Kesedihan Para sahabat Dan Rosululloh Saat Meninggalkan Mekah

Albait Dalam Alquran (51)
وَالله إنَّكَ لَخَيْرَ أرْضِ الله وَأحَبُّ أرْضِ الله إلَى الله وَلَوْلاَ أنِّى أُخْرِجْتُ مَا خَرَجْتُ
Demi Alloh, sesungguhnya engkau wahai Mekah adalah sebaik-baik bumi Alloh, bumi yang paling dicinta dicintai Alloh. Seandainya aku tidak diusir darimu, sungguh aku tidak akan keluar  [HR Tirmidzi dan Ibnu Majah]
Inilah penggalan kata-kata rosululloh shollallohu alaihi wasallam saat pergi meninggalkan rumah untuk berhijrah ke Madinah. Sebagian sahabat yang sudah tiba di Madinah, muncul kesedihan akibat berpisah dengan tanah kelahirannya. Tak sedikit di antara mereka yang terserang demam malaria. Di antaranya adalah Bilal bin Robah. Dengan penuh kesedihan dan dalam kondisi sakit, Bilal bersyair :
Amboi, mungkinkah aku dapat bermalam sehari saja
Di lembah dan di sekitarku ada idzkhir dan jalil (dua gunung di Mekah)
Adakah suatu hari nanti, aku dapat mengambil airnya yang memabukkan
Dan apakah aku akan melihat lagi, Syamah dan Thufail
Tak ketinggalan, Abu Bakar Ash Shiddiq mengungkapkan kerinduannya pada Mekah :
Setiap orang selalu berpagi-pagi di antara keluarganya
Padahal kematian lebih dekat dari tali kasutnya
Teringat keluarga, teringat kampung halaman, teringat dengan orang-orang yang dicintainya
Kampung halaman itu telah membuat putra-putra negeri mencintainya
Sebab mereka telah menghabiskan seluruh hajatnya di sana itu
Maroji’ :
Hijrah dan I’dad, Syaikh Abdulloh Azzam hal 16-17