Kematian Abu Lahab Karena Penyakit Mirip Thoun



Antara Thoun Dan Corona (2)

Abu Lahab adalah tokoh terkemuka di Mekah. Meski tidak ikut serta dalam perang badar, ia banyak mensuport pasukan yang berangkat berperang. Hari-harinya dilalui dengan menunggu kabar dari hasil perang. Dari sinilah awal mula sebab Abu Lahab jatuh sakit yang mengantarkannya kepada kematian sebagaimana yang diceritakan oleh Abu Rofi’.

Abu Rofi’ adalah budak dari Abbas Bin Abdul Mutholib. Suatu hari, dia tengah duduk di samping sumur zam-zam untuk meraut anak panah bersama Ummu Fadl, istri Abbas yang tidak lain adalah tuannya.

Tiba-tiba datang Abu Lahab lalu duduk duduk di sampingnya. Tidak lama kemudian datanglah Abu Sufyan yang diharapkan beritanya. Abu lahab tak sabar mendengar berita hasil perang badar darinya hingga ia berkata :

هلم إلىَّ، فعندك لعمرى الخبر، يابن أخي، أخبرني كيف كان أمر الناس ؟  

Kemarilah padaku, demi umurku engkau pasti membawa berita. Wahai anak saudaraku, kabarkan kepadaku bagaimana kondisi manusia (pasukan quraisy) ?

Abu Sufyan menjawab :

ما هو إلا أن لقينا القوم فمنحناهم أكتافنا، يقتلوننا كيف شاءوا، ويأسروننا كيف شاءوا وايم الله مع ذلك ما لمت الناس، لَقِينَا رجال بيض على خيل بُلْق بين السماء والأرض، والله ما تُلِيق شيئًا، ولا يقوم لها شيء

Tidaklah kami berhadapan dengan suatu kaum kecuali kami menyerahkan pundak-pundak kami (untuk ditebas). Mereka membunuh kami semaunya, menawan kami semaunya. Demi Alloh, meski demikian aku tidak akan mencela manusia (pasukan kita). Kami jumpai laki-laki berpakaian putih duduk di atas kuda bersliweran antara langit dan bumi. Demi Alloh, dia tidak meninggalkan jejak sedikitpun dan tidak menginjak apapun.

Mendengar penuturan Abu Sufyan, dengan reflek Abu Rofi’ berkata :

تلك والله الملائكة

Demi Alloh, itu adalah malaikat

Abu Lahab marah, mendengar perkataan Abu Rofi’. Ditamparnya mukanya, setelah itu dibanting tubuh Abu Rofi’ yang lemah itu sambil terus dipukulinya. Ummu Fadl tidak terima budaknya diperlakukan seperti itu. Ia segera mengambil pembatas sumur zam-zam lalu dipukul sekeras-kerasnya ke kepala Abu Lahab hingga menimbulkan luka-luka yang menganga.

Luka-luka itu membuat Abu Lahab terkena penyakit “ ‘adasah “ yaitu sejenis penyakit yang membuat sekujur tubuhnya muncul bisul atau nanah. Mayoritas penderitanya akan mati. Bangsa Arab dikenal jijik melihat penyakit ini. Setelah berlalu tujuh hari, Abu Lahabpun mati.

Masyarakat membiarkan jasad Abu Lahab begitu saja begitu pula istri dan anaknya. Setelah tiga hari, barulah keluarganya membuat lubang tidak jauh dari jasadnya. Setelah itu dilemparlah bangkai Abu lahab ke dalamnya. Batu-batupun segera dilemparkan ke dalam lobang itu untuk menutupi jasadnya.

‘Adasah yang mengantarkan Abu Lahab kepada kebinasaan memiliki kesamaan dengan penyakit thoun. Yaitu munculnya nanah di sekujur tubuh dan mayoritas penderita akan menemui kematian. Demikianlah yang dituturkan Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

Maroji’ :

Arrohiq Almakhtum, Syaikh Shofiyurrohman Al Mubarok Furi (maktabah symilah) hal 189

Tafsir Ibnu Katsir 4/22

In sya Alloh berlanjut besok ...........

Definisi Thoun



Antara Thoun Dan Corona (1)

Secara bahasa, thoun bisa ditejemahkan dengan tikaman. Ibnu Hajar Al Atsqolani menampilkan beberapa perkataan para ulama yang memberi definisi tentang thoun, diantaranya perkata Qodli Iyadl :

أَصْل الطَّاعُون الْقُرُوح الْخَارِجَة فِي الْجَسَد

Asli dari thoun adalah bisul yang keluar pada tubuh

Ibnu Abdil Barr berkata :

الطَّاعُون غُدَّة تَخْرُج فِي الْمَرَاقّ وَالْآبَاط ، وَقَدْ تَخْرُج فِي الْأَيْدِي وَالْأَصَابِع وَحَيْثُ شَاءَ اللَّه

Bisul yang keluar pada kulit dan ketiak dan terkadang keluar pada tangan dan jari-jari sesuai dengan kehendak Alloh

Imam Ghozali berkata :

هُوَ اِنْتِفَاخ جَمِيع الْبَدَن مِنْ الدَّم مَعَ الْحُمَّى أَوْ اِنْصِبَاب الدَّم إِلَى بَعْض الْأَطْرَاف ، يَنْتَفِخ وَيَحْمَرّ ؛ وَقَدْ يَذْهَب ذَلِكَ الْعُضْو

Membengkaknya seluruh tubuh karena darah disertai demam atau menyebarnya darah ke sebagian athrof (anggota badan seperti tangan, kaki dan kepala). Terjadi pembengkakan dan keluar warna merah. Terkadang bisa menghilangkan anggota tubuh itu

Maroji’ :

Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani


Menyusun Shof Di Hadapan Alloh



Malaikat Dengan Alloh (4)

Alloh menyukai shof yang tertata rapi. Dalam islam, shof dikenal di dua tempat. Pertama di medan jihad. Alloh berfirman :

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam shof (barisan) yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh [shof : 4]

Yang kedua adalah shof dalam sholat :

عَنْ أَنَسٍ, عَنْ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ رُصُّوا صُفُوفَكُمْ, وَقَارِبُوا بَيْنَهَا, وَحَاذُوا بِالْأَعْنَاقِ.

Dari Anas Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Tertibkanlah shof kalian, rapatkanlah jaraknya, dan luruskanlah dengan leher  [HR Abu Dawud dan Nasa'i] 

Saat menyusun shof, kita diperintah oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam untuk para malaikat saat mereka menyusun shof di hadapan Rob mereka :

عن جابر بن سَمُرَة رضي الله عنهما ، قَالَ : خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُول اللهِ صلى الله عليه وسلم ، فَقَالَ: ألاَ تَصُفُّونَ كَمَا تَصُفُّ المَلائِكَةُ عِندَ رَبِّهَا ؟  فَقُلنَا : يَا رَسُول اللهِ ، وَكَيفَ تُصَفُّ المَلائِكَةُ عِندَ رَبِّهَا ؟ قَالَ : يُتِمُّونَ الصُّفُوفَ الأُوَلَ ، وَيَتَرَاصُّونَ في الصَّفِّ رواه مُسلِم .

Dari Jabir Bin Samuroh rodliyallohu anhuma berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam keluar menemui kami seraya bersabda : Maukah kalian menyusun shof sebagaimana para malaikat menyusun shof di sisi Robnya. Kami berkata : Wahai rosululloh, bagaimana malaikat menyusun shof di sisi Robnya ? Beliau bersabda : Mereka menyempurnakan shof awal dan merapatkan shof [HR Muslim]










Sikap Para Malaikat Di Sekitar Arsy



Malaikat Dengan Alloh (3)

Mereka senantiasa bertasbih dan bertahmid. Dua kali Alloh menyebutkannya dalam alquran, yaitu :

وَتَرَى الْمَلَائِكَةَ حَافِّينَ مِنْ حَوْلِ الْعَرْشِ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَقِيلَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ  

Dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-malaikat berlingkar di sekeliling Arsy bertasbih sambil memuji Robnya; dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan : Segala puji bagi Allah, Rob semesta alam  [azzumar : 75]

الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ  

(Malaikat-malaikat) yang memikul Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Robnya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman [ghofir : 7]

Apa hikmah di balik tasbih dan tahmid mereka ? Ibnu Katsir berkata :

يخبر تعالى عن الملائكة المقربين من حَمَلة العرش الأربعة، ومن حوله من الكروبيين، بأنهم يسبحون بحمد ربهم، أي: يقرنون بين التسبيح الدال على نفي النقائص، والتحميد المقتضي لإثبات صفات المدح

Alloh Ta’ala mengabarkan tentang para malaikat muqorrobin (yang memiliki kedudukan dekat dengan Alloh) dari kalangan pemikul arsy yang empat dan malaikat yang berada di sekelilingnya. Dimana mereka bertasbih dengan memuji Rob mereka. Maksudnya mereka menggabungkan antara tasbih untuk menafikan (meniadakan) sifat kekurangan (yang tidak mungkin dimiliki Alloh) dan bertahmid untuk menetapkan sifat kesempurnaan

Maroji’ : Tafsir Ibnu Katsir (maktabah syamilah) hal 467

Sikap Para Malaikat Di Sekitar Arsy



Malaikat Dengan Alloh (3)

Mereka senantiasa bertasbih dan bertahmid. Dua kali Alloh menyebutkannya dalam alquran, yaitu :

وَتَرَى الْمَلَائِكَةَ حَافِّينَ مِنْ حَوْلِ الْعَرْشِ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَقِيلَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ  

Dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-malaikat berlingkar di sekeliling Arsy bertasbih sambil memuji Robnya; dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan : Segala puji bagi Allah, Rob semesta alam  [azzumar : 75]

الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ  

(Malaikat-malaikat) yang memikul Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Robnya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman [ghofir : 7]

Apa hikmah di balik tasbih dan tahmid mereka ? Ibnu Katsir berkata :

يخبر تعالى عن الملائكة المقربين من حَمَلة العرش الأربعة، ومن حوله من الكروبيين، بأنهم يسبحون بحمد ربهم، أي: يقرنون بين التسبيح الدال على نفي النقائص، والتحميد المقتضي لإثبات صفات المدح

Alloh Ta’ala mengabarkan tentang para malaikat muqorrobin (yang memiliki kedudukan dekat dengan Alloh) dari kalangan pemikul arsy yang empat dan malaikat yang berada di sekelilingnya. Dimana mereka bertasbih dengan memuji Rob mereka. Maksudnya mereka menggabungkan antara tasbih untuk menafikan (meniadakan) sifat kekurangan (yang tidak mungkin dimiliki Alloh) dan bertahmid untuk menetapkan sifat kesempurnaan

Maroji’ : Tafsir Ibnu Katsir (maktabah syamilah) hal 467

Sikap Malaikat Saat Mendengar Firman Alloh



Malaikat Dengan Alloh (2)

Jangankan orang kafir, sebagian muslim ternyata banyak yang acuh saat lantunan ayat quran diperdengarkan. Akan tetapi itu tidak terjadi pada diri malaikat. Reaksi takut akan muncul pada diri mereka. Tidak itu saja, mereka akan pingsan ketika mendengar firman Alloh. Abu Huroiroh meriwayatkan sabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

إِذَا قَضَى اللَّهُ الأَمْرَ فِى السَّمَاءِ ضَرَبَتِ الْمَلاَئِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا خُضْعَانًا لِقَوْلِهِ كَالسِّلْسِلَةِ عَلَى صَفْوَانٍ يَنْفُذُهُمْ ذَلِكَ فَإِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ ، قَالُوا لِلَّذِى قَالَ الْحَقَّ وَهْوَ الْعَلِىُّ الْكَبِيرُ

Apabila Allah menetapkan suatu perintah diatas langit, para malaikat mengepak-ngepakkan sayapnya, karena patuh akan  firmanNya, seolah-olah firman yang didengarnya itu bagaikan gemerincing rantai besi yang ditarik di atas batu rata, hal ini memekakkan mereka (sehingga jatuh pingsan karena ketakutan). Sehingga apabila telah dihilangkan rasa takut dari hati-hati mereka, mereka berkata : Apakah yang telah difirmankan oleh Robmu ?  Mereka menjawab : (perkataan) yang benar, dan Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar [HR Bukhori]

An Nawwas bin Sam’an Radhiallahu’anhu menuturkan bahwa Rasulullah, bersabda :

إذا أراد الله تعالى أن يوحي بالأمر تكلم بالوحي أخذت السموات منه رجفة، أو قال : رعدة شديدة خوفا من الله U، فإذا سمع ذلك أهل السموات صعقوا وخروا سجدا، فيكون أول من يرفع رأسه جبريل ، فيكلمه الله من وحيه بما أراد، ثم يمر جبريل على الملائكة، كلما مر بسماء سأله ملائكتها : ماذا قال ربنا يا جبريل ؟، فيقول جبريل : قال الحق وهو العلي الكبير، فيقولون كلهم مثل ما قال جبريل، فينتهى جبريل بالوحي إلى حيث أمره الله".

Apabila Allah Subhanahu wata’ala hendak mewahyukan perintahnya, maka Dia firmankan wahyu tersebut, dan langit-langit bergetar dengan kerasnya karena takut kepada Allah, dan ketika para malaikat mendengar firman tersebut mereka pingsan dan bersujud, dan diantara mereka yang pertama kali bangun adalah Jibril, maka Allah sampaikan wahyu yang Ia kehendakiNya kepadanya, kemudian Jibril melewati para malaikat, setiap ia melewati langit maka para penghuninya bertanya kepadanya : apa yang telah Allah firmankan kepadamu ? Jibril menjawab : Dia firmankan yang benar, dan Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar, dan seluruh malaikat yang ia lewati bertanya kepadanya seperti pertanyaan pertama, demikianlah sehingga Jibril menyampaikan wahyu tersebut sesuai dengan yang telah diperintahkan oleh Allah Subhanahu wata’ala kepadanya.

Sifat Asli Malaikat Saat Mendapat Perintah Dari Alloh



Malaikat Dengan Alloh (1)

Tidak ada satu perintah dari Alloh kecuali mereka tunaikan. Ketaatan mereka difirmankan oleh Alloh :

عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ   

(Di dalam neraka) penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan [attahrim : 6]

Bila sifat mereka selalu taat kepada Alloh, lalu bagaimana dengan pernyataan mereka kepada Alloh di saat Alloh berfirman :

إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ  

Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi

Mendengar hal itu, para malaikat berkata :

أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ

Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau  [albaqoroh : 30]

Ibnu Katsir menjelaskan :

وقول الملائكة هذا ليس على وجه الاعتراض على الله، ولا على وجه الحسد لبني آدم، كما قد يتوهمه بعض المفسرين وقد وصفهم الله تعالى بأنهم لا يسبقونه بالقول،  ....وإنما هو سؤال استعلام واستكشاف عن الحكمة في ذلك، يقولون: يا ربنا، ما الحكمة في خلق هؤلاء مع أن منهم من يفسد في الأرض ويسفك الدماء

Perkataan malaikat ini tidak ditujukan untuk menentang Alloh juga bukan untuk menunjukkan sikap hasad kepada Adam sebagaimana yang dipahami keliru oleh sebagaian mufasir karena Alloh mensifati mereka dengan “ Mereka tidak pernah mendahului (menentang) perkataan Alloh “ Pertanyaan mereka tidak lain atas dasar keinginan untuk mengetahui dan menyingkap hikmah dari penciptaan Adam. Mereka berkata “ Wahai Rob kami, apa hikmah pada penciptaan mereka padahal diantara mereka ada yang suka membuat kerusakan di bumi dan menumpahkan darah

Maroji’ :

Tafsir Ibnu Katsir (maktabah syamilah) hal 6


Kisah Pembacaan Quran Dari Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam Di Kalangan Jin



sekilas tentang jin muslim (8)

Saat berdakwah ke Thoif, rosululloh shollallohu alaihi wasallam mendapat penolakan yang keras dari penduduknya. Beliau dikejar dan dilempari batu. Ketika berada di lembah Nakhlah, beliau menunaikan sholat tahajud.

Rupanya bacaan quran nabi shollallohu alaihi wasallam disimak oleh segolongan jin. Mereka segera menemui teman-temannya dari golongan jin untuk mengajak mengimani apa yang mereka dengar dari rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Kisah ini dituturkan oleh Alloh di surat al ahqof :

وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآَنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ  قَالُوا يَا قَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيقٍ مُسْتَقِيمٍ  يَا قَوْمَنَا أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ وَآَمِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ  وَمَنْ لَا يُجِبْ دَاعِيَ اللَّهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي الْأَرْضِ وَلَيْسَ لَهُ مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءُ أُولَئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ   

Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Qur'an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaannya lalu mereka berkata : Diamlah kamu (untuk mendengarkannya). Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata : Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepadaNya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari adzab yang pedih. Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan melepaskan diri dari adzab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata [al ahqof : 29-32]

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa kondisi langit dirasakan berbeda oleh segolongan jin. Kenapa itu bisa terjadi ? Dulu, setan selalu mengutus anggotanya untuk mencuri berita-berita dari langit tentang peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang untuk disampaikan kepada para dukun dan peramal.

Tiba-tiba mereka selalu mengalami kegagalan karena bintang-bintang meluncur untuk melempar para pencuri berita itu. Setan-setan itu berkata :

حِيلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ وَأُرْسِلَتْ عَلَيْنَا الشُّهُبُ. قَالُوا مَا ذَاكَ إِلاَّ مِنْ شَىْءٍ حَدَثَ فَاضْرِبُوا مَشَارِقَ الأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا فَانْظُرُوا مَا هَذَا الَّذِى حَالَ بَيْنَنَا وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ

Antara kita dan berita langit ada penghalang. Bintang-bintang diutus untuk melempar kita. Hal itu tidak mungkin ada kecuali ada sesuatu yang telah terjadi. Pergilah ke ujung timur bumi dan ujung baratnya, lalu lihatlah penghalang apa antara kita dengan berita langit

Setan-setanpun pergi, hingga ada diantara mereka tiba di daerah Tihamah, tepatnya di pasar Ukadz. Saat itu rosululloh shollallohu alaihi wasallam tengah menunaikan sholat shubuh bersama para sahabat. Ketika setan mendengar bacaan alquran dari nabi shollallohu alaihi wasallam, ia segera pergi menemui teman-temannya dan berkata :

إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا يَهْدِى إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا

Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur'an yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya dan kami sekali-kali tidak akan berbuat syirik kepada Rob kami dengan seorangpun

Karena itulah, Alloh menurunkan firmanNya :

قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآَنًا عَجَبًا يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآَمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا  

Katakanlah (hai Muhammad) : Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya sekumpulan jin telah mendengarkan (Al Qur'an), lalu mereka berkata : Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur'an yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. dan kami sekali-kali tidak akan berbuat syirik kepada Rob kami dengan seorangpun [jin : 1-2]

Jin Mukmin Tidak Mengakui Keyakinan Bahwa Alloh Memiliki Anak



sekilas tentang jin muslim (7)

Kaum nasarani meyakini bahwa Isa anak Alloh. Sementara yahudi mengklaim bahwa Uzairlah anak Alloh. Adapun sebagian masyarakat quraisy memiliki kepercayaan bahwa anak Alloh adalah perempuan, merekalah para malaikat.

Kaum mukmin dari kalangan jin dan manusia bersih dari aqidah batil ini.

وَأَنَّهُ تَعَالَى جَدُّ رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَةً وَلَا وَلَدًا وَأَنَّهُ كَانَ يَقُولُ سَفِيهُنَا عَلَى اللَّهِ شَطَطًا  

Dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Rob kami, Dia tidak beristri dan tidak (pula) beranak. Dan bahwasanya : jin yang kurang akal daripada kami dahulu selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah [jin : 3-4]

Mukmin Dari Kalangan Manusia Berukhuwah Dengan Jin Mukmin



sekilas tentang jin muslim (6)

Keduanya bersaudara dengan ikatan iman. Oleh karena itu haram hukumnya menimpakan kedzoliman antara satu dengan lainnya. Ketika jin mempunyai dua makanan, yaitu tulang dan kotoran binatang yang sudah mengeras, nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لاَ تَسْتَنْجُوا بِالرَّوْثِ وَلاَ بِالْعِظَامِ فَإِنَّهُ زَادُ إِخْوَانِكُمْ مِنَ الْجِنِّ

Dari Abdulloh Bin Mas’ud berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Janganlah kalian beristinja dengan kotoran binatang dan tulang, karena ia adalah bekal (makanan) saudara kalian dari jin [HR Muslim]

Aljannah Dan Annar Dipersiapkan Bagi Jin Dan Manusia



sekilas tentang jin muslim (5)

Meskipun malaikat selalu berada dalam ketaatan tanpa diselingi dengan maksiat, mereka tidak mendapat balasan aljannah. Demikian juga hewan yang selalu bertasbih dan didapati dalam banyak riwayat bahwa mereka senantiasa menunaikan sholat.

Ini berbeda dengan jin dan manusia. Siapa diantara mereka yang taat kepada Alloh maka balasan bagi mereka adalah aljannah. Sebaliknya neraka menjadi tempat kembali mereka bila durhaka kepada Alloh.

Aljannah dan annar bagi manusia, sudah jelas. Sangat banyak ayat menjelaskannya. Lalu darimana kita mengetahui bahwa aljannah juga Alloh sediakan bagi jin ? Jawabannya ada di surat arrohman :

وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ

Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Robnya ada dua jannah [arrohman : 46]

Tentang kata jannatani (dua jannah, surga), Syaikh Muhammad Amin Asy Syanqithi berkata :

نص قرأني على أن المؤمنين الخائفين مقام ربهم من الجن يدخلون الجنة

Ini adalah dalil quran yang menunjukkan bahwa kaum mukminin yang takut akan maqom Rob mereka dari kalangan jin akan masuk aljannah

Sedangkan Ibnu Katsir berkata :

وهذه الآية عامة في الإنس والجن، فهي من أدل دليل على أن الجن يدخلون الجنة إذا آمنوا واتقوا؛ ولهذا امتن الله تعالى على الثقلين بهذا الجزاء

Ayat ini bersifat umum bagi jin dan manusia. Ini adalah dalil paling tegas yang menunjukkan bahwa jin akan masuk ke dalam aljannah bila mereka beriman dan bertaqwa. Karena itulah Alloh Ta’ala memberikan balasan kepada dua makhluq ini. Di ayat ke 56, Alloh berfirman :

فِيهِنَّ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ  

Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka  dan tidak pula oleh jin [arrohman : 56]

Ayat ini ditafsirkan oleh Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi :

بيان أن الجن المتقين يدخلون الجنة ولهم أزواج كما للإِنس سواء بسواء .

Ayat ini menjelaskan bahwa jin yang bertaqwa akan masuk ke dalam aljannah dan mereka memiliki istri sebagaimana yang ada pada diri manusia

Senada dengan ayat-ayat sebelumnya, lima ayat di bawah ini sebagai penguat dari keterangan di atas :

فِيهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ  فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ  فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ  لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ  

Di dalam aljannah itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik. Maka nikmat Rob kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah. Maka nikmat Rob kamu yang manakah yang kamu dustakan? Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka dan tidak pula oleh jin [arrohman : 70-74]

Maroji’ :

Tafsir Adl Waul Bayan, Muhammad Amin Asy Syanqithi (maktabah syamilah) hal 533

Tafsir Alquran Al’adzim, Ibnu Katsir (maktabah syamilah) hal 533

Tafsir Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi (maktabah syamilah) hal 533


Memiliki Rosul Yang Sama



sekilas tentang jin muslim (4)

Ketika terjadi pertemuan dengan serombongan jin, Rosululloh shollallohu alaihi wasallam memanfaatkannya untuk membacakan ayat-ayat quran di hadapan mereka. Dari bacaan itu, membuat mereka akhirnya beriman. Kisah ini difirmankan Alloh :

قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآَنًا عَجَبًا  يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآَمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا

Katakanlah (hai Muhammad) : Telah diwahyukan kepadaku bahwa : Sekumpulan jin telah mendengarkan (Al Qur'an), lalu mereka berkata : Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur'an yang menakjubkan

(yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Rob kami, [aljin : 1-2]

Ayat di atas menunjukkan bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam tidak hanya berdakwah di kalangan manusia saja, melainkan beliau juga menyeru kepada kaum jin. Tentang hal ini, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata :

تقرير النبوة المحمدية وأن محمدا رسول للثقلين الإِنس والجن معاً  

Ayat di atas menunjukkan ketetapan kenabian Muhammad bahwa Muhammad adalah utusan untuk dua makhluq, yaitu manusia dan jin secara bersamaan

Penulis tafsir Alkhozin berkata :

وفي الآية دليل على أنه مبعوث إلى الإنس والجن جميعاً قال مقاتل لم يبعث الله نبياً إلى الإنس والجن قبله

Ayat ini menunjukkan bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam diutus kepada seluruh manusia dan jin. Muqotil berkata : Alloh tidak pernah mengutus seorang nabi untuk manusia dan jin sebelum beliau

Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di berkata :

كان الله تعالى قد أرسل رسوله محمدا صلى الله عليه وسلم إلى الخلق إنسهم وجنهم وكان لا بد من إبلاغ الجميع لدعوة النبوة والرسالة

Alloh telah menutus rosulNya Muhammad shollallohu alaihi wasallam kepada makhluq dari kalangan jin dan manusia. Beliau harus menyampaikan ajaran kenabian dan kerosulan kepada semuanya

Maroji’ :

Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi (maktabah syamilah) hal 572

Lubabutta’wil Fi Ma’anittanzil, Abul Hasan Ali Bin Muhammad Bin Ibrohim Bin Umar Asy Syaihi (maktabah syamilah) hal 506

Taisir Karim Arrohman Fitafsir Kalamil Mannan, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di(maktabah syamilah) hal 506

Berfirqoh



sekilas tentang jin muslim (3)

Di Kalangan kaum muslimin ada perpecahan. Muncullah firqoh murjiah, khowarij, jahmiyyah dan lainnya. Hal ini juga berlaku di dunia jin. Kita bisa mengetahuinya dari pengakuan jin yang disebutkan oleh Alloh dalam alquran :

وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا

Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang shaleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda [jin : 11]

Ayat di atas menerangkan bahwa diantara komunitas jin ada yang sholih, akan tetapi ada juga yang kadar kesalehannya lemah. Kata waminna duuna dzalika (di antara kami ada yang tidak demikian) ditafsirkan oleh Syaikh Abu Bakar Aljazairi dengan lemah iman dan sedikit taatnya. Adapun kalimat kunna thorooiqo qidada (Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda) ditafsirkan dengan banyak madzhab dan kelompok ahlul bid’ah yang bermacam-macam. Penulis tafsir alkhozin berkata tentang ayat di atas :

وذلك أن الجن فيهم القدرية والمرجئة والرافضة والخوارج وغير ذلك من أهل الأهواء

Yang demikian itu bahwa di kalangan jin ada qodariyyah, murjiah, rofidhoh, khowarij dan lainnya dari kelompok ahlul bid’ah.

Ibnu Katsir membawakan cerita tentang Al A’masy pernah kedatangan jin. Iapun bertanya kepada jin :

ما أحب الطعام إليكم؟

Makanan apa yang kalian paling sukai ?

Jin menjawab :

الأرز

Nasi

Al A’masypun menyediakan nasi. Tiba-tiba satu suap nasi naik, sementara dirinya tidak melihat  seseorangpun. Selanjutnya Al A’masy bertanya lagi :

فيكم من هذه الأهواء التي فينا ؟

Apakah diantara kalian ada ahlul bid’ah seperti yang ada pada kami ?

Setan itu mengiyakan pertanyaannya. Al A’masy bertanya :

فما الرافضة فيكم

Apa pendapatmu tentang kaum rofidhoh yang di kalangan kalian ?

Setan menjawab :

شرنا

Itu adalah seburuk-buruk jin diantara kami

Demikianlah sejumlah bukti tentang keberadaan firqoh yang ada di kalangan jin

Maroji’ :

Lubabutta’wil Fii Ma;anittanzil, Abul Hasan Ali Bin Muhammad Bin Ibrohim Bin Umar Asy yaihi (maktabah syamilah) hal 572

Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi(maktabah syamilah) hal 572

Tafsir Alquran Al’adzim, Ibnu Katsir (maktabah syamilah) hal 572

Dalil Adanya Jin Yang Mukmin



sekilas tentang jin muslim (2)

Cukup banyak dalil dari quran yang membicarakan status keislaman jin disamping kekufuran mereka, diantaranya :

قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآَنًا عَجَبًا  يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآَمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا

Katakanlah (hai Muhammad) : Telah diwahyukan kepadaku bahwa : Sekumpulan jin telah mendengarkan (Al Qur'an), lalu mereka berkata : Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur'an yang menakjubkan (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Rob kami, [aljin : 1-2]

وَأَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُونَ وَمِنَّا الْقَاسِطُونَ فَمَنْ أَسْلَمَ فَأُولَئِكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا وَأَمَّا الْقَاسِطُونَ فَكَانُوا لِجَهَنَّمَ حَطَبًا

Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barang siapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus.

Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api neraka Jahanam [aljin : 14-15]

Tentang ayat di atas, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata :

من الجن أدباء صالحون مؤمنون مسلمون اصحاب لرسول الله صلى الله عليه وسلم .

Di kalangan jin, ada yang memiliki adab, sholih, mukmin, muslim dan menjadi sahabat bagi rosululloh shollallohu alaihi wasallam

Maroji’ :                                            

Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi (maktabah syamilah) hal 573

Jin Makhluq Mukallaf



sekilas tentang jin muslim (1)

Semua malaikat taat kepada Alloh. Tanpa henti mereka bertahmid dan bertasbih untuk Alloh Azza Wajalla. Kendati demikian, kesolehan mereka tidak dibalas aljannah oleh Alloh. Kalau kita buka ayat dan hadits, terlalu banyak dalil yang menerangkan ibadah yang dilakukan oleh binatang. Sama dengan malaikat, binatangpun tidak akan mendapatkan aljannah dari hasil taat dan ketundukan mereka kepada Alloh. Sebaliknya, binatangpun tidak akan dibalas neraka atas kejahatan mereka kepada sesama hewan dan manusia.

Ini berbeda dengan manusia dan jin. Keduanya adalah makhluq mukallaf yang mendapat beban perintah dan larangan. Bila ditunaikan, akan dibalas kebaikan di akhirat, sebaliknya bila ingkar akan dibalas dengan adzab. Alloh berfirman :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu [adz dzariyat : 56]

Tentang ayat di atas, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata :

أي خلقتهم لأجل أن يعبدوني فمن عبدني أكرمته ومن ترك عبادتي أهنته  

Maksudnya “ Aku menciptakan mereka untuk beribadah kepadaKu. Barangsiapa beribadah kepadaKu maka Aku akan memuliakannya dan barangsiapa yang meninggalkan ibadah kepadaKu maka Aku akan menghinakannya “

Kenapa hanya manusia dan jin yang diperintah untuk beribadah ? Sayyid Tanthowi menyebut dua alasan, yaitu karena akal yang Alloh berikan kepada keduanya dan rosul yang Alloh utus kepada mereka.

Maroji’ :

Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi (maktabah syamilah) hal 523

Sayyid Tanthowi (maktabah syamilah) hal 523


Saat Ayat Diperdengarkan Dan Diperolok-Olokkan



mendengar bacaan alquran (17)

Saat ayat-ayat quran dibaca oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam di hadapan kaum kafir Quraisy, mereka sikapi dengan olok-olok. Hal itu itu berlanjut ketika rosululloh shollallohu alaihi wasallam berpindah ke Madinah. Para pendeta yahudi dan kaum munafiqin memberi sikap sama. Karena kelakuan mereka maka Alloh menurunkan ayat :

وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آَيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا  

Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahanam [annisa : 140]

Ayat ini melarang kita untuk duduk bersama pengolok-olok ayat Alloh. Diam dan tetap dalam majlis mereka dinilai sebagai bentuk ridlo dengan kekufuran. Keduanya dinilai sama di sisi Alloh. Oleh karena itu, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata tentang ayat di atas :

حرمة مجالسة أهل الباطل إذا كانوا يخضون في آيات الله نقداً واستهزاء وسخرية  الرضا بالكفر كفر، والرضا بالإِثم إثم .

Haram hukumnya bermujalasah dengan ahlul batil bila mereka bersikap mengkritisi, memperolok-olok dan melecehkan ayat-ayat Alloh. Ridlo terhadap kekufuran berarti kufur dan ridlo terhadap dosa berarti dinilai dosa

Senada dengan surat annisa’, Alloh juga menurunkan ayat di surat al an’am :

وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آَيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang dzalim itu sesudah teringat (akan larangan itu). [al an’am : 68]


Mendengar Alquran Lalu Menuduh “ Orang Gila “ Kepada Pembawanya



mendengar bacaan alquran (16)

Ketika isi alquran tidak mampu dibantah, akhirnya kaum musyrikin menjatuhkan martabat rosululloh shollallohu alaihi wasallam dengan gelar-gelar buruk diantaranya “ majnun “ (orang gila). Beberapa kali Alloh menyitir perbuatan mereka :

وَإِنْ يَكَادُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُ لَمَجْنُونٌ   

Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Alqur'an dan mereka berkata : Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila [alqolam : 51]

وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوا آَلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ  

Dan mereka berkata : Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila ? [ash shoffat : 36]

ثُمَّ تَوَلَّوْا عَنْهُ وَقَالُوا مُعَلَّمٌ مَجْنُونٌ  

Kemudian mereka berpaling daripadanya dan berkata : Dia adalah seorang yang menerima ajaran (dari orang lain) lagi pula seorang yang gila [dukhon : 14]

وَقَالُوا يَا أَيُّهَا الَّذِي نُزِّلَ عَلَيْهِ الذِّكْرُ إِنَّكَ لَمَجْنُونٌ  

Mereka berkata : Hai orang yang diturunkan Al Qur'an kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila [alhijr : 6]

Karena tuduhan nista ini, Alloh membersihkan pribadi nabiNya dari tuduhan itu sehingga beberapa kali pula Alloh memberi bantahan bagi kaum musyrikin :

فَذَكِّرْ فَمَا أَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِكَاهِنٍ وَلَا مَجْنُونٍ  

Maka tetaplah memberi peringatan, dan kamu disebabkan nikmat Tuhanmu bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula seorang gila [thur : 29]

مَا أَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُونٍ  

berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila [alqolam : 2]

وَمَا صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُونٍ  

Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila [attakwir : 22]