Fitroh Pertama : Khitan


                                                      Fitroh (4)

(1) Hukum khitan

Berlaku bagi laki-laki dan wanita dan hukumnya wajib bagi keduanya menurut madzhab Syafi’i :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِذَا قَعَدَ بَيْنَ شُعَبِهَا الأَرْبَعِ وَأَلْزَقَ الْخِتَانَ بِالْخِتَانِ فَقَدْ وَجَبَ الْغُسْلُ  

Dari Abu Huroiroh, bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam bila duduk antara anggota badan yang empat (bersetubuh) dan telah bertemu kemaluan yang berkhitan dengan kemaluan yang berkhitan maka wajib mandi  [HR Abu Daud]

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ إِذَا جَاوَزَ الْخِتَانُ الْخِتَانَ فَقَدْ وَجَبَ الْغُسْلُ فَعَلْتُهُ أَنَا وَرَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَاغْتَسَلْنَا

Dari Aisyah berkata : Bila bertemu kemaluan yang dikhitan dengan kemaluan yang dikhitan maka wajib mandi. Aku dan rosululloh shollallohu alaihi wasallam melakukannya maka kamipun mandi  [HR Nasa’i dan Tirmidzi]


(2) Kapan khitan dilaksanakan

Sebelum masa baligh dan bisa dilakukan anak masih bayi

عن عائشة قالت أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَتَنَ الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ يَوْمَ السَّابِعِ مِنْ وِلَادَتِهِمَا

Dari Aisyah berkata : Bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengkhitan Hasan dan Husain pada hari ketujuh dari kelahiran keduanya [HR Hakim dan Baihaqi]

عن جَابِرٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَقَّ عَنْ الْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ وَخَتَنَهُمَا لِسَبْعَةِ أَيَّامٍ 

Dari Jabir dari rosululloh shollallohu alaihi wasallam : Beliau mengaqiqohi Hasan dan Husain dan mengkhitan keduanya pada hari ketujuh [HR Baihaqi]

عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ قَالَ سُئِلَ ابْنُ عَبَّاسٍ مِثْلُ مَنْ أَنْتَ حِينَ قُبِضَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم قَالَ أَنَا يَوْمَئِذٍ مَخْتُونٌ . قَالَ وَكَانُوا لاَ يَخْتِنُونَ الرَّجُلَ حَتَّى يُدْرِكَ  

Dari Said Bin Jubair : Ibnu Abas ditanya tentang usia dirimu saat nabi shollallohu alaihi wasallam wafat. Ia berkata : Saat itu aku sudah dikhitan. Ia juga berkata : Mereka para sahabat tidak menghitan laki-laki hingga baligh  [HR Bukhori]


(3) Manfaat khitan

Bagi laki-laki adalah menentukan syahnya sholat, adapun bagi wanita untuk mengurangi nafsu syahwatnya. Sebuah hadits (meski dloif) menyebutkan :

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ , قَالَ:الْخِتَانُ سُنَّةٌ لِلرِّجَالِ , مَكْرَمَةٌ لِلنِّسَاءِ

Dari Ibnu Abbas berkata : Khitan sunnah bagi kaum laki-laki dan pemuliaan bagi kaum wanita [HR Ahmad dan Thobroni]


(4) Khitan bagi orang yang sudah lanjut

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم اخْتَتَنَ إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَهْوَ ابْنُ ثَمَانِينَ سَنَةً بِالْقَدُّومِ  

Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu, berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Ibrohim alaihissalam berkhitan saat usia 80 tahun dengan qodum (kampak) [HR Bukhori, Muslim dan Ahmad]


(5) Khitan bagi mayit muslim yang belum dikhitan

Imam Nawawi berkata :

وَلَوْ مَاتَ إِنْسَان غَيْر مَخْتُون فَفِيهِ ثَلَاثَة أَوْجُه لِأَصْحَابِنَا : الصَّحِيح الْمَشْهُور : أَنَّهُ لَا يُخْتَن صَغِيرًا كَانَ أَوْ كَبِيرًا ، وَالثَّانِي يُخْتَن الْكَبِير دُون الصَّغِير ، وَاللَّهُ أَعْلَم

Bila seorang meninggal dalam keadaan belum berkhitan maka dalam madzhab kami ada tiga pendapat. Yang shohih dan masyhur adalah tidak dikhitan baik anak kecil atau dewasa. Pendapat kedua dikhitan bagi dewasa tanpa anak-anak wallohu a’lam


(6) Khitan dengan sinar laser

Sangat tidak dianjurkan dikarenakan tidak mengalir darahnya, tidak syar’i dan bertentangan dengan hadits larangan kay (menempel tubuh dengan besi panas yang dilarang) sebagimana hadits mengatakan :

هُمُ الَّذِينَ لاَ يَسْتَرْقُونَ ، وَلاَ يَتَطَيَّرُونَ ، وَلاَ يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Mereka itu (yang masuk aljannah tanpa dihisab dan tidak diadzab yang berjumlah 70.000) adalah : Tidak meminta ruqyah, tidak tathoyyur (percaya mitos sial), tidak kay (menempel tubuh dengan besi panas dan kepada Rob mereka bertawakal [HR Bukhori, Muslim dan Ahmad]

Hadits-hadits yang berhubungan dengan fitroh


                                                                                  Fitroh (3)

عن البراءِ بن عازب رضي الله عنهما ، قَالَ : قَالَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم يَا فُلانُ ، إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فراشِكَ ، فَقُل : اللَّهُمَّ أسْلَمتُ نَفْسي إلَيْكَ ، وَوَجَّهتُ وَجْهِي إلَيْكَ ، وَفَوَّضتُ أَمْري إلَيْكَ ، وَأَلجأْتُ ظَهري إلَيْكَ رَغبَةً وَرَهبَةً إلَيْكَ ، لا مَلْجَأ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إلاَّ إلَيْكَ ، آمنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أنْزَلْتَ ؛ وَنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ فَإِنَّكَ إِنْ مِتَّ مِنْ لَيلَتِكَ مِتَّ عَلَى الفِطْرَةِ ، وَإِنْ أصْبَحْتَ أَصَبْتَ خَيراً 

Dari Barro’ Bin Azib rodliyallohu anhuma, berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Wahai Fulan, bila engkau hendak menuju tempat tidurmu maka bacalah : Ya Alloh, aku serahkan diriku kepadaMu, aku hadapkan wajahku ke wajahMu, aku pasrahku urusanku kepadaMu, aku sandarkan punggungku kepadaMu dalam keadaan mengharap dan takut kepadaMu, tidak ada tempat kembali dan tempat berlindung dariMu kecuali kepadaMu, aku beriman kepada kitabMu yang telah Engkau turunkan dan nabiMu yang telah Engkau utus. Bila engkau mati pada malam itu maka engkau mati di atas fitroh. Bila engkau bangun di pagi hari, engkau telah mendapat kebaikan [muttafaq alaih]


عَنْ سُلَيْمَانَ قَالَ سَمِعْتُ زَيْدَ بْنَ وَهْبٍ قَالَ رَأَى حُذَيْفَةُ رَجُلاً لاَ يُتِمُّ الرُّكُوعَ وَالسُّجُودَ قَالَ مَا صَلَّيْتَ ، وَلَوْ مُتَّ مُتَّ عَلَى غَيْرِ الْفِطْرَةِ الَّتِى فَطَرَ اللَّهُ مُحَمَّدًا صلى الله عليه وسلم  

Dari Sulaiman berkata : Aku mendengar Zaid Bin Wahab berkata : Khudzaifah melihat seorang laki-laki tidak menyempurnakan ruku’ dan sujud. Ia berkata : Engkau tidak dinilai telah sholat dan bila engkau mati dengan sholat seperti ini, engkau mati tidak dalam keadaan fitroh yang telah Alloh tetapkan kepada Muhammad shollallohu alaihi wasallam [HR Bukhori]


عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ  رضى الله عنه قَالَ قَالَ النَّبِىُّ  صلى الله عليه وسلم كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ ، كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ ، هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ  

Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu, berkata : Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Setiap bayi terlahir dalam keadaan fitroh. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi yahudi atau nasrani atau majusi.  Seperti binatang yang melahirkan binatang, adakah engkau dapati padanya terpotong telinganya ? [HR Bukhori, Muslim, Ahmad dan Ibnu Hibban]


عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ  رضى الله عنه  قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لَيْلَةَ أُسْرِىَ بِهِ  .....ثُمَّ أُتِيتُ بِإِنَاءَيْنِ ، فِى أَحَدِهِمَا لَبَنٌ ، وَفِى الآخَرِ خَمْرٌ فَقَالَ اشْرَبْ أَيَّهُمَا شِئْتَ . فَأَخَذْتُ اللَّبَنَ فَشَرِبْتُهُ فَقِيلَ أَخَذْتَ الْفِطْرَةَ ، أَمَا إِنَّكَ لَوْ أَخَذْتَ الْخَمْرَ غَوَتْ أُمَّتُكَ

Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda (tentang peristiwa isro miroj)  : Aku diberi dua bejana yang satu berisi susu dan yang lain berisi khomr. Jibril berkata : Silahkan engkau minum mana yang engkau sukai. Akupun mengambil susu. Lalu dikatakan “ Engkau telah mengambil fitroh, bila engkau mengambil khomr tentu umatmu akan sesat [HR Bukhori]


عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُغِيرُ إِذَا طَلَعَ الْفَجْرُ وَكَانَ يَسْتَمِعُ الأَذَانَ فَإِنْ سَمِعَ أَذَانًا أَمْسَكَ وَإِلاَّ أَغَارَ فَسَمِعَ رَجُلاً يَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَلَى الْفِطْرَةِ  ثُمَّ قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم خَرَجْتَ مِنَ النَّارِ  فَنَظَرُوا فَإِذَا هُوَ رَاعِى مِعْزًى. م

Dari Anas Bin Malik berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam biasa menyerang musuh pada waktu terbit fajar dan beliau mendengar adzan terlebih dahulu. Bila terdengar adzan di daerah itu, beliau menahan diri (untuk tidak menyerang). Bila tidak terdengar maka beliau akan menyerang. Tiba-tiba beliau mendengar seorang mengucapkan “ Allohu Akbar, Allohu Akbar “. Rosululloh shollllohu alaihi wasallam bersabda : Di atas fitroh. Lalu ia berkata : Asy hadu anlaa ilaaha illalloh Asy hadu anlaa ilaaha illalloh. Rosululloh shollllohu alaihi wasallam bersabda : Engkau telah keluar dari neraka. Mereka melihat ternyata lelaki itu adalah pengembala kambing [HR Muslim]

Makna Fitroh : Sunnah para nabi.


                                                                           Fitroh (2)
Ini adalah pendapat Imam Nawawi dalam syarh Shohih Muslim. Sebuah hadits menyebutkan :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ الْفِطْرَةُ خَمْسٌ أَوْ خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ الْخِتَانُ وَالاِسْتِحْدَادُ وَتَقْلِيمُ الأَظْفَارِ وَنَتْفُ الإِبْطِ وَقَصُّ الشَّارِبِ

Dari Abu Huroiroh, dari nabi shollallohualaihi wasallam bersabda : Fitroh itu ada lima : Khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kukuk, mencabut bulu ketiak dan mencukur kumis [HR Muslim]

Hadits ini menunjukkan bahwa kelima perbuatan di atas adalah sunnah (kebiasaan para nabi)

Makna Fitroh : Islam, tauhid dan iman


                                                                                          Fitroh (1)

Hal ini berdasar dalil-dalil di bawah ini :

قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ وَالْفِطْرَةُ فِي كَلَامِ الْعَرَبِ الْخِلْقَةُ يُقَالُ فَطَرَ اللَّهُ الْخَلْقَ بِمَعْنَى خَلَقَهُمْ وَهُوَ فِي الشَّرْعِ الْحَالَةُ الَّتِي خُلِقُوا عَلَيْهَا مِنْ الْإِيمَانِ وَالْمَعْرِفَةِ وَالْإِقْرَارِ بِالرُّبُوبِيَّةِ  


Alfitroh dalam penilaian orang Arab adalah penciptaan. Dikatakan fathorollohu alkholqo maksudnya Alloh menciptakan mereka. Adapun menurut syar’i adalah kondisi saat makhluq diciptakan dalam keadaan beriman, mengetahui dan mengikrarkan akan rububiyyah Alloh. Sebagaimana firman Alloh :


وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آَدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ  

Dan ingatlah ketika Robmu mengeluarkan anak keturunan Adam dari sulbi mereka dan Alloh mengambil persaksian terhadap jiwa mereka “ Bukankah Aku adalah Rob kalian ? Mereka menjawab “ Benar, kami bersaksi ! “ (agar) di hari kiamat kamu tidak mengatakan “ Sesungguhnya kami adalah lalai tterhadap hal ini “ [al a’rof : 172]

فَإِنَّ الْمُرَادَ بِالْفِطْرَةِ التَّوْحِيدُ      

Yang dimaksud dengan fitroh adalah tauhid (tuhfatul ahwadzi 6/287)

أن الفطرة الإيمان العام   

Yang dimaksud dengan fitroh adalah iman secara umum (Syarh Ibnu Bathol 5/418)

وَأَشْهَرُ الْأَقْوَال أَنَّ الْمُرَاد بِالْفِطْرَةِ الْإِسْلَام

Pendapat yang paling masyhur bahwa yang dimaksud dengan fitroh adalah islam (fathul bari 4/465). Ini berdasarkan sebuah hadits :

إِنِّي خَلَقْت عِبَادِي حُنَفَاء كُلّهمْ ، فَاجْتَالَتْهُمْ الشَّيَاطِين عَنْ دِينهمْ

Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hambaKu seluruhnya dalam keadaan lurus lalu setan membengkokkan mereka dari din mereka [HR Ibnu Hibban]

Maroji’ :

Almuntaqo Syarh Muwatho 2/71

Fathul Bari 4/465

Tamtsil Bagi Amar Ma’ruf Nahi Munkar


Manfaat Air (26)

Amar ma’ruf nahi munkar adalah pilar kekuatan dan keselamatan umat islam. Ketika kemungkaran dibiarkan, akibat buruk tidak hanya dirasakan oleh pelaku maksiat saja. Semua komponen umat islam akan celaka, termasuk orang-orang sholihnya. Itulah yang diingatkan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam :


عن النعمان بن بشير رضي الله عنهما ، عن النَّبيّ  صلى الله عليه وسلم قَالَ مَثَلُ القَائِمِ في حُدُودِ اللهِ وَالوَاقعِ فِيهَا ، كَمَثَلِ قَومٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ فَصَارَ بَعْضُهُمْ أعْلاها وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا ، وَكَانَ الَّذِينَ في أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوا مِنَ المَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقهُمْ ، فَقَالُوا : لَوْ أنَّا خَرَقْنَا في نَصِيبِنَا خَرْقاً وَلَمْ نُؤذِ مَنْ فَوقَنَا ، فَإِنْ تَرَكُوهُمْ وَمَا أرَادُوا هَلَكُوا جَميعاً ، وَإنْ أخَذُوا عَلَى أيدِيهِمْ نَجَوا وَنَجَوْا جَميعاً   


Dari Nu’man Bin Basyir rodliyallohu anhuma, dari nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Perumpamaan orang yang menegakkan hukum-hukum Alloh dan orang yang terjerumus ke dalamnya adalah seperti kaum yang berundi di sebuah kapal. Sebagian mereka ada yang mendapat tempat di atas dan lainnya mendapat tempat di bawah. Orang-orang yang berada di bawah bila akan mengambil air, harus melewati orang yang ada di atas mereka. Mereka berkata : Seandainya kita lobangi kapal ini untuk mengambil hak kita, tentu tidak akan mengganggu orang yang ada di atas kita. Bila mereka membiarkan perbuatan itu dan apa yang mereka inginkan, tentu mereka akan celaka. Bila mereka mencegah dengan tangan-tangan mereka maka mereka akan selamat dan semuanya akan selamat [HR Bukhori]

   Tamtsil Bagi Nilai Dunia

                                                                Manfaat Air (25)


Sering kita jumpai manusia memberi penilaian kepada orang lain atas timbangan dunia. Bergaul, mencari jodoh, mengundang orang dalam perhelatan pernikahan dan lainnya ditentukan oleh mizan ini. Padahal, dunia tidak bernilai bila dibandingkan dengan akhirat. Di sisi Alloh, orang tidak lantas mulia karena kekayaan yang dia peroleh. Justru pada titik inilah yang bersangkutan tidak berharga di hadapan Sang Kholiq. Oleh karena itu, nabi shollallohu alaihi wasallam mengingatkan :


عن سهلِ بن سعد الساعدي رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم: لَوْ كَانَت الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ الله جَنَاحَ بَعُوضَةٍ ، مَا سَقَى كَافِراً مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ  

Dari Sahl Bin Sa’d Assa’idi rodliyallohu anhu berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Seandainya dunia itu senilai satu sayap nyamuk di sisi Alloh, tentu orang kafir tidak akan Alloh beri kesempatan minum air meski hanya seteguk [HR Tirmidzi]


Penulis tuhfatul ahwadzi berkata :


هُوَ مَثَلٌ لِلْقِلَّةِ وَالْحَقَارَةِ . وَالْمَعْنَى أَنَّهُ لَوْ كَانَ لَهَا أَدْنَى قَدْرٌ

Ini adalah permisalan akan kecil dan hinanya dunia. Maknanya seandainya dunia memiliki nilai tentu nilainya paling rendah


Kenyataan yang kita saksikan, justru orang kafir bisa minum berteguk-teguk lebih banyak dibanding yang digapai orang beriman. Itu menunjukkan mereka sedang menumpuk-numpuk sesuatu yang hina. Maka jangan membuat kita merasa hina di hadapan mereka


Maroji’ :

Tuhfatul Ahwadzi 7/341

                                                Tamtsil Bagi Pembagian Penuntut Ilmu


                                                      Manfaat Air (25)


Beragam Orang yang datang ke majlis ilmu :

Kelompok pertama                                           

Mereka datang ke majlis ilmu dengan penuh kesungguhan. Ia kuasai ilmu yang sudah diserap selanjutnya ia mengamalkannya. Tidak itu saja, ia juga bisa menyampaikannya dengan baik ilmu itu kepada orang lain. Apa yang ia lakukan, bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Nabi shollallohu alaihi wasallam mengibaratkannya dengan air hujan. Air yang jatuh menyerap ke tanah, sementara di atas tumbuhlah pepohonan yang subur


Kelompok kedua


Mereka datang ke majlis ilmu dengan motifasi sama seperti kelompok pertama. Ketika pulang ke rumah, ia bisa melaksanakan apa yang ia peroleh dengan baik. Akan tetapi ia tidak memiliki kemampuan untuk menyampaikannya kepada orang lain. Walhasil, ilmu yang dimiliki hanya bermanfaat bagi dirinya. Orang ini tetap mendapat pujian dari nabi shollallohu alaihi wasallam. Beliau menyamakannya dengan air hujan yang turun ke tanah keras. Air itu meresap ke tanah sehingga menjadi sumber mata air yang bisa diminum oleh manusia dan binatang. Kekurangannya adalah tidak menumbuhkan pepohonan di atasnya karena sifat dari tanah yang keras.

Kelompok ketiga


Orang datang ke majlis ilmu bukan dilandasi oleh niat baik. Mereka inilah orang-orang kafir dan munafiq. Nasehat quran tidak membuat hatinya tersentuh. Hadits yang dibacakan tidak masuk ke relung hatinya. Yang mereka harapkan adalah mencari-cari kesalahan, mendata orang yang hadir dan membuat hiruk pikuk suasana majlis. Tidak ada yang bisa diharapkan darinya selain mafsadat. Orang seperti ini, ibarat hujan yang turun ke tanah dimana airnya tidak bisa meresap sama sekali ke tanah sehingga membuat genangan yang akhirnya yang terjadi adalah banjir.


Perumpamaan ini terangkum dari sabda nabi shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنْ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتْ الْمَاءَ فَأَنْبَتَتْ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتْ الْمَاءَ فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ


Dari Abu Musa dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda : Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengan membawanya adalah seperti hujan yang lebat yang turun mengenai tanah. Diantara tanah itu ada jenis yang dapat menyerap air sehingga dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Dan di antaranya ada tanah yang keras lalu menahan air  sehingga dapat diminum oleh manusia, memberi minum hewan ternak dan untuk menyiram tanaman. Dan yang lain ada permukaan tanah yang berbentuk lembah yang tidak dapat menahan air dan juga tidak dapat menumbuhkan tanaman. perumpamaan itu adalah seperti orang yang faham agama Allah dan dapat memanfa'atkan apa yang aku diutus dengannya, dia mempelajarinya dan mengajarkannya, dan juga perumpamaan orang yang tidak dapat mengangkat derajat dan tidak menerima hidayah Allah dengan apa yang aku diutus dengannya.   [HR Bukhori Muslim]


Inilah manusia. Ada yang dimudahkan oleh Alloh saat mendapatkan kebenaran sehingga bisa mendatangkan manfaat bagi dirinya dan orang lain. Di sisi lain, bagi yang hatinya tertutup tentu sebaik apapun pelajaran, akan hilang begitu saja tanpa ada bekas. Ibnu Bathol berkata tentang hadits di atas :


أنه لا يقبل ما أنزل الله من الهدى والدين إلا من كان قبله نقيا من الإشراك والشك

Tidak akan menerima apa saja yang Alloh turunkan baik berupa petunjuk dan addin kecuali hatinya bersih dari syirik dan keraguan (kemunafikan)

Maroji’ :

Syarh Ibnu Bathol 1/161

Tamtsil Bagi Kehidupan Dunia


Manfaat Air (23)

Dunia bersifat sementara, akan tetapi indah yang membuat banyak manusia terlena. Ia kejar dan diusahakan sehingga membuatnya lalai terhadap kehidupan akhirat. Meski indah, ia hanya sebentar. Jangan sampai hal itu berbuah kesengsaran di akhirat. Oleh karena itu Alloh mengingatkan kita :


وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا

Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah seperti air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu [alkahfi : 45]


Ayat di atas merupakan tamtsil bagi dunia. Air yang turun dari langit membuat pohon menjadi subur. Petani mana yang tidak senang melihat tanamannya nampak hijau dan berbuah. Sang pemilik tidak sadar bahwa hijaunya pohon hanya sebentar. Lambat laun akan mengering dan akhirnya mati. Akhirnya tumbang seiring waktu. Itulah dunia ! Ibnu Katsir menambah penjelasan dengan menampilkan dua ayat lain :


 إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالْأَنْعَامُ حَتَّى إِذَا أَخَذَتِ الْأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالْأَمْسِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآَيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya adzab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir [yunus : 24]


أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي الأرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لأولِي الألْبَابِ  

Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal [azzumar  21]

Tamtsil Bagi Kekayaan Alloh


Manfaat Air (22)

Alloh itu Maha Kaya. Apa yang Alloh berikan kepada hambaNya selama jutaan tahun (wallohu a’lam tentang waktu yang jelas) tidak membuat Alloh faqir. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengingatkan hal ini :


عَنْ أَبي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِنَّ يَمِينَ اللَّهِ مَلأَى لاَ يَغِيضُهَا نَفَقَةٌ سَحَّاءُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ ، أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْفَقَ مُنْذُ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ فَإِنَّهُ لَمْ يَنْقُصْ مَا فِى يَمِينِهِ ، وَعَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ وَبِيَدِهِ الأُخْرَى الْفَيْضُ أَوِ الْقَبْضُ يَرْفَعُ وَيَخْفِضُ  

Dari Abu Huroiroh dari nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya tangan kanan Alloh penuh.  Tidak akan berkurang curahan nafkah sepanjang malam dan siang. Tidakkah kalian lihat apa yang Alloh berikan semenjak Alloh ciptakan langit dan dunia. Sesungguhnya tidak berkurang apa yang ada pada tangan kananNya. ArsyNya ada di atas air dan di tanganNya yang lain adalah genggaman yang Alloh angkat dan rendahkan  [HR Bukhori]


Boleh jadi ada diantara kita masih membutuhkan penjelasan tambahan untuk memahami masalah ini. Ketika manusia diberi akal, Alloh memberikan kepada kita sebuah tamtsil yang dengannya kita bisa mengakui betapa Alloh Maha Kaya meski rizkinya dibagi-bagi tiap hari kepada seluruh hambaNya. Lewat air, Alloh berfirman :


عَنْ أَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيْدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُوْنِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ   مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمَخِيْطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ

Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahuanhu dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam sebagaimana beliau riwayatkan dari Rabbnya Azza Wajalla bahwa Dia berfirman : Wahai hamba-Ku, seandainya  sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir semuanya berdiri di sebuah bukit lalu kalian meminta kepada-Ku, lalu setiap orang yang meminta Aku penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku kecuali bagaikan sebuah jarum yang dicelupkan di tengah lautan [HR Muslim]


Imam Nawawi menerangkan hikmah akan pencantuman kata jarum dan laut pada hadits di atas, beliau mengatakan


فَإِنَّ الْبَحْر مِنْ أَعْظَم الْمَرْئِيَّات عَيَانًا ، وَأَكْبَرهَا ، وَالْإِبْرَة مِنْ أَصْغَر الْمَوْجُودَات ، مَعَ أَنَّهَا صَقِيلَة لَا يَتَعَلَّق بِهَا مَاء . وَاَللَّه أَعْلَم .

Karena laut adalah pemandangan yang paling mudah untuk diindera dengan mata dan ia adalah bagian paling luas di bumi. Sementara jarum benda paling kecil, ia memiliki sifat licin yang tidak membuat air melekat padanya


Maroji’ :

Syarh Shohih Muslim 8/384

Tamtsil Bagi Ilmu Alloh


Manfaat Air (21)

Ilmu Alloh itu luas. Tidak mungkin dijangkau oleh manusia. Agar kita tidak berlaku sombong akan keluasan ilmuNya, maka Alloh memberikan gambarannya dengan air laut. Dalam alquran, Alloh berfirman :


وَلَوْ أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلَامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ  

Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana [luqman : 27]


Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata :


بيان أن ما أوتيه الإِنسان من علوم ومعارف ما هو بشيء إلى علم الله تعالى .بيان قدرة الله تعالى وانها لا تحد ولا يعجزها شيء

Ayat di atas adalah penjelasan bahwa ilmu dan pengetahuan yang diperoleh manusia tidak bisa dibandingkan sedikitpun dengan ilmu Alloh Ta’ala. Ayat ini juga mengandung penjelasan akan kekuasaan Alloh Ta’ala yang tidak ada batasnya dan tidak bisa dikalahkan sedikitpun


قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا

Katakanlah: "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula) [alkahfi : 109]


Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata :


علم الله غير متناهي لأن كلماته غير متناهية .

Ilmu Alloh tidak akan habis karena kalimatNya tidak berbatas

Walhasil, siapapun yang memiliki kepandaian dalam ilmu tertentu dan mendapat pengakuan di hadapan manusia, tentu jangan melupakan dua ayat di atas


Maroji’ :

Aisaruttafasir (Maktabah syamilah)

Sarana Tranportasi


Manfaat Air (20)

Tranportasi terbagi menjadi tiga : Darat, Udara dan laut. Atas rahmat Alloh, lautan yang dalam dan luas disertai gelombang mampu ditaklukkan oleh manusia sejak dulu.


Kapal laut pernah dinaiki oleh tiga nabi. Saat banjir yang begitu besar, dengan kapalnya, Alloh menyelamatkan Nuh dan kaumnya. Nabi Yunus yang ditelan ikan setelah dilempar dari kapal akibat dalam undian namanya yang keluar. Sementara nabi Musa naik kapal bersama Khidzir dalam rangka perjalanan menuntut ilmu.


Kisah di atas menunjukkan bahwa kapal laut sudah dinikmati manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Oleh karena itu, Alloh mengulang-ngulang pembicaraan karunia ini dalam alquran :


اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْأَنْهَارَ

Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai [ibrohim : 32]


رَبُّكُمُ الَّذِي يُزْجِي لَكُمُ الْفُلْكَ فِي الْبَحْرِ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

Tuhan-mu adalah yang melayarkan kapal-Kapal di lautan untukmu, agar kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadapmu [al isro : 66]


أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ وَالْفُلْكَ تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَيُمْسِكُ السَّمَاءَ أَنْ تَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ إِلَّا بِإِذْنِهِ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ  

Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya.  [alhajj : 65]


أَلَمْ تَرَ أَنَّ الْفُلْكَ تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِنِعْمَةِ اللَّهِ لِيُرِيَكُمْ مِنْ آَيَاتِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ  

Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) -Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur [luqman : 31]


وَمِنْ آَيَاتِهِ الْجَوَارِ فِي الْبَحْرِ كَالْأَعْلَامِ  

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung [syuro : 32]


اللَّهُ الَّذِي سَخَّرَ لَكُمُ الْبَحْرَ لِتَجْرِيَ الْفُلْكُ فِيهِ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ  

Allah lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya, dan supaya kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur [jatsiyah : 12]


 وَلَهُ الْجَوَارِ الْمُنْشَآَتُ فِي الْبَحْرِ كَالْأَعْلَامِ  

Dan kepunyaan-Nya lah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya di lautan laksana gunung-gunung [arrohman : 24]


Hampir seluruh mufasir, ketika menerangkan ayat di atas menyebut bahwa manfaat transportasi ini adalah perdagangan dan perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain.

Menghilangkan Dahaga


Manfaat Air (19)

Tanpa dalilpun tentu kita mengetahui kaedah ini karena seringnya kita mengalami kondisi haus lalu minum, apa yang terjadi sesudahnya ? Tentu haus akan hilang dan perasaan lega akan kita rasakan. Akan tetapi tidak salahnya kita mengetahui dalil nash yang menyebutkan fungsi air sebagai penghiang rasa haus, diantaranya ketika kita berbuka di bulan romadlon. Setelah korma kita santap dan air kita teguk, disunnahkan bagi kita untuk mengucapkan :


ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

Telah hilang rasa haus, telah basah kerongkongan dan telah tetap pahala atas kehendak Alloh [HR Abu Daud, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah dan Addarimi]


Dalil lainnya adalah ketika rasa haus dialami oleh semua manusia pada hari kiamat di padang  mahsyar, lalu rosululloh shollallohu alaihi wasallam menyambut kita di depan alhaudl. Di situ kita dipersilahkan untuk minum. Rosululloh shollallohualaihi wasallam menjanjikan bagi para peminumnya :


عَنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلاَ يَظْمَأُ بَعْدَهُ أَبَدًا  

Dari Abdulloh Bin Amru Bin Ash : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :  Siapa yang minum darinya tidak akan haus selamanya [HR Bukhori]

Sarana Ifthor


Manfaat Air (18)

Ifthor adalah berbuka setelah shoum. Biasanya manusia melakukannya dengan air teh, es buah, kolak dan berbagai makanan yang digoreng. Islam memberi kita petunjuk dengan dua sabda nabi shollallohu alaihi wasallam di bawah ini :


عن سلمان عن النبيِّ صلى الله عليه وسلم  قَالَ : إِذَا أفْطَرَ أحَدُكُمْ ، فَلْيُفْطِرْ عَلَى تَمْرٍ ، فَإنْ لَمْ يَجِدْ ، فَلْيُفْطِرْ عَلَى مَاءٍ ؛ فإنَّهُ طَهُورٌ  

Dari Salman rodliyallohu anhu dari nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Bila seorang diantara kalian berbuka maka berbukalah dengan tamr (korma kering). Bila tidak mendapatkan maka dengan air karena ia adalah pensuci [HR Abu Daud dan Tirmidzi]


عن أنس رضي الله عنه قَالَ : كَانَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم يُفْطِرُ قَبْلَ أنْ يُصَلِّي عَلَى رُطَبَاتٍ ، فَإنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَتُمَيْرَاتٌ ، فَإنْ لَمْ تَكُنْ تُمَيْرَاتٌ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ  

Dari Anas rodliyallohu anhu berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam biasa berbuka sebelum menunaikan sholat dengan beberapa ruthob ( korma basah). Bila tidak ada ruthob maka beberapa butir tamr. Dan bila tidak ada juga maka beliau meneguk beberapa teguk air [HR Abu Daud dan Tirmidzi]


Dua hadits ini menunjukkan urutan prioritas berbuka. Yang palig utama adalah ruthob, bila tidak ada tamr menjadi alternatif dan air adalah pilihan ketiga. Penulis tuhfatul ahwadzi berkata :


وَالْحَدِيثُ دَلِيلٌ عَلَى اِسْتِحْبَابِ الْإِفْطَارِ بِالرُّطَبِ فَإِنْ عُدِمَ فَبِالتَّمْرِ فَإِنْ عُدِمَ فَبِالْمَاءِ

Hadits ini menunjukkan anjuran berbuka dengan ruthob. Bila tidak ada maka tamr dan bila tidak ada maka air


Kenapa rosululloh shollallohu alaihi wasallam menganjurkan korma ? Beragam pendapat ulama tentang masalah ini. Penulis tuhfatul ahwadzi berkata :


وَإِنَّمَا شُرِعَ الْإِفْطَارُ بِالتَّمْرِ لِأَنَّهُ حُلْوٌ وَكُلُّ حُلْوٍ يُقَوِّي الْبَصَرَ الَّذِي يَضْعُفُ بِالصَّوْمِ ، وَهَذَا أَحْسَنُ مَا قِيلَ فِي الْمُنَاسَبَةِ ، وَقِيلَ لِأَنَّ الْحُلْوَ يُوَافِقُ الْإِيمَانَ وَيُرِقُّ الْقَلْبَ

Disyariatkan berbuka dengan korma karena ia memiliki sifat manis. Setiap manis akan menguatkan pandangan yang lemah akibat shoum. Ini pendapat yang paling bagus dalam masalah ini. Ada juga yang berpendapat bahwa manis selaras degan iman dan melembutkan hati


Maroji’ :

Tuhfatul Ahwadzi 2/233


 Ladang Amal Sholih


Manfaat Air (17)

Sungguh makhluq hidup tidak bisa dipisahkan dengan air. Tubuh manusia lebih didominasi dengan zat ini. kekurangan air bisa mendatangkan petaka. Oleh karena itu menyelamatkan makhluq dari kematian akibat kehausan adalah amal sholih yang mendapat pahala besar sebagaimana yang diterangkan hadits di bawah ini :


عن أبي هريرة رضى الله عنه : أنَّ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ : بَينَما رَجُلٌ يَمشي بِطَريقٍ اشْتَدَّ عَلَيهِ العَطَشُ ، فَوَجَدَ بِئراً فَنَزَلَ فِيهَا فَشربَ ، ثُمَّ خَرَجَ فإذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يأكُلُ الثَّرَى مِنَ العَطَشِ ، فَقَالَ الرَّجُلُ : لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الكَلْبُ مِنَ العَطَشِ مِثلُ الَّذِي كَانَ قَدْ بَلَغَ مِنِّي فَنَزَلَ البِئْرَ فَمَلأَ خُفَّهُ مَاءً ثُمَّ أمْسَكَهُ بفيهِ حَتَّى رَقِيَ ، فَسَقَى الكَلْبَ ، فَشَكَرَ الله لَهُ ، فَغَفَرَ لَهُ  قالوا : يَا رَسُول اللهِ ، إنَّ لَنَا في البَهَائِمِ أَجْراً ؟ فقَالَ : في كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أجْرٌ  مُتَّفَقٌ عَلَيهِ .وفي رواية للبخاري : فَشَكَرَ اللهُ لَهُ ، فَغَفَرَ لَهُ ، فأدْخَلَهُ الجَنَّةَ وفي رواية لهما : بَيْنَما كَلْبٌ يُطِيفُ بِرَكِيَّةٍ قَدْ كَادَ يقتلُهُ العَطَشُ إِذْ رَأَتْهُ بَغِيٌّ مِنْ بَغَايَا بَنِي إسْرَائِيل ، فَنَزَعَتْ مُوقَها فَاسْتَقَتْ لَهُ بِهِ فَسَقَتْهُ فَغُفِرَ لَهَا بِهِ  

Dari Abu Huroiroh : Bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Ketika seorang berjalan di sebuah jalan. Ia merasakan sangat haus. Akhirnya ia mendapati sumur. Ia segera turun ke dalamnya lalu minum. Setelah itu ia keluar. Tiba-tiba seekor anjing menjilat-jilat tanah karena haus. Laki-laki itu berkata : Sungguh anjing ini haus sebagaimana haus yang telah aku alami. Iapun turun ke sumur. Dipenuhinya sepatunya dengan air yang ia gigit dengan giginya hingga ia bisa naik ke atas. Ia segera memberi air minum anjing. Alloh mensyukurinya lalu memberi ampunan kepadanya. Para sahabat bertanya : Ya rosululloh, apakah ada hak pahala bagi kami pada binatang ? Beliau menjawab : Setiap menolong makhluq yang memiliki jantung yang basah ada pahalanya [muttafaq alaih] Pada riwayat Bukhori : Alloh mensyukuri perbuatannya dan mengampuninya lalu memasukkannya ke dalam aljannah. Pada riwayat keduanya : Ketika seekor anjing mengelilingi sumur dimana ia hampir mati karena kehausan tiba-tiba seorang pelacur bani isroil melihatnya. Ia segera melepas sepatunya lalu memberi air minum dan anjing itu meminumnya. Allohpun mengampuninya


Hadits ini memberi kita faedah :


(1) Kebaikan manusia kepada binatang berhak mendapat balasan dari Alloh


Padahal binatang yang termaktub pada hadits ini adalah anjing, hewan penghalang jibril saat akan menyampaikan wahyu kepada rosululloh shollallohu alaihi wasallam dan anjinglah yang membuat malaikat rahmat menjauh dari rumah yang terdapat di dalamnya anjing. kalau kebaikan berupa memberi air itu ditujukan kepada mukmin, tentu pahalanya lebih besar seperti yang disabdakan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam :


عَنْ أَبِي سَعِيدٍ اَلْخُدْرِيِّ, عَنِ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ أَيُّمَا مُسْلِمٍ كَسَا  مُسْلِمًا ثَوْبًا عَلَى عُرْيٍ كَسَاهُ اَللَّهُ مِنْ خُضْرِ اَلْجَنَّةِ, وَأَيُّمَا مُسْلِمٍ أَطْعَمَ مُسْلِمًا عَلَى جُوعٍ أَطْعَمَهُ اَللَّهُ مِنْ ثِمَارِ اَلْجَنَّةِ, وَأَيُّمَا مُسْلِمٍ سَقَى مُسْلِمًا عَلَى ظَمَإٍ سَقَاهُ اَللَّهُ مِنْ اَلرَّحِيقِ اَلْمَخْتُومِ   

Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Siapa saja orang islam yang memberi pakaian orang Islam yang tidak memiliki pakaian, niscaya Allah akan memberinya pakaian dari hijaunya surga; dan siapa saja orang Islam yang memberi makan orang Islam yang kelaparan, niscaya Allah akan memberinya makanan dari buah-buahan surga; dan siapa saja orang Islam yang memberi minum orang Islam yang kehausan, niscaya Allah akan memberinya minuman dari minuman suci yang tertutup [HR Abu Dawud dan dalam sanadnya ada kelemahan]


(2) Pelaku maksiat terkadang masih memiliki naluri kebaikan

Itulah yang dimiliki pelacur dari bani isroil. Karena perbuatannya, membuat Alloh ridlo hingga diberikan kepadanya hidayah sehingga ia meninggalkan perbuatan lacurnya. Dari situ turunlah ampunan dari Alloh