Islam Itu Nasehat





Manhaj dakwah para rosul adalah nasehat

فَتَوَلَّى عَنْهُمْ وَقَالَ يَا قَوْمِ لَقَدْ أَبْلَغْتُكُمْ رِسَالَةَ رَبِّي وَنَصَحْتُ لَكُمْ وَلَكِنْ لَا تُحِبُّونَ النَّاصِحِينَ

Maka Shaleh meninggalkan mereka seraya berkata : Hai kaumku Sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat Robku, dan aku telah memberi nasehat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasehat  [al a’rof : 79]

فَتَوَلَّى عَنْهُمْ وَقَالَ يَا قَوْمِ لَقَدْ أَبْلَغْتُكُمْ رِسَالَاتِ رَبِّي وَنَصَحْتُ لَكُمْ فَكَيْفَ آَسَى عَلَى قَوْمٍ كَافِرِينَ

Maka Syu'aib meninggalkan mereka seraya berkata : Hai kaumku, Sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat Robku dan aku telah memberi nasehat kepadamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir? [al a’rof : 93]

أُبَلِّغُكُمْ رِسَالَاتِ رَبِّي وَأَنْصَحُ لَكُمْ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Aku (Nuh) sampaikan kepadamu amanat-amanat Robku dan aku memberi nasehat kepadamu. dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui [al a’rof : 62]

وَلَا يَنْفَعُكُمْ نُصْحِي إِنْ أَرَدْتُ أَنْ أَنْصَحَ لَكُمْ إِنْ كَانَ اللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يُغْوِيَكُمْ هُوَ رَبُّكُمْ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

(Nuh Berkata lagi) Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasehatku jika aku hendak memberi nasehat kepada kamu, Sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan [hud : 34]

أُبَلِّغُكُمْ رِسَالَاتِ رَبِّي وَأَنَا لَكُمْ نَاصِحٌ أَمِينٌ 

(Hud berkata) Aku menyampaikan amanat-amanat Robku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu  [al a’rof : 68]

Nasehat adalah metode iblis untuk menipu Adam
وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ

Dan Dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya : Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua  [al a’rof : 21]

Makna nasehat

Imam Nawawi menyebut ada tiga makna nasehat :

1.      Memberikan kebaikan kepada yang dinasehati
2.      Menjahit, maknanya melakukan kebaikan bagi pihak yang dinasehati sebagaimana menjahit adalah upaya untuk menguatkan kembali kain yang sobek
3.      Bersihnya ucapan dari dusta

Penggunaan kata nasehat dalam alquran

لَيْسَ عَلَى الضُّعَفَاءِ وَلَا عَلَى الْمَرْضَى وَلَا عَلَى الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ مَا يُنْفِقُونَ حَرَجٌ إِذَا نَصَحُوا لِلَّهِ وَرَسُولِهِ مَا عَلَى الْمُحْسِنِينَ مِنْ سَبِيلٍ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka Berlaku nasehat (jujur) kepada Allah dan Rasul-Nya. tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, [attaubah : 91]

Ayat di atas menerangkan tentang rukhshoh kepada tiga kelompok untuk tidak ikut berperang, : Kaum lemah (tua atau cacat), sakit dan tidak memiliki biaya untuk membeli kuda sebagai kendaraan. Tiga alasan di atas harus disampaikan atas dasar nasehat karena Alloh dan rosulNya. Penulis tafsir alwajiz menafsirkan nasehat di sini dengan : bersih dari dusta. Berarti tidak boleh ketiga alasan di atas disampaikan dengan dusta padahal mereka tidak sakit, memiliki badan yang kuat dan memiliki biaya untuk membeli kendaraan.

وَحَرَّمْنَا عَلَيْهِ الْمَرَاضِعَ مِنْ قَبْلُ فَقَالَتْ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى أَهْلِ بَيْتٍ يَكْفُلُونَهُ لَكُمْ وَهُمْ لَهُ نَاصِحُونَ  
  
Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; Maka berkatalah saudara Musa : Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku nasehat (sayang) kepadanya? [alqoshosh : 12]

Ayat di atas adalah upaya Firaun untuk mencari wanita yang bisa menyusui Musa dengan syarat wanita itu memiliki karakter nasehat. Penulis tafsir Almuyassar menafsirkan nasehat pada ayat ini dengan kasih sayang.

قَالُوا يَا أَبَانَا مَا لَكَ لَا تَأْمَنَّا عَلَى يُوسُفَ وَإِنَّا لَهُ لَنَاصِحُونَ

Mereka berkata : Wahai ayah Kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai Kami terhadap Yusuf, Padahal Sesungguhnya Kami adalah orang-orang memiliki nasehat (yang mengingini kebaikan) baginya  [yusuf : 11]

Ayat di atas menerangkan upaya saudara-saudara Yusuf untuk merayu ayahnya agar mengizinkan mereka untuk mengajak Yusuf main ke tempat jauh dengan mengajukan argumentasi bahwa mereka memiliki sifat nasehat kepada Yusuf. Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di menafsirkan nasehat pada ayat di atas dengan kasih sayang.

وَجَاءَ رَجُلٌ مِنْ أَقْصَى الْمَدِينَةِ يَسْعَى قَالَ يَا مُوسَى إِنَّ الْمَلَأَ يَأْتَمِرُونَ بِكَ لِيَقْتُلُوكَ فَاخْرُجْ إِنِّي لَكَ مِنَ النَّاصِحِينَ

Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata : Hai Musa, Sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu  [alqoshosh : 20]

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا   

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya)  [attahrim : 8]

Ayat di atas menerangkan bahwa taubat yang benar adalah taubatan nashuha. Kata nashuha berasal dari nasehat. Penulis tafsir Albaghowi menafsirkan kata nasehat pada ayat di atas dengan menyitir perkataan alkalbi : Beristighfar dengan lesan, menyesali dengan hati dan menahan tubuhnya untuk tidak mengulangi perbuatan dosa

Walhasil, kata nasehat berdasar ayat-ayat di atas bermakna : Petuah, kejujuran dan kasih sayang.

Perintah nasehat dalam hadits
عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْم الدَّارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ   وَسَلَّمَ قَالَ : الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ . قُلْنَا لِمَنْ ؟ قَالَ : لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ . 
Dari Abu Ruqoyah Tamim Ad Daari radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Addin adalah nasehat, kami berkata : Kepada siapa ?  beliau bersabda : Kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya dan kepada pemimpan kaum muslimin dan rakyatnya  [HR Bukhori Muslim]
Hadits di atas mengajak kita memiliki sikap nasehat kepada : Alloh, kitabNya, rosulNya, pemimpin umat islam dan rakyatnya. Secara terperinci, nesehat kepada kelimanya adalah :

a.      Nasehat kepada Alloh :

Bertauhid kepadaNya dan tidak berbuat syirik sedikitpun, mengimani asma dan sifatNya tanpa melakukan ilhad, melaksanakan perintah dan menjauhi laranganNya, mencinta dan membenci karenaNya dan mensyukuri nikmatNya.

b.      Nasehat kepada kitab

Beriman bahwa alquran adalah kalamulloh bukan makhluq, meyakini bahwa quran tidak bisa ditandingi dengan sesuatupun dari perkataan manusia, membacanya dengan sebaik-baik tilawah disertai kekhusyuan dan berusaha memahami dan mengamalkannya dan mendakwahkannya kepada manusia

c.       Nasehat kepada rosulNya

Mengimani apa saja yang dibawa oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam, memuliakannya, mencintai siapa yang mencintainya, memusuhi siapa yang memusuhinya dan berakhlaq dengan keagungan akhlaqnya.

d.      Nasehat kepada pemimpin umat islam

Membantunya dalam menegakkan alhaq, mengingatkannya saat lalai, tidak memberontak untuk menjatuhkannya dan berjihad bersamanya.

e.      Nasehat kepada rakyat

Memberikan bimbingan bagi kemaslahatan dunia dan akhirat mereka, menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, menghormati yang lebih tua, menyayangi kepada yang lebih muda.

Maroji’ :
Tafsir Alwajiz (maktabah syamilah) hal 201
Tafsir Almuyassar (maktabah syamilah) hal 386
Tafsir Assa’di ) maktabah syamilah hal 236
Tafsir Albaghowi (maktabah syamilah) hal 561



















Kesalahan-Kesalahan Dalam Bertamu


(fiqih bertamu)

1.      Ngintip atau masuk dengan tiba-tiba tanpa permisi

Ini adalah akhlaq tercela. Boleh jadi tuan rumah belum memakai pakaian dengan sempurna atau sedang melakukan satu kegiatan yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Dengan kedatangan tamu yang tiba-tiba, jelas telah merampas kemerdekaan shohibulbait. Oleh karena itu nabi shollallohu alaihi wasallam memberi peringatan :

لَوْ أنَّ رَجُلاً اطّلَعَ عَليْكَ بِغَيْرِ إذْنٍ فَحَذَفْتَهُ فَفَقَأتْ عَيْنَهُ مَاكَانَ عَلَيْكَ مِنْ جُنَاحٍ

Seandainya ada seseorang yang tiba-tiba ada di depanmu tanpa permisi lalu engkau lempar hingga terluka matanya maka tidak ada dosa bagimu  [HR Bukhori, Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Hibban]

لَوْ أعْلَمُ أنَّكَ تَنْظُرُ لَطَعَنْتُ بِهِ فِيْ عَيْنِكَ إنَّمَا جَعَلَ الله الإِذْنَ كِنْ أجْلِ الْبَصَرِ

Seandainya aku tahu kalau engkau mengintip, sungguh akan aku lukai matamu. Sesungguhnya Alloh menjadikan syariat permisi dengan tujuan menjaga pandangan  [HR Bukhori, Muslim, Ahmad, Abu Daud, Ibnu Hibban, Nasa’i dan Syafi’i]

2.      Berharap mendapat hidangan

Sikap tawazun dalam pertamuan adalah : Tamu tidak mengharap mendapat jamuan, sementara tuan rumah berusaha memberikan hidangan terbaik untuk tamunya. Kendati demikian, islam tidak mewajibkan bagi tuan rumah menyediakan hidangan. Oleh karena itu Alloh memberi teguran kepada para sahabat yang bertamu ke rumah nabi shollallohu alaihi wassallam yang tidak segera pulang karena menunggu makanan tersedia :

يايُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا لاَ تَدْخُلُوْا بَيُوْتَ النَّبِيّ إلاَّ أنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ إلَى طَعَامٍ غَيْر نَاظِرِيْنَ إنَاهُ

Hai orang-orang beriman, janganlah kalian memasuki rumah-rumah nabi kecuali diizinkan bagimu tanpa menunggu masak makanannya

3.      Berlama-lama dalam kunjungan

Bila urusan dengan tuan rumah telah selesai maka seyogyanya segera pulang. Jangan mengambil sikap basa-basi sebagai alasan untuk tidak segera mengakhiri pembicaraan. Alloh memberi taujih kepada para sahabat :

فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوْا وَلاَ مُسْتَأْنِسْيْنَ لِحَدِيْثٍ

Bila kalian telah makan maka pulanglah dan tidak memperpanjang percakapan

4.      Memberatkan tuan rumah

ولا يحل لمسلم أن يقيم عند أخيه حتى يؤثمه قالوا  يا رَسُول اللَّهِ وكيف يؤثمه  قال يقيم عند أخيه ولا شيء يقريه بِهِ

Tidak ahala bagi seorang muslim berada di sisi saudaranya hingga membuat dosa baginya. Mereka berkata : Ya rosululloh, bagaimana membuat dosa baginya ? Beliau menjawab : Dia bertamu, sementara tidak ada sesuatu dari tuan rumah untuk menjamunya  [HR Muslim]

Syaikh Mushthofa Albugho menerangkan hadits di atas dengan berkata : Dimakruhkan bagi setiap muslim untuk bertamu pada saudaranya, sementara dia tahu bahwa ia adalah faqir sehingga tidak memiliki apapun untuk dihidangkan yang membuat dosa baginya seperti ghibah dan menggerutu atau terpaksa berhutang yang membuatnya terkadang berbohong.

Maroji’ :
Nuzhatul Muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho 1/502
Syarh Riyadlush Sholihin, Syaikh Muhammad Solih Utsaimin 2/1013
Aljami’ Li Ahkamil Quran, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al Anshori Alqurthubi 12/195

Etika Tuan Rumah


(fiqih bertamu)

·         Menyambut tamu dengan wajah berseri

لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْأً وَلَوْ أنْ تَلْقَى أخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْيْقٍ

Janganlah meremehkan perbuatan ma’ruf sedikitpun meski engkau menemui saudaramu dengan muka berseri-seri  [HR Muslim]

·         Menyambut tamu dengan kata-kata bersahabat

Seperti ucapan seorang anshor ketika kedatangan rosululloh shollallohu alaihi wasallam, Abu Bakar dan Umar rodliyallohu anhuma :

الْحمد لله مَا أحَدٌ الْيَوْمَ أكْرَمُ أضْيَافاً مِنِّيْ

Alhamdulillah, tidak ada orang yang kedatangan tamu semulia tamuku hari ini

·         Menyediakan hidangan terbaik buat tamu

فَرَاغَ إلَى أهْلِهِ فَجَاءَ بِعِجْلٍ سَمِيْنٍ

Maka Ibrohim pergi menemui istrinya, selanjutnya datang dengan membawa daging sapi muda yang gemuk  [adz dzariyat : 26]

·         Menjaga keselamatan tamu

Inilah yang dilakukan oleh nabi Luth. Ketika kaumnya yang homosexual hendak mengambil paksa kedua tamunya (yang tidak lain adalah malaikat yang menjelma sebagai laki-laki yang tampan) maka nabi Luth mempertahankan keduanya dengan berkata :
فَاتَّقُوْا الله وَلاَ تُخْزُوتِي فِي ضَيْفِى
Maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini  [hud : 78]

Bila ayat ini akan kita terapkan, bisa saja ketika tamu bermalam, kita sediakan selimut agar terhindar dari udara dingin atau autan untuk melindunginya dari gigitan nyamuk.
·         Mengantar tamu hingga  keluar saat tamu akan pulang


Etika Bertamu


(Fiqih Bertamu)
 
a.      Mahabbah (kecintaan karena Alloh)

Seorang bertamu terkadang menjadikan ekonomi sebagai standar. Dia hanya bertamu hanya kepada orang dari kalangan menengah ke atas. Menengah ke bawah jangan berharap didatanginya. Islam datang untuk menghapus sikap ini sehingga Alloh memuji kepada seseorang yang bertamu atas dasar cinta karena Alloh :

عن أبي هريرة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم   أن رجلاً زار أخاً له في قرية أخرى فأرصد اللَّه تعالى على مدرجته ملكاً. فلما أتى عليه قال  أين تريد؟ قال: أريد أخاً لي في هذه القرية. قال  هل لك عليه من نعمة تربها عليه؟ قال  لا، غير أني أحببته في اللَّه تعالى. قال  فإني رَسُول اللَّهِ إليك بأن اللَّه قد أحبك كما أحببته فيه 
  
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu dari nabi shollallohu alaihi wasallam : Bahwa seseorang mengunjungi saudaranya di negeri lain. Lalu Alloh mengutus malaikat untuk mencegatnya. Ketika bertemu, malaikat bertanya : Hendak ke mana engkau pergi ? Orang itu berkata : Hendak mengunjungi saudaraku di negeri ini. Malaikat bertanya lagi : Apakah motifasimu pergi karena nikmat yang engkau cari ? Ia menjawab : Tidak, hanyasanya aku mencintainya karena Alloh. Malaikat berkata : Sesungguhnya aku adalah utusan Alloh untuk menemuimu agar aku menyampaikan bahwa Alloh mencintaimu sebagaimana engkau mencinta saudaramu karenaNya [HR Muslim]

b.      Berdiri di samping pintu

Salah satu etika yang harus diperhatikan para tamu adalah berdiri di samping pintu saat mengucapkan salam. Itu bertujuan agar ketika pintu di buka, ia tidak langsung melihat ke bagian dalam rumah karena bagaimanapun ruangan dalam rumah adalah aurot. Boleh jadi ada wanita di dalamnya yang belum menutup aurot dengan sempurna atau rumah dalam keadaan berantakan dan sebagainya. Oleh karena itu nabi shollallohu alaihi wasallam memberi taujih kepada kita :

كَانَ رسول الله صلى الله عليه وسلم إذَا أتَى بَابَ قَوْمٍ لَمْ يَسْتَقْبِلِ الْبَابَ مِنْ تِلْقَاءَ وَجْهِهِ ولكن مِنْ رُكْنِهِ الأيْمَنِ أوِالأَيْسَرِ
Adalah rosululloh shollallohu alaihi wasallam bila mendatangi pintu suatu kaum tidak langsung berada di depan pintu, akan tetapi di samping kanan atau di samping kiri  [HR Abu Daud]

c.       Mengucapkan salam tiga kali

Bila ucapan salam sudah kita sampaikan sebanyak tiga kali dan ternyata tidak ada jawaban maka sebaiknya kita pulang karena rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :

إذَا اسْتَأْذَنَ أحَدُكُمْ ثَلاَثاً فَلْمْ يُؤْذَنْ لَهُ فَلْيَرْجِعْ
Apabila seorang di antara kalian meminta izin (mengucapkan salam) sebanyak tiga kali lalu tidak mendapat jawaban maka pulanglah  [HR Bukhori, Muslim, Ahmad dan Abu Daud]

d.      Boleh mengetuk pintu

Imam Alqurthubi berkata tentang mengetuk pintu :

وَصِفَةُ الدَّقِّ أنْ يَكُوْنَ خَفِيْفاً بِحَيْثُ يُسْمَعُ وَلاَ يُعَنَّفُ

Sifat dari ketukan pintu adalah pelan dan tidak kasar sepanjang bisa didengar tuan rumah. Beliau juga berkata :

كَانَتْ أبْوَابُ النَّبِيِّ صلّى الله عليه وسلّم تُقْرَعُ بِالأَظَافِرِ
Adalah pintu-pintu rumah nabi shollallohu alaihi wasallam bisa diketuk dengan kuku [HR Bukhori dalam al adab almufrod]

e.      Menyebutkan nama dengan jelas

Hal ini disampaikan bila tuan rumah bertanya kepada tamu “ Siapa ? “. Maka tidak boleh menjawab “ Saya “, melainkan menyebutkan namanya karena rosululloh shollallohu alaihi wasallam tidak menyukai hal tersebut.

عن جابر رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال  أتيت النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم فدققت الباب فقال من هذا  فقلت  أنا.فقال أنا أنا كأنه كرهها. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ 
.
Dari Jabir bin Abdulloh berkata : Aku bertamu ke rumah nabi shollallohu alaihi wasallam. Aku ketuk pintunya. Beliau bertanya : Siapa ini ? Aku menjawab : Saya. Beliau bersabda : Saya ?! Saya ?! seolah-olah beliau tidak menyukai jawaban itu  [muttafaq alaih]

f.        Bila tuan rumah tidak berkenan didatangi maka sebaiknya pulang

Boleh jadi tuan rumah sedang persiapan berangkat kerja atau kita datang pada waktu istirahat atau alasan lainnya. Maka wajar bila dirinya menolak kedatangan kita. Alloh memberi nasehat :

وَإنْ قِيْلَ لَكُمُ ارْجِعُوْا فَارْجِعُوْا هُوَ أزْكَى لَكُمْ

Bila dikatakan kepadamu “ Pulanglah “ maka pulanglah karena itu lebih bersih bagimu

g.      Duduk di tempat yang sudah ditunjuk oleh tuan rumah

Bila sudah masuk rumah maka sebaiknya tamu tidak segera duduk melainkan menunggu sampai tuan rumah mempersilahkannya dengan memperhatikan ke arah mana tangan tuan rumah menunjuk. Maka di kursi itulah kita duduk. Hal ini selaras dengan sabda nabi shollallohu alaihi wasallam :

ولاَ يَقْعُدْ فِيْ بَيْتِهِ عَلَى تَكْرِمَتِهِ إلاَّ بِإِذْنِهِ    
Janganlah duduk di tempat kemuliaan tuan rumah kecuali diizinkan