Menoleh Untuk Satu Keperluan




(Yang Diperbolehkan dilakukan Dalam Sholat 12)

Hukum asal menoleh di dalam sholat adalah terlarang. Hal ini didasarkan oleh sebuah hadits :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ سَأَلْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ اَلِالْتِفَاتِ فِي اَلصَّلَاةِ ? فَقَالَ هُوَ اِخْتِلَاسٌ يَخْتَلِسُهُ اَلشَّيْطَانُ مِنْ صَلَاةِ اَلْعَبْدِ رَوَاهُ اَلْبُخَارِيُّ وَلِلتِّرْمِذِيِّ عَنْ أَنَسٍ وَصَحَّحَهُ   إِيَّاكَ وَالِالْتِفَاتَ فِي اَلصَّلَاةِ  فَإِنَّهُ هَلَكَةٌ  فَإِنْ كَانَ فَلَا بُدَّ فَفِي اَلتَّطَوُّعِ 
  
'Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata : Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tentang (hukumnya) menoleh dalam sholat. Beliau menjawab : Ia adalah copetan yang dilakukan setan terhadap sholat hamba. Riwayat Bukhari. Menurut hadits shahih Tirmidzi : Hindarilah dari berpaling dalam shalat karena ia merusak jika memang terpaksa lakukanlah dalam sholat sunat

Hadits di atas mengandung pelajaran :

·         Setan mengganggu manusia di dalam sholat
·         Bukti keberhasilan dari godaannya pada menolehnya seorang muslim di dalam sholat
·         Rukhshoh menoleh diberikan pada sholat sunnah
·         Status sholat seseorang yang menoleh di dalamnya adalah rusak 

Ibnu Hajar dalam fathul bari menyebut bahwa yang dimaksud rusak di sini adalah rusak kekhusyuan sholatnya. Hal itu juga menunjukkan betapa buruknya menoleh di dalam sholat, karena seorang hamba ketika menunaikan sholat, ia sedang menghadap Robnya. Sementara setan berhasil memalingkan perhatiannya.
Kendati demikian, dalam kondisi tertentu, meski dalam sholat wajib menoleh diperbolehkan untuk dilakukan. Ini pernah dilakukan oleh Abu Bakar. Hal itu terjadi saat rosululloh shollallohu alaihi wasallam tidak kunjung tiba di masjid. Akhirnya para sahabat bersepakat agar Abu Bakar menjadi imam. Ketika memulai takbir, tiba-tiba nabi shollallohu alaihi wasallam datang dengan menyibak shof hingga berada di shof pertama. Seisi masjid bertepuk untuk memberi isyarat kepada Abu Bakar akan kedatangan beliau. Abu Bakarpun menoleh ke belakang yang kemudian nabi shollallohu alaihi wasallam maju ke depan.

Peristiwa ini dikomentari oleh Syaikh Mushthofa Albugho : Diperbolehkannya menoleh di dalam sholat untuk satu keperluan

Maroji’ :
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 2/291
Nuzhatul Muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho 1/216

Menghalangi Orang Yang Akan Melewati Tempat Sholat




(Yang Diperbolehkan dilakukan Dalam Sholat 11)

Sholat adalah ibadah yang agung. Siapa yang menunaikannya harus dihormati. Mengganggunya adalah satu bentuk kedzoliman. Salah satu bentuk tindakan merendahkan orang yang sholat adalah lewat di hadapannya. Untuk itulah rosululloh shollallohu alaihi wasallam memperingatkan kita :

عَنْ أَبِي جُهَيْمِ بْنِ اَلْحَارِثِ رضي الله عنه قَالَ  قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم  لَوْ يَعْلَمُ اَلْمَارُّ بَيْنَ يَدَيِ اَلْمُصَلِّي مَاذَا عَلَيْهِ مِنْ اَلْإِثْمِ لَكَانَ أَنْ يَقِفَ أَرْبَعِينَ خَيْرًا لَهُ مِنْ أَنْ يَمُرَّ بَيْنَ يَدَيْهِ 

Dari Abu Juhaim Ibnul Harits Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Seandainya orang yang lewat di depan orang yang sholat mengetahui dosa yang akan dipikulnya maka ia lebih baik berdiri empat puluh hari daripada harus lewat di depannya  [Muttafaq Alaihi] 

Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam berkata mengomentari hadits di atas : Orang yang sholat, ia sedang menghadap Alloh dengan bermunajat kepadaNya. Memotong dan mengganggu orang yang sedang bermunajat dengan cara melewati antara dirinya dan qiblat adalah dosa besar.

Karena itulah, maka islam memberi hak kepada orang yang sholat untuk menahan dan menghalangi siapa saja yang akan lewat di hadapannya :

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ اَلْخُدْرِيِّ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم  إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ إِلَى شَيْءٍ يَسْتُرُهُ مِنْ اَلنَّاسِ  فَأَرَادَ أَحَدٌ أَنْ يَجْتَازَ بَيْنَ يَدَيْهِ فَلْيَدْفَعْهُ  فَإِنْ أَبَى فَلْيُقَاتِلْهُ  فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ  

Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Apabila seseorang di antara kamu sholat dengan memasang batas yang membatasinya dari orang-orang lalu ada seseorang yang hendak lewat di hadapannya maka hendaklah ia mencegahnya. Bila tidak mau perangilah dia sebab dia sesungguhnya adalah setan  [Muttafaq Alaihi] 

Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam memberi catatan bahwa yang berhak menghalangi orang yang sholat adalah yang menunaikannya dengan meletakkan sutroh di hadapannya. Oleh karena itu bila ia tidak bersutroh, ia tidak memiliki hak itu.

Beliau juga memberi nasehat agar cara menahan orang dilakukan dengan lembut. Bila tidak berhasil sehingga orang itu tetap bersikeras untuk lewat di hadapan kita maka boleh menggunakan cara keras dengan tangannya.

Kendati hak menahan diberikan oleh islam, akan tetapi tidak selayaknya kita menunaikan sholat di jalan dan tempat keramaian atau lalu lalang mereka.


Maroji’ :
Taudhihul Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman 1/438 dan 448 hubbul afkar


Menggeser kaki Orang Yang Tidur




(Yang Diperbolehkan dilakukan Dalam Sholat 10)

عنْ عائشة رضى الله عنها كُنْتُ أمُدُّ رِجْلِي فِي قِبْلَةِ النَّبِيّ صلّى الله عليه وسلّم وَهُوَ يُصَلِّى فَإِذَا سَجَدَ غَمَزَنِي فَإِذَا قَامَ مَدَدْتُهَا

Dari Aisyah rodliyallohu anha : Aku melintangkan kakiku pada kiblat nabi shollallohu alaihi wasallam saat beliau sholat. Bila bersujud, beliau menggeserku lalu bila beliau berdiri, aku membentangkannya kembali  [HR Bukhori Muslim]

عن عائشة رضى الله عنها أنّ النّبيّ صلّى الله عليه وسلّم كَانَ يُصَلّى مِنَ اللَّيْلِ وَ أنَا مُعْتَرِضَةٌ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْقِبْلَةِ

Dari Aisyah rodliyallohu anha : Bahwasanya nabi shollallohu alaihi wasallam menunaikan sholat malam sementara aku tidur membentang antara beliau dan arah kiblat seperti membujurnya jenazah  [HR Bukhori, Muslim dan Baihaqi]

Dua hadits di atas memberi pelajaran pada kita :

·         Apa yang dilakukan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam adalah sholat malam.
·         Beliau melakukannua di rumah, tepatnya di tempat tidur.
·         Beliau melakukannya sendiri tanpa berjamaah dengan Aisyah. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa selesai menunaikan sholat, beliau membangunkan Aisyah seraya bersabda : Wahai Aisyah, bangunlah. Tunaikan sholat witir.
·         Banyak para ulama menjadikan hadits ini sebagai dalil tidak batalnya wudlu karena persentuhan kulit antara wanita dan pria.
·         Hadits ini merupakan hujah tentang dibolehkannya menggeser penghalang dalam sholat



Menggendong Anak




(Yang Diperbolehkan dilakukan Dalam Sholat 9)

Salah satu bentuk kasih sayang orang tua kepada anaknya adalah dengan menggendongnya. Itulah yang dilakukan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ رضي الله عنه قَالَ كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّي وَهُوَ حَامِلٌ أُمَامَةَ بِنْتِ زَيْنَبَ  فَإِذَا سَجَدَ وَضَعَهَا  وَإِذَا قَامَ حَمَلَهَا  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَلِمُسْلِمٍ  وَهُوَ يَؤُمُّ اَلنَّاسَ فِي اَلْمَسْجِدِ 

Abu Qotadah Radliyallaahu 'anhu berkata : Pernah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sholat sambil menggendong Umamah putri Zainab. Jika beliau sujud beliau meletakkannya dan jika beliau berdiri beliau menggendongnya. [Muttafaq Alaihi] Dalam riwayat Muslim : Sedang beliau mengimami orang. 

Imam Bukhori mencantumkan hadits di atas pada bab idzaa hamala jaariyatan shoghirotan ‘ala ‘unuqihi fish sholat (bab bila menggendong anak perempuan kecil di pundak pada waktu sholat), adapun imam Muslim mencantumkannya pada bab jawaaazu hamli shibyan fish sholat (bab bolehnya mengendong anak di dalam sholat).

Pada perbuatannya ini, nabi shollallohu alaihi wasallam melakukan banyak gerakan. Menggendong, lalu meletakkannya saat sujud dan kembali mengambilnya saat berdiri. Ini menunjukkan banyaknya gerakan di dalam sholat bila diperlukan adalah tidak mengapa.

Apa hikmah di balik menggendong anak perempuan yang dilakukan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam ? Ibnu Hajar Al Atsqolani menerangkan bahwa itu sebagai cara pembelaan beliau kepada anak perempuan dimana sebelumnya masyarakat Arab membenci dan menganggapnya sebagai aib.

Ibnu Hajar juga memberi kesimpulan lain bahwa bila menggendong anak manusia boleh dilakukan dalam sholat maka demikian juga diperbolehkan menggendong binatang yang suci.

Maroji’ :
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 1/745 maktabah Ash Shofa

Menggaruk Dan Merapikan baju





(Yang Diperbolehkan dilakukan Dalam Sholat 8)

Barangkali kita merasa gatal saat sholat ditunaikan. Apa yang terjadi bila kita tidak mempedulikannya dan tidak menggaruknya ? Tentu sholat tidak akan tenang. Ketika akhirnya kita garuk, hilanglah rasa gatal itu selanjutnya pikiran kembali fokus kepada sholat.

Saat sholat, ikat sarung memudar. Kalau dibiarkan, sarung akan jatuh ke bawah menyebabkan aurot tersingkap. Bila kondisi seperti itu tentu kita akan melepaskan genggaman tangan kanan atas tangan kiri untuk membetulkan ikatan sarung.

Perbuatan ini diperbolehkan oleh syar’i. Ibnu Abbas berkata : seseorang diperbolehkan melakukan sesuatu saat sholat sekehendaknya yang berkenaan dengan keperluan tubuhnya. Dalam riwayat lain disebutkan :

عنْ جرير الضّبيّ قال : كان عليّ إذَا قامَ فِى الصَّلاةِ وَضَعَ يَمِيْنَهُ على رُسْغِ يَسَارِهِ ولا يَزَالُ كذالِكَ حَتَّى يَرْكَعَ إلاّ أنْ يُصْلِحَ ثَوْبَهُ أوْ يَحُكَّ جَسَدَهُ

Dari Jarir Adl Dlobbiy : Bila Ali berdiri untuk sholat, meletakkan tangan kanan atas pergelangan tangan kiri. Posisi itu terus berlangsung hingga ia ruku’ kecuali bila ia membetulkan posisi pakaiannya atau menggaruk tubuhnya [HR Ibnu Abu Syaibah]

Tentang masalah ini, Ibnu Hajar berkata : Menghalau sesuatu yang membuat tidak nyaman sholat akan membantu kekhusyuan sholat.

Maroji’ ‘ :
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 3/88