Pertemuan Dan Perpisahan

(yang bersifat sementara)
Dua orang berbeda jenis yang belum saling kenal sebelumnya, bertemu. Dari situ, tumbuhlah cinta dan berlanjut di pelaminan. Setelah syah menjadi suami istri, keduanya hidup serumah. Selanjutnya lahirlah keturunan yang semakin meramaikan suasana bahtera keluarga.
Kebahagian dalam kebersamaan, harus berakhir sebagaimana sifat dunia yang tidak kekal. Satu persatu meninggalkan dunia dengan diiringi kesedihan. Apakah ada pertemuan kedua di antara mereka di akhirat nanti ?
Jawabannya ada pada firman Alloh Ta’ala :
الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ  رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدْتَهُمْ وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آَبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ  وَقِهِمُ السَّيِّئَاتِ وَمَنْ تَقِ السَّيِّئَاتِ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمْتَهُ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ  
7. (malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan Malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Robnya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): Wahai Rob Kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, Maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala,
8. Wahai Rob Kami, dan masukkanlah mereka ke dalam syurga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana,
9. dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu Maka Sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan Itulah kemenangan yang besar  [ghofir : 7-9]
Ayat ini selaras dengan firman Alloh lainnya :
وَالَّذِينَ صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آَبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ
22. dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Robnya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang Itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik),
23. (yaitu) jannah 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu  [arro’du : 22-23]
Ayat di atas merupakan doa para malaikat untuk orang beriman. Mereka memohon kepada Alloh agar orang beriman mendapat maghfiroh, dimasukkan ke dalam aljannah dan dipertemukan dengan keluarga mereka yang sholih, yaitu : orang tua, istri dan anak keturunan. Berarti sebuah keluarga yang taat kepada Alloh, di saat di dunia mereka berpisah lewat kematian maka Alloh pertemukan kembali pada hari kiamat di dalam aljannah.
Bagaimana dengan keluarga yang tidak kompak ? Di satu atap ada yang beriman dan ada yang ingkar kepada Alloh ? Untuk mengetahuinya, mari kita perhatikan Imam Bukhori yang  meriwayatkan sebuah pertemuan antara Ibrohim alaihissalam dan Azar, bapaknya :
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda bahwa Ibrohim berjumpa dengan ayahnya, Azar pada hari kiamat dalam keadaan wajahnya penuh noda hitam dan debu. Lalu Ibrohim berkata : Tidakkah aku sudah mengingatkan engkau agar tidak menentang ajakanku ? Azar menjawab : Sekarang aku tidak menentangmu. Kemudian Ibrohim memanjatkan doa : Wahai Robku, sesungguhnya engkau menjanjikan kepada hamba bahwa Engkau tidak akan menghinakan hamba pada hari dimana mereka dibangkitkan. Maka kehinaan manakah yang lebih hina daripada ayah hamba yang jauh dari rahmat Engkau ?
Alloh Aza Wajalla menjawab : Sesungguhnya aku mengharamkan aljannah bagi orang-orang kafir ! Lalu dikatakan kepada Ibrohim : Ibrohim, apa yang ada di bawah kakimu ? Iapun melihat, ternyata ada bangkai biawak yang berlumuran kotoran lalu diambil kerangkanya dan dilemparkan ke dalam neraka. Selanjutnya Ibrohim melihat Azar telah berubah menjadi biawak yang berlumuran kotoran. Ini menggambarkan bahwa karena biawak adalah salah satu binatang paling bodoh. Sementara menentang nabi Ibrohim alaihissalam dengan mengikuti tipu daya setan merupakan kebodohan yang paling nyata.
Adapun keluarga yang bersepakat atas kekufuran, Alloh firmankan :
احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ

(kepada Malaikat diperintahkan) : Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta azwaj mereka (teman sejawat, istri mereka) dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah [ash shofat : 22]
Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang kafir akan berkumpul dengan sesama mereka. Ibnu Asyur menafsirkan kata azwaj dengan istri dan teman-teman sesama orang kafir. Walhasil bisa disimpulkan tentang pertemuan kerabat pada hari kiamat :
·         Bertemu dan berkumpul bersama di dalam aljannah bila keluarga itu adalah keluarga beriman
·         Bertemu dan berkumpul bersama di neraka bila keluarga itu adalah keluarga kafir
·         Bertemu sejenak, bila dalam sebuah keluarga ada yang beriman dan ada yang kafir sebagaimana yang ada pada kisah antara Ibrohim dan Azar
Maroji’ :
1001 Kisah Teladan, Hani Alhaj hal 494
Tafsir ibnu Asyur (maktabah syamilah)




Pertemanan

(yang bersifat sementara)
Dengan penuh kasih sayang, seorang ibu menyusui bayinya. Sepasang saudara begitu akrabnya. Kakak mengasihi adiknya, demikian juga sebaliknya. Pasangan suami istri begitu mesra. Suami menyayangi istri, sementara sang istri sangat menghormati suaminya. Dalam sebuah organisasi masa besar, pengikut begitu loyal kepada pemimpinnya. Mereka rela mati demi tokoh yang ia idolakan. Apa yang terjadi pada hari kiamat ? Semua pudar dan sirna. Alloh subhaanahu Wata’ala mengingatkan kita akan peristiwa besar ini.
Kasih sayang antara ibu dan anak, suami dengan istri dan kakak dengan adik akan hilang. Alloh berfirman :
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ  وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ  وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ  لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
34. pada hari ketika manusia lari dari saudaranya,
35. dari ibu dan bapaknya,
36. dari istri dan anak-anaknya.
37. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang  menyibukkannya  [abasa : 34-37]
وَلَا يَسْأَلُ حَمِيمٌ حَمِيمًا يُبَصَّرُونَهُمْ يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِي مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيهِ  وَصَاحِبَتِهِ وَأَخِيهِ وَفَصِيلَتِهِ الَّتِي تُؤْوِيهِ  وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ يُنْجِيهِ
10. dan tidak ada seorang teman akrabpun menanyakan temannya,
11. sedang mereka saling memandang. orang kafir ingin kalau Sekiranya Dia dapat menebus (dirinya) dari azab hari itu dengan anak-anaknya,
12. dan isterinya dan saudaranya,
13. dan kaum familinya yang melindunginya (di dunia).
14. dan orang-orang di atas bumi seluruhnya kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya  [alma’arij : 11-14]
Penulis tafsir Albaqo’i menerangkan bahwa terputusnya semua hubungan keakraban dan nasab disebabkan oleh dahsyatnya peristiwa hari kiamat. Semua manusia sibuk dengan urusan dirinya sendiri.
Adapun putusnya hubungan antara pemimpin dan dan bawahan, Alloh ceritakan :
إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ  
166. (yaitu) ketika orang-orang yang diikuti (pemimpin) itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.
167. dan berkatalah orang-orang yang mengikuti : Seandainya Kami dapat kembali (ke dunia), pasti Kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami. Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka  [albaqoroh : 166-167]
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا  رَبَّنَا آَتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا
66. pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata : Alangkah baiknya, andaikata Kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul.
67. dan mereka berkata : Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar Kami, lalu mereka menyesatkan Kami dari jalan (yang benar).
68. Ya Tuhan Kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar  [al ahzab : 66-68]
Kendati demikian, Alloh memberi kabar gembira buat kita bahwa ada pertemanan yang bersifat abadi yang akan tetap kita rasakan pada hari kiamat. Pertemanan yang dibangun di atas dasar keimanan. Manakala bingkai persaudaraan berada dalam ketaqwaan maka akan langgeng. Alloh berfirman :
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa  [azzukhruf : 67]
Ibnu Katsir berkata : Pertemanan dan persahabatan atas dasar selain Alloh maka pada hari kiamat akan berubah menjadi permusuhan, kecuali yang dibangun atas dasar cinta karena Alloh. Ia akan kekal. Demikianlah apa yang diucapkan oleh Ibrohim kepada kaumnya :
وَقَالَ إِنَّمَا اتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا مَوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ   
Dan berkata Ibrahim : Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini kemudian di hari kiamat sebahagian kamu mengingkari sebahagian (yang lain) dan sebahagian kamu mela'nati sebahagian (yang lain); dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sekali- kali tak ada bagimu Para penolongpun  [al ankabut : 25]
Maroji’ :
Tafsir Albaqo’i (maktabah syamilah)
Tafsir Ibnu Katsir (maktabah syamilah)









Pertarungan Antara Haq Dan Batil

(yang bersifat sementara)
Selama dunia belum kiamat, alhaq dan albatil senantiasa bermusuhan. Para nabi dan pemegang panji kebenaran dari kalangan orang beriman akan selalu berhadapan dengan setan dan pengikutnya dari orang kafir. Perang kata-kata terjadi antara keduanya. Kaum mu’minin menyebut mereka sebagai auliyaausy syaithon, kafir, musyrik, ‘aduwalloh dan lainnya. Sementara mereka akan menyebut kita dengan sufahaa’ (orang-orang bodoh), majnun (orang gila), aroodziluna baadiyarro’yi (manusia picik pikirannya) dan sebutan lainnya.
Tidak hanya itu saja. Ancam mengancam adalah sudah hal lumrah terjadi antara keduanya. Alquran mengisahkan akan hal ini :
Tentang ancaman terhadap Syuaib :
قَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا مِنْ قَوْمِهِ لَنُخْرِجَنَّكَ يَا شُعَيْبُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَكَ مِنْ قَرْيَتِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا قَالَ أَوَلَوْ كُنَّا كَارِهِينَ   
Pemuka-pemuka dan kaum Syu'aib yang menyombongkan dan berkata : Sesungguhnya Kami akan mengusir kamu Hai Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota Kami, atau kamu kembali kepada agama kami. berkata Syu'aib : Dan Apakah (kamu akan mengusir kami), Kendatipun Kami tidak menyukainya ? [al a’rof : 88]
Tentang ancaman Firaun kepada Musa :
وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَى وَلْيَدْعُ رَبَّهُ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الْأَرْضِ الْفَسَادَ  
Dan berkata Fir'aun (kepada pembesar-pembesarnya) : Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena Sesungguhnya aku khawatir Dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi  [almu’min : 26]
Tentang ancaman Namruj terhadap Ibrohim :
قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا آَلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ      
Mereka berkata : Bakarlah Dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak   [al anbiya’ : 68]
Kapan permusuhan ini akan berakhir ? Jawabannya adalah pada hari kiamat. Karena hari itulah akan tampak siapa pemenang dan siapa pecundang. Orang beriman akan bahagia di akhirat sebagai balasan atas alhaq yang diperjuangkannya. Adapun orang kafir akan sengsara di neraka sebagai balasan dari dukungannya terhadap kebatilan.






Permusuhan Sesama Muslim

(yang bersifat sementara)
Ali pernah bermasalah dengan Muawiyah, karenanya terjadi perang Shiffin. Umar bin Khothob dan Kholid bin Walid pernah berseteru. Fathimah dan Abu Bakar sempat tidak bertegur sapa dalam waktu yang lama. Aisyah bersitegang dengan Abdullah bin Zubair hingga terputus hubungan silaturrohim antara keduanya dalam waktu yang cukup lama.
Hanya gara-gara qunut, antar umat islam renggang ukhuwahnya. Perbedaan awal syawal, tak jarang membuat dua orang muslim tidak mau saling berjabat tangan. Sedikit perselisihan manhaj yang bersifat ijtihadi, mendorong antar pengajian saling bermusuhan. Majlis ilmu berubah menjadi perang kata-kata yang tidak berakhir.
Pemandangan seperti ini lumrah terjadi. Pertengkaran sesama muslim tidak akan menghilangkan statusnya sebagai mukmin. Karena Alloh berfirman :
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ  
Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya ! tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil  [alhujurot : 9]
Kendati kedua kubu iqtatalu (saling berperang), akan tetapi Alloh tetap menyebut keduanya sebagai minalmu’miniin (bagian dari orang beriman). Bila perseturuan ini tidak berakhir juga di dunia, maka Alloh akan mendamaikan keduanya di akhirat. Alloh berfirman :
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ ادْخُلُوهَا بِسَلَامٍ آَمِنِينَ  وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ إِخْوَانًا عَلَى سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ  لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُمْ مِنْهَا بِمُخْرَجِينَ
45. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir).
46. (Dikatakan kepada mereka) : Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman
47. dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.
48. mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya  [alhijr : 45-48]
Ibnu Abbas menerangkan bahwa permusuhan antar muslim yang terjadi di dunia akan berubah menjadi persaudaraan di akhirat.
Maroji’ :
Tafsir Ibnu Abbas (maktabah syamilah)





Perjanjian Antara Muslim Dan Kafir

(yang bersifat sementara)
Ash shulhu (perjanjian damai, genjata senjata) sering dilakukan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Kaum yahudi dan kafir quraisy adalah dua kelompok yang pernah memiliki kesepakatan dengan beliau, meski di kemudian hari mereka melakukan pelanggaran.
Yahudi Bani Mushtholiq, Bani Qoinuqo, Bani Quroidzoh, Bani Nadzir dan yahudi Khoibar di perangi oleh umat islam karena mereka telah mencederai perjanjian. Fathu Mekah terjadi diawali dengan pengkhianatan kafir quraisy terhadap shulhul Hudaibiyyah.
Walhasil, tidak ada perjanjian antara muslim dan kafir yang bersifat abadi. Umat islam yang senantiasa bersikap amanat, sedangkan orang kafir yang berkarakter pengkhianat, tidak mungkin bisa disatukan.
Tentang ash shulhu, Alloh berfirman :
وَأَذَانٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الْأَكْبَرِ أَنَّ اللَّهَ بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولُهُ فَإِنْ تُبْتُمْ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِي اللَّهِ وَبَشِّرِ الَّذِينَ كَفَرُوا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ  إِلَّا الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ثُمَّ لَمْ يَنْقُصُوكُمْ شَيْئًا وَلَمْ يُظَاهِرُوا عَلَيْكُمْ أَحَدًا فَأَتِمُّوا إِلَيْهِمْ عَهْدَهُمْ إِلَى مُدَّتِهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ  فَإِذَا انْسَلَخَ الْأَشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ وَاحْصُرُوهُمْ وَاقْعُدُوا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ فَخَلُّوا سَبِيلَهُمْ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
3. dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar[628] bahwa Sesungguhnya Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, Maka bertaubat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.
4. kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah Mengadakan Perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, Maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.
5. apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, Maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang [attaubah : 3-5]
Ayat di atas menerangkan kepada kita bahwa perjanjian damai antara umat islam dengan kafir akan dinyatakan berakhir bila : Orang kafir melakukan pelanggaran dan yang kedua bila batas waktu ash shulhu sudah berakhir maka berakhir pula perjanjian itu.
Terjemah departemen agama memberi catatan kaki pada ayat di atas dengan mengatakan :
Maksud yang diberi tangguh empat bulan itu Ialah : mereka yang memungkiri janji mereka dengan Nabi Muhammad SAW. Adapun mereka yang tidak memungkiri janjinya Maka Perjanjian itu diteruskan sampai berakhir masa yang ditentukan dalam Perjanjian itu. sesudah berakhir masa itu, Maka tiada lagi perdamaian dengan orang-orang musyrikin.
Oleh karena itu jaminan keamanan akan dicabut bagi orang-orang musyrik seiring dengan berlalunya masa empat bulan. Maka mereka berhak dikejar, ditangkap dan dibunuh. Bila mereka ingin aman dengan tidak dibayangi oleh ketakutan syaratnya ada tiga, : bertaubat dari perbuatan syirik dengan masuk islam, menegakkan sholat dan menunaikan zakat.

Penulisan Alquran

                                                         (yang bersifat sementara)
Pada awal turunnya wahyu, para sahabat banyak mengandalkan hafalan terhadap alquran. Sebagian di antara mereka menulisnya pada kulit binatang, pelepah kurma dan lainnya. Ketika Abu Bakar menjabat sebagai kholifah, muncullah ide penulisan alquran yang lebih tertib, yaitu menjadi satu mushhaf setelah sebelumnya terpisah-pisah di tangan para sahabat. Hal itu terjadi ketika banyak para quro’ yang syahid pada perang Yamamah. Dikhawatirkan alquran hilang dan tidak dikenal oleh generasi berikutnya, maka Abu Bakar memberi intruksi kepada Zaid bin Tsabit untuk memimpin penulisan alquran.
Saat Utsman bin Affan menjabat kholifah, muncullah problem besar. Sesama muslim saling menyalahkan bacaan quran saudaranya. Bahkan ada di antara mereka saling mengakfirkan. Sebagaimana kita ketahui bahwa alquran turun dengan tujuh dialek bahasa Arab, tidak menutup kemungkinan antar daerah berbeda cara membacanya. Akhirnya Utsman menetapkan penghapusan enam dialek dan menetapkan satu standar bacaan alquran, yaitu dialek Quraisy. Quran yang ditetapkan Utsman sering disebut dengan mushhaf utsmani.
Selanjutnya pada masa kekhilafahan Ali, penulisan alquran sedikit mengalami pengembangan. Huruf Arab yang tidak memiliki titik dan harokat, oleh Abu Aswad Adduali diberi tanda baca sehingga memudahkan umat islam dari luar Arab membaca alquran. Demikianlah alquran bisa dinikmati oleh umat islam sampai saat ini.
Meski dengan gaya penulisan yang berbeda dan khot yang berfariasi alquran tetap asli sebagaimana yang diturunkan pada masa rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Mushhaf terbitan Saudi dengan terbitan Indonesia memiliki corak berbeda. Demikian juga dengan yang diterbitkan oleh negeri-negeri lain. Saat ini, alquran yang kita dapati di toko-toko buku begitu menarik perhatian para pengunjung. Dari alquran tajwid, quran terjemah perkata, quran Braille dan lainnya.
Jaminan Alloh atas terjaganya alquran akan tetap ada di sepanjang jaman :
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al Quran dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya  [alhijr : 9]
Maroji’ :
Almabahits Fi “ulumil Quran bab Jam’ul Quran Watartiibuhu, Syaikh Manna’ul Qothon




Penderitaan Seorang Muslim

(yang bersifat sementara)
Ketika rosululloh shollallohu alaihi wasallam sakit, beliau ditengok oleh puterinya, Fatimah. Demi melihat ayahandanya sakit keras, Fatimah berkata “ Betapa menderitanya, engkau wahai ayah ? “ Dengan mantap beliau menjawab :
ليس عَلَى أبيك كرب بعد اليوم
Tidak ada penderitaan pada ayahmu setelah hari ini  [HR Bukhori]
Dan benar, hari itulah terakhir kalinya nabi shollallohu alaihi wasallam sakit, karena beliau wafat menemui Robnya.
Seorang muslim tentu tidak akan terhindar dari penderitaan. Baik sakit atau mendapat musibah adalah sesuatu yang tidak mungkin terhindar. Amar bin Yasir melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana ibundanya disiksa hingga mati karena mempertahankan keimanannya. Meski terhindar dari kematian, ia tidak luput dari siksa kafir Quraisy. Di kemudian hari, Ammar terbunuh pada perang Shiffin.
Para sahabat pernah berduka atas kekalahan mereka pada perang uhud. Asiyyah harus tabah menghadapi kedzaliman suaminya, Firaun dan tentaranya. Ashhabul ukhdud harus tegar menghadapi hukuman bakar sebagaimana yang Alloh ceritakan pada surat alburuj.
Demikianlah penderitaan orang-orang bertauhid yang akan dibalas oleh Alloh dengan sebaik-baik pembalasan. Maka tak heran, saat orang beriman memasuki aljannah untuk pertama kalinya, mereka mengucapkan :
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ
Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah) yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan Kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri  [fathir :34]
Penulis tafsir Al Alusi menafsirkan alhazan (duka cita) pada ayat di atas dengan kedukaan dalam menunaikan din, hidup di dunia dan masa di akhirat sebelum akhirnya masuk ke dalam aljannah.
Betapa nikmatnya hidup di dalam aljannah hingga mereka lupa dengan semua penderitaan selama hidup dunia. Hal ini berdasar sabda nabi shollallohu alaihi wasallam :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُؤْتَى بِأَنْعَمِ أَهْلِ الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُصْبَغُ فِي النَّارِ صَبْغَةً ثُمَّ يُقَالُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ نَعِيمٌ قَطُّ فَيَقُولُ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ بُؤْسًا فِي الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيُصْبَغُ صَبْغَةً فِي الْجَنَّةِ فَيُقَالُ لَهُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ شِدَّةٌ قَطُّ فَيَقُولُ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا مَرَّ بِي بُؤْسٌ قَطُّ وَلَا رَأَيْتُ شِدَّةً قَطُّ
Dari Anas bin Malik berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda : Orang yang paling sukses sedunia yang termasuk penghuni neraka didatangkan pada hari kiamat lalu dicelupkan sekali ke neraka, setelah itu dikatakan padanya : Wahai anak cucu Adam, apa kau pernah melihat kebaikan sedikit pun, apa kau pernah merasakan kenikmatan sedikit pun ? ia menjawab : Tidak, demi Allah, wahai Rabb. Kemudian orang paling sengsara di dunia yang termasuk penghuni aljannah didatangkan kemudian ditempatkan di aljannah sebentar, setelah itu dikatakan padanya : Hai anak cucu Adam, apa kau pernah melihat kesengsaraan sedikit pun, apa kau pernah merasa sengsara sedikit pun ? ia menjawab : Tidak, demi Allah, wahai Rabb, aku tidak pernah merasa sengsara sedikit pun dan aku tidak pernah melihat kesengsaraan pun [HR Muslim dan Nasa’i]
Maroji’ :
Tafsir Al Alusi (maktabah syamilah)


Pemberian Orang Tua Terhadap anaknya

(yang bersifat sementara)
Orang tua memberikan sesuatu kepada anaknya berdasar kebutuhan mereka masing-masing sesuai usia dan tingkat pendidikan. Anak yang berada di bangku SMA tentu berbeda fasilitasnya dengan adiknya yang masih berada di bangku SD.
Ketika islam melarang pengambilalihan pemberian, rosululloh shollallohu alaihi wasallam memberi pengecualian bagi orang tua. Bisa saja hari ini bapak memberikan sesuatu kepada anak sulung, setahun kemudian orang tua mengambilnya dan memberikannya kepada si bungsu. Laptop yang saat ini diperuntukkan bagi anak pertama, di kemudian hari bapak mengambilnya dan memberikannya kepada anak terakhir. Kaedah ini berdasar sabda nabi shollallohu alaihi wasallam :
عَنْ اِبْنِ عُمَرَ ، وَابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمْ  عَنْ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ  لَا يَحِلُّ لِرَجُلٍ مُسْلِمٍ أَنْ يُعْطِيَ اَلْعَطِيَّةَ  ثُمَّ يَرْجِعَ فِيهَا   إِلَّا اَلْوَالِدُ فِيمَا يُعْطِي وَلَدَهُ  
Dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Tidak halal bagi seorang muslim memberikan suatu pemberian kemudian menariknya kembali, kecuali seorang ayah yang menarik kembali apa yang diberikan kepada anaknya  [HR Ahmad dan Imam Empat]
Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin berkata : Orang tua memiliki hak terhadap harta yang diberikan kepada anaknya sesuai dengan kehendaknya. Bila demikian, maka mengambilnya kembali dari anaknya adalah lebih utama. Beliau memberi contoh kasus dalam masalah ini, yaitu orang tua mengambil harta yang sudah diberikan kepada salah seorang anaknya dan diberikan kepada anak lain yang faqir sementara bapak tidak mampu memberikan nafkah kepadanya.
Maroji’ :
Syarhul Mumthi’, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 4/605 dan 608

Musim

(yang bersifat sementara)
Bagi anda yang memelihara pohon mangga, barangkali anda perhatikan, di bulan-bulan tertentu ia akan berbuah. Akan tetapi pada bulan lain, bunganya tidak tumbuh. Demikianlah, tiap pohon buah, memiliki musimnya sendiri untuk berbuah.
Musim panas dan musim dingin, musim kemarau dan musim hujan, senantiasa Alloh pergilirkan sesuai dengan hikmah dan keadilanNya. Di musim kemarau, buah terasa lebih manis. Acara-acara berjalan lancar karena tidak terhalang oleh hujan. Jemuran akan cepat kering. Pedagang es akan tersenyum karena jualannya cepat habis. Di musim hujan, pedagang payung dan jas hujan akan laris manis. Tidur, terasa lebih nyaman. Tanaman di kebun akan tumbuh subur.
Sayang, manusia hanya melihat dari sisi negatifnya. Musim kemarau dipersalahkan karena debu yang bertebangan, udara yang panas dan sumber air mulai mengering. Sementara musim hujan tak luput dari keluhan. Jemuran yang sulit kering, acara-acara yang sering gagal berantakan, hingga banjir yang merendam rumah warga. Semua berujung kepada celaan dan umpatan. Ia tidak sadar bahwa ucapannya menyakiti Alloh.
Dalam sebuah hadits qudsi, Alloh berfirman :
يؤذيني ابن آدم يسب الدهر وأنا الدهر أقلب الليل والنهار وفي رواية  لا تسبوا الدهر فإن الله هو الدهر
Anak adam (manusia) menyakiti Aku, mereka mencaci masa, padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Akulah yang menjadikan malam dan siang silih berganti. Dan dalam riwayat yang lain dikatakan : janganlah kalian mencaci masa, karena aku adalah Pengatur masa  [HR Bukhori]
Imam Alqurthubi memasukkan hadits di atas sebagai salah satu contoh dari menyakiti Alloh dan rosulnya yang Alloh cantumkan pada surat al ahzab :
إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا
Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan  [al ahzab : 57]
Sementara Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin membagi mencela terhadap musim menjadi tiga bagian :
·         Hanya ungkapan tanpa disertai celaan. Hukumnya boleh, seperti perkataan “ Kami mengalami kelelahan karena sengatan panas hari ini, atau dinginnya udara “ dan yang semisalnya.
·         Mencela musim disertai keyakinan bahwa musim itulah pelaku utama bagi munculnya kebaikan dan keburukan. Perbuatan ini termasuk syirik akbar karena ia telah meyakini bahwa ada pencipta selain Alloh.
·         Mencela musim, disertai keyakinan bahwa Allohlah yang berkuasa atas musim. Celaannya ditujukan kepada kesusahan yang ia alami. Perbuatan ini termasuk haram akan tetapi tidak sampai pada derajat syirik
Maroji’ :
Tafsir Alqurthubi (maktabah syamilah)
Alqoulul Mufid, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 2/240





Lapar Dan Kenyang

(yang bersifat sementara)
Bekerja dari pagi hingga siang hari menyebabkan badah lelah, tenaga terkuras sehingga membutuhkan istirahat. Setelah menunaikan sholat dzuhur, karyawan pergi ke ruang makan untuk santap siang. Setelah itu tenaga pulih kembali dan siap untuk melanjutkan pekerjaan.
Sore hari di bulan romadlon, umat islam menunggu saat-saat berkumandangnya adzan maghrib. Ifthor (berbuka) adalah waktu yang dirindukan. Dengannya rasa lapar dan dahaga dilepas. Ketika lambung telah terisi, dengan penuh semangat mereka menunaikan sholat maghrib. Satu jam kemudian mereka sudah kembali ke masjid untuk sholat tarawih.
Demikianlah ….. lapar dan kenyang datang silih berganti. Terkadang badan lemas tak bertenaga karena perut kosong, di lain waktu kita sudah bersemangat beraktifitas karena sudah makan. Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam keluar rumah. Di tengah beliau berjalan, tiba-tiba bertemu dengan Abu Bakar dan Umar rodliyallohu anhuma. Nabi shollallohu aalaihi wasallam bertanya : Apa yang menyebabkan kalian berdua keluar dari rumah pada waktu ini ? Keduanya menjawab : Karena kami lapar. Beliau bersabda : Demi jiwaku yang ada di tanganNya, aku juga keluar sebagaimana kalian berdua keluar karena lapar.
Ketiganya sampai di rumah seorang anshor. Sang tuan rumah memberi jamuan istimewa. Tamr (kurma kering), ruthob (kurma basah) dan daging kambing dihidangkan. Selesai makan, mereka merasa kenyang. Di saat itulah beliau memberi petuah kepada Abu Bakar dan Umar rodliyallohu anhuma :
والذي نفسي بيده لتسألن عن هذا النعيم يوم القيامة أخرجكم من بيوتكم الجوع ثم لم ترجعوا حتى أصابكم هذا النعيم
Demi jiwaku yang ada di tanganNya, sungguh kalian benar-benar akan dimintai pertanggungjawaban pada hari kiamat atas nikmat yang baru saja kita rasakan. Kalian keluar rumah dalam keadaan lapar, lalu tidaklah pulang hingga mendapat nikmat ini  [HR Muslim]

Kesetiaan Dunia

(yang bersifat sementara)
Seorang tokoh karismatik yang memiliki pendukung setia, seorang ulama yang berwibawa di hadapan umatnya, seorang suami yang dicintai istri dan anaknya dan seorang guru yang sangat dihormati oleh murid-muridnya, bila akhirnya mati maka semua orang yang selama ini dekat dengannya akan meninggalkannya sendirian di alam kubur. Sehingga keliru bila cinta dikatakan setia sehidup semati.
Harta yang berlimpah, bila pemiliknya mati maka akan berpindah kepemilikannya kepada orang lain. Rumah yang megah, mobil yang mewah dan persawahan yang luas tidak akan ikut serta dimasukkan ke liang lahat. Kebersamaan kekayaan hanya berlaku manakala pemilknya masih hidup. Dengan kematiannya berarti putusnya hubungan antara keduanya. Alloh mengingatkan :
وَلَقَدْ جِئْتُمُونَا فُرَادَى كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ
Dan Sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya [al an’am : 94]
Ibnu Abbas menafsirkan kata furoodaa (sendiri-sendiri) dengan mengatakan : sendiri tanpa ditemani harta dan anak
وَكُلُّهُمْ آَتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا
Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri  [maryam : 95]
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam memberi nasehat :
عَنْ أَنَس بْن مَالِكٍ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ
Dari Anas bin Malik berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda : Mayit diikuti oleh tiga hal, yang dua kembali dan yang satu menetap; ia diikuti keluarga, harta dan amalnya, keluar dan hartanya kembali sedangkan amalnya menetap [HR Bukhori Muslim]
Maroji’ :
Tafsir Ibnu Abbas (maktabah syamilah) 1/149

Kesenangan Dunia

(yang bersifat sementara)
Siapa yang hidup di dunia pasti akan merasakan sesuatu yang tidak tetap. Bagi yang merasa sehat, pasti akan merasakan sakit, ringan atau berat. Seorang pedagang yang mendapat keuntungan besar, tentu adakalanya mengalami kerugian. Senyum dan tawa, pasti akan ada selingan sedih dan tangisan. Demikianlah, kesenangan yang ada di dunia tidak ada kekal.
Kecantikan istri akan memudar seiring dengan datangnya kehamilan dan persusuan bayi. Tentu usia akan menambah cepat sirna keindahan wanita. Rumah yang megah suatu saat akan menjadi rusak dimakan jaman. Dan yang tidak mungkin terelakkan adalah ditinggalkan pemiliknya setelah kematiannya.
Popularitas artis hilang ditelan oleh munculnya para pendatang baru di dunia hiburan. Tak jarang, artis yang begitu terkenal di masa muda, harus hidup menderita dengan kemiskinan di usia senja.
Kepala Negara yang memegang jabatan berpuluh tahun, tiba-tiba harus meringkuk di penjara setelah kekuasaannya ditumbangkan oleh rakyatnya.
Alloh subhaanahu Wata’la mengingatkan akan fananya dunia :
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآَخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu  [alhadid : 20]
Penulis tafsir Fathul Qodir mengatakan : Makna ayat ini adalah : bahwa dunia ibarat tanaman yang menakjubkan bagi yang melihat karena warna yang hijau dan keindahannya. Lalu tidak berlangsung lama akhirnya mengering seolah tidak ada lagi. Selanjutnya setelah Alloh menceritakan hinanya dunia dan cepat hilangnya, Alloh mengingatkan kepada ahli maksiat, akan siksaNya dan kabar gembira bagi ahli taat:
وَفِى الأخرة عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ
dan di akhirat adalah siksa yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya
Sebagai penambah keterangan, mari kita lihat sikap rosululloh shollallohu alaihi wasallam terhadap dunia yang selaras dengan ayat di atas :
وعن عبد اللَّه بن مسعود رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال نام رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم على حصير فقام وقد أثر في جنبه قلنا : يا رَسُول اللَّهِ لو اتخذنا لك وطاء. فقال ما لي وللدنيا! ما أنا في الدنيا إلا كراكب استظل تحت شجرة ثم راح وتركها  
Dari Abdulloh bin Mas’ud rodliyallohu anhu, berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam tidur di atas tikar lalu bangun dan terlihat di punggungnya tanda bekas tikar yang ditiduri. Kami berkata : Ya rosulalloh, seandainya engkau menggunakan alas. Beliau bersabda : Apa hubunganku dengan dunia. Tidaklah aku dengan dunia kecuali seperti orang yang bepergian lalu berteduh di bawah pohon untuk istirahat dan selanjutnya pergi melanjutkan perjalanannya  [HR Tirmidzi]
Maroji’ :
Tafsir Fathul Qodir (maktabah syamilah)