10 Pertanyaan Buat Syiah




1.      Kekhlilafahan

·         Pernahkan Ali menyampaikan hak kekhilafahannya kepada Abu Bakar, Umar dan Utsman rodliyallohu anhum ?
·         Adakah riwayat yang menyebutkan ketidaksetujuan Ali atas kekhilafahan ketiganya ?

2.      Imam sholat

·         Ketika rosululloh shollallohu alaihi wasallam sakit, siap pengganti beliau untuk menjadi imam sholat ? Abu Bakar, ataukah Ali ?
·         Pernahkan Ali diberi mandat untuk menjadi imam memimpin sholat berjamaah ? Atau sebutkan satu saja riwayat yang menyebutkan bahwa Ali pernah menjadi imam !

3.      Peristiwa hijroh

·         Siapa pendamping nabi shollallohu alaihi wasallam saat hijroh ?
·         Apakah mungkin Alloh memilih untuk menemani nabinya dalam peristiwa sebesar itu, orang yang tidak memiliki kwalitas ?

4.      Kuburan nabi shollallohu alaihi wasallam

·         Nabi shollallohu alaihi wasallam dikubur di kamar Aisyah rodliyallohu anha. Seandainya Aisyah adalah wanita terkutuk, pengkhianat, pelacur dan lainnya, pantaskan beliau dikubur di kamar wanita terkutuk ?
·         Seandainya Abu Bakar dan Umar dinilai sebagai kilaabunnaar (anjing neraka) atau shonamai quraisy (dua berhala quraisy), pantaskan nabi kita dikubur berdampingan dengan anjing neraka ?
·         Pernahkan Ali berniat membongkar kuburan keduanya untuk mengeluarkan jasad keduanya atau memindahkan kuburan nabi shollallohu alaihi wasallam agar tidak berada di dalam kamar wanita terkutuk ?

5.      Murtadnya para sahabat

·         Mungkinkah mereka sepakat murtad sepeninggalan beliau ? Sangat sulit dimengerti, mereka yang membantu nabi shollallohu alaihi wasallam dalam kondisi sulit dan penuh dengan cobaan, tiba-tiba tanpa hujan dan angin mereka murtad sepeninggalan beliau ?

6.      Mundurnya Hasan bin Ali dari jabatan khilafah

·         Apakah itu terjadi karena Hasan menilai bahwa Muawiyyah adalah orang yang lebih layak menjabatnya ? Ataukah sebagai bentuk pengkhianatan Hasan atas amanat khilafah ?
·         Ahlul bait mereka kenal sebagai manusia ma’shum (luput dari dosa dan kesalahan), apakah yang dilakukannya sebagai satu bentuk kesalahan ataukah tanda kebenaran sikapnya sebagai manusia ma’shum ?

7.      Nikah mut’ah

·         Apakah nabi shollallohu alaihi wasallam pernah melakukannya ?
·         Apakah Ali pernah melakukannya ?
·         Apakah para imam menyuruh puteri-puteri mereka untuk nikah mut’ah ?
·         Mana yang lebih baik penilaiannya, wanita perawan hingga akhirnya dinikahi secara syah dengan wanita yang sudah disetubuhi sekian banyak laki-laki atas dasar nikah muta’h ?
·         Bila mereka masih bujang, lalu hendak menikahi wanita (bukan dengan nikah mut’ah, tetapi nikah resmi), mana yang dipilih, gadis yang masih suci (perawan) ataukah wanita yang sudah tidak terhitung melakukan nikah mut’ah ? (karena menurut mereka semakin banyak melakukan nikah mut’ah semakin tinggi kedudukannya di sisi Alloh)

8.      Taqiyyah

·         Pernahkah nabi shollallohu alaihi wasallam bertaqiyyah, demikian juga Ali ?

9.      Ratapan karbala

·         Adakah Khumaini dan ulama syiah melakukannya ? Mereka rela tubuh dicabuk-cabik benda tajam sehingga berlumuran darah ? Ataukah masyarakat umum saja yang rela melakukannya ?

10.  Perang terhadap Amerika dan Israel

·         Thaliban dan alqaeda pernah melakukannya di Afganistan, Sadam Husein menghadapinya di Irak, Palestina berpuluh tahun berkonfrontasi di negaranya, kapan negara Iran melakukannya ?

Kesamaan antara penyakit hati dan penyakit fisik



(penyakit dalam quran dan sunnah)

Keduanya bisa disembuhkan oleh alquran

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku  [asy syuaro : 80]

Saat kafir, hati Umar bin Khothob dipenuhi dengan kebencian pada islam dan rosululloh shollalohu alaihi wasallam. Siapa yang menyangka, ketika akhirnya hatinya luluh oleh bacaan alquran surat thoha, padahal kepergiannya dari rumah untuk membunuh nabi shollallohu alaihi wasallam. Ini bukti, betapa alquran penyembuh bagi penyakit hati.

Alquran juga bisa dijadikan sarana sebagai penyembuh fisik. Ini dibuktikan dari pengalaman para sahabat yang dituturkan oleh Abu Said :

عنْ أبى سعيد : أن رهطا من أصحاب رسول الله صلى الله عليه و سلم انطلقوا في سفرة سافروها حتى نزلوا بحي من أحياء العرب فاستضافوهم فأبوا أن يضيفوهم فلدغ سيد ذلك الحي فسعوا له بكل شيء لا ينفعه شيء فقال بعضهم لو أتيتم هؤلاء الرهط الذين قد نزلوا بكم لعله أن يكون عند بعضهم شيء فأتوهم فقالوا يا أيها الرهط إن سيدنا لدغ فسعينا له بكل شيء لا ينفعه شيء فهل عند أحد منكم شيء ؟ فقال بعضهم نعم والله إني لراق ولكن والله لقد استضفناكم فلم تضيفونا فما أنا براق لكم حتى تجعلوا لنا جعلا فصالحوهم على قطيع من الغنم فانطلق فجعل يتفل ويقرأ )الحمد لله رب العالمين( . حتى لكأنما نشط من عقال فانطلق يمشي ما به قلبة قال فأوفوهم جعلهم الذي صالحوهم عليه فقال بعضهم اقسموا فقال الذي رقى لا تفعلوا حتى نأتي رسول الله صلى الله عليه و سلم فنذكر له الذي كان فننظر ما يأمرنا فقدموا على رسول الله صلى الله عليه و سلم فذكروا له فقال ( وما يدريك أنها رقية ؟ أصبتم اقسموا واضربوا لي معكم بسهم )

Dari Abu Said, berkata : Serombongan sahabat pergi dalam sebuah safarnya hingga singgah di sebuah perkampungan Arab. Merekapun minta untuk dijamu. Penduduk menolak untuk memberi jamuan. Tiba-tiba kepala kampung itu tersengat binatang berbisa. Mereka sudah berusaha dengan segala cara untuk memberi pengobatan tapi tidak mendatangkan hasil sedikitpun. Sebagian mereka berkata kepada sebagian lainnya : Seandainya kalian mendatangi rombongan tadi, semoga mereka memiliki sesuatu untuk kesembuhan pimpinan kita. Akhirnya merekapun mendatangi para sahabat. Mereka berkata : Wahai rombongan, sesungguhnya pimpinan kami tersengat binatang berbisa. Kami sudah menempuh segala cara akan tetapi tidak mendatangkan hasil sedikitpun. Apakah kalian memiliki sesuatu untuk kesembuhan pimpinan kami ? Sebagian sahabat berkata : Benar, demi Alloh kami bisa meruqyah. Akan tetapi tadi kami meminta perjamuan kepada kalian, teranyata kalian menolak, maka kami tidak akan meruqyah hingga kalian memberi kami ju’lan (upah). Merekapun sepakat untuk memberi beberapa ekor kambing kepada rombongan itu. Sahabat itu pergi lalu mengeluarkan ludah seraya membaca “ alhamdulillahi robbil ‘alamiin “ (surat alfatihah). Tiba-tiba si sakit sehat seperti baru lepas dari ikatan dan bisa berjalan seolah belum pernah sakit sebelumnya. Lalu penduduk menepati janjinya untuk memberi upah. Sebagian mereka berkata : Mari kita bagi ! Orang yang meruqyah berkata : Kita tidak akan melakukannya hingga kita menghadap nabi shollallohu alaihi wasallam. Kita ceritakan kepada beliau dan selanjutnya kita akan lihat apa yang akan beliau perintahkan buat kita. Ketika mereka menghadap lalu menceritakan apa yang mereka alami, beliau bersabda : Tidakkah kalian tahu, bahwa alfatihah adalah ruqyah ? lalu beliau bersabda lagi : Kalian telah melakukan perbuatan benar, bagikanlah kambing-kambing itu dan masukkan aku bersama kalian untuk mendapat bagian  [HR Bukhori]

Tentang bacaan alfatihah sebagai obat, Ibnu Qoyyim berkata : Obat ini (surat alfatihah) telah terbukti pengaruhnya bagi penyakit. Ia bisa menghilangkan penyakit hingga seolah-olah penyakit itu tidak ada sebelumnya. Ia juga obat yang paling mudah dan paling ringan. Bila seorang hamba  berobat secara baik lewat surat alfatihah, niscaya akan mendapatkan hasil yang menakjubkan.

Maroji’ :

Fathul Qodir (maktabah syamilah) hal 3
Alquran Mufrodat Tafsir Wabayan hal 201
Addarul Mantsur (maktabah syamilah) hal 3
Alwajiz (maktabah syamilah) hal 117
Almuyassar (maktabah syamilah) hal 207
Abu Su’ud (maktabah syamilah) hal 338
Zamakhsyari (maktabah syamilah) hal 356
Taisir Kalim Arrohman (maktabah syamilah) hal 419
Aisaruttafasir (maktabah syamilah) hal 426
Ibnu Ajibah (maktabah syamilah) hal 509
Alkhozin (maktabah syamilah) hal 509
Ibnu Abbas (maktabah syamilah) hal 576
Adda’ Waddawa’, Ibnu Qoyyim hal 14



Perbedaan antara penyakit hati dan penyakit fisik



(penyakit dalam quran dan sunnah)

1.      Orang yang sakit fisik sadar bahwa dirinya sedang sakit

Orang yang terkena penyakit flu, pasti menyadari bahwa dirinya tengah sakit. Badan panas dingin, hidung tersumbat, kepala pusing dan lainnya. Bahkan nabi shollallohu alihi wasallam juga pernah mengakui dirinya sakit sebagaimana riwayat :

عَنْ ابن مسعود رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال دخلت عَلَى النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم وهو يوعك فقلت يا رَسُول اللَّهِ إنك توعك وعكا شديدا قال أجل إني أوعك كما يوعك رجلان مِنْكم
Dari Abdulloh bin Mas’ud rodliyallohu anhu berkata : Aku masuk menemui nabi shollallohu alaihi wasallam saat beliau sakit. Aku berkata : Ya rosululloh, engkau sakit berat ? Beliau menjawab : Benar, sesungguhnya aku sakit dua kali lipat beratnya dibanding yang dialami dua orang laki-laki di antara kalian [muttafaq alaih]

Bedakan dengan orang yang memiliki penyakit hati seperti iri, sombong, ambisius dan lainnya, dia tidak akan merasa bahwa dia sedang mengidap penyakit. Seperti firman Alloh tentang orang yang disebut fii qluubihim marodlun (di dalam hati-hati mereka ada penyakit, yaitu orang munafiq) :

فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ  وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ  وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آَمِنُوا كَمَا آَمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آَمَنَ السُّفَهَاءُ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لَا يَعْلَمُونَ
10. dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
11. dan bila dikatakan kepada mereka : Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. mereka menjawab : "Sesungguhnya Kami orang-orang yang Mengadakan perbaikan."
12. Ingatlah, Sesungguhnya mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.
13. apabila dikatakan kepada mereka : "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman." mereka menjawab : "Akan berimankah Kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak mengetahui.

Bisa diperhatikan pada empat ayat di atas bahwa pengidap penyakit hati ditegur jangan berbuat kerusakan, justru mereka mengatakan bahwa kami adalah orang-orang yang sedang melakukan perbaikan. Selanjutnya Alloh sebut mereka dengan laa yasy’uruun (tidak menyadari) dan laa ya’lamuun (tidak mengetahui)

2.      Orang yang sakit fisik berusaha mencari obat

Karena merasa badannya tidak nyaman, maka dia akan segera mencari obat atau pergi ke dokter. Ini adalah buah dari kesadaran bahwa dirinya sedang sakit. Seperti yang terjadi pada wanita berkulit hitam yang mengidap penyakit ayan. Dia datang menghadap nabi shollallohu alaihi wasallam seraya berkata :

إني أصرع وإني أتكشف فادع اللَّه تعالى لي
Sesungguhnya saya berpenyakit ayan dan bila sakit itu datang maka aurotku tersingkap. Oleh karena itu tolong berdoalah kepada Alloh Ta’ala untuk kesembuhanku [muttafaq alaih]

Bagaimana dengan penyakit hati ? Karena dari awal merasa tidak memiliki penyakit, maka sudah otomatis tidak ada keinginan dalam dirinya untuk mencari obat seperti sikap orang kafir terhadap peringatan dan nasehat :

فَمَا لَهُمْ عَنِ التَّذْكِرَةِ مُعْرِضِينَ كَأَنَّهُمْ حُمُرٌ مُسْتَنْفِرَةٌ فَرَّتْ مِنْ قَسْوَرَةٍ
49. Maka mengapa mereka (orang-orang kafir) berpaling dari peringatan (Allah)?,
50. seakan-akan mereka itu keledai liar yang lari terkejut,
51. lari daripada singa  [almuddtsir : 49-51]

3.      yang sakit fisik berkurang nafsu makannya

Apa jadinya orang sakit gigi bila ditawari sate kambing ? Adakah penderita maag tiba-tiba nafsu makannya tinggi ? Tentu tidak. Kondisi badan yang tidak nyaman menyebabkan mereka tidak berselera makan. Boleh jadi bila akhirnya makan, itu semata-mata dilakukan karena terpaksa. Itu berbeda dengan orang yang mengidap penyakit hati. Seorang Jahjah Alghifari, saat masih kafir punya kebiasaan makan dengan porsi banyak. Itu juga dilakukan ketika dijamu oleh nabi shollallohu alaihi wasallam. Tapi apa yang terjadi ketika dia sudah masuk islam ? Ternyata porsi makannya berkurang drastis. Yang akhirnya nabi shollallohu alaihi wasallam mengomentarinya dengan :

المؤمن يأكل في مِعي واحد، والكافر يأكل في سبعة أمعاء
Seorang mu’min makan dengan satu usus, adapun orang kafir biasa makan dengan tujuh usus [HR Bukhori Muslim]

4.      Orang yang sakit fisik tidak mencari teman

Tidak mungkin seorang ayah yang tengah terbaring sakit, berkata kepada keluarganya “ Wahai istriku dan anakku, ayah berharap kalian sakit seperti ayah ! ” Itu tidak mungkin terjadi. Sang ayah pasti berharap, cukuplah dia yang mendapat ujian dari Alloh. Istri dan anak-anaknya harus sehat.
Itu berbeda dengan orang yang memiliki sakit hati. Ia pasti mencari komunitas orang yang setipe dengan dia. Menyeru manusia untuk mengikuti langkahnya. Iblis yang sudah divonis sesat berkata :

قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
Iblis berkata : Wahai Robku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya  [alhijr : 39]

Orang kafir quraisy, juga tidak tinggal akan keimanan para sahabat. Mereka ajak pengikut nabi shollallohu alaihi wasallam untuk mengikuti langkah mereka :

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آَمَنُوا اتَّبِعُوا سَبِيلَنَا وَلْنَحْمِلْ خَطَايَاكُمْ وَمَا هُمْ بِحَامِلِينَ مِنْ خَطَايَاهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُون
Dan berkatalah orang-orang kafir kepada orang-orang yang beriman : Ikutilah jalan Kami, dan nanti Kami akan memikul dosa-dosamu, dan mereka (sendiri) sedikitpun tidak (sanggup), memikul dosa-dosa mereka. Sesungguhnya mereka adalah benar-benar orang pendusta  [al ankabut : 12]

Kaum munafiqin tidak jauh berbeda. Ketika enggan berangkat berjihad ke Tabuk, mereka ajak orang lain untuk berbuat seperti apa yang terjadi pada diri mereka :

فَرِحَ الْمُخَلَّفُونَ بِمَقْعَدِهِمْ خِلَافَ رَسُولِ اللَّهِ وَكَرِهُوا أَنْ يُجَاهِدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَالُوا لَا تَنْفِرُوا فِي الْحَرِّ قُلْ نَارُ جَهَنَّمَ أَشَدُّ حَرًّا لَوْ كَانُوا يَفْقَهُونَ
Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata : Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini. Katakanlah : Api neraka Jahannam itu lebih sangat panas(nya)" jika mereka mengetahui  [attaubah : 81]

5.      Sakit fisik mengurangi dosa

Ini selaras dengan sabda nabi shollallohu alaihi wasallam :

عن أبي هريرة رضي الله تعالى عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم  قال لا تسبوا الحمى فإنها تنفي الذنوب كما ينفي الكير خبث الحديد
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu : Bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Janganlah kalian cela penyakit demam karena ia menghapus dosa sebagaimana api menghilangkan karat pada besi  [HR Ibnu Majah]
Adapun penyakit hati akan menghapus pahala. Oleh karena itu rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengingatkan :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ  قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم  إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ اَلْحَسَدَ يَأْكُلُ اَلْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ اَلنَّارُ اَلْحَطَبَ   أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ 
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Jauhilah sifat hasad karena hasad itu memakan (pahala) kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar  [HR Abu Daud]

6.      Sakit fisik mengangkat derajat

Banyak dalil yang mendukung kaedah ini, misalnya :

إن عظم الجزاء مع عظم البلاء وإن الله تعالى إذا أحب قوما ابتلاهم، فمن رضي فله الرضا ومن سخط فله السخط
Sesungguhnya besarnya balasan itu sesuai dengan besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala jika mencintai suatu kaum, maka Ia akan mengujinya, barang siapa yang ridho akan ujian itu maka baginya keridhoan Allah, dan barang siapa yang marah/benci terhadap ujian tersebut, maka baginya kemurkaan Allah  [HR Turmudzi]

عَنْ ابن مسعود رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال دخلت عَلَى النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم وهو يوعك فقلت يا رَسُول اللَّهِ إنك توعك وعكا شديدا قال أجل إني أوعك كما يوعك رجلان مِنْكم قلت ذلك أن لك أجرينقال أجل ذلك كذلك، ما مِنْ مسلم يصيبه أذى شوكة فما فوقها إلا كفر اللَّه بها سيئاته، وحطت عَنْه ذنوبه كما تحط الشجرة ورقها
Dari Ibnu Mas’ud rodliyallohu anhu berkata : Aku masuk menemui nabi shollallohu alaihi wasallam saat beliau sakit. Aku bertanya : Ya rosululloh, engkau sangat menderita ? Beliau menjawab : Benar, penderitaanku ini dua kali lipat dibanding yang dialami dua laki-laki di antara kalian. Aku berkata : Apakah dengan demikian, engkau mendapat dua kali pahala ? Beliau menjawab : Benar begitu, tidaklah seorang muslim yang ditimpa musibah berupa menginjak duri dan yang lebih berat dari itu kecuali Alloh akan menutupi kesalahannya dan menghapus dosa-dosanya sebagaimana pohon yang menggugurkan dedaunannya  [muttafaq alaih]

Berbeda dengan sakit fisik, sakit hati menurunkan derajat. Banyak penyebutan buruk dari Alloh untuk mereka, diantaranya : Kamatsalil himaa (seperti keledai), ulaa-ika kal an’am bal hum adholl (mereka seperti binatang, bahkan lebih buruk lagi), kamatsalil kalbi (seperti anjing) dan lainnya

7.      Sakit fisik baik untuk akhirat

Alloh akan membalas kesabaran seseorang akan penyakit yang diderita dengan aljannah sebagaimana yang disampaikan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam kepada wanita hitam yang datang kepada beliau : 

عَنْ عطاء بن أبي رباح قال، قال لي ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ألا أريك امرأة مِنْ أهل الجنة؟ فقلت بلى قال هذه المرأة السوداء، أتت النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم فقالت إني أصرع وإني أتكشف فادع اللَّه تعالى لي قال إن شئت صبرت ولك الجنة، وإن شئت دعوت اللَّه تعالى أن يعافيك فقالت أصبر، فقالت إني أتكشف فادع اللَّه أن لا أتكشف، فدعا لها .
Dari Atho’ binAbi Ribah, berkata : Ibnu Abbas rodliyallohu anhu berkata kepadaku : Maukah aku tunjukkan kepadamu tentang seorang wanita dari kalangan ahluljannah ? Aku berkata : Benar. Ia berkata : Inilah wanita yang berkulit hitam yang pernah datang kepada nabi shollallohu alaihi wasallam seraya berkata : Sesungguhnya aku berpenyakit ayan, bila penyakit itu datang, aurotku tersingkap, oleh karena itu berdoalah kepada Alloh untuk kesembuhanku. Beliau bersabda : Bila engkau mau, bersabarlah dan bagimu aljannah. Dan bila engkau berkehendak lain, aku akan memohon kepada Alloh untuk kesembuhanmu. Wanita itu berkata : Aku memilih bersabar, tapi aurotku tersingkap, maka berdoalah kepada Alloh agar aurotku tidak tersingkap. Beliaupun mendoakannya  [muttafaq alaih]