bukhori dan Tirmidzi]

Keberadaan kitab bagi para ulama terdahulu adalah sangat berharga. Karena di dalamnyalah ilmu ditulis. Syaikh Ahmad Alhajjar dan Abu Ja’far Ahmad Alqoshri rela menjual bajunya demi membeli kitab. Hal yang sama dilakukan oleh Sanad bin Ali yang menjual hewan tunggangan milik ayahnya. Adapun Ibnu Mulaqqin mengalami kegilaan ketika kitab-kitabnya musnah terbakar.

Demikianlah pentingnya tulisan, maka aneh bila ada orang yang duduk di majlis ta’lim tanpa membewa secarik kertas dan pena untuk menjaring ilmu yang didengarnya padahal ia bukan Abu Huroiroh yang kuat hafalannya.

Maroji’ :

Dahsyatnya kesabaran ulama, Syaikh Abdul Fattah