Kenapa Orang Berbuat Maksiat ?

Taqlid (ikut-ikutan)

Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata :

التَّقْلِيْدُ هُوَ قُبُوْلُ الْحُكْمِ بِلاَ دَلِيْلٍ وَلاَ حَجَّةٍ

Taklid adalah : menerima hukum tanpa didasari oleh dalil dan hujah

Perbuatan maksiat semacam judi, merokok, mabuk dan lainnya diikuti, bermula dari sekedar sikap ikut-ikutan. Gaya berpakaian yang seronok, gaya hidup yang hedonis dan penampilam keseharian digandrungi dan ditiru dari para artis yang menjadi penutan. Tontonan televisi yang akhirnya menjadi tuntunan semakin memperkuat sikap taklid dari masyarakat.
Pada jaman dahulu, manusia menolak dakwah para rosul lebih disebabkan sikap taklid mereka kepada para leluhur meskipun mereka tidak mengetahui hakekat dari budaya yang mereka bela. Alloh berfirman :

وَإذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّبِعُوْا ماَ أنْزَلَ الله قاَلُوْا بَلْ نَتَّبِعُ ماَ ألْفَيْنَا عَلَيْهِ ءَابَاءَناَ أوَ لَوْكاَنَ ءَبَاؤُهُمْ لاَ يَعْقِلُوْنَ شَيْئاً وَلاَ يَهْتَدُوْنَ

Dan apabila dikatakan kepada mereka : Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah, mereka menjawab : (Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami. (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk ? [albaqoroh : 170]

Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata : ayat ini mengharamkan sikap taklid kepada orang yang tidak berilmu dan tidak memiliki bashiroh dalam agama.

Maroji’ : aisaruttafaasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi hal 82





Kenapa Orang Berbuat maksiat ?

Tidak Sengaja

Siang hari di bulan romadlon, seseorang secara tidak sadar makan sepiring nasi dan segelas air es. Setelah puas dari makannya, ia baru ingat bahwa ia sedang shoum. Orang ini melakukan kesalah tanpa ia sengaja untuk melakukannya. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :

َوَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( مَنْ نَسِيَ وَهُوَ صَائِمٌ, فَأَكَلَ أَوْ شَرِبَ, فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ, فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اَللَّهُ وَسَقَاهُ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa lupa bahwa ia sedang shaum, lalu ia makan dan minum, hendaknya ia meneruskan puasanya, karena sesungguhnya ia telah diberi makan dan minum oleh Allah." [Muttafaq Alaihi]

وَلِلْحَاكِمِ: ( مَنْ أَفْطَرَ فِي رَمَضَانَ نَاسِيًا فَلَا قَضَاءَ عَلَيْهِ وَلَا كَفَّارَةَ
)
Menurut riwayat Hakim : " Barangsiapa yang berbuka pada saat puasa Ramadhan karena lupa, maka tak ada qodlo dan kafarat baginya "

Seseorang yang tengah membidik burung dengan senapannya. Ketika pelatuk menyalak tiba-tiba orang lewat di hadapannya. Bukan burung yang terkena sasaran akan tetapi justru kematian menimpa orang itu.

Sang pemburu melakukan kesalahan tanpa ia sengaja untuk melakukannya. Ia tidak berdosa akan tetapi dikenakan diyat berupa 100 ekor unta untuk ahli waris korban sebagaimana firman Alloh :

وَماَكَانَ لِمُؤْمِنٍ أنْ يَقْتُلَ مُؤْمِناً إلاَّ خَطَأً وَمَنْ قَتَلَ مُؤْمِناً خَطَأً فَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مًؤْمِنَةٍ وَدِيّةٌ مُسَلَّمَةٌ إلَى أهْلِهِ إلاَّ أنْ يَصَّدَّقُوْا

Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan Barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah [annisa : 92]

Dari dua kasus di atas, memunculkan pertanyaan : kenapa ketidaksengajaan dalam shoum tidak mengakibatkan pelakunya terkena kafarot sementara untuk peluru nyasar pelakunya harus menanggung beban ?

Jawabannya adalah karena shoum adalah dosa yang ada kaitannya dengan Alloh sementara menghilangkan nyawa orang adalah kaitannya dengan hubungan sesama hamba Alloh. Dan sesuai kaidah bahwa hubungan antar manusia dibangun di atas dasar perselisihan dan jaminan

Maroji’ : taudlihul ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 2/562

.



Kenapa orang berbuat maksiat ?

(3)Terpaksa

Inilah yang terjadi pada diri Amar bin Yasir. Disaat ditangkap orang-orang musyrik dan mendapat siksaan yang teramat berat dengan tujuan untuk mengembalikan dirinya kepada kekafiran, di situlah Amar bin Yasir dengan terpaksa mengikuti keinginan mereka dengan mencela rosululloh shollallohu alaihi wasallam dan memuji-muji patung-patung sesembahan masyarakat kafir quraisy. Akhirnya merekapun melepaskannya.

Ketika Amar bertemu dengan rosululloh untuk menanyakan apa yang telah ia perbuat, nabi shollallohu alaihi wasallam bertanya : bagaimana kondisi hatimu saat itu ? Amar menjawab : dalam keadaan tetap beriman. Beliau bersabda : bila mereka memaksamu lagi maka ulangilah apa yang telah engkau perbuat.

Oleh karena itu para ulama sepakat bahwa orang yang kafir karena di bawah tekanan, diperbolehkan bagi dirinya untuk memeilih jalan selamat dengan mengikuti keinginan mereka atau siap mati dengan menolak intimidasi orang kafir sebagaimana yang telah dilakukan oleh Bilal bin Robah yang tetap teguh meskipun batu besar ditimpakan pada badannya sementara mulutnya tetap mengucapkan “ ahad, ahad “
Dari peristiwa Amar bin Yasir inilah akhirnya Alloh menurunkan ayat :

مَنْ كَفَرَ بِاللهِ مِنء بَعْدِ إيْماَنِهِ إلاَّ مَنْ أكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالإِيْماَنِ
.......
Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah Dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir Padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), [annahl : 106]

Maroji’ : tafsir ibnu Katsir 2/715

Kenapa Orang Berbuat Maksiat ?


(2) Fitnah Syubhat Dan Syahwat

Seseorang mengkonsumsi minyak babi. Ketika diingatkan bahwa apa yang dilakukannya adalah perbuatan haram, ia menjawab “ bukankah yang dilarang oleh Alloh adalah lahmul khinzir (daging babi) ? sementara ini bukan daging melainkan lemaknya “

Seorang pemuda yang mencuri tebu di perkebunan, di saat ditegur atas perbuatannya, ia menjawab “ bukankah tebu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat ? bukankah saya juga merupakan bagian dari rakyat ? “

Keliru memahami nash dari quran dan sunnah itulah fitnah syubhat dan ia adalah sumber malapetaka yang menyebabkan seseorang terjerumus ke dalam maksiat. Aliran sesat semacam syiah, ahmadiyah, mu’tazilah dan lainnya mudah tersebar dan memperoleh pengikut yang tidak sedikit, itu semua karena pemahaman sesat ini dilancarkan dengan racun syubhat.

Tak jarang seorang bila sudah terjerat oleh fitnah syubhat maka akan melahirkan fitnah syahwat (keinginan untuk melakukan perbuatan dosa yang dia kira sebagai perbuatan yang diperbolehkan). Seperti orang yang tadinya menilai mencuri tebu adalah perbuatan haram, hingga ketika ada pemahaman muncul bahwa tebu itu dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat maka iapun menganggap halal mengambilnya. Kemudian muncullah syahwat (keinginan) untuk memakannya tanpa merasa salah.

Ibnu Qoyyim menerangkan bahwa syubhat harus ditangkal dengan ilmu (alyaqin), sementara syahwat harus di hadapi dengan sabar. Hal inilah yang difirmankan oleh Alloh Subhaanahu Wata’la :

وَجَعَلْناَ مِنْهُمْ أئِمَّةً يَهْدُوْنَ بِأَمْرِناَ لَمَّا صَيَرُوْا وَكاَنُوْ بِأيَتِناَ يُوْقِنُوْنَ

Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.[assajdah : 24]


Kenapa Orang Berbuat Maksiat ?

(1)Ketidaktahuan

Aisyah memasang korden yang bergambar di kamar yang menyebabkan rosululloh shollallohu alaihi wasallam murka, itu murni karena Aisyah belum tahu status hukum gambar.

Para sahabat yang tidak tertib wudlunya, sehingga sebagian tumit-tumit mereka masih kering, itu bukan mereka sengaja melainkan mereka tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan.

Abdulloh bin Jahsyi yang membunuh orang kafir di bulan harom, Usamah bin Zaid yang membunuh orang kafir yang sudah mengucapkan laa ilaaha illalloh dan para sahabat yang melakukannya terhadap seorang kafir yang mengucapkan salam di saat berpapasan dengan pasukan umat islam, semuanya dilakukan atas dasar ketidaktahuan.

Tidak tahu yang dimaksud adalah tidak tahu bahwa perbuatan tersebut adalah salah atau batil. Maka tidak ada solusi yang lebih baik selain senantiasa tholabul ilmi di majlis ta’lim sehingga akan bertambahlah ilmu baginya untuk membedakan antara haq dan batil dan selanjutnya senantiasa berdoa :

رَبَّناَ لاَ تُؤَاخِذْناَ إنْ نَسِيْناَ أوْ أخْطَأْناَ

Wahai rob kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami melakukan dosa karena lupa atau Kami tersalah. [albaqoroh : 286]


Sikap Alloh Terhadap Dosa


(8)Memaklumi Dan Mengampuni

Hanya ada dua makhluq yang terhindar dari perbuatan dosa, yaitu : para malaikat, karena memang mereka makhluq yang sama sekali tidak di beri hawa nafsu. Jangankan berbuat maksiat, melakukan sesuatu yang mubah semisal makan dan minum, pasti tidak akan mereka lakukan.

Yang kedua adalah para rosul karena Alloh telah menjamin bagi mereka kemaksuman yang tidak memungkinkan untuk berbuat maksiat.

Oleh karena itu, Alloh sangat memaklumi bila hamba-hambaNya selain para nabi melakukan perbuatan dosa karena Alloh berikan kepada mereka hawa nafsu, sementara godaan seta nada di depan mata tanpa pernah berhenti. Sebagai wujud kasih sayang Alloh kepada hamba-hambaNya maka Alloh memaklumi bila suatu saat mereka tergelincir ke dalam perbuatan maksiat. Di situlah Alloh menunggu dan membuka pintu ampunan. Bahkan rosululloh shollallohu alaihi wasallam menggambarkan betapa bahagianya Alloh kepada manusia yang gemar bertaubat.
Hadits-hadits di bawah ini menunjukkan keagungan Alloh atas kasih sayang dan ampunanNya kepada manusia

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ أَحَدِكُمْ مِنْ أَحَدِكُمْ بِضَالَّتِهِ إِذَا وَجَدَهَا

Dari Abu Hurairah dia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : 'Allah Ta'ala sangat gembira menerima taubat seseorang kamu, melebihi kegembiraan seseorang yang menemukan kembali barangnya yang hilang. [HR Bukhori Muslim]

عَنْ الْحَارِثِ بْنِ سُوَيْدٍ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى عَبْدِ اللَّهِ أَعُودُهُ وَهُوَ مَرِيضٌ فَحَدَّثَنَا بِحَدِيثَيْنِ حَدِيثًا عَنْ نَفْسِهِ وَحَدِيثًا عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ الْمُؤْمِنِ مِنْ رَجُلٍ فِي أَرْضٍ دَوِّيَّةٍ مَهْلِكَةٍ مَعَهُ رَاحِلَتُهُ عَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَنَامَ فَاسْتَيْقَظَ وَقَدْ ذَهَبَتْ فَطَلَبَهَا حَتَّى أَدْرَكَهُ الْعَطَشُ ثُمَّ قَالَ أَرْجِعُ إِلَى مَكَانِيَ الَّذِي كُنْتُ فِيهِ فَأَنَامُ حَتَّى أَمُوتَ فَوَضَعَ رَأْسَهُ عَلَى سَاعِدِهِ لِيَمُوتَ فَاسْتَيْقَظَ وَعِنْدَهُ رَاحِلَتُهُ وَعَلَيْهَا زَادُهُ وَطَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَاللَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ الْعَبْدِ الْمُؤْمِنِ مِنْ هَذَا بِرَاحِلَتِهِ وَزَادِهِ

Dari Al Harits bin Suwaid dia berkata; Saya pernah datang berkunjung ke rumah Abdullah untuk menjenguknya ketika ia sedang sakit. Lalu ia menuturkan kepada saya tentang dua hal: yang satu tentang dirinya dan yang satu lagi mengenai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Abdullah berkata; 'Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : 'Allah merasa bergembira karena taubatnya seorang hamba yang beriman melebihi kegembiraan seseorang berada di gurun sahara yang mencekam dengan ditemani hewan tunggangannya serta perbekalan makanan dan minuman, kemudian ia tertidur. Ketika ia terbangun dari tidurnya, ternyata hewan tunggangannya terlepas dengan membawa perbekalan makanan dan minumannya. Kemudian orang tersebut mencari hewan tunggangannya tersebut ke sana kemari hingga ia merasa haus. Setelah itu, ia pun berkata; 'Sebaiknya aku kembali saja ke tempat tidurku semula sampai aku mati.' Tak lama kemudian orang tersebut telah membaringkan tubuhnya dengan meletakkan kepalanya di atas lengannya dan bersiap-siap untuk mati. Ketika ia terbangun, ternyata hewan tunggangannya itu telah berada di sisinya dengan membawa bekal makanan dan minumannya. Sunguh kegembiraan Allah karena taubatnya seorang hamba-Nya yang beriman melebihi kegembiraan orang yang hewan tunggangannya terlepas lalu kembali dengan membawa perbekalan makanan dan minumannya ini [HR Bukhori Muslim]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ

Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Demi Dzat yang jiwaku di tangannya, seandainya kamu sekalian tidak berbuat dosa sama sekali, niscaya Allah akan memusnahkan kalian. Setelah itu, Allah akan mengganti kalian dengan umat yang pernah berdosa. Kemudian mereka akan memohon ampunan kepada Allah dan Allah pun pasti akan mengampuni mereka.' [HR Muslim]

عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا

Dari Abu Musa dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda : Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan senantiasa membuka lebar-lebar tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa pada siang hari dan Allah senantiasa akan membuka tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat orng yang berbuat dosa pada malam hari, dan yang demikian terus berlaku hingga matahari terbit dari barat. [HR Muslim]

عن أنس رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول - قال الله تعالى : يا بن ادم إنك ما دعوتني ورجوتني غفرت لك على ما كان ولا أبالي , يا بن ادم لو بلغت ذنوبك عنان السماء ثم استغفرتني غفرت لك , يا بن ادم إنك لو أتيتني بقراب الأرض خطايا ثم لقيتني لا تشرك بي شيئاً لأتيتك بقرابها مغفرة

Dari Anas radhiallahu 'anhu, ia berkata : Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Allah ta’ala telah berfirman : “Wahai anak Adam, selagi engkau meminta dan berharap kepada-Ku, maka Aku akan mengampuni dosamu dan Aku tidak pedulikan lagi. Wahai anak Adam, walaupun dosamu sampai setinggi langit, bila engkau mohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku memberi ampun kepadamu. Wahai anak Adam, jika engkau menemui Aku dengan membawa dosa sebanyak isi bumi, tetapi engkau tiada menyekutukan sesuatu dengan Aku, niscaya Aku datang kepadamu dengan (memberi) ampunan sepenuh bumi pula”. [HR. Tirmidzi]

Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin berkata : dosa meskipun besar, bila manusia beristighfar kepada Robnya niscaya Alloh akan memberikan pengampunan.

Maroji’ : syarh arbain annawawiyyah, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin hal 281

Sikap Alloh Terhadap Dosa

(7)Mengampuni Dosa Sebelum Dosa Dilakukan

Hal Ini berlaku bagi para sahabat yang terlibat perang badar. Begitu ridlonya Alloh terhadap pengorbanan mereka sehingga sebelum dosa mereka lakukan, Alloh sudah menyiapkan bagi mereka ampunan. Sebagaimana sabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

أَوَلَيْسَ مِنْ أَهْلِ بَدْرٍ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ اللَّهَ اطَّلَعَ عَلَيْهِمْ فَقَالَ اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ فَقَدْ أَوْجَبْتُ لَكُمْ الْجَنَّةَ فَاغْرَوْرَقَتْ عَيْنَاهُ فَقَالَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ

bukankah dia termasuk orang yang mengikuti perang Badar ? apakah kamu tahu, barangkali Allah telah melihat orang-orang yang mengikuti perang badar lantas mengatakan; 'lakukanlah sekehendak kalian, Aku telah mewajibkan surga bagi kalian, pada riwayat lain disebutkan “ sungguh Aku telah mengampuni kalian “ [HR Bukhori Muslim]

Kata-kata ini diucapkan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam kepada Umar bin Khothob yang meminta izin kepada beliau untuk memenggal leher Hathib bin Abi Baltaah yang melakukan tindakan ceroboh, berupa membocorkan rahasia beliau yang akan melakukan fathu Mekah (penaklukan kota Mekah)
Tindakan ini dalam dunia militer tidak bisa dianggap remeh, tak jarang komandan akan menetapkan eksekusi mati karena perbuatan itu dinilai sebagai pengkhianatan. Akan tetapi karena andil Hathib dalam perang badar begitu besar hingga Allohpun memberikan pengampunan.

Sikap Alloh Terhadap Dosa


(6)Mengampuni Setelah Datangnya Hari Kiamat

Seorang terpidana mati yang sudah diikat tangannya, digiring ke depan regu tembak, mata sudah ditutup dan iapun sudah mendengar aba-aba bagi tim regu tembak. Tiba-tiba ada pengumuman mendadak bahwa eksekusi dibatalkan dan si terpidana dinyatakan bebas tanpa syarat bahkan dijanjikan kepadanya kekayaan dunia. Sungguh tak terkira perasaan bahagianya orang itu.
Demikian juga dengan sebagian orang beriman yang banyak dosanya pada hari kiamat. Setelah ia berputus asa dengan tumpukan dosa yang ia bawa dan merasa sebentar lagi akan digiring ke neraka, tiba-tiba Alloh memberikan kepadanya pengampunan dan menggantinya dengan aljannah. Inilah yang dikisahkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam dalam hadits bithoqoh :

عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَاحُ بِرَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ فَيُنْشَرُ لَهُ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ سِجِلًّا كُلُّ سِجِلٍّ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَلْ تُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا فَيَقُولُ لَا يَا رَبِّ فَيَقُولُ أَظَلَمَتْكَ كَتَبَتِي الْحَافِظُونَ ثُمَّ يَقُولُ أَلَكَ عَنْ ذَلِكَ حَسَنَةٌ فَيُهَابُ الرَّجُلُ فَيَقُولُ لَا فَيَقُولُ بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَاتٍ وَإِنَّهُ لَا ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ فَتُخْرَجُ لَهُ بِطَاقَةٌ فِيهَا أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ قَالَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلَّاتِ فَيَقُولُ إِنَّكَ لَا تُظْلَمُ فَتُوضَعُ السِّجِلَّاتُ فِي كِفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِي كِفَّةٍ فَطَاشَتْ السِّجِلَّاتُ وَثَقُلَتْ الْبِطَاقَةُ

Dari Abdullah bin 'Amru berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Pada hari Kiamat akan di teriakan seorang laki-laki dari ummatku di atas kepala seluruh makhluk, maka di sebarkanlah untuknya sembilan puluh sembilan buku catatan, setiap buku catatan yang panjangnya sejauh mata memandang. Kemudian Allah 'azza wajalla berfirman : Apakah kamu mengingkari sesuatu dari catatan ini ? dia menjawab; Tidak wahai Rabbku. Allah bertanya lagi; Apakah Malaikat penulis-Ku mendzalimimu ? Kemudian Dia berfirman : Apakah kamu punya alasan ? Apakah kamu punya kebaikan ? Maka dengan rasa takut, laki-laki itu menjawab; Tidak. Allah berfirman : Ya, sesungguhnya kamu memiliki beberapa kebaikan di sisi Kami. Sesungguhnya pada hari ini tidak ada lagi kezhaliman bagi dirimu. Maka di keluarkanlah untuknya kartu yang bertuliskan; Laa ilaaha illallah wa anna Muhammadan 'Abduhu wa rasuuluhu (Tidak ada ilah yang berhak di sembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya). Beliau bersabda : Lelaki itu berkata; Wahai Rabbku, apa hubungannya kartu ini dengan buku catatan ini ? Allah menjawab : Sesungguhnya kamu tidak akan dizhalimi. Maka di letakkanlah catatan-catatan itu di atas satu bagian (di sisi) timbangan, dan kartu di bagian lain (sisi yang lain) dari timbangan, ternyata catatan-catatan itu lebih ringan dan kartu itu lebih berat. [HR Ibnu Majah]

Hadits di atas sesuai dengan firman Alloh dalam hadits qudsi :

" قال الله تعالى : يا ابن آدم، لو أتيتني بقراب الأرض خطايا، ثم لقيتني لا تشرك بي شيئا، لأتيتك بقرابها مغفرة
"
Allah Subhanahu wata’ala berfirman : Hai anak Adam, jika engkau datang kepadaKu dengan membawa dosa sejagat raya, dan engkau ketika mati dalam keadaan tidak menyekutukanKu dengan sesuatupun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan membawa ampunan sejagat raya pula. [HR Tirmidzi]

Sikap Alloh Terhadap Dosa


(5)Mengampuni Setelah Menimpakan Musibah

Sekecil apapun dosa, pasti Alloh membalasnya. Orang kafir akan menerima hukuman dari perbuatannya pada hari kiamat. Sebagai kasih sayang Alloh kepada hambaNya yang beriman maka Alloh tidak menimpakan adzab kepadanya di akhirat, melainkan diberikannya di dunia berupa musibah.
Barangkali kita pernah sakit, kehilangan harta, luka-luka akibat dari kecelakaan dan lainnya. Sungguh itu semua sudah cukup sebagai pengganti dari siksa yang kita terima pada hari kiamat.
Bagi yang mengetahui akan keadilan Alloh maka penyegeraan hukuman di dunia adalah lebih baik daripada menanggungnya pada hari kiamat. Hal inilah yang diterangkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda : Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan, kehawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya. [HR Bukhori Muslim]

Syaikh Mushthofa Albugho berkata : sakit dan apa saja yang menyusahkan seorang mukmin lalu ia menghadapinya dengan sabar maka ia menjadi penyebab sucinya seseorang dari dosa. Akan tetapi musibah yang diiringi dengan keluh kesah maka ia merupakan dua musibah, yaitu : musibah jasmani dan musibah hilangnya pahala bahkan boleh jadi justru Alloh timpakan dosa kepadanya.

Maroji’ : Nuzhatul Muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho 1/58

Sikap Alloh Terhadap Dosa


(4)Mengampuni Setelah Bertaubat

Bertaubat dari perbuatan dosa berarti ucapan istighfar yang didasari penyesalan dan janji untuk tidak mengulangi dan melanjutkannya dengan amal sholih.

Bertaubat juga bermakna keikhlasan untuk menerima hukuman dunia berupa hudud sebagaimana yang terjadi pada seorang wanita yang menghadapi hukum rajam akibat dari dosa zinanya :

عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ أَنَّ امْرَأَةً مِنْ جُهَيْنَةَ أَتَتْ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهِيَ حُبْلَى مِنْ الزِّنَى فَقَالَتْ يَا نَبِيَّ اللَّهِ أَصَبْتُ حَدًّا فَأَقِمْهُ عَلَيَّ فَدَعَا نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلِيَّهَا فَقَالَ أَحْسِنْ إِلَيْهَا فَإِذَا وَضَعَتْ فَأْتِنِي بِهَا فَفَعَلَ فَأَمَرَ بِهَا نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَشُكَّتْ عَلَيْهَا ثِيَابُهَا ثُمَّ أَمَرَ بِهَا فَرُجِمَتْ ثُمَّ صَلَّى عَلَيْهَا فَقَالَ لَهُ عُمَرُ تُصَلِّي عَلَيْهَا يَا نَبِيَّ اللَّهِ وَقَدْ زَنَتْ فَقَالَ لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ قُسِمَتْ بَيْنَ سَبْعِينَ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ لَوَسِعَتْهُمْ وَهَلْ وَجَدْتَ تَوْبَةً أَفْضَلَ مِنْ أَنْ جَادَتْ بِنَفْسِهَا لِلَّهِ تَعَالَى

Dari 'Imran bin Hushain, bahwa seorang wanita dari Juhainah datang menghadap kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, padahal dia sedang hamil akibat melakukan zina. Wanita itu berkata, Wahai Rasulullah, aku telah melanggar hukum, oleh karena itu tegakkanlah hukuman itu atasku. Lalu Nabi Allah memanggil wali perempuan itu dan bersabda kepadanya : Rawatlah wanita ini sebaik-baiknya, apabila dia telah melahirkan, bawalah dia ke hadapanku. Lalu walinya melakukan pesan tersebut. setelah itu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk merajam wanita tersebut, maka pakaian wanita tersebut dirapikan (agar auratnya tidak terbuka saat dirajam). Kemudian beliau perintahkan agar ia dirajam. Setelah dirajam, beliau menshalatkan jenazahnya, namun hal itu menjadkan Umar bertanya kepada beliau, Wahai Nabi Allah, perlukah dia dishalatkan ? Bukankah dia telah berzina ? beliau menjawab : Sungguh, dia telah bertaubat kalau sekiranya taubatnya dibagi-bagikan kepada tujuh puluh orang penduduk Madinah, pasti taubatnya akan mencukupi mereka semua. Adakah taubat yang lebih utama daripada menyerahkan nyawa kepada Allah Ta'ala secara ikhlas [HR Muslim]

Syaikh Mushthofa Albugho berkata : hukuman dunia akan menghapus dosa apabila diiringi dengan penyesalan dan taubat

Maroji’ : nuzhatul muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho 1`/45

Sikap Alloh Terhadap Dosa


(3)Mengampuni Dosa Setelah amal Sholih

Setiap amal sholih yang kita lakukan, tidak hanya berguna sebagai sarana penambah pahala, akan tetapi ia juga merupakan pesaing dari dosa-dosa yang kita lakukan sehingga tertutupilah dosa kita. Ibarat dosa adalah kotoran maka amal sholih adalah pencucinya sebagaimana riwayat-riwayat di bawah ini :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا تَوَضَّأَ الْعَبْدُ الْمُسْلِمُ أَوْ الْمُؤْمِنُ فَغَسَلَ وَجْهَهُ خَرَجَ مِنْ وَجْهِهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ نَظَرَ إِلَيْهَا بِعَيْنَيْهِ مَعَ الْمَاءِ أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ فَإِذَا غَسَلَ يَدَيْهِ خَرَجَ مِنْ يَدَيْهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ كَانَ بَطَشَتْهَا يَدَاهُ مَعَ الْمَاءِ أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ فَإِذَا غَسَلَ رِجْلَيْهِ خَرَجَتْ كُلُّ خَطِيئَةٍ مَشَتْهَا رِجْلَاهُ مَعَ الْمَاءِ أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ حَتَّى يَخْرُجَ نَقِيًّا مِنْ الذُّنُوبِ

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Apabila seorang muslim atau mukmin berwudlu, lalu membasuh wajahnya, maka keluar dari wajahnya segala kesalahan yang dia lihat dengan kedua matanya bersama turunnya air wudlu, atau bersama akhir dari tetesan air. Apabila dia membasuh kedua tangannya, maka keluar dari kedua tangannya semua kesalahan yang dilakukan oleh kedua tangannya bersama dengan turunnya air, atau akhir dari tetesan air hingga dia keluar dalam keadaan bersih dari dosa. [HR Muslim]

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَجُلًا أَصَابَ مِنْ امْرَأَةٍ قُبْلَةً فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ قَالَ فَنَزَلَتْ أَقِمْ الصَّلَاةَ طَرَفَيْ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنْ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ قَالَ فَقَالَ الرَّجُلُ أَلِيَ هَذِهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لِمَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ أُمَّتِي

Dari 'Abdullah bin Mas'ud bahwasanya seorang lelaki pernah mencium seorang wanita, lalu dia menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan mengabarkannya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Maka turunlah ayat : Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (QS Hud; 114). Abdullah berkata; laki-laki itu bertanya; Wahai Rasulullah, apakah ayat ini untukku ? Beliau menjawab : Ayat tersebut adalah untuk orang-orang yang melakukannya dari ummatku [HR Bukhori Muslim]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الصَّلَاةُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا لَمْ تُغْشَ الْكَبَائِرُ

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Shalat lima waktu dan shalat Jum'at ke Jum'at berikutnya adalah penghapus untuk dosa antara keduanya selama tidak melakukan dosa besar. [HR Muslim]

Sikap Alloh Terhadap Dosa


(2)Menghukum Sesuai Kadar Dosa

Hal ini berlaku bagi orang beriman :

مَنْ جاَءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أمْثَالِهاَ وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلاَ يُجْزَى إلاَّ مِثْلَهَا وَهُمْ لاَ يُظْلَمُوْنَ

Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan Barangsiapa yang membawa perbuatan jahat Maka Dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). [al an’am : 160]

مَنْ جاَءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ خَيْرٌ مِنْهاَ وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلاَ يُجْزَى الَّذِيْنَ عَمِلُوْا السَّيِّئَاتِ إلاَّ ماَ كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, Maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, Maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan. [al qoshosh : 84]

مَنْ عَمِلَ سَيِّئَةً فَلاَ يُجْزَى إلاَّ مِثْلَهاَ وَمَنْ عَمِلَ صاَلِحاً مِنْ ذَكَرٍ أوْ أنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَألئِكَ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُوْنَ فِيْهاَ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka Dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu. dan Barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam Keadaan beriman, Maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab [almu’min : 40]

Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata : lipat ganda pahala dari amal baik dan tidak dilipatgandakannya pada perbuatan dosa sebagai wujud dari keadilan dan rahmat Alloh.

Maroji’ : Aisaaruttafaasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi hal 437




Sikap Alloh Terhadap Dosa

(1)Tidak Mengampuni

Hal ini berlaku bagi orang-orang kafir, termasuk di dalamnya orang munafiq :

اسْتَغْفِرْ لَهُمْ أوْ لاَ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ إنْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً فَلَنْ يَغْفِرَ الله لَهُمْ ذَالِكَ بِأَنَّهُمْ كَفَرُوْا بِالله وَرَسُوْلِهِ وَالله لاَ يَهْدِى الْقَوْمَ الْفاَسِقِيْنَ

Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, Namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampunan kepada mereka. yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. dan Allah tidak memberi hidayah kepada kaum yang fasik [attaubah : 80]

Ibnu Katsir berkata : orang-orang munafiq tidak berhak mendapat ampunan. Seandainya mereka dibantu dengan dimohonkan ampunan sebanyak 70 kali niscaya sekali-kali Alloh tidak akan mengampuni mereka. Sebagian manusia ada yang berkata bahwa jumlah 70 disebut untuk meniadakan hak ampunan bagi mereka karena orang Arab dalam uslub (gaya bahasa mereka) sering menyebut angka 70 untuk melebih-lebihkan ucapan mereka dan tidak ditujukan untuk pembatasan, juga bukan dimaksudkan bila dimohonkan ampunan lebih dari 70 maka akan diterima permohonan itu.

Ketika Alloh sudah memastikan bahwa dosa mereka tidak akan diampuni, selanjutnya hukuman berlaku bagi mereka dengan berlipat ganda :

وَمَنْ يَفْعَلْ ذَالِكَ يَلْقَ أثاَماً يًضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيْهِ مُهاَناً

Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya Dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), [alfurqon : 68-69]

Maroji’ : tafsir ibnu katsir 2/458






(7) Tipe-Tipe Pelaku Maksiat

Segera Bertaubat

Inilah akhlaq para nabi dan orang sholih. Mereka cepat sadar atas kesalahan, bertaubat dan segera memperbaiki diri untuk menebus dosa-dosanya. Mereka iringi perbuatan buruk dengan amal sholih. Allohpun mengkisahkan mereka dengan firmannya :

وَالَّذِيْنَ إذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً أوْ ظَلَمُوْا أنْفُسَهُمْ ذَكَرُوْا الله فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إلاّ الله وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلَى ماَ فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah ? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui [ali imron : 135]
Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata : wajib menyegerakan taubat dan tidak menundanya.

Riwayat-riwayat di bawah ini mengisahkan tentang cepatnya respon para nabi dan orang-orang sholih di saat melakukan kesalahan :

1. Nabi Adam alaihissalam

وَعَصَى ءَادَمُ رَبَّهُ فَغَوَى ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتاَبَ عَلَيْهِ وَهَدَى
121. Dan durhakalah Adam kepada Robnya dan sesatlah ia.
122. Kemudian Alloh memilihnya Maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk [thooha : 121-122]
رَبَّناَ ظَلَمْناَ أنْفُسَناَ وَإنْ لَمْ تَغْفِرْلَناَ لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ
Ya Tuhan Kami, Kami telah Menganiaya diri Kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah Kami Termasuk orang-orang yang merugi.[al a’rof : 23]

2. Nabi Yunus alaihissalam

وَذَا النُّوْنِ إذْ ذَهَبَ مُغَاضِباً فَظَنَّ أنْ لَّنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَناَدَى فِى الظُّلُماَتِ أنْ لاإله إلاّ أنْتَ سُبْحاَنَكَ إنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ فَاسْتَجَبْناَ لَهُ وَنَجَّيْناَهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَالِكَ نُنْجِى الْمُؤْمِنِيْنَ

87. Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam Keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), Maka ia menyeru dalam Keadaan yang sangat gelap : "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau, Sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim."
88. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. dan Demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman [al anbiya : 87-88]

3. Maiz bin Malik dan wanita dari Juhainah

عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ جَاءَ مَاعِزُ بْنُ مَالِكٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ طَهِّرْنِي فَقَالَ وَيْحَكَ ارْجِعْ فَاسْتَغْفِرْ اللَّهَ وَتُبْ إِلَيْهِ قَالَ فَرَجَعَ غَيْرَ بَعِيدٍ ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ طَهِّرْنِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيْحَكَ ارْجِعْ فَاسْتَغْفِرْ اللَّهَ وَتُبْ إِلَيْهِ قَالَ فَرَجَعَ غَيْرَ بَعِيدٍ ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ طَهِّرْنِي فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَ ذَلِكَ حَتَّى إِذَا كَانَتْ الرَّابِعَةُ قَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ فِيمَ أُطَهِّرُكَ فَقَالَ مِنْ الزِّنَى فَسَأَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبِهِ جُنُونٌ فَأُخْبِرَ أَنَّهُ لَيْسَ بِمَجْنُونٍ فَقَالَ أَشَرِبَ خَمْرًا فَقَامَ رَجُلٌ فَاسْتَنْكَهَهُ فَلَمْ يَجِدْ مِنْهُ رِيحَ خَمْرٍ قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَزَنَيْتَ فَقَالَ نَعَمْ فَأَمَرَ بِهِ فَرُجِمَ فَكَانَ النَّاسُ فِيهِ فِرْقَتَيْنِ قَائِلٌ يَقُولُ لَقَدْ هَلَكَ لَقَدْ أَحَاطَتْ بِهِ خَطِيئَتُهُ وَقَائِلٌ يَقُولُ مَا تَوْبَةٌ أَفْضَلَ مِنْ تَوْبَةِ مَاعِزٍ أَنَّهُ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَضَعَ يَدَهُ فِي يَدِهِ ثُمَّ قَالَ اقْتُلْنِي بِالْحِجَارَةِ قَالَ فَلَبِثُوا بِذَلِكَ يَوْمَيْنِ أَوْ ثَلَاثَةً ثُمَّ جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُمْ جُلُوسٌ فَسَلَّمَ ثُمَّ جَلَسَ فَقَالَ اسْتَغْفِرُوا لِمَاعِزِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ فَقَالُوا غَفَرَ اللَّهُ لِمَاعِزِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ تَابَ تَوْبَةً لَوْ قُسِمَتْ بَيْنَ أُمَّةٍ لَوَسِعَتْهُمْ قَالَ ثُمَّ جَاءَتْهُ امْرَأَةٌ مِنْ غَامِدٍ مِنْ الْأَزْدِ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ طَهِّرْنِي فَقَالَ وَيْحَكِ ارْجِعِي فَاسْتَغْفِرِي اللَّهَ وَتُوبِي إِلَيْهِ فَقَالَتْ أَرَاكَ تُرِيدُ أَنْ تُرَدِّدَنِي كَمَا رَدَّدْتَ مَاعِزَ بْنَ مَالِكٍ قَالَ وَمَا ذَاكِ قَالَتْ إِنَّهَا حُبْلَى مِنْ الزِّنَى فَقَالَ آنْتِ قَالَتْ نَعَمْ فَقَالَ لَهَا حَتَّى تَضَعِي مَا فِي بَطْنِكِ قَالَ فَكَفَلَهَا رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ حَتَّى وَضَعَتْ قَالَ فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ قَدْ وَضَعَتْ الْغَامِدِيَّةُ فَقَالَ إِذًا لَا نَرْجُمُهَا وَنَدَعُ وَلَدَهَا صَغِيرًا لَيْسَ لَهُ مَنْ يُرْضِعُهُ فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَقَالَ إِلَيَّ رَضَاعُهُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ قَالَ فَرَجَمَهَا

Dari Sulaiman bin Buraidah dari ayahnya dia berkata, Ma'iz bin Malik datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata, "Wahai Rasulullah, sucikanlah diriku. Rasulullah menjawab : Celaka kamu ! Pulang dan mintalah ampun kepada Allah, dan bertaubatlah kepada-Nya. Kemudian Ma'iz pergi, tidak lama kemudian dia kembali lagi sambil berkata : Wahai Rasulullah, sucikanlah daku. Beliau menjawab : Celaka kamu ! Pulang dan mintalah ampun kepada Allah, dan bertaubatlah kepada-Nya. Lalu Ma'iz pergi, tetapi belum begitu jauh dia pergi, dia kembali lagi dan berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Wahai Rasulullah, sucikanlah daku. Beliau menjawab sebagaimana jawabannya yang pertama, dan hal itu berulang-ulang sampai empat kali. Pada kali yang ke empat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya : Dari hal apakah kamu harus aku sucikan ? Ma'iz menjawab, Dari dosa zina. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada para sahabat yang ada di sekitar beliau : Apakah Ma'iz ini mengidap penyakit gila ? lalu beliau diberitahu bahwa dia tidaklah gila. Beliau bertanya lagi : Apakah dia habis minum Khamr ? lantas seorang laki-laki langsung berdiri untuk mencium bau mulutnya, namun dia tidak mendapapti bau khamr darinya. Buraidah melanjutkan, Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya : Betulkah kamu telah berzina ? Dia menjawab, Ya, benar. Lantas beliau memerintahkan untuk ditegakkan hukuman rajam atas dirinya, lalu dia pun dirajam. Dalam permasalahan ini, orang-orang berbeda menjadi dua pendapat, yaitu; Ma'iz meninggal dan dosanya terhapuskan karena hukuman itu dijalaninya dengan ikhlas. Dan yang lain mengatakan bahwa Ma'iz bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat, tiada taubat yang melebihi taubatnya Ma'iz. Dia datang menghadap Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu tangannya diletakkan di atas tangan beliau kemudian dia berkata, Wahai Rasulullah, rajamlah aku dengan batu. Dan mereka senantiasa dalam perbedaan pendapat seperti itu selama dua atau tiga hari. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang, setelah memberi salam beliau duduk bersama-sama dengan mereka, lalu beliau bersabda : Mintakanlah ampun bagi Ma'iz bin Malik. Lalu mereka memohonkan ampun untuknya, Semoga Allah mengampuni Ma'iz bin Malik. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sungguh Ma'iz telah betaubat dengan sempurna, dan seandainya taubat Ma'iz dapat dibagi di antara satu kaum, pasti taubatnya akan mencukupi mereka semua. [HR Muslim]

4. Seorang yang memakai cincin emas di tangannya

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى خَاتَمًا مِنْ ذَهَبٍ فِي يَدِ رَجُلٍ فَنَزَعَهُ فَطَرَحَهُ وَقَالَ يَعْمِدُ أَحَدُكُمْ إِلَى جَمْرَةٍ مِنْ نَارٍ فَيَجْعَلُهَا فِي يَدِهِ فَقِيلَ لِلرَّجُلِ بَعْدَ مَا ذَهَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُذْ خَاتِمَكَ انْتَفِعْ بِهِ قَالَ لَا وَاللَّهِ لَا آخُذُهُ أَبَدًا وَقَدْ طَرَحَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Dari 'Abdullah bin 'Abbas; Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah melihat sebuah cincin emas di tangan seorang laki-laki. Lalu beliau mencopot cincin tersebut dan langsung melemparnya seraya bersabda : "Salah seorang di antara kalian menginginkan bara api neraka dan meletakkannya di tangannya ? . " Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pergi, seseorang berkata kepada laki-laki itu; 'Ambilah cincin itu untuk kamu ambil manfaat darinya.' Lelaki tersebut menjawab; 'Tidak, Demi Allah aku tidak akan mengambil cincin itu selamanya, karena cincin itu telah di buang oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. [HR Muslim]

5. Seorang yang mencumbui wanita yang bukan mahromnya

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَجُلًا أَصَابَ مِنْ امْرَأَةٍ قُبْلَةً فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ قَالَ فَنَزَلَتْ أَقِمْ الصَّلَاةَ طَرَفَيْ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنْ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ قَالَ فَقَالَ الرَّجُلُ أَلِيَ هَذِهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لِمَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ أُمَّتِي
عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ أَنَّهُ أَصَابَ مِنْ امْرَأَةٍ إِمَّا قُبْلَةً أَوْ مَسًّا بِيَدٍ أَوْ شَيْئًا كَأَنَّهُ يَسْأَلُ عَنْ كَفَّارَتِهَا قَالَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ

Dari 'Abdullah bin Mas'ud bahwasanya seorang lelaki pernah mencium seorang wanita, lalu dia menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan mengabarkannya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Maka turunlah ayat : "Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. " (QS Hud; 114). Abdullah berkata; laki-laki itu bertanya; "Wahai Rasulullah, apakah ayat ini untukku ? " Beliau menjawab : "Ayat tersebut adalah untuk orang-orang yang melakukannya dari ummatku. "

Pada riwayat lain : bahwasanya seorang laki-laki menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan menceritakan bahwa dirinya telah menyentuh seorang wanita, baik itu berupa ciuman atau setuhan tangan, seperitinya dia bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang kafarahnya (penghapus). Ibnu Mas'ud berkata; maka turunlah ayat [HR Muslim]

Maroji’ : aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi hal 207

(6) Tipe-Tipe Pelaku Maksiat

Bertaubat Dan Kembali Berbuat Maksiat

Alloh memaklumi bahwa iman hambaNya yaziidu wayanqushu (bertambah dan berkurang). Adakalanya seorang mukmin begitu dengan Alloh, akan tetapi suatu saat mampu digelincirkan setan. Dari sinilah Alloh senantiasa member kesempatan kepada hambaNya untuk bertaubat dan Alloh tidak jemu untuk menerima taubat, sebagaimana yang disabdakan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ أبِى هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ عَبْدًا أَصَابَ ذَنْبًا وَرُبَّمَا قَالَ أَذْنَبَ ذَنْبًا فَقَالَ رَبِّ أَذْنَبْتُ وَرُبَّمَا قَالَ أَصَبْتُ فَاغْفِرْ لِي فَقَالَ رَبُّهُ أَعَلِمَ عَبْدِي أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ غَفَرْتُ لِعَبْدِي ثُمَّ مَكَثَ مَا شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ أَصَابَ ذَنْبًا أَوْ أَذْنَبَ ذَنْبًا فَقَالَ رَبِّ أَذْنَبْتُ أَوْ أَصَبْتُ آخَرَ فَاغْفِرْهُ فَقَالَ أَعَلِمَ عَبْدِي أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ غَفَرْتُ لِعَبْدِي ثُمَّ مَكَثَ مَا شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ أَذْنَبَ ذَنْبًا وَرُبَّمَا قَالَ أَصَابَ ذَنْبًا قَالَ قَالَ رَبِّ أَصَبْتُ أَوْ قَالَ أَذْنَبْتُ آخَرَ فَاغْفِرْهُ لِي فَقَالَ أَعَلِمَ عَبْدِي أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ غَفَرْتُ لِعَبْدِي ثَلَاثًا فَلْيَعْمَلْ مَا شَاءَ

Dari Abu Hurairah berkata : Aku pernah mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Ada seorang hamba yang melakukan dosa -atau dengan redaksi lain; menjalankan dosa-, lantas hamba itu berkata 'Ya Tuhanku, aku telah melakukan dosa --atau dengan redaksi 'telah kuperbuat'--, maka ampunilah aku'. Maka Tuhannya berkata : 'Hamba-Ku tahu bahwa ia mempunyai tuhan yang bisa mengampuni dosa dan menghukumnya, maka Aku mengampuni dosa hamba-Ku.' Kemudian orang tersebut tinggal berdiam diri (tidak melakukan dosa) Allah berapa lama Ia berdiam diri, kemudian Ia kembali melakukan dosa lagi -atau mengerjakan dosa--, lalu ia pun berkata, 'Wahai rabbku, aku telah berdosa -atau melakukan dosa-, maka ampunilah perbuatanku.' Maka Allah berfirman: 'Hamba-Ku tahu bahwa dia mempunyai tuhan yang bisa mengampuni dosa dan menghukumnya, maka telah Aku ampuni hamba-Ku.' Kemudian orang itu berdiam diri sekehendak Allah berdiam diri, kemudian ia melakukan dosa lagi -atau dengan redaksi menjalankan dosa-, sehingga hamba itu berkata, 'Rabbi, telah kulakukan dosa -atau aku berdosa-, maka berilah aku ampunan terhadapnya.' Maka Allah berfirman: 'Hamba-Ku tahu bahwa ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menghukumnya, maka Aku telah mengampuni hamba-Ku (Allah mengulanginya sebanyak tiga kali), maka hendaklah ia beramal sekehendaknya. [HR Bukhori Muslim]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ

Dari Abu Hurairah dia berkata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Demi Dzat yang jiwaku di tangannya, seandainya kamu sekalian tidak berbuat dosa sama sekali, niscaya Allah akan memusnahkan kalian. Setelah itu, Allah akan mengganti kalian dengan umat yang pernah berdosa. Kemudian mereka akan memohon ampunan kepada Allah dan Allah pun pasti akan mengampuni mereka.' [HR Muslim]

Akan tetapi di sana ada sebagian orang yang memang mempunyai penyakit gemar bermaksiat dan menjadikan pertaubatan sebagai permainan sebagaimana yang ada pada kaum yahudi. Setelah diselamatkan dari kejaran Firaun mereka melakukan perbuatan syirik berupa menyembah lembu. Tidak berselang lama mereka berulah dengan memaksa Musa untuk memperlihatkan kepada mereka wujud Alloh yang sebenarnya. Ketika memasuki gerbang Palestina mereka tidak mau bersujud dan mengucapkan hith thotun (permohonan istighfar) melainkan mereka rubah perintah itu dengan olok-olok. Di saat mereka sudah hidup nyaman di Palestina mereka menuntut berbagai macam makanan. Hati mereka semakin keras setelah nabi Musa memperlihatkan mukjizatnya dengan menghidupkan orang mati lewat sapi betina. Kisah ini membentang di surat albaqoroh dari ayat 51 hingga 74.

Kitapun dapat melihat artis-artis yang sering melakukan ibadah umroh. Sekembalinya dari tanah suci mereka kembali menggeluti profesinya kembali.
Sebagian wts yang berhenti praktek di bulan romadlon. Mudik ke kampong halaman. Ibadah shoum mereka tunaikan. Seiring dengan datangnya bulan syawal, mereka kembali ke kota untuk menekuni perbuatan maksiatnya.

Seorang wanita yang berpakaian seadanya, ketika waktu sholat tiba, ia segera menutupi aurotnya. Baginya tidak syah sholat tanpa menutup aurot. Begitu sholat selesai ditunaikan, kembali aurot ia perlihatkan. Tanpa merasa bersalah dan tidak ada rasa takut, bisa saja islamnya tidak dianggap syah oleh Alloh sebagaimana tidak syah sholat seseorang yang membuka aurotnya. Demikianlah kebiasan itu terjadi tiap harinya hingga akhir hayatnya.

Sungguh berbeda antara orang yang dengan kesungguhannya ingin berubah dan bertaubat yang akhirnya tergelincir ke dalam maksiat dengan orang yang menjadikan taubat sebagai olok-olok. Oleh karena itu Syaikh Mushthofa Albugho berkata :

الْجَهْر بِالْمَعْصِيَّةِ يَدُلُّ عَلَى اسْتِخْفَاف بِحَقّ الله وَرَسُوْلِهِ وَصَالِحِى الْمُؤْمِنِيْنَ

Terang-terangan dalam berbuat maksiat menunjukkan sikap peremehan terhadap hak Alloh, rosulnya dan orang-orang beriman yang sholih

Maroji’ : nuzhatul muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho dkk 1/209

(5) Tipe-Tipe Pelaku Maksiat

Salah Bertaubat

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَسَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ فَأَتَاهُ فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ فَقَالَ لَا فَقَتَلَهُ فَكَمَّلَ بِهِ مِائَةً ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ مِائَةَ نَفْسٍ فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ فَقَالَ نَعَمْ وَمَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ التَّوْبَةِ انْطَلِقْ إِلَى أَرْضِ كَذَا وَكَذَا فَإِنَّ بِهَا أُنَاسًا يَعْبُدُونَ اللَّهَ فَاعْبُدْ اللَّهَ مَعَهُمْ وَلَا تَرْجِعْ إِلَى أَرْضِكَ فَإِنَّهَا أَرْضُ سَوْءٍ فَانْطَلَقَ حَتَّى إِذَا نَصَفَ الطَّرِيقَ أَتَاهُ الْمَوْتُ فَاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ وَمَلَائِكَةُ الْعَذَابِ فَقَالَتْ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ جَاءَ تَائِبًا مُقْبِلًا بِقَلْبِهِ إِلَى اللَّهِ وَقَالَتْ مَلَائِكَةُ الْعَذَابِ إِنَّهُ لَمْ يَعْمَلْ خَيْرًا قَطُّ فَأَتَاهُمْ مَلَكٌ فِي صُورَةِ آدَمِيٍّ فَجَعَلُوهُ بَيْنَهُمْ فَقَالَ قِيسُوا مَا بَيْنَ الْأَرْضَيْنِ فَإِلَى أَيَّتِهِمَا كَانَ أَدْنَى فَهُوَ لَهُ فَقَاسُوهُ فَوَجَدُوهُ أَدْنَى إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي أَرَادَ فَقَبَضَتْهُ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ

Dari Abu Sa'id Al Khudri bahwasanya Nabiyullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda : Pada jaman dahulu ada seorang laki-laki yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Kemudian orang tersebut mencari orang alim yang banyak ilmunya. Lalu ditunjukan kepada seorang rahib dan ia pun langsung mendatanginya. Kepada rahib tersebut ia berterus terang bahwasanya ia telah membunuh sembilan puluh sembilan orang dan apakah taubatnya itu akan diterima ? Ternyata rahib itu malahan menjawab; 'Tidak. Taubatmu tidak akan diterima.' Akhirnya laki-laki itu langsung membunuh sang rahib hingga genaplah kini seratus orang yang telah dibunuhnya. Kemudian laki-laki itu mencari orang lain lagi yang paling banyak ilmunya. Lalu ditunjukan kepadanya seorang alim yang mempunyai ilmu yang banyak. Kepada orang alim tersebut, laki-laki itu berkata; 'Saya telah membunuh seratus orang dan apakah taubat saya akan diterima ? ' Orang alim itu menjawab; 'Ya. Tidak ada penghalang antara taubatmu dan dirimu. Pergilah ke daerah ini dan itu, karena di sana banyak orang yang beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Setelah itu, beribadahlah kamu kepada Allah bersama mereka dan janganlah kamu kembali ke daerahmu, karena daerahmu itu termasuk lingkungan yang buruk.' Maka berangkatlah laki-laki itu ke daerah yang telah ditunjukan tersebut. Di tengah perjalanan menuju ke sana laki-laki itu meninggal dunia. Lalu malaikat Rahmat dan Azab saling berbantahan. Malaikat Rahmat berkata; 'Orang laki-laki ini telah berniat pergi ke suatu wilayah untuk bertaubat dan beribadah kepada Allah dengan sepenuh hati.' Malaikat Azab membantah; 'Tetapi, bukankah ia belum berbuat baik sama sekali.' Akhirnya datanglah seorang malaikat yang berwujud manusia menemui kedua malaikat yang sedang berbantahan itu. Maka keduanya meminta keputusan kepada malaikat yang berwujud manusia dengan cara yang terbaik. Orang tersebut berkata; 'Ukurlah jarak yang terdekat dengan orang yang meninggal dunia ini dari tempat berangkatnya hingga ke tempat tujuannya. Mana yang terdekat, maka itulah keputusannya.' Ternyata dari hasil pengukuran mereka itu terbukti bahwa orang laki-laki tersebut meninggal dunia lebih dekat ke tempat tujuannya. Dengan demikian orang tersebut berada dalam genggaman malaikat Rahmat.' [HR Bukhori Muslim]

Lelaki yang dikisahkan di atas pada setelah membunuh 99 orang, dengan sungguh-sungguh ingin bertaubat. Ternyata dia salah berkonsultasi. Dia temui rohib bukan ulama. Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin berkata : rohib adalah ahli ibadah akan tetapi tidak ada pada dirinya ilmu.

Menanyakan sesuatu bukan kepada ahlinya jelas satu kekeliruan, buktinya sang pembunuh mendapat jawaban ngawur sehingga mengakibatkan laki-laki itu melakukan pembunuhan yang menggenapkan korbannya menjadi 100 orang. Ketika bertemu orang kedua yang tidak lain adalah seorang alim, ia mendapat jawaban yang benar.

Demikianlah banyak artis, mantan narapidana, mantan pejabat yang akhirnya sadar ingin memperbaiki diri bertemu dengan pengajian-pengajian sesat menyesatkan. Pengajian-pengajian yang tidak membawa ilmu yang justru menambah dosanya di hadapan Alloh. Kenapa ? Karena mereka keluar dari kubangan maksiat masuk ke dalam bid’ah. Bukankah bid’ah lebih besar dari maksiat ?

Sufyan Ats Tsauri berkata : bid’ah lebih disukai setan daripada ma’siyat, karena pelaku bid’ah tidak merasa ingin bertaubat sedangkan pelaku ma’siyat ada keinginan bertaubat.

Maroji’ : syarh riyadlush sholihin, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 1/59

(4) Tipe-Tipe Pelaku Maksiat

Menunda-nunda Taubat

Sering kita jumpai para pelaku maksiat di saat diingatkan agar segera bertaubat dengan ringan menjawab : nanti bila sudah tua saya akan memperbaiki diri, atau nanti saja di Mekah ketika naik haji saya, akan gugurkan dosa-dosa saya. Bisa saja sesudah perkataan itu terucap, ajal menjemputnya.

Sebenarnya Alloh senantiasa mengajak dan menunggu hambaNya untuk segera bertaubat, inilah yang disabdakan nabi shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا

Dari Abu Musa dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda : sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan senantiasa membuka lebar-lebar tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa pada siang hari dan Allah senantiasa akan membuka tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa pada malam hari, dan yang demikian terus berlaku hingga matahari terbit dari barat [HR Muslim]

(3) Tipe-Tipe Pelaku Maksiat

Menambah Dosa Dengan Dosa Lain

Iblis ketika melakukan kekufuran dengan menolak bersujud kepada Adam, menambah dosa dengan maksiat lain. Berniat mengkufurkan semua keturunan Adam dan itu disampaikan dengan terus terang kepada Alloh hingga berani mematok target : menjadikan mayoritas manusia sesat seperti dirinya.

Orang-orang kafir Quraisy memberikan penolakan atas ajakan dakwah rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Setelah itu serangkaian makar mereka lakukan terhadap pribadi nabi shollallohu alaihi wasallam bersama pengikutnya. Penghinaan, penyiksaan, pembunuhan dan pengusiran dialami oleh umat islam.

Seorang koruptor yang merampok uang negara, di saat dituntut atas perbuatannya, bukannya bertaubat, justru menambah pundi-pundi dosanya. Dari menyangkal tuduhan sehingga membawa pengacara ternama, menuntut balik terhadap penuduh dengan sebutan pencemaran nama baik hingga melarikan diri tak tentu arahnya.

Di masyarakat kita akan mendapatkan judi bersanding dengan minuman keras. Karaoke dengan perzinahan. Tontonan bola dengan mengabaikan sholat. Korupsi pejabat akan diiringi dengan kolusi dan nepotisme. Demikianlah dosa bersaudara dengan dosa lain. Tak terkecuali dengan amalan bid’ah. Peristiwa maulud nabi yang dirayakan dibumbui dengan hadits-hadits palsu tentang fadhilah mengagungkan peringatannya. Dikaranglah bacaan khusus untuk acara itu. Cerita fiktif tentang kehadiran roh nabi shollallohu alaihi wasallam di perhelatan itu. Hingga muncul kebencian dari mereka kepada sebagian umat islam yang tidak mau mengikuti seleranya dengan label GAM (Gerakan Anti Maulid), wahabi, tidak mencintai nabi dan lainnya. Maka tidak aneh bila sebagian salaf berkata :

إنّ من عقوبة السّيّئة السّيئة بعدها وإنّ من ثواب الحسنة الحسنة بعدها فالعبد إذا عمل حسنة قالت أخرى إلى جنبها اعملنى أيضا فإذا عملها قالت الثالثة كذالك وهلمّ جرّا

Sesungguhnya akibat dari dosa adalah perbuatan dosa berkelanjutan yang akan dilakukan sesudahnya dan akibat dari amal baik adalah amal baik yang berkelanjutan sesudahnya. Oleh karena itu seorang hamba bila melakukan amal baik maka amal itu akan berkata “ ayo lakukan lagi ! “ demikian selanjutnya

(2) Tipe-Tipe Pelaku Maksiat

Mengajak orang lain

1. Iblis la’natullohi alaihi
Inilah yang diperagakan pertama kali oleh iblis. Dengan lantang di hadapan Alloh, ia berkata :

قاَلَ فَبِماَ أغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمِ ثُمَّ لأتِيَنَّهُمْ مِّنْ بَيْنِ أيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أيْماَنِهِمْ وَعَنْ شَماَئِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أكْثَرُهُمْ شَاكِرِيْنَ

16. Iblis menjawab : Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
17. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). [al a’rof : 16-17]

Iblis melakukan dua kesalahan fatal pada ayat ini : berani menyampaikan program jahatnya di hadapan Alloh dan menyampaikan target dari aksinya, dimana ia menyebut bahwa mayoritas manusia akan mampu ia sesatkan. Iblis tidak menyadari bahwa apa yang ia lakukan akan memperbanyak perolehan dosa, karena setiap orang yang berhasil ia sesatkan maka iapun harus menanggung akibat dosanya sebagaimana yang disabdakan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam :

مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ

Barang siapa dapat memberikan suri tauladan yang baik dalam Islam, lalu suri tauladan tersebut dapat diikuti oleh orang-orang sesudahnya, maka akan dicatat untuknya pahala sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun pahala yang mereka peroleh. Sebaliknya, barang siapa memberikan suri tauladan yang buruk dalam Islam, lalu suri tauladan tersebut diikuti oleh orang-orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa yang mereka peroleh sedikitpun. [HR Muslim, Ahmad, Darimi dan Ibnu Majah]

2. Kisah orang pelit

الَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ وَيَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَمَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ الله هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ

(yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. dan Barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) Maka Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. [alhadid : 24]

Kesalahan manusia pada ayat ini ada dua : pelit dan mengajak orang lain agar pelit seperti dirinya.Jika usahanya berhasil maka iapun akan menanggung dosa dari sejumlah orang yang ia ajak.

3. Abdulloh bin Abu Umayyah dan Abu Jahl
Diriwayatkan dalam shoheh Bukhori, dari Ibnul Musayyab, bahwa bapaknya berkata : “Ketika Abu Tholib akan meninggal dunia, maka datanglah Rasulullah, dan pada saat itu Abdullah bin Abi Umayyah, dan Abu Jahal ada disisinya, lalu Rasulullah bersabda kepadanya :


"يا عم، قل لا إله إلا الله كلمة أحاج لك بها عند الله"
“Wahai pamanku, ucapkanlah “la ilaha illallah” kalimat yang dapat aku jadikan bukti untukmu dihadapan Allah”.

Tetapi Abdullah bin Abi Umayyah dan Abu Jahal berkata kepada Abu Tholib : “Apakah kamu membenci agama Abdul Muthollib ?”, kemudian Rasulullah mengulangi sabdanya lagi, dan mereka berduapun mengulangi kata-katanya pula, maka ucapan terakhir yang dikatakan oleh Abu Tholib adalah : bahwa ia tetap masih berada pada agamanya Abdul Mutholib, dan dia menolak untuk mengucapkan kalimat la ilah illallah, kemudian Rasulullah bersabda : “sungguh akan aku mintakan ampun untukmu pada Allah, selama aku tidak dilarang”, lalu Allah menurunkan firmanNya :

ما كان للنبي والذين آمنوا أن يستغفروا للمشركين

“Tidak layak bagi seorang Nabi serta orang-orang yang beriman memintakan ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik” (QS. Al bara’ah, 113).

Demikianlah setiap orang jahat berusaha mencari komunitas, teman seide untuk melancarkan aksinya. Seorang pemabuk pasti mencari orang lain yang setipe dengannya bahkan yang tidak menyukai perbuatannyapun akan diajaknya.

Koruptor akan mengajak teman satu partainya untuk ikut merampok uang negara, pelacur yang akhirnya menjadi mucikari akan mencari mangsa gadis-gadis lugu untuk diajaknya terjun ke lembah hitam, begitulah seterusnya.

Kitapun masih ingat dengan masa kecil, ketika kita benci dengan anak lain maka kita akan berkata kepada lainnya “ jangan temenin dia ! “ kita membenci seseorang dan mengajak orang lain untuk bersikap sama dengan kita.

(1) Tipe-Tipe Pelaku Maksiat

Tidak merasa bersalah

Inilah yang diperagakan oleh iblis sebagaimana yang diabadikan oleh Alloh subhaanahu wataa’la :

قاَلَ ماَ مَنَعَكَ ألاَّ تَسْجُدَ إذْ أمَرْتُكَ قاَلَ أناَ خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ ناَرٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِيْنٍ

Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan dari tanah".[al a’rof : 12]

Pada kasus ini, iblis melakukan dua kesalahan besar, yaitu : menolak sujud kepada Adam, berani berargumen di hadapan Alloh dan merasa dirinyalah yang lebih baik daripada Adam.

Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di berkata : penolakan iblis dilakukan didasari atas kesombongan dan bangga hati …….. padahal bahan baku tanah (asal penciptaan Adam) memiliki keistimewaan yaitu kekhusyuan, ketenangan dan kestabilan. Iapun mampu mewujudkan keberkahan bumi dari tumbuhnya pepohonan dan tanaman. Adapun api memiliki sifat ringan, tidak tentu arah dan membakar.

Perasaan tidak bersalah ini akhirnya ditiru oleh para pengikut setia iblis, di antaranya adalah orang-orang kafir quraisy yang dengan penuh kesombongannya berkata :

وَإذْ قاَلُوْا اللهُمَّ إنْ كاَنَ هذَا هُوَ الْحَقّ مِنْ عِنْدِكَ فَأمْطِرْ عَلَيْناَ حِجاَرَةً مِّنَ السَّماَءِ أوِ ائِتِناَ بِعَذَابٍ ألِيْمٍ

Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya Allah, jika betul (Al Quran) ini, Dialah yang benar dari sisi Engkau, Maka hujanilah Kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada Kami azab yang pedih".[al anfal : 32]

Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di berkata : seharusnya mereka berkata “ Ya Alloh jika betul alquran ini adalah kebenaran yang datang dari sisiMu maka berikan kepada kami hidayah untuk mengikutinya “ Dari perkataan itu bisa diketahui betapa bodoh, dungu, dangkal dan dzolimnya pemikiran mereka.

Maroji’ : Taisir Kalim Arrohman, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di 1/439

akibat maksiat (40)

(40) Hukuman Di Dunia Dan Akhirat

Seorang pencuri harus siap menerima hukuman potong tangan. Bagi pezina bila sudah berkeluarga maka hukuman rajam harus siap ia hadapi, dilempar batu hingga mati. Bila masih bujangan atau gadis maka cukup didera seratus kali. Pembunuhan harus dibalas dengan hukuman mati, bila ingin lolos dirinya dari hukuman yang mengerikan itu ia harus menunggu pemaafan dari ahli waris dengan memberikan diyat berupa seratus ekor unta. Peminum khomr harus berhadapan dengan hukuman dera empat puluh kali.

Sementara itu hukuman akhirat sudah Alloh persiapkan kepada para hambaNya sebagai balasan dari perbuatan maksiatnya di dunia. Di antaranya sebagaimana yang dituturkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ سَمُرَة بْن جُنْدُبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِمَّا يُكْثِرُ أَنْ يَقُولَ لِأَصْحَابِهِ هَلْ رَأَى أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنْ رُؤْيَا قَالَ فَيَقُصُّ عَلَيْهِ مَنْ شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَقُصَّ وَإِنَّهُ قَالَ ذَاتَ غَدَاةٍ إِنَّهُ أَتَانِي اللَّيْلَةَ آتِيَانِ وَإِنَّهُمَا ابْتَعَثَانِي وَإِنَّهُمَا قَالَا لِي انْطَلِقْ وَإِنِّي انْطَلَقْتُ مَعَهُمَا وَإِنَّا أَتَيْنَا عَلَى رَجُلٍ مُضْطَجِعٍ وَإِذَا آخَرُ قَائِمٌ عَلَيْهِ بِصَخْرَةٍ وَإِذَا هُوَ يَهْوِي بِالصَّخْرَةِ لِرَأْسِهِ فَيَثْلَغُ رَأْسَهُ فَيَتَهَدْهَدُ الْحَجَرُ هَا هُنَا فَيَتْبَعُ الْحَجَرَ فَيَأْخُذُهُ فَلَا يَرْجِعُ إِلَيْهِ حَتَّى يَصِحَّ رَأْسُهُ كَمَا كَانَ ثُمَّ يَعُودُ عَلَيْهِ فَيَفْعَلُ بِهِ مِثْلَ مَا فَعَلَ الْمَرَّةَ الْأُولَى قَالَ قُلْتُ لَهُمَا سُبْحَانَ اللَّهِ مَا هَذَانِ قَالَ قَالَا لِي انْطَلِقْ انْطَلِقْ قَالَ فَانْطَلَقْنَا فَأَتَيْنَا عَلَى رَجُلٍ مُسْتَلْقٍ لِقَفَاهُ وَإِذَا آخَرُ قَائِمٌ عَلَيْهِ بِكَلُّوبٍ مِنْ حَدِيدٍ وَإِذَا هُوَ يَأْتِي أَحَدَ شِقَّيْ وَجْهِهِ فَيُشَرْشِرُ شِدْقَهُ إِلَى قَفَاهُ وَمَنْخِرَهُ إِلَى قَفَاهُ وَعَيْنَهُ إِلَى قَفَاهُ قَالَ وَرُبَّمَا قَالَ أَبُو رَجَاءٍ فَيَشُقُّ قَالَ ثُمَّ يَتَحَوَّلُ إِلَى الْجَانِبِ الْآخَرِ فَيَفْعَلُ بِهِ مِثْلَ مَا فَعَلَ بِالْجَانِبِ الْأَوَّلِ فَمَا يَفْرُغُ مِنْ ذَلِكَ الْجَانِبِ حَتَّى يَصِحَّ ذَلِكَ الْجَانِبُ كَمَا كَانَ ثُمَّ يَعُودُ عَلَيْهِ فَيَفْعَلُ مِثْلَ مَا فَعَلَ الْمَرَّةَ الْأُولَى قَالَ قُلْتُ سُبْحَانَ اللَّهِ مَا هَذَانِ قَالَ قَالَا لِي انْطَلِقْ انْطَلِقْ فَانْطَلَقْنَا فَأَتَيْنَا عَلَى مِثْلِ التَّنُّورِ قَالَ فَأَحْسِبُ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ فَإِذَا فِيهِ لَغَطٌ وَأَصْوَاتٌ قَالَ فَاطَّلَعْنَا فِيهِ فَإِذَا فِيهِ رِجَالٌ وَنِسَاءٌ عُرَاةٌ وَإِذَا هُمْ يَأْتِيهِمْ لَهَبٌ مِنْ أَسْفَلَ مِنْهُمْ فَإِذَا أَتَاهُمْ ذَلِكَ اللَّهَبُ ضَوْضَوْا قَالَ قُلْتُ لَهُمَا مَا هَؤُلَاءِ قَالَ قَالَا لِي انْطَلِقْ انْطَلِقْ قَالَ فَانْطَلَقْنَا فَأَتَيْنَا عَلَى نَهَرٍ حَسِبْتُ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ أَحْمَرَ مِثْلِ الدَّمِ وَإِذَا فِي النَّهَرِ رَجُلٌ سَابِحٌ يَسْبَحُ وَإِذَا عَلَى شَطِّ النَّهَرِ رَجُلٌ قَدْ جَمَعَ عِنْدَهُ حِجَارَةً كَثِيرَةً وَإِذَا ذَلِكَ السَّابِحُ يَسْبَحُ مَا يَسْبَحُ ثُمَّ يَأْتِي ذَلِكَ الَّذِي قَدْ جَمَعَ عِنْدَهُ الْحِجَارَةَ فَيَفْغَرُ لَهُ فَاهُ فَيُلْقِمُهُ حَجَرًا فَيَنْطَلِقُ يَسْبَحُ ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَيْهِ كُلَّمَا رَجَعَ إِلَيْهِ فَغَرَ لَهُ فَاهُ فَأَلْقَمَهُ حَجَرًا قَالَ قُلْتُ لَهُمَا مَا هَذَانِ قَالَ قَالَا لِي انْطَلِقْ انْطَلِقْ قَالَ فَانْطَلَقْنَا فَأَتَيْنَا عَلَى رَجُلٍ كَرِيهِ الْمَرْآةِ كَأَكْرَهِ مَا أَنْتَ رَاءٍ رَجُلًا مَرْآةً وَإِذَا عِنْدَهُ نَارٌ يَحُشُّهَا وَيَسْعَى حَوْلَهَا قَالَ قُلْتُ لَهُمَا مَا هَذَا قَالَ قَالَا لِي انْطَلِقْ انْطَلِقْ فَانْطَلَقْنَا فَأَتَيْنَا عَلَى رَوْضَةٍ مُعْتَمَّةٍ فِيهَا مِنْ كُلِّ لَوْنِ الرَّبِيعِ وَإِذَا بَيْنَ ظَهْرَيْ الرَّوْضَةِ رَجُلٌ طَوِيلٌ لَا أَكَادُ أَرَى رَأْسَهُ طُولًا فِي السَّمَاءِ وَإِذَا حَوْلَ الرَّجُلِ مِنْ أَكْثَرِ وِلْدَانٍ رَأَيْتُهُمْ قَطُّ قَالَ قُلْتُ لَهُمَا مَا هَذَا مَا هَؤُلَاءِ قَالَ قَالَا لِي انْطَلِقْ انْطَلِقْ قَالَ فَانْطَلَقْنَا فَانْتَهَيْنَا إِلَى رَوْضَةٍ عَظِيمَةٍ لَمْ أَرَ رَوْضَةً قَطُّ أَعْظَمَ مِنْهَا وَلَا أَحْسَنَ قَالَ قَالَا لِي ارْقَ فِيهَا قَالَ فَارْتَقَيْنَا فِيهَا فَانْتَهَيْنَا إِلَى مَدِينَةٍ مَبْنِيَّةٍ بِلَبِنِ ذَهَبٍ وَلَبِنِ فِضَّةٍ فَأَتَيْنَا بَابَ الْمَدِينَةِ فَاسْتَفْتَحْنَا فَفُتِحَ لَنَا فَدَخَلْنَاهَا فَتَلَقَّانَا فِيهَا رِجَالٌ شَطْرٌ مِنْ خَلْقِهِمْ كَأَحْسَنِ مَا أَنْتَ رَاءٍ وَشَطْرٌ كَأَقْبَحِ مَا أَنْتَ رَاءٍ قَالَ قَالَا لَهُمْ اذْهَبُوا فَقَعُوا فِي ذَلِكَ النَّهَرِ قَالَ وَإِذَا نَهَرٌ مُعْتَرِضٌ يَجْرِي كَأَنَّ مَاءَهُ الْمَحْضُ فِي الْبَيَاضِ فَذَهَبُوا فَوَقَعُوا فِيهِ ثُمَّ رَجَعُوا إِلَيْنَا قَدْ ذَهَبَ ذَلِكَ السُّوءُ عَنْهُمْ فَصَارُوا فِي أَحْسَنِ صُورَةٍ قَالَ قَالَا لِي هَذِهِ جَنَّةُ عَدْنٍ وَهَذَاكَ مَنْزِلُكَ قَالَ فَسَمَا بَصَرِي صُعُدًا فَإِذَا قَصْرٌ مِثْلُ الرَّبَابَةِ الْبَيْضَاءِ قَالَ قَالَا لِي هَذَاكَ مَنْزِلُكَ قَالَ قُلْتُ لَهُمَا بَارَكَ اللَّهُ فِيكُمَا ذَرَانِي فَأَدْخُلَهُ قَالَا أَمَّا الْآنَ فَلَا وَأَنْتَ دَاخِلَهُ قَالَ قُلْتُ لَهُمَا فَإِنِّي قَدْ رَأَيْتُ مُنْذُ اللَّيْلَةِ عَجَبًا فَمَا هَذَا الَّذِي رَأَيْتُ قَالَ قَالَا لِي أَمَا إِنَّا سَنُخْبِرُكَ أَمَّا الرَّجُلُ الْأَوَّلُ الَّذِي أَتَيْتَ عَلَيْهِ يُثْلَغُ رَأْسُهُ بِالْحَجَرِ فَإِنَّهُ الرَّجُلُ يَأْخُذُ الْقُرْآنَ فَيَرْفُضُهُ وَيَنَامُ عَنْ الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ وَأَمَّا الرَّجُلُ الَّذِي أَتَيْتَ عَلَيْهِ يُشَرْشَرُ شِدْقُهُ إِلَى قَفَاهُ وَمَنْخِرُهُ إِلَى قَفَاهُ وَعَيْنُهُ إِلَى قَفَاهُ فَإِنَّهُ الرَّجُلُ يَغْدُو مِنْ بَيْتِهِ فَيَكْذِبُ الْكَذْبَةَ تَبْلُغُ الْآفَاقَ وَأَمَّا الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ الْعُرَاةُ الَّذِينَ فِي مِثْلِ بِنَاءِ التَّنُّورِ فَإِنَّهُمْ الزُّنَاةُ وَالزَّوَانِي وَأَمَّا الرَّجُلُ الَّذِي أَتَيْتَ عَلَيْهِ يَسْبَحُ فِي النَّهَرِ وَيُلْقَمُ الْحَجَرَ فَإِنَّهُ آكِلُ الرِّبَا وَأَمَّا الرَّجُلُ الْكَرِيهُ الْمَرْآةِ الَّذِي عِنْدَ النَّارِ يَحُشُّهَا وَيَسْعَى حَوْلَهَا فَإِنَّهُ مَالِكٌ خَازِنُ جَهَنَّمَ وَأَمَّا الرَّجُلُ الطَّوِيلُ الَّذِي فِي الرَّوْضَةِ فَإِنَّهُ إِبْرَاهِيمُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَمَّا الْوِلْدَانُ الَّذِينَ حَوْلَهُ فَكُلُّ مَوْلُودٍ مَاتَ عَلَى الْفِطْرَةِ قَالَ فَقَالَ بَعْضُ الْمُسْلِمِينَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَأَوْلَادُ الْمُشْرِكِينَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَوْلَادُ الْمُشْرِكِينَ وَأَمَّا الْقَوْمُ الَّذِينَ كَانُوا شَطْرٌ مِنْهُمْ حَسَنًا وَشَطْرٌ قَبِيحًا فَإِنَّهُمْ قَوْمٌ خَلَطُوا عَمَلًا صَالِحًا وَآخَرَ سَيِّئًا تَجَاوَزَ اللَّهُ عَنْهُمْ

Dari Samurah bin Jundab radliallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam seringkali mengatakan kepada para sahabatnya; Apakah diantara kalian ada yang bermimpi ? Kata Samurah; maka ada diantara mereka yang menceritakan kisahnya. Suatu saat ketika subuh, beliau berkata : Semalaman aku didatangi dua orang, keduanya mengajakku pergi dan berujar; 'Ayo kita berangkat! ' Aku pun berangkat bersama keduanya, dan kami mendatangi seseorang yang berbaring dan yang lain berdiri disampingnya dengan membawa batu besar, lalu ia menjatuhkan batu tersebut di kepalanya sehingga kepalanya pecah dan batu menggelinding disini. Orang tadi terus mengikuti batu dan mengambilnya, namun ketika dia belum kembali kepada yang dijatuhi, tetapi kepalanya telah kembali seperti sedia kala. Lantas orang tadi kembali menemuinya dan mengerjakan sebagaimana semula. Sayapun bertanya kepada dua orang yang membawaku; 'Subhanallah, mengapa kedua orang ini seperti ini ? ' keduanya menjawab; 'Mari kita berangkat ke tempat lain dahulu ! ' Kami pun berangkat, lantas kami mendatangi seseorang yang terlentang diatas kedua tengkuknya sedang ada orang lain yang berdiri di sampingnya sambil membawa pengait besi, ia memegang salah satu samping wajahnya dan memotong-motong dagunya hingga tengkuknya, dan tenggorokannya hingga tengkuknya, dan matanya hingga tengkuknya, Kata Auf, terkadang Abu Raja' menggunakan redaksi; 'lantas membelah-belah dagunya, bukan memotong- kemudian orang yang memotong berpindah ke sisi dagu lain dan memperlakukan korbannya sebagaimana ia lakukan pada sisi dagu pertama. Belum ia selesai memotong-mogong dagu kedua, maka dagu samping pertama kembali seperti semula, maka orang itu memperlakukannya sebagaimana semula. Maka saya bertanya; 'Subhanallah, kenapa dua orang ini? ' Namun kedua orang yang membawaku hanya berujar; 'Mari kita pindah ke tempat lain dulu! ' Maka kami berangkat, hingga kami mendatangi suatu tempat seperti tungku. Kata Abu Raja, seingatku Samurah mengatakan; Tungku tersebut mengeluarkan suara gemuruh.- Lantas kami melihat isinya, tak tahunya disana ada laki-laki dan wanita telanjang, mereka didatangi oleh sulut api dari bawah mereka, jika sulutan api mengenai mereka, mereka mengerang-ngerang. Maka saya bertanya kepada dua orang yang membawaku; 'apa sebenarnya dengan orang-orang ini ? Namun kedua orang yang membawaku hanya berujar; 'Ayo kita berpindah ke tempat lain ! ' Maka kami terus berangkat, dan kami mendatangi sebuah sungai. Dan setahuku Samurah mengatakan; 'sungai merah seperti darah-, "tak tahunya di sungai ada laki-laki yang berenang, sedang ditepi sungai ada orang yang mengumpulkan banyak bebatuan, apabila yang berenang tadi sampai ke tepian sungai, ke tempat orang yang mengumpulkan bebatuan, maka ia membuka mulutnya dan orang yang di tepi tadi memasukkan batu ke mulutnya, lantas ia berenang kemudian kembali lagi, setiap kali ia kembali ke tepi, mulutnya membuka dan orang yang di tepi menyuapinya dengan batu itu. Saya bertanya kepada dua orang yang membawaku; 'kenapa dua orang ini? ' keduanya menjawab; 'Ayo kita pindah ke tempat lain dulu! ' Maka kami pun berangkat, lantas kami mendatangi seseorang yang wajahnya menyeramkan sebagaimana seseorang yang paling menyeramkan yang pernah kalian lihat. Dan di dekatnya terdapat api yang terus ia nyalakan dan dia berlari di sekitarnya. Saya bertanya kepada dua orang yang membawaku; 'mengapa orang ini ? ' kedua orang yang membawaku berujar; 'Ayo kita pindah ke tempat lain dahulu! ' Lantas kami berangkat. Lalu kami mendatangi sebuah kebun yang secara merata berisi warna musim semi, diantara dua tepi kebun terdapat seseorang yang jangkung, yang nyaris aku belum pernah melihat manusia yang kepalanya memanjang di langit seperti itu, dan sekitar orang itu terdapat banyak anak-anak kecil yang pernah aku lihat. Saya bertanya; 'Apa ini sebenarnya, mereka ini siapa ? ' kedua orang yang membawaku berujar; 'Ayo kita pindah ke tempat lain dulu! ' Kami pun berangkat melanjutkan perjalanan, hingga kami mendatangi sebuah kebun besar yang sebelumnya aku belum pernah melihat kebun lebih besar dan lebih indah daripadanya sama sekali, Keduanya berkata; 'Naiklah engkau ! ' Kami pun naik, dan kami berakhir ke sebuah kota yang dibangun dari batu bata emas dan perak, lalu kami tiba di pintu kota. Kami minta di buka, maka pintu pun dibuka untuk kami, kami masuk dan kami disambut oleh beberapa orang yang separo tubuhnya seperti orang paling tampan yang pernah anda lihat, dan separohnya seperti manusia paling jelek yang pernah engkau lihat. Keduanya mengatakan kepada mereka; 'Pergilah kalian semua ! ' Lantas mereka sampai di sebuah sungai. Tak tahunya sungai itu terbentang mengalir, airnya sangat putih bersih, mereka pun pergi dan mandi-mandi disana, kemudian kembali menemui kami dan kotorannya telah hilang di sungai tempat mereka mandi, sehingga mereka menjadi manusia paling tampan. Keduanya mengatakan kepadaku; 'Inilah surga Aden dan di sini hunianmu ! ' lantas pandanganku menatap ke atas, tak tahunya ada sebuah istana seperti awan putih yang menyendiri. Keduanya berkata; 'Inilah hunianmu! ' Saya menjawab; 'Semoga Allah memberkati kalian berdua, sekarang biarkanlah aku untuk memasukinya! ' Keduanya menjawab; 'kalau sekarang jangan dulu, namun pasti engkau akan memasukinya! ' Saya mengatakan; 'Semenjak semalaman aku telah melihat peristiwa-peristiwa aneh nan mencengangkan, tolong kabarilah aku apa arti sebenarnya yang kulihat ! ' Keduanya berujar; 'Sekarang baiklah kuberitakan kepadamu peristiwa-peristiwa itu! Adapun laki-laki pertama yang kamu datangi sedang kepalanya pecah dengan batu, itu adalah seseorang yang mempelajari alquran namun ia menolaknya, dan ia tidur sampai meninggalkan shalat wajib. Adapun orang yang kamu datangi membelah dagu kawannya hingga tengkuknya, tenggorokannya hingga dagunya, dan matanya hingga tengkuknya, itu adalah seseorang yang berangkat dari rumahnya lantas ia dusta, dan kedustaannya menembus cakrawala. Adapun laki-laki dan wanita yang telanjang dalam bangunan seperti tungku, mereka adalah laki-laki dan wanita pezina. Adapun laki-laki yang berenang dalam sungai dan disuapi batu besar, mereka adalah pemakan riba, adapun laki-laki yang raut mukanya menyeramkan di neraka sambil menyalakan api dan berlari-lari di sekitarnya, itu adalah Malik, penjaga Jahannam, adapun laki-laki jangkung dalam taman, ia adalah Ibrahim 'alaihissalam, adapun anak-anak di sekitarnya adalah bayi yang mati diatas fitrah. Lantas sebagian sahabat bertanya; 'ya Rasulullah, juga anak orang-orang musyrik ? ' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Juga anak-anak orang-orang musyrik ! Adapun orang yang separoh berwajah tampan dan separohnya lagi jelek, mereka adalah orang yang mencampuradukkan amal shalih dan lainnya jelek, lantas Allah mengampuni kesalahannya. [HR Bukhori]

akibat maksiat (39)

(39) Melemahkan Bashiroh

Alloh memberikan keistimewaan kepada Ibrohim, Ishaq dan Ya’qub dengan bashiroh dalam din (kekuatan ilmu terhadap din) dan kemampuan untuk melaksanakannya. Sebagaimana Alloh berfirman :

وَاذْكُرْ عِباَدَناَ إبْرَاهِيْم وَإسْحاَقَ وَيَعْقُوْبَ أولِى الأَيْدِى وَالأَبْصَارِ

Dan ingatlah hamba-hamba Kami : Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub : ulil aidi dan ilmuulil abshor [shood : 45]

Ulil aidi adalah kemampuan untuk melaksanakan alhaq, sementara ulil abshor adalah kekuatan ilmu dalam memahami din. Dalam hal ini manusia terbagi menjadi empat :

• Ulil aidi dan ulil abshor, artinya memiliki ilmu yang luas terhadap din dan mampu melaksanakannya dengan baik

• Bukan ulil aidi juga bukan ulil abshor, artinya bodoh terhadap din dan tidak melaksanakannya bahkan memusuhi din yang dibawa para rosul

• Ulil abshor tetapi lemah dalam melaksanakannya, inilah gambaran mukmin yang lemah imannya.

• Semangat terhadap ibadah akan tetapi tidak didukung oleh ilmu

Lemahnya seseorang terhadap satu di antara keduanya akan membuka pintu celah maksiat. Oleh karena itu perbuatan dosa harus ditangkal dengan sabar dan yakin (ilmu yang membedakan antara alhaq dan batil.

وَجَعَلْناَ مِنْهُمْ أئِمَّةً يَهْدُوْنَ بِأَمْرِناَ لَمَّا صَبَرُوْا وَكاَنُوْا بِئَاياَتِناَ يُوْقِنُوْنَ

Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.[assajadah : 24]

Maroji’ : adda’ waddawa’ hal 136

akibat maksiat (38)

(38) Kehinaan Dan Kerendahan

Alloh menciptakan hambaNya menjadi dua kelompok, yaitu : kelompok yang memiliki kedudukan tinggi di dunia dan akhirat karena ketaatannya kepada Alloh dan kelompok kedua yang memiliki kedudukan rendah karena kemaksiatannya. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam member satu contoh kepada kita :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُعِثْتُ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ بِالسَّيْفِ حَتَّى يُعْبَدَ اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَجُعِلَ رِزْقِي تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِي وَجُعِلَ الذُّلُّ وَالصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي وَمَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

Dari Ibnu Umar dia berkata, Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda : Saya diutus -dan kiamat sangat dekat sekali denganku- dengan pedang, sehingga Allah satu-satuNya Dzat yang disembah, dan dijadikan rezkiku di bawah naungan tombak, dan kehinaan atas siapa saja yang menyalahi perintahku. Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari mereka [HR Ahmad]

Meninggalkan jihad adalah perbuatan maksiat yang berakibat kehinaan. Lihatlah bagaimana negeri-negeri islam takluk di bawah penguasaan orang kafir, hal itu tidak lain sebagai bukti kebenaran dari sabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam.

Maroji’ : adda’ waddawa’ hal 128

akibat maksiat (37)

(37) Menghilangkan Keberkahan

Seorang petani berhasil memanen sawahnya dengan hasil berlimpah. Tapi sayang, harga gabah sedang anjlok, atau harga sedang bagus akan tetapi uang habis dikuras perampok atau habis untuk membiayai pengobatan anaknya di rumah sakit.

Seorang punya motor bagus. Tapi justru dari motorlah hidupnya menderita. Ban yang berulang kali bocor, menabrak orang yang akhirnya berurusan dengan polisi dan orang yang ia tabrak dan lainnya.
Seorang menikahi wanita cantik. Sayang ia hanya indah di wajah akan tetapi batinnya bertolak belakang. Tidak bisa melayani suami dengan baik, banyak menuntut, darinyalah akhirnya terputus hubungan antara dirinya dengan orang tua dan anak-anak yang terlahir tidak ada satupun yang menyejukkan pandangan mata karena sama sekali tidak mendapat pendidikan dari sang ibu.

Contoh-contoh di atas menunjukkan betapa pentingnya keberkahan hidup dan ia tidak akan digapai kecuali dengan mentaati Alloh dan menjauhi maksiat kepadaNya. Itu adalah persyaratan mutlak yang Alloh ingatkan :

وَلَوْ أنَّ أهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْناَ عَلَيْهِمْ بَرَكاَتٍ مِّنَ السَّماءِ وَلكِنْ كَذَّبُوْا فَأخَذْناَهُمْ بِماَ كاَنُوْا يَكْسِبُوْنَ

Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. [al a’rof : 96]

Karena keberkahan itulah maka Alloh perintahkan setiap amal diawali dengan doa dan diakhiri dengan doa. Bukankah setiap tidur kita mengawalinya mengakhirinya dengan doa ?

Karena keberkahan itulah maka Alloh perintahkan kita mencari rizki dari yang halal kemudian disihkan sebagiannya untuk haq-haq orang fakir.
Karena keberkahan itulah maka rosululloh shollallohu alaihi wasallam menuntun kita untuk mencari jodoh didasari oleh faktor agama.

Maroji’ : adda’ waddawa’ hal 125

akibat maksiat (36)

(36) Terputusnya Hubungan Dengan Alloh

Apa jadinya ketika buruh di phk oleh perusahaan ? Tentu ia harus angkat kaki dari tempatnya kerja dan kehilangan manfaat darinya dimana selama ini ia bisa menyambung hidup.

Sepasang suami istri yang akhirnya bercerai maka putuslah semua hubungan. Kemesraan yang selama ini dibina akhirnya sirna. Rona bahagia saat duduk di pelaminan, masa bulan madu, canda dan tawa seolah sudah tidak berarti lagi.

Orang tua yang kesal dengan kelakuan anaknya yang berujung dengan pengusiran, murid sekolah yang terlalu sering melanggar peraturan sekolah hingga keluarlah keputusan sekolah untuk mengeluarkannya dari lembaga pendidikan, pemain bola yang mendapat kartu merah dari wasit dan contoh-contoh lainnya, seakan memberikan pelajaran kepada kita tentang akibat dari sebuah kesalahan yang berakibat pada pemutusan hubungan.

Demikianlah dosa, merusak hubungan antara Alloh dan hambaNya. Adam dan Hawa serta iblis yang diusir dari langit, tentu tidak mungkin itu terjadi kecuali dengan sebab dosa.

Tentang pengusiran Alloh terhadap ketiganya dapat kita ketahui dari firmanNya :

وَقُلْناَ اهْبِطُوْا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ

Dan Kami berfirman : "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain [albaqoroh : 36]

Betapa menderitanya ketika diputus hubungan oleh handai taulan dan sanak kerabat, lalu bagaimana bila pemutusan hubungan itu datangnya dari Alloh ? Karena ketika Alloh sudah memutus hubungan dengan hambaNya maka terputuslah semua limpahan kebaikan dan yang ada hanyalah pintu-pintu keburukan. Dan kalau ditanya darimana sumber biang keladi itu ? Jawabannya adalah maksiat

Maroji’ : adda’ waddawa’ hal 123

akibat maksiat (35)

(35) Gelar buruk

Baik dan buruknya seseorang di masyarakat salah satunya bisa dilihat dari gelar atau penyebutan yang disematkan masyarakat padanya. Sungguh terhormat manakala ia disebut dengan pak kyai, abuya, ibunda, beliau, mujahid, asy syahid dan lainnya.

Pak ogah, si hidung belang, pesakitan, preman, mucikari, wts, koruptor, si tangan besi, lintah darat dan sebutan-sebutan lainnya. Tentu masyarakat tidak asal ucap ketika gelar itu dialamatkan pada seseorang.

Ketika seorang hamba menunjukkan ketaatan kepadaNya maka Alloh memberikan beragam sebutan indah baginya sesuai dengan amal yang ia lakukan. Muhsin, muttaqin, mujahid, muslim, mu’min, kariim dan lainnya.

Alangkah malang seseorang ketika Alloh menyebutnya sebagai kafir, fasik, dzolim, murtad, musyrik, zaani, saariq. Maka Alloh memperingatkan hambaNya :
بِئْسَ الإسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الإِيْماَنِ

Seburuk-buruk gelar adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman [alhujurot : 11]

Maroji’ : adda’ waddawa’ hal 121

akibat maksiat (34)

(34) Menjadi Tawanan Setan

وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرّحْمن نُقَيِّضْ لَهُ شَيطاَناً هَهُوَ لَهُ قَرِيْنٌ

Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah (Al Quran), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) Maka syaitan Itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. [azzukhruf : 36]

Seorang yang menjadi tawanan musuh maka hidupnya akan terhina, terkungkung tidak bisa berbuat sesuatu selain menuruti pihak yang menawannya. Terlebih bila yang menawannya adalah setan. Ia kan menjadi budak nafsu, menuruti semua keinginannya.
Berbeda jauh dengan orang yang berada di atas ketaatan. Ia dilindungi Alloh, hidupnya bebas karena hanya Allohlah yang mengaturnya. Punya pengharapan baik di akhirat yang tidak dimiliki oleh para budak nafsu. Oleh karena itu rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengingatkan :

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الشَّيْطَانَ ذِئْبُ الْإِنْسَانِ كَذِئْبِ الْغَنَمِ يَأْخُذُ الشَّاةَ الْقَاصِيَةَ وَالنَّاحِيَةَ فَإِيَّاكُمْ وَالشِّعَابَ وَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَالْعَامَّةِ وَالْمَسْجِدِ

Dari Mu'adz bin Jabal, bahwa Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda : Setan adalah serigala bagi manusia laksana serigala bagi kambing yang terlepas dan tersingkir. Karena itu janganl ah kalian bercerai berai, kalian harus bersama jamaah, orang banyak dan masjid [HR Ahmad]

Maroji’ : adda’ waddawa’ hal 119

akibat maksiat (33)

(33) Menjauhkan Hati Dari Istiqomah

Pengaruh dosa pada hati adalah seperti pengaruh penyakit pada badan, bahkan dosa itu sendiri adalah penyakit bagi hati. Seorang yang sakit badannya pasti tidak nyaman beraktifitas. Berolahraga, bekerja mengais rizki, berwisata dan amal baik lainnya dilakukannya dengan tidak nyaman. Demikian juga orang yang sakit hatinya. Membaca alquran, sholat, dzikir dan menyimak nasehat di sebuah majlis ta’lim akan dijalaninya penuh dengan kehambaran. Dan tidak ada solusi selain meninggalkan dosa.

Alloh berfirman :

إنّ الأبرار لَفِي نَعِيْمٍ وَإنّ الْفُجّارَ لَفِي جَحِيْمٍ

Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam syurga yang penuh kenikmatan, Dan Sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka. [al infithor : 13-14]

Manusia mengalami 3 masa kehidupan : dunia, alam barzakh dan akhirat. Ketika seseorang bahagia dengan ketaatannya di dunia maka kebahagiaan ini akan berlanjut di alam barzakh dan ketika ia menghadap Alloh pada hari kiamat.

Sebaliknya ketika orang berkubang dengan kemaksiatan di dunia (seolah ia bahagia padahal sengsara) maka kesengsaraan ini akan berlanjut di saat ia dikuburkan dan berada di alam akhirat

Maroji’ : adda’ waddawa’ hal 115

akibat maksiat (32)

(32) Memunculkan Ketakutan Pada Hati

الّذين ءامنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن وهم مهتدون

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. [al an’am : 82]

سنلقى فى قلوب الّذين كفروا الرّعب بما أشركوا

Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. tempat kembali mereka ialah neraka; dan Itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim. [ali imron : 151]

Salah satu akibat dari perbuatan syirik adalah akan membentuk pelakunya menjadi seorang yang penakut. Bagaimana tidak ? Karena takut dengan mitos angka tiga belas maka ia tidak berani memasuki hotel nomor tiga belas, bepergian pada tanggal tiga belas, duduk di pesawat di nomer sit tiga belas.

Bagi yang terbiasa bepergian mengenakan sabuk jimat pemberian dukun, ia akan gelisah ketika di tengah perjalanan ia teringat bahwa sabuk keramat tertinggal di rumah. Iapun buru-buru pulang, khawatir ada malapetaka bila sabuk itu jauh dari dirinya.

Seorang naik kereta api dengan tidak membeli tiket pasti akan resah, tengok kanan dan kiri, khawatir dengan kedatangan kondektor yang akan memeriksa karcis.

Seorang siawa yang menyontek saat ujian pasti dirinya selalu resah karena khawatir perbuatannya akan dipergoki oleh pengawas. Demikianlah maksiat yang akan membentuk pelakunya menjadi was-was, gelisah dan khawatir. Berbeda dengan orang yang selalu berada di atas ketaatan. Itu di dunia, bagaimana dengan di akhirat.

Ibnu Qoyyim memberi nasehat :

فمن خاف الله امنه من كلّ شيئ ومن لم يخف الله أخافه من كلّ شيئ

Barangsiapa yang takut kepada Alloh maka Alloh akan memberikan kepadanya rasa aman dari segala sesuatu sedangkan siapa yang tidak takut kepada Alloh (dengan berbuat maksiat kepadaNya) maka akan dimunculkan rasa takut padanya dari segala sesuatu

Maroji’ : adda’ waddawa’ hal 114

akibat maksiat (31)

(31) Mendatangkan Kemurkaan dan Menghalangi Datangnya Ni’mat

Pernahkan anda makan tidak nikmat ? tidur tidak nyenyak ? sakit tak kunjung sembuh ? rasa aman berubah menjadi was-was karena kejahatan terjadi di mana-mana ?
Semua rasa nyaman berubah menjadi derita. Semua itu tentu timbul karena maksiat sebagaimana Alloh firmankan :

وما أصابكم من مصيبة فبما كسبت أيديكم ويعفوا عن كثير

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) [asy syuuro : 30]

ذالك بأنّ الله لم يك مغيّرا نعمة أنعمها على قوم حتّى يغبروا ما بأنفسهم

(siksaan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. [al anfal : 53]

إنّ الله لا يغيّر ما بقوم حتّى يغيّروا ما بأنفسهم وإذا أراد الله بقوم سوءا فلا مردّ له وما لهم من دونه من وّال

Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaanyang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. [arro’du : 11]

Ayat di atas menerangkan kepada kita bahwa Alloh tidak akan merubah nikmat yang seharusnya dirasakan oleh hambaNYa kecuali orang itulah yang telah merubah sendiri nikmat yang telah Alloh anugerahkan. Ia rubah ketaatan dengan maksiat, syukur dengan kufur, sunnah dengan bid’ah dan lainnya sehingga jelaslah bahwa Alloh tidak menzalimi hambaNya. Pleh karena itu Ali bin Abi Tholib berkata :

Tidaklah datang bala’ kecuali karena dosa dan tidaklah Alloh mengangkatnya kecuali dengan taubat.

Maroji’ : adda’ waddawa’ hal 113