Kanan Dan Kiri Dalam Timbangan Aqidah (29)
Imam Nawawi berkata :
وَقَدْ أَجْمَعَ
الْعُلَمَاء عَلَى أَنَّهُ مَنْهِيّ عَنْ الِاسْتِنْجَاء بِالْيَمِينِ ، ثُمَّ
الْجَمَاهِير عَلَى أَنَّهُ نَهْي تَنْزِيه وَأَدَب لَا نَهْي تَحْرِيم
وَيُسْتَحَبّ أَنْ لَا يَسْتَعِين بِالْيَدِ الْيُمْنَى فِي شَيْء مِنْ أُمُور
الِاسْتِنْجَاء إِلَّا لِعُذْرٍ ، فَإِذَا اِسْتَنْجَى بِمَاءٍ صَبَّهُ
بِالْيُمْنَى وَمَسَحَ بِالْيُسْرَى
Para ulama sepakat bahwa dilarang beristinja
menggunakan tangan kanan. Selanjutnya jumhur menilai bahwa larangan bersifat
tanzih (makruh) dan demi menjaga etika bukan bersifat haram. Dan dianjurkan
untuk tidak menggunakan tangan kanan untuk perkara yang berkaitan dengan
istinja’ kecuali kalau ada udzur. Bila ia beristinja’ dengan air maka
menuangkannya dengan tangan kanan sementara tangan kiri untuk mencuci