Akibat Meremehkan Ketentuan Kanan Dan Kiri


Kanan Dan Kiri Dalam Timbangan Aqidah (31)


Sebuah riwayat menyebutkan :


عن سَلمة بنِ عمرو بنِ الأكوع  رضي الله عنه أنَّ رَجُلاً أَكَلَ عِنْدَ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم  بِشِمَالِهِ ، فَقَالَ كُلْ بِيَمِينكَ قَالَ لا أسْتَطيعُ قَالَ لا استَطَعْتَ مَا مَنَعَهُ إلاَّ الكِبْرُ فمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيهِ  

Dari Salamah Bin Amru Bin Akwa rodliyallohu anhu : Bahwa seorang laki-laki makan dengan tangan kiri di sisi rosululloh shollallohu alaihi wasallam : Beliau bersabda : Makanlah dengan tangan kananmu. Ia berkata : Aku tidak bisa ! Beliau bersabda : Engkau tidak bisa, tidak ada yang menghalangimu selain kesombongan ! Setelah itu ia tidak bisa mengangkat makanan ke mulutnya [HR Muslim]


Pada hadits di atas, kita bisa melihat tentang kesalahan orang ini. Ia makan dengan tangan kiri. Ia lakukan perbuatan itu di hadapan nabi shollallohu alaihi wasallam. Ketika mendapat teguran dari beliau, ia menolaknya. Pantas saja bila nabi shollallohu alaihi wasallam menilai dirinya sebagai manusia sombong. Walhasil tangannya menjadi lumpuh hingga tidak bisa memasukkan makanan ke mulutnya. Iman Nawawi memberi kesimpulan riwayat di atas dengan mengatakan :


جَوَاز الدُّعَاء عَلَى مَنْ خَالَفَ الْحُكْم الشَّرْعِيّ بِلَا عُذْر ، وَفِيهِ : الْأَمْر بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْي عَنْ الْمُنْكَر فِي كُلّ حَال حَتَّى فِي حَال الْأَكْل ، وَاسْتِحْبَاب تَعْلِيم الْآكِل آدَاب الْأَكْل إِذَا خَالَفَهُ كَمَا فِي حَدِيث عُمَر بْن أَبِي سَلَمَة    

Diperbolehkan mendoakan keburukan bagi orang yang menyelisihi hukum syar’i tanpa ada udzur. Hadits ini juga mengandung perintah amar ma’ruf nahi munkar di setiap keadaan hingga urusan makan. Selain itu anjuran mengajarkan orang yang sedang makan tentang adab makan ketika dia menyelisihinya sebagaimana yang tertera pada hadits Umar Bin Abu Salamah


Maroji :

Syarh Shohih Muslim 7/57

Orang yang meludah ke arah kanan


                                         Kanan Dan Kiri Dalam Tibangan Aqidah (30)


عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ فِي اَلصَّلَاةِ فَإِنَّهُ يُنَاجِي رَبَّهُ  فَلَا يَبْزُقَنَّ بَيْنَ يَدَيْهِ وَلَا عَنْ يَمِينِهِ  وَلَكِنْ عَنْ شِمَالِهِ تَحْتَ قَدَمِهِ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ  وَفِي رِوَايَةٍ أَوْ تَحْتَ قَدَمِهِ

Dari Anas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Apabila seseorang di antara kamu sholat sebenarnya ia sedang bermunajat kepada Robnya. Maka janganlah sekali-kali ia meludah ke hadapannya dan ke samping kanannya tetapi ke samping kirinya di bawah telapak kakinya [Muttafaq Alaihi] Dalam suatu riwayat disebutkan : Atau di bawah telapak kakinya.

Hadits di atas menerangkan haramnya meludah ke sebelah kanan dan depan. Imam Nawawi berpendapat bahwa larangan di atas tidak hanya saat sholat akan tetapi meliputi semua keadaan. Dalam subulus salam, Imam Shon’ani menyebut beberapa riwayat :


مَنْ تَفَلَ تُجَاهَ الْقِبْلَةِ جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَتَفَلَتُهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ

Barangsiapa yang meludah ke arah kiblat maka ia akan datang pada hari kiamat sementara ludahnya ada diantara dua matanya [HR Ibnu Hibban]


يُبْعَثُ صَاحِبُ النُّخَامَةِ فِي الْقِبْلَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَهِيَ فِي وَجْهِهِ

Akan dibangkitkan orang yang meludah ke arah kiblat sementara ludahnya ada di wajahnya [HR Ibnu Khuzaimah]


أَنَّ رَجُلًا أَمَّ قَوْمًا فَبَصَقَ فِي الْقِبْلَةِ ، فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُصَلِّي لَكُمْ

Ada seorang yang memimpin sholat suatu kaum lalu ia meludah ke arah kiblat. Ketika sholat sudah selesai, rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Dia tidak boleh memimpin sholat kalian [HR Ibnu Hibban]


عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ: أَنَّهُ كَرِهَ أَنْ يَبْصُقَ عَنْ يَمِينِهِ وَلَيْسَ فِي الصَّلَاةِ وَعَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ : مَا بَصَقْت عَنْ يَمِينِي مُنْذُ أَسْلَمْت

Dari Ibnu Mas’ud : Bahwa dia tidak menyukai meludah ke sebelah kanan di luar sholat. Dari Muadz Bin Jabal : Aku tidak pernah meludah ke sebelah kanan semenjak aku masuk islam [HR Abdurrozaq]


Maroji’ :

Subulussalam (maktabah syamilah)

Hukum beristinja dengan tangan kanan


Kanan Dan Kiri Dalam Timbangan Aqidah (29)


Imam Nawawi berkata :


وَقَدْ أَجْمَعَ الْعُلَمَاء عَلَى أَنَّهُ مَنْهِيّ عَنْ الِاسْتِنْجَاء بِالْيَمِينِ ، ثُمَّ الْجَمَاهِير عَلَى أَنَّهُ نَهْي تَنْزِيه وَأَدَب لَا نَهْي تَحْرِيم وَيُسْتَحَبّ أَنْ لَا يَسْتَعِين بِالْيَدِ الْيُمْنَى فِي شَيْء مِنْ أُمُور الِاسْتِنْجَاء إِلَّا لِعُذْرٍ ، فَإِذَا اِسْتَنْجَى بِمَاءٍ صَبَّهُ بِالْيُمْنَى وَمَسَحَ بِالْيُسْرَى

Para ulama sepakat bahwa dilarang beristinja menggunakan tangan kanan. Selanjutnya jumhur menilai bahwa larangan bersifat tanzih (makruh) dan demi menjaga etika bukan bersifat haram. Dan dianjurkan untuk tidak menggunakan tangan kanan untuk perkara yang berkaitan dengan istinja’ kecuali kalau ada udzur. Bila ia beristinja’ dengan air maka menuangkannya dengan tangan kanan sementara tangan kiri untuk mencuci

Tangan kiri untuk istinja


Kanan Dan Kiri Dalam Timbagan Aqidah (28)


Inilah yang dilakukan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam sebagaimana yang disampaikan Maimunah kepada keponakannya Abdulloh Bin Abbas :


عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ حَدَّثَتْنِى خَالَتِى مَيْمُونَةُ قَالَتْ أَدْنَيْتُ لِرَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم غُسْلَهُ مِنَ الْجَنَابَةِ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فِى الإِنَاءِ ثُمَّ أَفْرَغَ بِهِ عَلَى فَرْجِهِ وَغَسَلَهُ بِشِمَالِهِ ثُمَّ ضَرَبَ بِشِمَالِهِ الأَرْضَ فَدَلَكَهَا دَلْكًا شَدِيدًا ثُمَّ تَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلاَةِ ثُمَّ أَفْرَغَ عَلَى رَأْسِهِ ثَلاَثَ حَفَنَاتٍ مِلْءَ كَفِّهِ ثُمَّ غَسَلَ سَائِرَ جَسَدِهِ ثُمَّ تَنَحَّى عَنْ مَقَامِهِ ذَلِكَ فَغَسَلَ رِجْلَيْهِ ثُمَّ أَتَيْتُهُ بِالْمِنْدِيلِ فَرَدَّهُ.  

Dari Ibnu Abbas berkata : Telah menceritakan kepadaku bibiku Maimunah, ia berkata : Aku mendekati rosululloh shollallohu alaihi wasallam saat beliau mandi janabat. Beliau mencuci kedua telapak tangannya dua atau tiga kali lalu memasukkan tagannya di bejana setelah itu menyiramkannya ke kemaluannya dan mencucinya dengan tangan kirinya. Selanjutnya memukul tangan kirinya ke tanah lalu menggosok-gosokkannya dengan keras. Kemudian berwudlu sebagaimana wudlu untuk sholat [HR Muslim]


Dalil lain sebagai pendukung dari masalah ini adalah :


عَنْ أَبِي قَتَادَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم لَا يُمْسِكَنَّ أَحَدُكُمْ ذَكَرَهُ بِيَمِينِهِ وَهُوَ يَبُولُ وَلَا يَتَمَسَّحْ مِنْ اَلْخَلَاءِ بِيَمِينِهِ وَلَا يَتَنَفَّسْ فِي اَلْإِنَاءِ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ  

Dari Abu Qotadah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Janganlah sekali-kali seseorang di antara kamu menyentuh kemaluannya dengan tangan kanan ketika sedang kencing jangan membersihkan bekas kotorannya dengan tangan kanan dan jangan pula bernafas dalam tempat air [Muttafaq Alaihi]

Makan dengan tangan kanan


                                  Kanan Dan Kiri Dalam Timbangan Aqidah (27)


Ini dilakukan demi menjaga perbedaan antara seorang muslim dengan setan dan wali-walinya dari kalangan orang kafir :


عن ابن عمر رضي الله عنهما : أنَّ رسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ : لاَ يَأكُلَنَّ أَحَدُكُمْ بِشِمَالِهِ ، وَلاَ يَشْرَبَنَّ بِهَا ، فَإنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِهَا رواه مسلم .

Dari Ibnu Umar rodliyallohu anhuma bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Jangan sekali-kali diantara kalian makan dengan tangan kiri dan jangan sekali-kali minum dengan tangan kiri karena setan makan dengan tangan kiri dan minum dengannya [HR Muslim]


Pentingnya masalah ini, hingga nabi shollallohu alaihi wasallam memberi teguran kepada anak tirinya, Umar Bin Salamah


عن عمر بن أَبي سلمة ربيبِ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ كُنْتُ غلاَماً في حجر رَسُول الله صلى الله عليه وسلم وَكَانَتْ يَدي تَطِيشُ في الصَّحْفَةِ ، فَقَالَ لي رَسُول الله صلى الله عليه وسلم يَا غُلامُ سَمِّ الله تَعَالَى وَكُلْ بيَمِينكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ  فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتي بَعْدُ

Dari Umar Bin Abi Salamah anak tiri rosululloh shollallohu laihi wasallam berkata : Aku berada di rumah rosululloh shollallohu alaihi wasallam dimana tanganku menjelajahi di nampan. Rosululloh shollalohu alaihi wasallam bersabda : Wahai anak muda, sebutlah nama Alloh Ta’ala, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang dekat denganmu. Cara makan yang diajarkan beliau senantiasa aku lakukan setelah itu [muttafa alaih]

Mengedarkan makanan dimulai dari arah kanan


                                   Kanan Dan Kiri Dalam Timbangan Aqidah (26)


Ini dilakukan meski orang-orang tua dan mulia ada di sebelah kiri sementara anak-anak berada di sebelah kiri. Hal ini berdasar pada dua hadits di bawah ini :


عن أنس رضي الله عنه أنَّ رسول الله صلى الله عليه وسلم أُتِيَ بِلَبَنٍ قَدْ شِيبَ بماءٍ ، وَعَنْ يَمِينهِ أعْرَابيٌّ ، وَعَنْ يَسَارِهِ أَبُو بَكْررضي الله عنه  فَشَرِبَ ، ثُمَّ أعْطَى الأعْرابيَّ ، وقال : الأيْمَنَ فالأيْمَنَ  

Dari Anas rodliyallohu anhu : Bahwa rosululloh shollallohualaihi wasallam diberi susu yang telah dicampur dengan air. Di sebelah kanan beliau ada seorang a’robiyy sementara di sebelah kiri ada Abu Bakar rodliyallohu anhu. Beliau minum lalu memberikannya kepada a’robiyy seraya bersabda : Yang kanan terlebih dahulu, yang kanan terlebih dahulu [muttafaq alaih]


عن سهلِ بن سعدٍ رضي الله عنه أنَّ رسول الله صلى الله عليه وسلم أُتِيَ بِشرابٍ ، فَشَرِبَ مِنْهُ وَعَنْ يَمِينِهِ غُلامٌ ، وَعَنْ يَسَارِهِ أشْيَاخٌ ، فَقَالَ للغُلامِ أتَأْذَنُ لِي أنْ أُعْطِيَ هؤُلاَءِ ؟  فَقَالَ الغُلامُ : لا واللهِ ، لا أُوثِرُ بنَصيبي مِنْكَ أَحَداً . فَتَلَّهُ رسول الله صلى الله عليه وسلم في يَدِهِ  

Dari Sahl Bin Sa’d rodliyallohu anhu : Bahwasanya rosululloh shollallohu alaihi wasallam diberi minuman lalu beliau meminumnya. Sementara di sebelah kanan beliau ada anak belia dan di sebelah kiri orang-orang tua. Beliau bersabda kepada anak belia : Apakah engkau izinkan aku untuk memberikan minuman ini terlebih dahulu kepada mereka ? Si anak belia berkata : Tidak, demi Alloh ! Aku tidak akan mengalah untuk mendapatkan bagianku dari engkau kepada seseorangpun.  Akhirnya beliau meletakkan minuman itu di tanganku  [muttafaq alaih]

    Mengenakan sendal dimulai dari kaki kanan :


                                  Kanan Dan Kiri Dalam Timbangan Aqidah (25)


عن أَبي هريرة رضي الله عنه  أنَّ رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ إِذَا انْتَعَلَ أحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِالْيُمْنَى ، وَإِذَا نَزَعَ فَلْيَبْدأْ بِالشِّمَالِ . لِتَكُنْ اليُمْنَى أوَّلَهُمَا تُنْعَلُ ، وَآخِرُهُمَا تُنْزَعُ  

Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu : Bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Bila seorang diantara kalian mengenakan sendal maka mulailah dengan yang kanan. Bila melepas maka mulailah dengan yang kiri. Jadikan yang kanan untuk memulai mengenakan sendal dan yang kiri saat melepas [muttafaq alaih]


عن حفصة رضي الله عنها : أنَّ رسول الله صلى الله عليه وسلم  كَانَ يجعل يَمينَهُ لطَعَامِهِ وَشَرَابِهِ وَثِيَابِهِ ، وَيَجْعَلُ يَسَارَهُ لِمَا سِوَى ذَلِكَ  

Dari Hafshoh rodliyallohu anha : Bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam menjadikan tangan kanannya untuk makan, minum dan berpakaian. Beliau menjadikan tangan kirinya untuk selain itu [HR Abu Daud dan Tirmidzi]

(1)   Memandikan jenazah diawali dari sebelah kanan dari anggota tubuh


                                    Kanan Dan Kiri Dalam Timbangan Aqidah (24)


عن أم عطية رضي الله عنها : أنَّ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ لهن في غَسْلِ ابْنَتِهِ زَيْنَبَ رضي الله عنها : ابْدَأنَ بِمَيَامِنِهَا ، وَمَوَاضِعِ الوُضُوءِ مِنْهَا  

Dari Ummu Athiyyah rodliyallohu anha : Bahwasanya nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda kepada kaum wanita saat memandikan puteri beliau, Zainab rodliyallohu anha : Mulailah bagian kanan dan tempat-tempat wudlunya [muttafaq alaih]

Memberikan infaq kepada orang miskin dengan tangan kanan :


                                Kanan Dan Kiri Dalam Timbangan Aqidah (23)

Ini bagian dari adab memberi :


عن أَبي هريرة رضي الله عنه عن النَّبيّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ في ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إلاَّ ظِلُّهُ :  ....... وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ ، فَأخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ   


Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu dari nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Ada tujuh kelompok yang Alloh menaungi mereka di bawah naunganNya dimana tidak ada naungan selain naunganNya .... Dan seorang yang bersedekah lalu ia menyembunyikannya hingga tangan kiri tidak tahu apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya [muttafaq alaih]

  Posisi tidur


                                Kanan Dan Kiri Dalam Timbangan Aqidah (22)


Saat tidur sangat dianjurkan untuk membaringkan tubuh dengan posisi tulang rusuk kanan ada di bawah. Hal ini dilakukan saat hidup dan mati


عن أبي هريرة رضي الله عنه قَالَ : قال رَسُول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إذا صَلَّى أحَدُكُمْ رَكْعَتَي الفَجْرِ ، فَلْيَضْطَجِعْ عَلَى يَمِينِهِ  

Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Bila seorang diantara kalian selesai sholat fajar maka berbaringlah di atas rusuk kanannya [HR Abu Daud dan Tirmidzi]


عن أَبي قتادة رضي الله عنه  قَالَ : كَانَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم  إِذَا كَانَ فِي سَفَرٍ ، فَعَرَّسَ بِلَيْلٍ اضْطَجَعَ عَلَى يَمِينهِ  

Dari Abu Qotadah rodliyallohu anhu berkata : Rosululloh shollallohualaihi wasallam bila bersafar lalu istirahat di malam hari beliau berparing di atas rusuk kanannya [HR Muslim]

   Mengenakan cincin sangat dianjurkan pada tangan kanan


                       Kanan Dan Kiri Dalam Timbangan Aqidah (21)


عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ قَالَ رَأَيْتُ ابْنَ أَبِى رَافِعٍ يَتَخَتَّمُ فِى يَمِينِهِ فَسَأَلْتُهُ عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ رَأَيْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ جَعْفَرٍ يَتَخَتَّمُ فِى يَمِينِهِ. وَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ كَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم يَتَخَتَّمُ فِى يَمِينِهِ

Dari Hammad Bin Salamah berkata : Aku melihat Ibnu Abu Rofi’ mengenakan cincin di tangan kanannya. Akupun bertanya kepadanya tentang hal itu. Ia berkata : Aku melihat Abdulloh Bin Ja’far mengenakan cincin di tangan kanan. Abdulloh Bin Ja’far berkata : Nabi shollallohu alaihi wasallam mengenakan cincin di tangan kanannya [HR Tirmidzi]


Imam Bukhori mengomentari tentang pemakaian cincin di tangan kanan dengan berkata :


وَهَذَا أَصَحُّ شَيْءٍ رُوِيَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي هَذَا الْبَابِ

Ini adalah riwayat paling shohih dari nabi shollallohu alaihi wasallam dalam masalah ini


Dalam sebuah riwayat disebutkan

يَلْبَسُ الْخَاتَمَ فِي خِنْصَرِ يَدِهِ الْيُمْنَى

Beliau kenakan cincin di kelingking jari kanannya

Mengakhiri sholat dengan mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri



                            Kanan Dan Kiri Dalam Timbangan Aqidah (21)


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ كَانَ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ يَسَارِهِ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ  

Dari Abdulloh dari nabi shollallohualaihi wasallam : Bahwa beliau mengucapkan salam ke arah kanan dan kiri dengan mengucapkan “ Assalamu alaikum warohmatulloh, assalamu alaikum warohmatulloh “ [HR Tirmidzi]


Meski demikian, diperbolehkan hanya menoleh ke arah kanan saja sebagaimana kesaksian dari Aisyah :


عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهَا : أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يُسَلِّمُ فِى الصَّلاَةِ تَسْلِيمَةً وَاحِدَةً تِلْقَاءَ وَجْهِهِ ، يَمِيلُ إِلَى الشِّقِّ الأَيْمَنِ شَيْئًا أَوْ قَلِيلاً

Dari Aisyah rodliyallohu anha : Bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam biasa mengucapkan salam dalam sholat dengan sekali salam dimana arah wajahnya condong ke arah kanan sedikit [HR Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi]

Dua orang yang menunaikan sholat berjamaah


                                  Kanan Dan Kiri Dalam Timbagan Aqidah (20)


Posisi sholat berjamaah untuk dua orang adalah : Imam berada di sebelah kiri, sementara makmun berada di sebelah kanan. Apa yang diceritakan oleh Ibnu Abbas adalah salah satu dasarnya :


عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ بِتُّ فِى بَيْتِ خَالَتِى مَيْمُونَةَ بِنْتِ الْحَارِثِ زَوْجِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم وَكَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم عِنْدَهَا فِى لَيْلَتِهَا ، فَصَلَّى النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم الْعِشَاءَ ، ثُمَّ جَاءَ إِلَى مَنْزِلِهِ ، فَصَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ ، ثُمَّ نَامَ ، ثُمَّ قَامَ ، ثُمَّ قَالَ  نَامَ الْغُلَيِّمُ. أَوْ كَلِمَةً تُشْبِهُهَا ، ثُمَّ قَامَ فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ ، فَجَعَلَنِى عَنْ يَمِينِهِ ، فَصَلَّى خَمْسَ رَكَعَاتٍ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ ، ثُمَّ نَامَ حَتَّى سَمِعْتُ غَطِيطَهُ أَوْ خَطِيطَهُ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الصَّلاَةِ 


Dari Ibnu Abbas berkata : Aku bermalam di rumah bibiku, Maimunah Binti Harits istri nabi shollallohu alaihi wasallam. Saat itu nabi shollallohu alaihi wasallam ada di sisinya pada malam itu. Nabi shollallohu alaihi wasallam sholat isya lalu pulang ke rumahnya. Beliau sholat empat rokaat lalu tidur. Kemudian beliau bangun lalu bersabda : Anak itu sudah tidur, atau kalimat yang semisalnya. Selanjutnya beliau berdiri. Akupun berdiri di samping kirinya. Kemudian beliau menggeserku ke sebelah kanan. Beliau sholat lima rokaat setelah itu sholat dua rokaat. Lalu tidur hingga aku mendengar dengkurannya. Setelah itu keluar menuju sholat [HR Bukhori]

Perintah meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri saat sholat


                                       Kanan Dan Kiri Dalam Timbangan Aqidah (19)


عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ كَانَ النَّاسُ يُؤْمَرُونَ أَنْ يَضَعَ الرَّجُلُ الْيَدَ الْيُمْنَى عَلَى ذِرَاعِهِ الْيُسْرَى فِى الصَّلاَةِ  

Dari Sahl Bin Sa’d berkata : Manusia diperintah untuk meletakkan tangan kanan di atas pergelangan tangan kiri dalam sholat [HR Bukhori]


Rupanya, ketentuan ini telah ditetapkan oleh Alloh kepada seluruh nabi sebagaimana yang dituturkan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam :


عن ابن عباس  أن رسول الله  صلى الله عليه وسلم قالَ إنا معاشر الأنبياء أمرنا أن نؤخر سحورنا ونعجل إفطارنا وأن نمسك بأيماننا على شمائلنا في الصلاة

Dari Ibnu Abbas : Bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Kami seluruh nabi diperintah untuk untuk mengakhirkan sahur kami, menyegerakan berbuka dan memegang  dengan tangan kanan kami atas tangan kiri ketika sholat [HR Ibnu Hibban]


Imam Nawawi menerangkan bahwa hikmah dari perintah ini adalah demi mendekatkan kepada kekhusyuan dan menghindarkan diri dari sia-sia


Maroji’ :

Syarh Shohih Muslim 2/138

   Peran tangan kanan dan kiri saat tayamum


                                Kanan Dan Kiri Dalam Timbangan Aqidah (18)


عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ بَعَثَنِي اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم فِي حَاجَةٍ فَأَجْنَبْتُ فَلَمْ أَجِدِ اَلْمَاءَ فَتَمَرَّغْتُ فِي اَلصَّعِيدِ كَمَا تَمَرَّغُ اَلدَّابَّةُ ثُمَّ أَتَيْتُ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ: إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ أَنْ تَقُولَ بِيَدَيْكَ هَكَذَا ثُمَّ ضَرَبَ بِيَدَيْهِ اَلْأَرْضَ ضَرْبَةً وَاحِدَةً ثُمَّ مَسَحَ اَلشِّمَالَ عَلَى اَلْيَمِينِ وَظَاهِرَ كَفَّيْهِ وَوَجْهَهُ  

Ammar Ibnu Yassir Radliyallaahu 'anhu berkata : Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam telah mengutusku untuk suatu keperluan lalu aku junub dan tidak mendapatkan air maka aku bergulingan di atas tanah seperti yang dilakukan binatang kemudian aku mendatangi Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan menceritakan hal itu padanya. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : sesungguhnya engkau cukup dengan kedua belah tanganmu begini." Lalu beliau menepuk tanah sekali kemudian mengusapkan tangan kirinya atas tangan kanannya punggung kedua telapak tangan dan wajahnya. [Muttafaq Alaihi]  


Hadits di atas memberi faedah :


1.      Qiyas fasid yang dilakukan Amar Bin Yasir

Dia menyamakan antara mandi junub yang menyebabkan seluruh tubuh basah oleh air dengan mandi tanah saat junub ketika tidak ada air

2.      Qiyas harus tunduk dengan hadits

Artinya bila qiyas ternyata bertentangan dengan nash yang sudah ada maka dalil yang dimenangkan atas qiyas

3.      Peran ijtihad disaat dibutuhkan

Apa yang dilakukan oleh Amar Bin Yasir adalah ijtihad karena keputusan harus segera diambil sementara saat itu tidak ada alim yang bisa diambil fatwanya

4.      Kewajiban meminta fatwa kepada ulama

Inilah yang dilakukan oleh Amar, ia bertanya tentang apa yang sudah dia lakukan kepada nabi shollallohu alaihi wasallam

5.      Cara melakukan tayamum

Tangan kiri berposisi sebagai pengusap tangan kanan, baru kemudian tangan kanan yang mengusap tangan kiri

    Memberi isyarat dengan tangan kanan


                           Kanan Dan Kiri Dalam Timbangan Aqidah (17)

Boleh jadi kita memerintah seseorang tidak menggunakan kata-kata akan tetapi dengan isyarat tangan. Kalimat “ Jangan, boleh, silahkan dan pergi “ bisa diganti dengan cara ini. Nabi shollallohu alaihi wasallam juga sering melakukannya. Salah satunya ketika beliau melihat ketergesaan manusia ketika bertolak dari Arofah ke Muzdalifah. Dalam potongan riwayat disebutkan :


 ....وَيَقُولُ بِيَدِهِ الْيُمْنَى أَيُّهَا النَّاسُ السَّكِينَةَ السَّكِينَةَ

..... beliau bersabda dengan tangan kanannya “ Wahai manusia, tenanglah, tenanglah (maksudnya jangan tergesa-gesa) [HR Muslim]

    Memegang anggota tubuh yang sakit dengan tangan kanan saat meruqyah


                                Kanan Dan Kiri Dalam Timbangan Aqidah (16)


Imam Bukhori membuat judul dalam kitabnya dengan “ Bab Usapan Peruqyah Kepada Orang Yang Sakit Dengan Tangannya “. Di situ ditampilkan sebuah hadits :


عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَائِشَةَ رضى الله عنها قَالَتْ كَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم يُعَوِّذُ بَعْضَهُمْ يَمْسَحُهُ بِيَمِينِهِ أَذْهِبِ الْبَاسَ رَبَّ النَّاسِ ، وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِى ، لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ ، شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا  

Dari Aisyah rodliyallohu anha berkata : Nabi shollallohu alaihi wasallam memohonkan perlindungan sebagian mereka dengan mengusap menggunakan tangan kanannya seraya membaca : Hilangkan penyakit wahai Rob Pencipta manusia. Engkau adalah Penyembuh. Tidak ada kesembuhan selain Engkau. Kesembuhan yang tidak mendatangkan penyakit

   Membalikan sorban saat sholat istisqo


                             Kanan Dan Kiri Dalam Timbangan Aqidah (15)


Ini dilakukan setelah sholat istisqo ditunaikan. Setelah berkhutbah, imam dianjurkan untuk menghadap kiblat lalu berdoa dengan membalikkan sorbannya sebagaimana sebuah riwayat mengatakan :


عَنْ عَبَّاد بْن تَمِيمٍ عَنْ عَمِّهِ قَالَ خَرَجَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم إِلَى الْمُصَلَّى يَسْتَسْقِى ، وَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ، وَقَلَبَ رِدَاءَهُ . قَالَ أَبو بَكْرٍ قَالَ جَعَلَ الْيَمِينَ عَلَى الشِّمَالِ  

Dari Abbad Bin Tamim dari pamannya berkata : Nabi shollallohualaihi wasallam keluar menuju tempat sholat untuk memohon hujan. Beliau menghadap kiblat lalu sholat dua rokaat. Setelah itu membalikkan sorbannya. Abu Bakr berkata : Beliau jadikan bagian kanan sorban menjadi di kiri [HR Bukhori]


Ibnu Hajar Al Atsqolani menerangkan bahwa hikmah dari pembalikan sorban adalah bagian dari tafaul (optimis) bahwa kondisi kemarau akan berubah menjadi hujan


Maroji’ :

Fathul Bari 3/445

   Kecintaan Nabi shollallohu alaihi wasallam memulai sesuatu dengan bagian kanan


                          Kanan Dan Kiri Dalam Timbangan Aqidah (14)


عن عائشة رضي الله عنها ، قالت : كَانَ رسولُ الله  صلى الله عليه وسلم  يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ في شَأنِهِ كُلِّهِ : في طُهُورِهِ ، وَتَرَجُّلِهِ ، وَتَنَعُّلِهِ . متفقٌ عَلَيْهِ .

Dari Aisyah rodliyallohu anha berkata : Rosululloh shollallohualaihi wasallam menyukai bagian kanan untuk semua keadaannya baik untuk bersuci, menyisir dan mengenakan sendal [muttafaq alaih]


وعنها قالت كَانَتْ يَدُ رسول الله صلى الله عليه وسلم اليُمْنَى لِطُهُورِهِ وَطَعَامِهِ ، وَكَانَتِ الْيُسْرَى لِخَلائِهِ وَمَا كَانَ مِنْ أذَىً  

Tangan rosululloh shollallohu alaihi wasallam bagian kanan untuk bersuci dan makan. Adapun yang kiri untuk cebok dan segala sesuatu yang kotor [HR Abu Daud]

Orang Kafir mengelilingi nabi shollallohu alaihi wasallam Di Kanan Dan Kiri



Kanan Dan Kiri Dalam Timbangan Aqidah (13)

Seorang mukmin di saat berada di hadapan alim yang membaca alquran dan menerangkan kandungannya, tentunya akan diam dan menyimak dengan seksama. Selanjutnya mereka akan berusaha mengamalkan apa yang mereka dengar.

Itu berbeda dengan sikap kafir quraisy. Mereka datang mengelilingi nabi shollallohu alaihi wasallam. Mereka dengar dan perhatikan ayat yang dibaca oleh beliau. Untuk apa mereka melakukan itu ? Bukan mencari kebenaran, melainkan untuk mendapatkan sisi kelemahan alquran menurut pandangan mereka. Dengan begitu mereka leluasa untuk mencerca nabi sholallohu alaihi wasallam . Kelakuan mereka disitir oleh Alloh :

فَمَالِ الَّذِينَ كَفَرُوا قِبَلَكَ مُهْطِعِينَ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ عِزِينَ أَيَطْمَعُ كُلُّ امْرِئٍ مِنْهُمْ أَنْ يُدْخَلَ جَنَّةَ نَعِيمٍ كَلَّا إِنَّا خَلَقْنَاهُمْ مِمَّا يَعْلَمُونَ  

Mengapa orang-orang kafir bersegera datang ke arahmu. Dari kanan dan dari kiri dengan berkelompok. Apakah setiap orang-orang kafir ingin masuk ke dalam jannatun na’im. Sekali-kali tidak ! Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui [ma’arij : 36-39]

Masuk Aljannah Dari Pintu Bagian Kanan




Kanan Dan Kiri Dalam Timbangan Aqidah (12)


عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه قَالَ  ...... يَا مُحَمَّدُ أَدْخِلْ مِنْ أُمَّتِكَ مَنْ لاَ حِسَابَ عَلَيْهِمْ مِنَ الْبَابِ الأَيْمَنِ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ وَهُمْ شُرَكَاءُ النَّاسِ فِيمَا سِوَى ذَلِكَ مِنَ الأَبْوَابِ  

Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu : .... Alloh berfirman : Wahai Muhammad, masukkan dari umatmu yang tidak dihisab atas mereka dari arah pintu kanan dari pintu-pintu aljannah, adapun selebihnya mereka masuk dari pintu selain pintu bagian kanan  ....  [HR Bukhori Muslim]
Para ulama berpendapat bahwa pintu kanan hanya diperuntukkan bagi umat Muhammad shollallohu alaihi wasallam. Jumalh yang memasukinya ada 70 ribu dimana mereka di dunia tidak pernah minta diruqyah, tida menempel besi panas, tidak percaya tathoyyur dan senantiasa bertawakal kepada Alloh

Peristiwa penting di padang mahsyar


Kanan Dan Kiri Dalam Timbangan Aqidah (11)

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ النَّبِىُّ  صلى الله عليه وسلم .... وَإِنَّهُ سَيُجَاءُ بِرِجَالٍ مِنْ أُمَّتِى ، فَيُؤْخَذُ بِهِمْ ذَاتَ الشِّمَالِ . فَأَقُولُ يَا رَبِّ أُصَيْحَابِى . فَيَقُولُ إِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ .  



Dari ibnu Abbas : Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya akan didatangkan beberapa laki-laki dari kalangan umatku lalu diambil ke arah kiri. Akupun berkata : Wahai Robku ushoihabi (dari kata ash-habi, maksudnya bukankah mereka sahabatku ?). Alloh berfirman : Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang terjadi pada mereka sesudahmu [HR Bukhori Muslim]


Hadits di atas berkenaan dengan kondisi di padang mahsyar. Ketika matahari didekatkan di atas kepala dengan jarak satu mil, tentu manusia akan kehausan karena cucuran keringat mereka. Tidak ada solusi selain minum dari air telaga yang dimiliki tiap nabi. Untuk kita, umat Muhammad shollallohu alaihi wasallam akan mendapat sambutan dari beliau. Darinya kita bisa minum sehingga tidak akan merasa haus selamanya. Akan tetapi banyak manusia yang terusir dari telaga sebagaimana yang termaktub pada hadits di atas. Syaikh Alu Syaikh merinci pengusiran di telaga dengan mengatakan :


Pengusiran ini terbagi menjadi dua


Kelompok pertama : Pengusiran secara umum


Mereka manusia yang bukan umat nabi shollallohu alaihi wasallam atau mereka manusia kafir. Pengusiran ini terjadi karena setiap nabi memiliki alhaudl :


عَنْ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ لِكُلِّ نَبِىٍّ حَوْضًا وَإِنَّهُمْ يَتَبَاهَوْنَ أَيُّهُمْ أَكْثَرُ وَارِدَةً وَإِنِّى أَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ وَارِدَةً

Dari Samuroh : berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap nabi memiliki alhaudl. Mereka akan berbangga-bangga, siapa diantara mereka yang paling banyak manusia yang mendatangi telaganya. Aku berharap, semoga aku adalah nabi yang paling banyak didatangi [HR Tirmidzi]


Kelompok kedua : Pengusiran secara khusus


Mereka adalah :


(a) Orang yang murtad sepeninggalan rosululloh shollallohu alaihi wasallam karena menjadi pengikut Musailamah Alkadzab atau Sujah Taimah


عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ  صلى الله عليه وسلم  قَالَ يَرِدُ عَلَىَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ رَهْطٌ مِنْ أَصْحَابِى فَيُحَلَّئُونَ عَنِ الْحَوْضِ فَأَقُولُ يَا رَبِّ أَصْحَابِى . فَيَقُولُ إِنَّكَ لاَ عِلْمَ لَكَ بِمَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ ، إِنَّهُمُ ارْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِهِمُ الْقَهْقَرَى

Dari Abu Huroiroh, bahwa rosululloh shollallohu alaihiwasallam bersabda : Akan datang padaku di hari kiamat sekelompok orang dari sahabatku. Mereka terhalangi dari telaga yang membuat aku berkata : Wahai Robku, sahabat-sahabatku ?! Alloh berfirman : Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang terjadi pada mereka sesudahmu. Sesungguhnya mereka murtad kembali ke belakang [HR Bukhori]


(b) Orang-orang munafiq


(c) Orang-orang yang merubah ajaran islam seperti khowarij, syiah, mu’tazilah dan lainnya.


عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ  ...فَأَقُولُ إِنَّهُمْ مِنِّى فَيُقَالُ إِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ . فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ غَيَّرَ بَعْدِى  

Dari Abu Said Alkhudzriyyi : (nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda) Maka aku berkata : Sesungguhnya mereka adalah bagian dariku. Maka dikatakan : Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang terjadi pada diri mereka sesudahmu. Akupun berkata : Menjauhlah ! Menjauhlah !  bagi siapa yang merubah (ajaranku) sesudahku  [HR Bukhori]


(d) Penguasa yang dusta dan rakyat yang mendukungnya


عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ قَالَ خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ تِسْعَةٌ فَقَالَ إِنَّهُ سَتَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ مَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ الْحَوْضَ وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَهُوَ وَارِدٌ عَلَيَّ الْحَوْضَ

Dari Ka’ab Bin Ujroh berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam keluar menemui kami yang berjumlah sembilan orang. Beliau bersabda : Sesungguhnya akan ada sesudahku para pemimpin. Siapa yang membenarkan kebohongannya dan membantu kedzalimannya maka ia bukan dariku dan aku bukan bagian darinya. Ia juga tidak akan bisa mendekati telagaku. Sedangkan siapa yang tidak membenarkan kebohongannya dan tidak membantu kedzalimannya, maka ia bagian dari diriku dan aku bagian darinya dan dia akan mendekati telagaku [HR Ahmad, Nasa’i, Ibnu Hibban dan Tirmidzi]