Perang bahasa

Perang bahasa

Alloh Ta’ala berfirman :

يُرِيْدُوْنَ لِيُطْفِئُوْا نُوْرَ الله بِأَفْوَاهِهِمْ والله مُتِمُّ نُوْرِهِ وِلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ

Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya". [ash shof : 8]

Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di menerangkan maksud memadamkan cahaya Alloh adalah : membuat istilah atau ungkapan rusak untuk menolak kebenaran.

Demikianlah seorang muslim harus menerima kenyataan ini.

Ketika seorang menghidupkan jihad fisabilillah maka julukan yang mereka sebut adalah terorisme
Ketika seorang istiqomah dalam menjalankan ajaran islam maka mereka katakan islam fanatik

Ketika seorang beriltizam terhadap nilai-nilai islam maka mereka juluki islam fundamentalis

Ketika seorang muslim ingin menegakkan alhaq maka mereka berteriak itu islam garis keras

Ketika seorang muslim ingin memberantas bid’ah dan khurofat maka meraka namakan kelompok ini sebagai GAM (gerakan anti maulid) atau GAY (gerakan anti yasinan) atau wahabi

Tidak usah merasa heran, karena dulu para nabi dan orang sholih pernah merasakan perlakuan seperti itu.

Nabi Luth alaihissalam yang melarang kaumnya untuk nikah sejenis maka gelar manusia sok suci diberikan kepadanya :

وَمَا كَانَ جَوَابُ قَوْمِهِ إلاَّ أنْ قَالُوْا أخْرِجُوْهُمْ مِنْ قَرْيَتِكُمْ إنّهُمْ أنَاسٌ يَتَطَهَّرُوْنَ

Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini : Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang sok suci." [al a’rof : 82]

Nabi Nuh alaihissalam ketika mengajak kaumnya untuk beribadah hanya kepada Alloh maka mereka sebut sebagai baadiyarro’yi (manusia hina)

فَقَالَ الْمَلأُ الّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَوْمِهِ مَا نَرَاكَ إلاَّ بَشَرًا مِثْلَنَا وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إلاَّ الّذِيْنَ هُمْ أرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأيِ وَمَا نَرَى لَكُمْ مِنْ فَضْلٍ بَلْ نَظُنّكُمْ كَاذِبِيْنَ

Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: "Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti Kami, dan Kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara Kami yang lekas percaya saja, dan Kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas Kami, bahkan Kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta". [hud : 27]

Nabi Syuaib yang mengingatkan kaumnya agar jujur dalam timbangan justru mendapat julukan halus yang menyakitkan :

قَالُوْا يَأشُعَيْبُ أصَلَوَاتُكَ تَأْمُرُكَ أنْ نَتْرُكَ مَايَعْبُدُ ءَابَاءُنَا أوْ أنْ نَفْعَلَ فِى أمْوَالِنَا مَا نَشَاءُ إنّكَ لأَنْتَ الْحَلِيْمُ الرَّشِيْدُ

Mereka berkata: "Hai Syu'aib, Apakah sholatmu menyuruh kamu agar Kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak Kami atau melarang Kami memperbuat apa yang Kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat Penyantun lagi berakal [hud : 87]

Rosululloh dengan akhlaq yang agung dan ajaran mulia ternyata tidak luput dari cacian dimana mereka katakan sebagai syaa irun majnun (penyair gila)

وَيَقُوْلُوْنَ أئِنَّا لَتَارِكُوْا ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُوْنٍ

Dan mereka berkata: "Apakah Sesungguhnya Kami harus meninggalkan sembahan-sembahan Kami karena seorang penyair gila?" [ash shofat : 36]

Alquran sebagai petunjuk hidup mereka beri istilah asaathirul awwaliin (dongengan yang kuno)

وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إلَيْكَ وَجَعَلْنَا عَلَى قُلُوْبِهِمْ أكِنَّةً أنْ يَفْقَهُوْهُ وَفِى اذَانِهِمْ وَقْرًا وَإنْ يَرَوْا كُلَّ ايَةٍ لاَ يُؤْمِنُوْنُوابِهَا حَتَّى إذَا جَاءُوْكَ يُجَادِلُوْنَكَ يَقُوْلُ الّذِيْنَ كَفَرُوْا إنْ هذَا إلاَّ أسَاطِيْرُ الأوّلِيْنَ

Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkani (bacaan)mu, Padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (kami letakkan) sumbatan di telinganya. dan jikapun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: "Al-Quran ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu." [al an’am : 25]

Para sahabat sebagai pendamping setia yang sudah Alloh beri gelar khoirul kurun (sebaik-baik masa) mereka anggap sebagai sufahaa (orang-orang bodoh)

وَإذَا قِيْلَ لَهُمْ ءَامِنُوْا كَمَا امَنَ النَّاسُ قَالُوْا أنُؤْمِنُ كَمَا امَنَ السُّفَهَاءُ ألاَ إنّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلكِنْ لاَ يَعْلَمُوْنَ

Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman." mereka menjawab: "Akan berimankah Kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu. [albaqoroh : 13]

Akan tetapi kita mendapati sesuatu yang sangat kontras manakala mereka melakukan perbuatan ma’shiyat dengan sibuk mereka mereka mencari istilah untuk memberi kesan bahwa mereka sedang melakukan satu perbuatan yang mulia
Sebagaimana ketika iblis hendak menggelincirkan Adam dengan nada halus dan bijak mengajak Adam untuk mendekati pohon terlarang sambil mengatakan bahwa kedatangannya adalah membawa misi nasehat

وَقَاسَمَهُمَا إنّى لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِيْنَ

Dan Dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah Termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua", [al a’rof : 21]

Kitapun akan mendapati orang munafiq ketika diseru untuk tidak membuat kerusakan di muka bumi. Maka dengan ringannya mereka mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan demi mewujudkan satu kebaikan sebagaimana firman Alloh :

وإذا قيل لهم لا تفسدوا فى الأرض قالوا إنّما نحن مصلحون

Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi ". mereka menjawab: "Sesungguhnya Kami orang-orang yang Mengadakan perbaikan." [albaqoroh : 11]

Demikianlah permainan bahasa mereka pentaskan.

Pelacur sebagai satu profesi kotor nan menjijikkan mereka sitilahkan sebagai hostes atau kupu-kupu malam
Menaikkan harga yang sebenarnya untuk membela kaum pengusaha mereka sebut sebagai penyesuaian harga
Pinjaman dari Negara-negara kapitalis yang berujung kepada keterpurukan bangsa mereka namakan dengan bantuan luar negeri
Penjajahan terhadap negeri-negeri muslim yang dilakukan Amerika mereka semboyankan sebagai “ tatanan dunia baru “