Antara Kotoran Manusia Dan Kambing

Kedua makhluq ini sama-sama memiliki kotoran sisa dari makanan yang mereka konsumsi. Ada perbedaan dan tak sedikit memiliki kesamaan.
Kotoran manusia adalah najis dan ini sudah disepakakti para ulama. Adapun kotoran kambing (termasuk semua binatang yang halal dimakan dagingnya) tidak najis bahkan rosululloh shollallohu alaihi wasallam pernah menunaikan sholat di kandang kambing :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِي مَرَابِضِ الْغَنَمِ ثُمَّ سَمِعْتُهُ بَعْدُ يَقُولُ كَانَ يُصَلِّي فِي مَرَابِضِ الْغَنَمِ قَبْلَ أَنْ يُبْنَى الْمَسْجِدُ
Dari Anas bin Malik berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah shalat di kandang kambing. Setelah itu aku mendengar Anas mengatakan, Beliau shalat di kandang kambing sebelum masjid di bangun [HR Bukhori Muslim]
Dilihat dari warna, kotoran kambing tampak hitam. Berbeda dengan kotoran manusia yang berwarna kuning. Tak jarang diantara kita tidak tega melihatnya.
Dari bentuk, kotoran manusia bentuknya besar dan empuk. Sedang kotoran kambing kecil dan keras. Akan tetapi dalam sejarah perjalanan dakwah rosululloh shollallohu alaihi wasallam, pernah para sahabat buang air dan yang keluar adalah kotoran sekecil kotoran kambing, yang demikian itu sebagaimana yang dituturkan oleh Sa’ad bin Abi Waqosh :
عَنْ سَعْد رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ إِنِّي لَأَوَّلُ الْعَرَبِ رَمَى بِسَهْمٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَكُنَّا نَغْزُو مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا لَنَا طَعَامٌ إِلَّا وَرَقُ الشَّجَرِ حَتَّى إِنَّ أَحَدَنَا لَيَضَعُ كَمَا تَضَعُ الشَّاةُ مَا لَهُ خِلْطٌ
Dari Sa'ad radliallahu 'anhu berkata ; Sungguh aku adalah orang Arab yang pertama kali melepaskan anak panah di jalan Allah. Kami pernah berperang bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang ketika itu kami tidak memiliki makanan kecuali dedaunan pohon, hingga seorang diantara kami buang air besar bagaikan kambing buang air besar. Kotoran kami tak ada campurannya apa-apa sehingga nampak kering  [muttafaq alaih]

Antara Abdulloh, Zainab Dan Fathimah

Ketiganya adalah sahabat rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Tidak sedikit di antara nama-nama itu dimiliki oleh para sahabat dengan jumalah cukup banyak.
Nama Abdulloh, kita mendapatkan pada diri : Abdulloh ibnu Abbas, Abdulloh ibnu Umar, Abdulloh ibnu Mas’ud, Abdulloh ibnu Amru ibnu Ash, Abdulloh ibnu Ruwahah, Abdulloh ibnu Jahsyi dan masih banyak lagi. Tak jarang kita mendengar istilah Ubadalah sebagai singkatan dari orang yang memiliki nama Abdulloh.
Nama Zainab juga banyak dimiliki para sahabat. Diantaranya : Zainab istri dan puteri rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Termasuk Zainab istri Abdulloh bin Mas’ud sebagaimana yang tertera dalam hadits :
عَنْ زَيْنَبَ امْرَأَةِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَتْ كُنْتُ فِي الْمَسْجِدِ فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ تَصَدَّقْنَ وَلَوْ مِنْ حُلِيِّكُنَّ وَكَانَتْ زَيْنَبُ تُنْفِقُ عَلَى عَبْدِ اللَّهِ وَأَيْتَامٍ فِي حَجْرِهَا قَالَ فَقَالَتْ لِعَبْدِ اللَّهِ سَلْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيَجْزِي عَنِّي أَنْ أُنْفِقَ عَلَيْكَ وَعَلَى أَيْتَامٍ فِي حَجْرِي مِنْ الصَّدَقَةِ فَقَالَ سَلِي أَنْتِ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَانْطَلَقْتُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَجَدْتُ امْرَأَةً مِنْ الْأَنْصَارِ عَلَى الْبَابِ حَاجَتُهَا مِثْلُ حَاجَتِي فَمَرَّ عَلَيْنَا بِلَالٌ فَقُلْنَا سَلْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيَجْزِي عَنِّي أَنْ أُنْفِقَ عَلَى زَوْجِي وَأَيْتَامٍ لِي فِي حَجْرِي وَقُلْنَا لَا تُخْبِرْ بِنَا فَدَخَلَ فَسَأَلَهُ فَقَالَ مَنْ هُمَا قَالَ زَيْنَبُ قَالَ أَيُّ الزَّيَانِبِ قَالَ امْرَأَةُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ نَعَمْ لَهَا أَجْرَانِ أَجْرُ الْقَرَابَةِ وَأَجْرُ الصَّدَقَةِ
Dari Zainab isteri 'Abdullah bin Mas’ud radliallahu 'anhua sama seperti ini, berkata,: Aku pernah berada di masjid lalu aku melihat Nabi Shallallahu'alaihiwasallam. Kemudian Beliau bersabda : Bershadaqahlah kalian walau dari perhiasan kalian. Pada saat itu Zainab berinfaq untuk 'Abdullah dan anak-anak yatim di rumahnya. Dia ('Amru bin Al Harits) berkata,: Zainab berkata, kepada 'Abdullah : Tanyakanlah kepada Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam apakah aku akan mendapat pahala bila aku menginfaqkan shadaqah (zakat) ku kepadamu dan kepada anak-anak yatim dalam rumahku. Maka 'Abdullah berkata, : Tanyakanlah sendiri kepada Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam. Maka akupun segera berangkat untuk menemui rosululloh Shallallahu'alaihiwasallam dan aku mendapatkan seorang wanita Anshar di depan pintu yang sedang menyampaikan keperluannya seperti keperluanku. Kemudian Bilal lewat di hadapan kami maka kami berkata : Tolong tanyakan kepada Nabi Shallallahu'alaihiwasallam, apakah aku akan mendapat pahala bila aku meninfaqkan shadaqah (zakat) ku kepada suamiku dan kepada anak-anak yatim yang aku tanggung dalam rumahku ?. Dan kami tambahkan agar dia (Bilal) tidak menceritakan siapa kami. Maka Bilal masuk lalu bertanya kepada Beliau. Lalu Beliau bertanya : Siapa kedua wanita itu ?. Bilal berkata, : Zainab. Beliau bertanya lagi : Zainab yang mana ?. Dikatakan : Zainab isteri 'Abdullah bin Mas’ud. Maka Beliau bersabda : Ya benar, baginya dua pahala, yaitu pahala (menyambung) kekerabatan dan pahala zakatnya [HR Bukhori Muslim]
Adapun nama Fathimah juga banyak dimiliki para sahabat. Mereka adalah : Fatimah binti Rasulullah, Fatimah binti Asad; Ummu Ali bin Abu Thalib, Fatimah binti Hamzah bin Abdul Muthallib dan ada juga Fathimah istri Uqoil bin Abu Tholib dan Fathimah binti Qois yang pernah dilamar Abu Jahm dan Muawiyyah tetapi akhirnya dinikah oleh Usamah bin Zaid atas kehendak dari rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Merekapun disebut Fawathim (orang yang memiliki nama Fathimah) :
عَنْ عَلِيٍّ أَنَّ أُكَيْدِرَ دُومَةَ أَهْدَى إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَوْبَ حَرِيرٍ فَأَعْطَاهُ عَلِيًّا فَقَالَ شَقِّقْهُ خُمُرًا بَيْنَ الْفَوَاطِمِ
Dari Ali, bahwasannya Ukaidira Dumah pernah menghadiahkan selembar kain sutera kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Lalu beliau memberikannya kepada Ali seraya bersabda : Potonglah kain sutera ini untuk dibuat kerudung, dan bagikanlah kepada Fawathim. (yaitu Fatimah binti Rasulullah, Fatimah binti Asad; Ummu Ali bin Abu Thalib, dan Fatimah binti Hamzah bin Abdul Muthallib). [HR Bukhori, Muslim dan Nasa’i]
Maroji’ :
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Aysqolani 3/347

Antara Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam, Abu Bakar Dan Umar

Ketiganya tidak bisa dipisahkan. Hubungan ketiganya tidak sebatas hubungan iman, akan tetapi juga meliputi ikatan kekerabatan. Aisyah yang merupakan puteri Abu Bakar dan Hafshoh puteri Umar disunting oleh nabi shollallohu alaihi wasallam.
Dilihat dari peringkat iman maka rosululloh shollallohu alaihi wasallam tentu yang terdepan, lalu disusul Abu Bakar dan selanjutnya Umar.
Selain dua hal di atas ada keistimewaan lainnya yang bersanding antara ketiganya, diantaranya :
Mendapat perhatian dari nabi shollallohu alaihi wasallam dalam sholat tahajud
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِأَبِي بَكْرٍ مَرَرْتُ بِكَ وَأَنْتَ تَقْرَأُ وَأَنْتَ تَخْفِضُ مِنْ صَوْتِكَ فَقَالَ إِنِّي أَسْمَعْتُ مَنْ نَاجَيْتُ قَالَ ارْفَعْ قَلِيلًا وَقَالَ لِعُمَرَ مَرَرْتُ بِكَ وَأَنْتَ تَقْرَأُ وَأَنْتَ تَرْفَعُ صَوْتَكَ قَالَ إِنِّي أُوقِظُ الْوَسْنَانَ وَأَطْرُدُ الشَّيْطَانَ قَالَ اخْفِضْ قَلِيلًا
Dari Abu Qatadah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada Abu Bakar : Saya melewatimu ketika kamu sedang membaca ayat kemudian kamu merendahkan suaramu. Maka dia (Abu Bakar radliallahu 'anhu) menjawab, sesungguhnya saya sedang memperdengarkan dzat yang saya bermunajat kepadanya, beliau bersabda : Keraskan sedikit suaramu. lalu beliau berkata kepada Umar : Saya melewatimu ketika kamu sedang membaca ayat kemudian kamu meninggikan suaramu. Maka dia (Umar RA) menjwab, sesungguhnya saya sedang membangunkan orang yang tertidur dan mengusir syetan. Kemudian beliau bersabda :  Rendahkan sedikit suaramu [HR Abu Daud, Tirmidzi dan Alhakim]
Kuburan mereka yang bersanding
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ إِنِّي لَوَاقِفٌ فِي قَوْمٍ فَدَعَوْا اللَّهَ لِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ وَقَدْ وُضِعَ عَلَى سَرِيرِهِ إِذَا رَجُلٌ مِنْ خَلْفِي قَدْ وَضَعَ مِرْفَقَهُ عَلَى مَنْكِبِي يَقُولُ رَحِمَكَ اللَّهُ إِنْ كُنْتُ لَأَرْجُو أَنْ يَجْعَلَكَ اللَّهُ مَعَ صَاحِبَيْكَ لِأَنِّي كَثِيرًا مَا كُنْتُ أَسْمَعُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كُنْتُ وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَفَعَلْتُ وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَانْطَلَقْتُ وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ فَإِنْ كُنْتُ لَأَرْجُو أَنْ يَجْعَلَكَ اللَّهُ مَعَهُمَا فَالْتَفَتُّ فَإِذَا هُوَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ
Dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata; Ketika aku berada di tengah-tengah kaum (Muslimin), ternyata mereka sedang mendo'akan 'Umar bin Al Kthaththab, saat jasadnya sudah diletakkan di atas tempat tidurnya, tiba-tiba ada seorang laki-laki dari belakangku yang meletakkan siku lengannya pada bahuku seraya berkata; Semoga Allah merahmatimu. Sungguh aku berharap Allah akan menjadikan kamu bersama kedua shahabatmu (Abu Bakar dan Umar) dikarenakan aku sering mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Aku bersama Abu Bakr dan 'Umar. Aku, Abu Bakr dan 'Umar mengerjakan sesuatu dan Aku, Abu Bakr dan 'Umar berangkat (bepergian). Maka, sungguh aku berharap Allah menjadikan kamu bersama keduanya (di pemakaman). Kemudian aku menoleh, ternyata orang itu adalah 'Ali bin Abu Thalib [HR Bukhori dan Ahmad]
عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِي سُفْيَانَ أَنَّهُ قَالَ سَمِعْتُهُ يَخْطُبُ يَقُولُ مَاتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ ابْنُ ثَلَاثٍ وَسِتِّينَ وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَأَنَا ابْنُ ثَلَاثٍ وَسِتِّينَ
Dari Mu'awiyah bin Abu Sufyan bahwa dia berkata; saya mendengar dia berkhutbah, katanya ; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam wafat ketika berusia enam puluh tiga tahun, demikian juga Abu Bakar dan Umar. Sedangkan saya saat ini berusia enam puluh tiga tahun [HR Muslim, Ahmad dan Tirmidzi]
Menjadi panutan umat islam
Saat nabi shollallohu alaihi wasallam hidup tentu beliau yang menjadi sumber rujukan. Ketika beliau wafat akhirnya umat islam memiliki sumber rujukan langsung. Abu Bakar dan Umar nama yang disebut oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam.
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْتَدُوا بِاللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ
Dari Hudzaifah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Teladanilah dua orang sepeninggalku yaitu Abu Bakar dan Umar. [HR Tirmidzi dan Ibnu Majah]

Antara Abu Musa Dan Ibnu Mas’ud

Dua orang sahabat yang diberi kelebihan oleh Alloh dalam hal membaca alquran. Abu Musa yang bersuara merdu sehingga mengundang pujian dari rosululloh shollallohu alaihi wasallam :
عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ يَا أَبَا مُوسَى لَقَدْ أُوتِيتَ مِزْمَارًا مِنْ مَزَامِيرِ آلِ دَاوُدَ
Dari Abu Musa radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda kepadanya : Wahai Abu Musa, sesungguhnya aku telah diberi Mizmar (seruling) dari Mazaamir (seruling) -nya keluarga Dawud [HR Bukhori Muslim]
Apa yang ada pada diri Abu Musa selaras dengan motifasi dari nabi shollallohu alaihi wasallam untuk membaca alquran dengan memadukan antara suara merdu dan irama yang menarik :
عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَيِّنُوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ
Dari Al Bara` bin 'Azib ia berkata ; Rasulullah shallAllahu wa'alaihi wa sallam bersabda : Perindahlah Al Qur'an dengan suara kalian [HR Abu Daud, Ibnu Majah dan Nasa’i]
عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِالْقُرْآنِ
Dari Sa'id bin Abu Sa'id, ia berkata; Rasulullah shallAllahu wa'alaihi wa sallam bersabda : Bukan dari golongan Kami orang yang tidak mengiramakan bacaan Al Qur'an [HR Ahmad dan Abu Daud]
Pengarang Aunul Ma’bud menerangkan bahwa sebelum datangnya islam, orang Arab gemar mendendangkan syair. Mereka lakukan saat mengendarai onta, duduk santai di halaman dan kebanyakan dari seluruh kegiatannya. Ketika Alloh turunkan alquran maka rosululloh shollallohu alaihi wasallam sangat berkeinginan agar quran menyingkirkan dendangan lagu itu.
Adapun keistimewaan Ibnu Mas’ud bukan terletak pada indahnya suara melainkan karena pembawaan dan penghayatannya saat membaca alquran sehingga mampu membuat rosululloh shollallohu alaihi wasallam bercucuran air mata sebagaimana riwayat :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ عَلَيَّ قُلْتُ آقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ قَالَ فَإِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي فَقَرَأْتُ عَلَيْهِ سُورَةَ النِّسَاءِ حَتَّى بَلَغْتُ فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا قَالَ أَمْسِكْ فَإِذَا عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ
Dari 'Abdullah bin Mas’ud berkata ; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadaku : Bacakanlah Al Qur'an kepadaku ! Aku berkata ; Bagaimana aku membacakan kepadamu, padahal Al Qur'an diturunkan kepadamu? Beliau menjawab : Sesungguhnya aku suka mendengarkannya dari orang lain. Lalu aku membacakan kepada beliau surat An Nisa hingga tatkala sampai ayat; Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu (An Nisa; 41), beliau berkata; 'Cukup.' Dan ternyata beliau mencucurkan air mata (menangis) [HR Bukhori Muslim]
Apa yang ada pada diri Ibnu Mas’ud selaras dengan firman Alloh :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Rob mereka bertawakkal  [al anfal : 2]
Demikianlah kelebihan yang Alloh karuniakan pada diri Ibnu Mas’ud hingga akhirnya tidak ada satupun yang mendengar mauidzohnya kecuali akan terkesan dan memintanya untuk memperbanyaknya :
عَنْ أَبِي وَائِلٍ قَالَ كَانَ عَبْدُ اللَّهِ يُذَكِّرُ النَّاسَ فِي كُلِّ خَمِيسٍ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ لَوَدِدْتُ أَنَّكَ ذَكَّرْتَنَا كُلَّ يَوْمٍ قَالَ أَمَا إِنَّهُ يَمْنَعُنِي مِنْ ذَلِكَ أَنِّي أَكْرَهُ أَنْ أُمِلَّكُمْ وَإِنِّي أَتَخَوَّلُكُمْ بِالْمَوْعِظَةِ كَمَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِهَا مَخَافَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا
Dari Abu Wa'il berkata; bahwa Abdullah memberi pelajaran kepada orang-orang setiap hari Kamis, kemudian seseorang berkata : Wahai Abu Abdurrahman, sungguh aku ingin kalau anda memberi pelajaran kepada kami setiap hari dia berkata : Sungguh aku enggan melakukannya, karena aku takut membuat kalian bosan, dan aku ingin memberi pelajaran kepada kalian sebagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memberi pelajaran kepada kami karena khawatir kebosanan akan menimpa kami [HR Bukhori Muslim]
Maroji’ :
Aunul Ma’bud, Abu Thoyyib Muhammad Syamsuddin Alhaq Al ‘Adzim Abadi 3/215
Antara Sholat Shubuh Dan ashar
Dua sholat yang memiliki kesamaan keistimewaan. Disandingkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam dalam satu penjelasan, seolah-olah keduanya satu kesatuan. Syaikh Mushthofa Albugho berkata : hikmahnya adalah waktu shubuh adalah saat seseorang sedang nyaman untuk tidur, adapun waktu ashar karena saat itu adalah kondisi manusia sedang sibuk bekerja dan ramainya orang mengejar keuntungan dari berdagang. Setidaknya empat kali rosululloh shollallohu alaihi wasallam keduanya disertai penyebutan keutamaannya :
1.       Melihat Alloh dengan jelas
عَنْ جَرِيرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ نَظَرَ إِلَى الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ فَقَالَ أَمَا إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا لَا تُضَامُّونَ أَوْ لَا تُضَاهُونَ فِي رُؤْيَتِهِ فَإِنْ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ لَا تُغْلَبُوا عَلَى صَلَاةٍ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا فَافْعَلُوا  
Jarir bin 'Abdullah berkata : Kami sedang bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saat beliau melihat rembulan di malam purnama. Kemudian beliau bersabda : Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan purnama ini. Dan kalian tidak akan saling berdesakan dalam melihatnya. Maka jika kalian mampu untuk tidak terlewatkan melaksanakan shalat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya, maka lakukanlah [HR Bukhori Muslim]
2.       Jaminan tidak tersentuh api neraka
عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ عُمَارَةَ بْنِ رُؤَيْبَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَنْ يَلِجَ النَّارَ أَحَدٌ صَلَّى قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا  
Dari Abu Bakr bin Imarah bin Ru'aibah dari Ayahnya dia berkata; aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Tidak akan masuk neraka seseorang yang shalat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya. maksudnya fajar (subuh) dan ashar [HR Muslim]
3.       Jaminan mendapat aljannah
عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي مُوسَى عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَلَّى الْبَرْدَيْنِ دَخَلَ الْجَنَّةَ
Dari Abu Bakar bin Abu Musa dari Bapaknya, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa mengerjakan shalat pada dua waktu dingin, maka dia akan masuk aljannah  [HR Bukhori Muslim]
4.       Disaksikan oleh para malaikat siang maupun malam
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلَائِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلَائِكَةٌ بِالنَّهَارِ وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ وَصَلَاةِ الْعَصْرِ ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي فَيَقُولُونَ تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ وَأَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; Di antara kalian ada malaikat yang bergantian di waktu malam dan siang, mereka berkumpul ketika shalat fajar dan shalat ashar, lantas malaikat yang bermalam naik dan Rob mereka menanyai mereka -sekalipun Dia paling tahu terhadap mereka- bagaimana kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku ? Jawab mereka  Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat, dan kami datangi mereka juga dalam keadaan shalat [HR Bukhori Muslim]
Maroji’ :
Nuzhatul Muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho 2/32





Antara Timur Dan Barat


Barangkali anda akan mudah mendapat kata timur dan barat dalam quran maupun hadits. Tapi betapa sulit atau bahkan hampir pasti kata utara dan selatan tidak disebut di keduanya. Tentu ini terjadi untuk suatu hikmah yang tahu hanya Alloh. Di antara hikmah itu adalah :

Membentangnya kekuasaan umat islam

Imam Muslim meriwayatkan dari Tsauban, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

إن الله زوى لي الأرض، فرأيت مشارقها ومغاربها، وإن أمتي سيبلغ ملكها ما زوي لي منها، وأعطيت كنـزين : الأحمر والأبيض

Sungguh Allah telah membentangkan peta bumi kepadaku, sehingga aku dapat melihat belahan timur dan barat, dan sungguh kekuasaan umatku akan sampai pada belahan bumi yang telah dibentangkan kepadaku itu, dan aku diberi dua simpanan yang berharga, merah dan putih (imperium Persia dan Romawi)

Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin dan Abdurrohman Hasan Alu Syaikh memiliki komentar yang hampir sama tentang hadits di atas, bahwa kekuasaan umat islam akan membentang dan sudah terjadi dari ujung Barat yang meliputi Thonjah daerah tepi Maroko hingga ujung timur yaitu di belakang Khurosan dan negeri Shind, Hindi dan Shoghd. Meski kekuasaan umat meliputi daerah utara dan selatan tapi itu hanya sedikit

Larangan menghadap dan membelakangi kiblat saat buang hajat

عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَى أَحَدُكُمْ الْغَائِطَ فَلَا يَسْتَقْبِل الْقِبْلَةَ وَلَا يُوَلِّهَا ظَهْرَهُ شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا

Dari Abu Ayyub Al Anshari berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Jika salah seorang dari kalian masuk ke dalam WC untuk buang hajat, maka janganlah menghadap ke arah kiblat membelakanginya. Hendaklah ia menghadap ke arah timurnya atau baratnya [HR Bukhori Muslim]

Perbandingan dunia dan akhirat

Hasan Albasri ketika ditanya tentang perbandingan antara dunia dan akhirat, berkata : perumpamaan dunia dan akhirat adalah ibarat timur dan barat, bila engkau mendekat ke timur maka engkau akan jauh dari barat. Bila angkau kejar dunia maka akhirat akan menjauh dari dirimu.

Arah masyriq dan maghrib dalam alquran

Ketika Alloh menyebut arah dalam alquran selalu disebut barat dan timur bukan utara dan selatan sebagaimana yang Alloh firmankan :

وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui [albaqoroh : 115]

Syaikh Abdurrohman Nashir Asa’di menerangkan hikmah penyebutan almasyriq (timur) dan almaghrib (barat) bahwa dua arah itulah ada tanda-tanda kebesaran Alloh karena keduanya adalah tempat terbit dan tenggelamnya matahari.

Jauhnya dosa dalam doa iftitah

Sebelum membaca alfatihah, seseorang tentu membaca doa iftitah. Beragam lafadz yang diajarkan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam. Yang berkaitan dengan almasyriq dan almaghrib adalah bacaan :

اَللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ اَلْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اَللَّهُمَّ نقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى اَلثَّوْبُ اَلْأَبْيَضُ مِنْ اَلدَّنَسِ اَللَّهُمَّ اِغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Ya Allah jauhkanlah diriku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana telah Engkau jauhkan antara Timur dengan Barat. Ya Allah bersihkanlah diriku dari kesalahan-kesalahan sebagaimana telah Engkau bersihkan baju putih dari kotoran. Ya Allah cucilah diriku dari kesalahan-kesalahanku dengan air es dan embun [Muttafaq Alaihi]

Maroji’ :

Alqoulul mufid, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 1/472

Fathul majid, Syaikh Abdurrohman Hasan Alu Syaikh hal 211-212

Jejak para tabi’in, Dr Abdurrohman Ra’fat Basya hal 98

Tafsir ayatirrohman fi tafsir kalamil Mannan, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di maktabah syamilah) 1/63









Antara Wanita Dan Setan


1. Membatalkan sholat

Hal ini berlaku bila seseorang menunaikan sholat tanpa menggunakan sutroh lalu ada yang melewatinya baik wanita, keledai dan anjing hitam (yang tidak lain adalah setan) maka status sholatnya dinyatakan batal. Hal ini berdasar hadits :

عَنْ أَبِي ذَرٍّ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقْطَعُ صَلَاةَ اَلْمَرْءِ اَلْمُسْلِمِ إِذَا لَمْ يَكُنْ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلُ مُؤْخِرَةِ اَلرَّحْلِ اَلْمَرْأَةُ وَالْحِمَارُ وَالْكَلْبُ اَلْأَسْوَدُ اَلْحَدِيثَ وَفِيهِ اَلْكَلْبُ اَلْأَسْوَدِ شَيْطَانٌ

Dari Abu Dzar Al-Ghifary Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Yang akan memutuskan sholat seorang muslim bila tidak ada tabir di depannya seperti kayu di bagian belakang kendaraan adalah wanita keledai dan anjing hitam. Di dalam hadits disebutkan : Anjing hitam adalah setan [HR Imam Muslim]

Para ulama ada yang berpendapat bahwa sholat yang bersangkutan betul-betul batal sesuai dengan dzohir hadits. Sebagian berpendapat bahwa batal yang dimaksud adalah berkurangnya pahala. Demikianlah yang dituturkan oleh pengarang taudlihul ahkam.

2. Daya pikat pada laki-laki

عَنْ جَابِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى امْرَأَةً فَأَتَى امْرَأَتَهُ زَيْنَبَ وَهِيَ تَمْعَسُ مَنِيئَةً لَهَا فَقَضَى حَاجَتَهُ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى أَصْحَابِهِ فَقَالَ إِنَّ الْمَرْأَةَ تُقْبِلُ فِي صُورَةِ شَيْطَانٍ وَتُدْبِرُ فِي صُورَةِ شَيْطَانٍ فَإِذَا أَبْصَرَ أَحَدُكُمْ امْرَأَةً فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّ ذَلِكَ يَرُدُّ مَا فِي نَفْسِهِ

Dari Jabir bahwasanya; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah melihat seorang wanita, lalu beliau mendatangi isterinya, yaitu Zainab yang sedang menyamak kulit, guna melepaskan rasa rindunya. Sesudah itu, beliau pergi menemui para sahabatnya, lalu beliau bersabda : Sesungguhnya wanita itu datang dan pergi dalam bentuk syetan (daya pikatnya dipengaruhi oleh setan). Maka bila kamu melihat seorang wanita, datangilah isterimu, karena yang demikian itu dapat menentramkan gejolak hatimu [HR Muslim, Abu Daud, Tirmidzi dan Nasa’]

Imam Nawawi menerangkan bahwa hadits di atas memerintahkan kepada para suami bahwa bila melihat wanita lalu muncullah gejolak maka segera mendatangi istri atau budaknya lalu melampiaskan nafsunya kepadanya sehingga tenanglah kondisinya. Adapun penyandingan setan dengan wanita adalah isyarat ajakan berbuat fitnah yang Alloh tanamkan pada diri kaum laki yang memiliki kecondongan terhadap wanita, rasa asyik memandangnya dan hati yang selalu tertaut padanya. Hal itu ada juga pada diri setan yang selalu mengajak kepada keburukan dan memperindahnya.

3. Tipu daya wanita lebih hebat dari setan

Alloh berfirman tentang setan :

إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا

Sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah [annisa’ : 76]

Adapun tipu daya wanita, Alloh berfirman :

إِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيمٌ

Sesungguhnya tipu daya kalian wahai wanita adalah besar [yusuf : 28]

Tidak aneh bila rosululloh shollallohu alaihi wasallam menyandingkan antara kerusakan dengan wanita :

فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ

Dari Abu Sa'id Al Khudri dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya dunia itu manis. Dan sesungguhnya Allah telah menguasakannya kepadamu sekalian. Kemudian Allah menunggu (memperhatikan) apa yang kamu kerjakan (di dunia itu). Karena itu takutilah dunia dan takutilah wanita, karena sesungguhnya sumber bencana Bani Isarail adalah wanita [HR Muslim, Ahmad dan Albaihaqi]

Maroji’ :

Taudlihul ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 2/444

Syarh shohih muslim, Imam Nawawi 9/178





Antara Raja Najasyi dan Abu lahab


Keduanya memiliki perbedaan mencolok dan sedikit ada kesamaan :

1. Abu Lahab bangsawan Arab, adapun raja Najasyi bangsawan Habasyah yang dikenal dengan kulitnya yang hitam.

2. Keduanya tidak pernah saling bertemu

3. Abu Lahab masih punya hubungan kekerabatan dengan rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Melihat langsung bagaimana kebenaran islam di hadapannya. Sayang justru dirinyalah yang menjadi penentang paling hebat terhadap dakwah rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Adapun raja Najasyi yang tidak pernah bersua dengan nabi shollallohu alaihi wasallam, sekedar mendengar keterangan singkat dari Jafar bin Abdil Muthollib serta merta mengucapkan dua kalimat syahadat. Benarlah perkataan yang mengatakan “ orang yang diberi kesempatan oleh Alloh untuk melihat wajah rosululloh shollallohu alaihi wasallam akan tetapi menempati neraka yang paling dalam. Sementara orang yang belum pernah melihat indahnya wajah nabi shollallohu alaihi wasallam, ternyata bisa bersua dengan beliau di jannatul firdaus “

4. Keduanya diabadikan dalam alquran

Kekufuran Abu Lahab diabadikan dengan nama surat “ Allahab “ adapun keimanan raja najasyi diabadikan dalam ayat :

لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آَمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَوَدَّةً لِلَّذِينَ آَمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَى ذَلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا وَأَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ وَإِذَا سَمِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَى أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوا مِنَ الْحَقِّ يَقُولُونَ رَبَّنَا آَمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ وَمَا لَنَا لَا نُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَمَا جَاءَنَا مِنَ الْحَقِّ وَنَطْمَعُ أَنْ يُدْخِلَنَا رَبُّنَا مَعَ الْقَوْمِ الصَّالِحِينَ فَأَثَابَهُمُ اللَّهُ بِمَا قَالُوا جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ الْمُحْسِنِينَ

82. Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. dan Sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata : Sesungguhnya Kami ini orang Nasrani. yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena Sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri.

83. Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu Lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari Kitab-Kitab mereka sendiri); seraya berkata : Ya Tuhan Kami, Kami telah beriman, Maka catatlah Kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad s.a.w.)

84. Mengapa Kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada Kami, Padahal Kami sangat ingin agar Tuhan Kami memasukkan Kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh ?

85. Maka Allah memberi mereka pahala terhadap Perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) aljannah yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya. dan Itulah Balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan (yang ikhlas keimanannya) [almaidah : 82-85]

Menurut ibnu Katsir empat ayat di atas berbicara tentang raja Najasyi

5. Keduanya mati di negerinya masing-masing

6. Raja Najasyi meninggal dalam keadaan husnul khotimah, Abu Lahab mati dalam keadaan tragis.

Tentang kematian Abu Lahab, Penulis arrohiq almakhtum menuturkan bahwa setelah usai perang badar, Abu Lahab terus mencari berita. Hingga datanglah Abu Sufyan yang mengabarkan kepadanya akan kekalahan kaum Quraisy. Abu sufyan berkata : Ketika kami berhadapan dengan satu kaum (umat islam), ternyata kami harus menyerahkan pundak-pundak kami kepada mereka. Mereka menyerang dan menawan kami sekehendak mereka. Demi Alloh saat itu ada sekelompok orang yang berbaju putih yang menunggang kuda yang datang antara langit dan bumi. Demi Alloh mereka tidak menghilangkan jejak dan tidak menginjak tanah sedikitpun.

Abu Rofi’ mengangkat batu pembatas air zam-zam sembari berkata : Demi Alloh itu adalah malaikat. Abu Lahab murka mendengar perkataan Abu Rofi hingga mengengkat tangannya dan memukulkan batu itu ke muka Abu Rofi dengan keras dan membanting tubuhnya sambil terus memukulinya. Ummu Fadl membelanya dengan mengangkat batu itu dan memukulkannya ke kepala Abu Lahab hingga meninggalkan luka yang besar.

Ternyata Abu lahab tidak bertahan lama lebih dari tujuh hari setelah peristiwa itu. Alloh mengadzabnya dengan menimbulkan luka bernanah di sekujur tubuhnya. Sanak keluarganya tidak ada yang mau merawatnya, bahkan ketika akhirnya mati bangkainya terbengkalai selama tiga hari. Atas dasar takut dicemooh oleh masyarakat maka keluarga membuatkan lubang dekat jasadnya. Dengan disodok-sodok Abu lahabpun didorong ke dalamnya lalu diuruk dengan cara melemparkan batu dari jarak jauh.

Sedangkan kematian raja najasyi, rosululloh shollallohu alaihi wasallam menyolatkannya sebagaimana sebuah riwayat :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم نَعَى اَلنَّجَاشِيَّ فِي اَلْيَوْمِ اَلَّذِي مَاتَ فِيهِ, وَخَرَجَ بِهِمْ مِنَ الْمُصَلَّى، فَصَفَّ بِهِمْ, وَكَبَّرَ عَلَيْهِ أَرْبَعًا مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyiarkan kematian Najasyi pada hari kematiannya, beliau keluar bersama mereka ke tempat sholat, bershaf bersama mereka, dan sholat empat takbir untuknya. [Muttafaq Alaih]

Maroji’ :

Tafsir Alquran Al’adzim, Abu Fida Ibnu Katsir Addimasyqi 2/106

Arrohiq almakhtum, syaikh Shoifurrohman Almubarokfuri hal 272

Antara Masjid Dan WC


Sebenarnya tidak pantas menyamakan keduanya karena memang berbeda. Bukan bertujuan merendahkan keagungan masjid, tapi demikianlah syariat menerangkan kepada kita. Di antara yang bisa kita ketahui akan kesamaan dan perbedaan keduanya adalah :

1. Wc dan masjid adalah tempat membuang kotoran

Wc adalah tempat membuang kotoran sisa-sisa makanan, sementara masjid adalah tempat membuang kotoran dosa. Bukankah orang yang sholat di dalamnya telah menunaikan wudlu yang menyebabkan berguguran dosa hingga tetesan air terakhir ? Dan sholat, apalagi dilakukan berjamaah juga menghapus noda perbuatan buruk ?

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا تَوَضَّأَ الْعَبْدُ الْمُسْلِمُ أَوْ الْمُؤْمِنُ فَغَسَلَ وَجْهَهُ خَرَجَ مِنْ وَجْهِهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ نَظَرَ إِلَيْهَا بِعَيْنَيْهِ مَعَ الْمَاءِ أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ فَإِذَا غَسَلَ يَدَيْهِ خَرَجَ مِنْ يَدَيْهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ كَانَ بَطَشَتْهَا يَدَاهُ مَعَ الْمَاءِ أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ فَإِذَا غَسَلَ رِجْلَيْهِ خَرَجَتْ كُلُّ خَطِيئَةٍ مَشَتْهَا رِجْلَاهُ مَعَ الْمَاءِ أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ حَتَّى يَخْرُجَ نَقِيًّا مِنْ الذُّنُوبِ

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Apabila seorang muslim atau mukmin berwudlu, lalu membasuh wajahnya, maka keluar dari wajahnya segala kesalahan yang dia lihat dengan kedua matanya bersama turunnya air wudlu, atau bersama akhir dari tetesan air. Apabila dia membasuh kedua tangannya, maka keluar dari kedua tangannya semua kesalahan yang dilakukan oleh kedua tangannya bersama dengan turunnya air, atau akhir dari tetesan air hingga dia keluar dalam keadaan bersih dari dosa [HR Muslim]

عَنْ أَنَسٍ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَصَبْتُ حَدًّا فَأَقِمْهُ عَلَيَّ قَالَ وَحَضَرَتْ الصَّلَاةُ فَصَلَّى مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا قَضَى الصَّلَاةَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أَصَبْتُ حَدًّا فَأَقِمْ فِيَّ كِتَابَ اللَّهِ قَالَ هَلْ حَضَرْتَ الصَّلَاةَ مَعَنَا قَالَ نَعَمْ قَالَ قَدْ غُفِرَ لَكَ

Dari Anas dia berkata ; Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata ; Ya, Rasulullah ! Aku telah melanggar hukum atas diriku (hukumlah aku) ! Anas berkata ; Ketika itu telah masuk waktu shalat, maka dia pun shalat bersama-sama dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Setelah selesai shalat dia berkata lagi kepada beliau ; Ya, Rasulullah! Aku telah melanggar hukum atas diriku sesuai dengan Kitab Allah.' Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya : Apakah engkau tadi shalat bersama-sama kami ? jawabnya ; Ya ! Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Allah telah mengampuni kamu [HR Bukhori Muslim]

2. Di masjid maupun di wc ada setan

Ketika kita masuk wc kita diperintahkan berdoa :

عَنْ أنَسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ اَلْخَلَاءَ قَالَ اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ اَلْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ أَخْرَجَهُ اَلسَّبْعَة

Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam apabila masuk kakus beliau berdo'a : Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari jin laki dan jin perempuan [HR Imam Tujuh]

Adapun keberadaan setan di masjid, berdasar kepada dua hadits :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رُصُّوا صُفُوفَكُمْ وَقَارِبُوا بَيْنَهَا وَحَاذُوا بِالْأَعْنَاقِ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنِّي لَأَرَى الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ مِنْ خَلَلِ الصَّفِّ كَأَنَّهَا الْحَذَفُ

Dari Anas bin Malik dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda : Rapatkan shaf shaf kalian, dekatkanlah jarak antara keduanya, dan sejajarkanlah antara leher-leher. Demi Dzat yang jiwaku berada di TanganNya, sesungguhnya saya melihat setan masuk ke dalam celah celah shaf itu, tak ubahnya bagai anak kambing kecil [HR Abu Daud]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لَا يَسْمَعَ التَّأْذِينَ فَإِذَا قَضَى النِّدَاءَ أَقْبَلَ حَتَّى إِذَا ثُوِّبَ بِالصَّلَاةِ أَدْبَرَ حَتَّى إِذَا قَضَى التَّثْوِيبَ أَقْبَلَ حَتَّى يَخْطِرَ بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ يَقُولُ اذْكُرْ كَذَا اذْكُرْ كَذَا لِمَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ لَا يَدْرِي كَمْ صَلَّى

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Jika panggilan shalat (adzan) dikumandangkan maka setan akan lari sambil mengeluarkan kentut hingga ia tidak mendengar suara adzan. Apabila panggilan adzan telah selesai maka setan akan kembali. Dan bila iqamat dikumandangkan setan kembali berlari dan jika iqamat telah selesai dikumandangkan dia kembali lagi, lalu menyelinap masuk kepada hati seseorang seraya berkata, 'Ingatlah ini dan itu'. Dan terus saja dia melakukan godaan ini hingga seseorang tidak menyadari berapa rakaat yang sudah dia laksanakan dalam shalatnya [HR Bukhori Muslim]

3. Adanya jamaah di masjid dan tidak berlaku bagi wc

Apa yang dilakukan di wc harus bersendirian, tidak boleh melakukannya dengan berjamaah karena akan menyebabkan satu dengan yang lain saling melihat aurot. Adapun sholat yang dilakukan di masjid, mesti dilakukan berjamaah :

عَنْ جَابِرٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا تَغَوَّطَ اَلرَّجُلَانِ فَلْيَتَوَارَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا عَنْ صَاحِبِهِ وَلَا يَتَحَدَّثَا. فَإِنَّ اَللَّهَ يَمْقُتُ عَلَى ذَلِكَ

Dari Jabir Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Apabila dua orang buang air besar maka hendaknya masing-masing bersembunyi dan tidak saling berbicara sebab Allah mengutuk perbuatan yang sedemikian [HR Ahmad]

4. Masuk masjid mendahulukan kaki kanan, kaki kiri didahulukan bila dilakukan untuk wc

Syaikh Abu Malik Kamal Sayyid menerangkan bahwa tidak ada satupun nash yang khusus dari nabi shollallohu alaihi wasallam tentang permasalahan ini (mendahulukan kaki kiri saat masuk wc), akan tetapi beliau berhujjah dengan pendapat imam Syaukani di kitab assail aljaror 1/64. Adapun imam Nawawi menyebut permasalahan ini di kitab riyadlush sholihin bab 99 yang berjudul baabu istihbaabi taqdimil yamiin fii kulli maahuwa min baabittakriim (bab anjuran mendahulukan bagian kanan di setiap perbuatan mulia)

5. Masjid dipenuhi dengan dzikir, wc harus kosong dari dzikir

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ: ( كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ اَلْخَلَاءَ وَضَعَ خَاتَمَهُ ) أَخْرَجَهُ اَلْأَرْبَعَةُ

Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu berkata : Adalah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam apabila masuk kakus (WC) beliau menanggalkan cincinnya (yang bertuliskan muhammad rosululloh) [HR Imam Empat]

Kendati hadits di atas berstatus dloif, akan tetapi para ulama menjadikannya sebagai hujah. Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam berkata : dimakruhkan bagi siapa yang masuk wc membawa sesuatu yang bertuliskan Alloh, Asma dan ShifatNya. Hal ini tidak berlaku bila barang dikhawatirkan akan diambil oleh pencuri.

6. Saat buang air besar, dihindarkan menghadap kiblat, adapun sholat kiblat merupakan syarat syahnya ibadah

عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَى أَحَدُكُمْ الْغَائِطَ فَلَا يَسْتَقْبِل الْقِبْلَةَ وَلَا يُوَلِّهَا ظَهْرَهُ شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا

Dari Abu Ayyub Al Anshari berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Jika salah seorang dari kalian masuk ke dalam WC untuk buang hajat, maka janganlah menghadap ke arah kiblat membelakanginya. Hendaklah ia menghadap ke arah timurnya atau baratnya [HR Bukhori Muslim]

7. Dianjurkan berlama-lama di masjid, sebentar saat buang air di wc

Rosululloh menganjurkan untuk lebih awal datang ke masjid saat akan melaksanakan sholat jumat, dengan harapan mendapat pahala seimbang dengan berkorban unta. Selepas sholat shubuh ada anjuran untuk tetap di tempat sholatnya hingga matahari terbit sebagaimana yang disabdakan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ

Dari Anas bin Malik dia berkata, Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Barang siapa yang shalat subuh berjama'ah kemudian duduk berdzikir sampai matahari terbit yang dilanjutkan dengan shalat dua raka'at, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah. dia (Anas radliallahu 'anhu) berkata, Rasulullah bersabda : Sempurna, sempurna, sempurna [HR Tirmidzi]

8. Terkadang kepentingan wc diutamakan atas ibadah di masjid

Saat hendak masuk masjid, iqomat berkumandang. Tiba-tiba perut terasa sakit. Demi kepentingan khusyu dalam sholat maka masuk wc diutamakan daripada masuk ke dalam shof untuk sholat. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ لَا صَلَاةَ بِحَضْرَةِ طَعَامٍ وَلَا هُوَ يُدَافِعُهُ الْأَخْبَثَانِ

Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa dia berkata : Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Tidak diperbolehkan sholat di depan hidangan makanan dan tidak diperbolehkan pula sholat orang yang menahan dua kotoran (buang air besar dan kecil) [HR Muslim]

Maroji’ :

Shohih Fiqh Sunnah, Syaikh Abu malik Kamal Sayyid 1/93

Taudlihul Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 1/239-240











Antara Sa’ad bin Abi Waqosh dan Sa’ad bin Khoulah


Sudah menjadi ketetapan bahwa siapa saja di antara para sahabat yang menunaikan hijroh tidak diperkenankan untuk kembali tinggal di Mekah, apalagi meninggal di dalamnya. Oleh karena itu maka para sahabat tidak ada yang menginginkan itu terjadi pada diri mereka karena mereka meninggalkannya atas dasar cinta karena Alloh. Sebagai kesempurnaan pahala hijroh maka tidak ada satupun dari sahabat yang kembali tinggal di Mekah setelah fathu Mekah kecuali Sa’ad bin Khoulah

Lalu apa hubungan antara Sa’ad bin Abi Waqosh dan Sa’ad bin Khoulah ? Untuk lebih jelasnya mari kita simak hadits di bawah ini :

عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُنِي عَامَ حَجَّةِ الْوَدَاعِ مِنْ وَجَعٍ اشْتَدَّ بِي فَقُلْتُ إِنِّي قَدْ بَلَغَ بِي مِنْ الْوَجَعِ وَأَنَا ذُو مَالٍ وَلَا يَرِثُنِي إِلَّا ابْنَةٌ أَفَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثَيْ مَالِي قَالَ لَا فَقُلْتُ بِالشَّطْرِ فَقَالَ لَا ثُمَّ قَالَ الثُّلُثُ وَالثُّلُثُ كَبِيرٌ أَوْ كَثِيرٌ إِنَّكَ أَنْ تَذَرَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَذَرَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ وَإِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا أُجِرْتَ بِهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فِي امْرَأَتِكَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أُخَلَّفُ بَعْدَ أَصْحَابِي قَالَ إِنَّكَ لَنْ تُخَلَّفَ فَتَعْمَلَ عَمَلًا صَالِحًا إِلَّا ازْدَدْتَ بِهِ دَرَجَةً وَرِفْعَةً ثُمَّ لَعَلَّكَ أَنْ تُخَلَّفَ حَتَّى يَنْتَفِعَ بِكَ أَقْوَامٌ وَيُضَرَّ بِكَ آخَرُونَ اللَّهُمَّ أَمْضِ لِأَصْحَابِي هِجْرَتَهُمْ وَلَا تَرُدَّهُمْ عَلَى أَعْقَابِهِمْ لَكِنْ الْبَائِسُ سَعْدُ بْنُ خَوْلَةَ يَرْثِي لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ مَاتَ بِمَكَّةَ

Dari 'Amir bin Sa'ad bin Abu Waqash dari bapaknya radliallahu 'anhu berkata ; Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam pernah mengunjungiku pada hari Haji Wada' (perpisahan) saat sakitku sudah sangat parah, lalu aku berkata : Sakitku sudah sangat parah (menjelang kematianku) dan aku banyak memiliki harta sedangkan tidak ada yang akan mewarisinya kecuali anak perempuanku. Bolehkah aku menyedekahkan sepertiga dari hartaku ini ?. Beliau menjawab: Tidak boleh. Aku katakan lagi : Bagaimana kalau setengahnya ?. Beliau menjawab : Tidak boleh. Kemudian Beliau melanjutkan : Sepertiga dan sepertiga itu sudah besar atau banyak. Sesungguhnya kamu bila meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan (kaya) itu lebih baik dari pada kamu meninggalkan mereka serba kekurangan sehingga nantinya mereka meminta-minta kepada manusia. Dan kamu tidaklah menginfaqkan suatu nafaqah yang hanya kamu hanya niatkan mencari ridha Allah kecuali kamu pasti diberi balasan pahala atasnya bahkan sekalipun nafkah yang kamu berikan untuk mulut isterimu. Lalu aku bertanya : Wahai Rasulullah, apakah aku diberi umur panjang setelah sahabat-sahabatku ?. Beliau berkata, : Tidaklah sekali-kali engkau diberi umur panjang lalu kamu beramal shalih melainkan akan bertambah derajat dan kemuliaanmu. Dan semoga kamu diberi umur panjang sehingga orang-orang dapat mengambil manfaat dari dirimu dan juga mungkin dapat mendatangkan madharat bagi kaum yang lain. Ya Allah sempurnakanlah pahala hijrah sahabat-sahabatku dan janganlah Engkau kembalikan mereka ke belakang. Namun Sa'ad bin Khaulah membuat Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersedih karena dia akhirnya meninggal dunia di Makkah [HR Bukhori Muslim]

Sa’ad bin Abi Waqosh dikisahkan dalam hadits di atas dalam keadaan sakit yang menyebabkan dirinya yakin tidak lama lagi akan meninggal. Iapun ingin menghadap Alloh dengan membawa pahala sedekah sehingga meminta perkenan dari rosululloh shollallohu alaihi wasallam berderma dari sebagian besar hartanya. Lalu apa letak kesamaan dan perbedaan antara Sa’ad bin Abi Waqosh dan Sa’ad bin Khoulah ?

Keduanya memiliki kesamaan nama, berhijroh dan berjihad di medan badar. Kondisi Sa’ad bin Abi Waqosh sakit yang diyakini tidak lama lagi meninggal, justru ia hidup belasan tahun kemudian. Ia habiskan hidupnya untuk menghentikan hidup orang kafir dengan banyak penaklukkan. Sementara Sa’ad bin Khoulah yang segar bugar tiba-tiba meninggal dan itu terjadi di Mekah dan dikuburkan di sana. Begitulah takdir yang tidak bisa ditebak oleh siapapun. Dua sosok Sa’ad yang bernasib beda.

Maroji’ :

Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 3/201

Nuzhatul Muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho 1/24

Antara Hujan Dan Manusia


Manusia membutuhkan hujan. Turunnya hujan bergantung dari sikap manusia terhadap Alloh. Kalau toh terjadi kekeringan di sebagian daerah, bukan berarti curan hujan berkurang sebagaimana banjir yang melanda tempat tertentu juga bukan berarti bahwa Alloh terlalu banyak menurunkan hujan. Alloh berfirman :

وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ

Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya ; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu [alhijr : 21]

Penulis zadul mashir menerangkan bahwa berdasar ayat ini hujan turun setiap tahunnya sudah diatur oleh Alloh, tidak bertambah dan tidak berkurang. Tidaklah ada di satu tahun curah hujan lebih banyak dari tahun lainnya. Kendati demikian, terkadang Alloh turunkan hujan di satu daerah dan Alloh tahan untuk daerah lain.

وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَسْكَنَّاهُ فِي الْأَرْضِ وَإِنَّا عَلَى ذَهَابٍ بِهِ لَقَادِرُونَ

Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan Sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya [almu’minun : 18]

Penulis tafsir almuyassar berkata : Alloh menurunkan air hujan dari langit sesuai dengan kebutuhan manusia dan menjadikan bumi sebagai resapan air. Akan tetapi Alloh juga akan berkuasa untuk menghilangkan air yang sudah meresap itu. Dan ayat ini merupakan ancaman yang Alloh tujukan kepada orang-orang dzolim.

Sekarang pertanyaannya adalah kenapa bisa terjadi satu daerah tercukupi kebutuhan airnya dengan turunnya hujan, sementara daerah lain begitu jarang mendapatkan air hujan sehingga menyebabkan kekeringan ? Jawabannya adalah faktor manusia. Manakala sifat kikir menjadi penyakit, maka jangan heran bila Alloh tahan turunnya hujan. Sebagaimana berderma akan mengundang turunnya hujan. Sebagai penguat, dua hadits di bawah ini sebagai bukti :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَا رَجُلٌ بِفَلَاةٍ مِنْ الْأَرْضِ فَسَمِعَ صَوْتًا فِي سَحَابَةٍ اسْقِ حَدِيقَةَ فُلَانٍ فَتَنَحَّى ذَلِكَ السَّحَابُ فَأَفْرَغَ مَاءَهُ فِي حَرَّةٍ فَإِذَا شَرْجَةٌ مِنْ تِلْكَ الشِّرَاجِ قَدْ اسْتَوْعَبَتْ ذَلِكَ الْمَاءَ كُلَّهُ فَتَتَبَّعَ الْمَاءَ فَإِذَا رَجُلٌ قَائِمٌ فِي حَدِيقَتِهِ يُحَوِّلُ الْمَاءَ بِمِسْحَاتِهِ فَقَالَ لَهُ يَا عَبْدَ اللَّهِ مَا اسْمُكَ قَالَ فُلَانٌ لِلِاسْمِ الَّذِي سَمِعَ فِي السَّحَابَةِ فَقَالَ لَهُ يَا عَبْدَ اللَّهِ لِمَ تَسْأَلُنِي عَنْ اسْمِي فَقَالَ إِنِّي سَمِعْتُ صَوْتًا فِي السَّحَابِ الَّذِي هَذَا مَاؤُهُ يَقُولُ اسْقِ حَدِيقَةَ فُلَانٍ لِاسْمِكَ فَمَا تَصْنَعُ فِيهَا قَالَ أَمَّا إِذْ قُلْتَ هَذَا فَإِنِّي أَنْظُرُ إِلَى مَا يَخْرُجُ مِنْهَا فَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثِهِ وَآكُلُ أَنَا وَعِيَالِي ثُلُثًا وَأَرُدُّ فِيهَا ثُلُثَهُ

Dari Abu Hurairah dari nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda : Saat seseorang berada di suatu padang pasir, ia mendengar suara di awan : Siramilah kebun si fulan lalu awan itu menjauh dan menuangkan air. Ternyata dikebun itu ada seseorang yang tengah mengurus air dengan sekopnya. Ia bertanya padanya : Wahai hamba Allah, siapa namamu ? Ia menjawab : Fulan. Sama seperti nama yang ia dengar dari awan. Ia bertanya : Hai hamba Allah, kenapa kau tanya namaku ? ia menjawab : Aku mendengar suara di awan dimana inilah airnya. Awan itu berkata : Siramilah kebun si fulan, namamu. Apa yang kau lakukan dalam kebunmu ? ia menjawab : Karena kau mengatakan seperti itu, aku melihat (hasil) yang keluar darinya, lalu aku sedekahkan sepertiganya, aku makan sepertiganya bersama keluargaku dan aku kembalikan sepertiganya ke kebun [HR Muslim]

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ أَقْبَلَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ لَمْ تَظْهَرْ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا فَشَا فِيهِمْ الطَّاعُونُ وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمْ الَّذِينَ مَضَوْا وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنْ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ وَعَهْدَ رَسُولِهِ إِلَّا سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ

Dari Abdullah bin Umar dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menghadapkan wajah ke kami dan bersabda : Wahai golongan Muhajirin, lima perkara apabila kalian mendapat cobaan dengannya, dan aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak mengalaminya; Tidaklah kekejian menyebar di suatu kaum, kemudian mereka melakukannya dengan terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah mereka penyakit Tha'un dan kelaparan yang belum pernah terjadi terhadap para pendahulu mereka. Tidaklah mereka mengurangi timbangan dan takaran kecuali mereka akan disiksa dengan kemarau berkepanjangan dan penguasa yang zhalim. Tidaklah mereka enggan membayar zakat harta-harta mereka kecuali langit akan berhenti meneteskan air untuk mereka, kalau bukan karena hewan-hewan ternak niscaya mereka tidak akan beri hujan. Tidaklah mereka melanggar janji Allah dan Rasul-Nya kecuali Allah akan kuasakan atas mereka musuh dari luar mereka dan menguasainya. Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka enggan menjalankan hukum-hukum Allah dan tidak menganggap lebih baik apa yang diturunkan Allah, kecuali Allah akan menjadikan rasa takut di antara mereka [HR Ibnu Majah]

Maroji’ :

Tafsir almuyassar (maktabah syamilah) 6/110

Zadul masir (maktabah syamilah) 4/59









Antara Bersin Dan Menguap


Bersin adalah aktifitas yang bermanfaat. Dengannya hidung terjaga kebersihannya karena di saat bersin, akan keluar sekian banyak virus. Ia memiliki daya hentak yang luar biasa. Sebagian ahli mengatakan bahwa kecepatannya mencapai 161 km/jam. Sehingga amat berbahaya bila ditahan karena akan menyebabkan :

1. Patah tulang di tulang rawan hidung

2. Mimisan

3. Pecah gendang telinga

4. Gangguan pendengaran

5. Vertigo

6. Retina yang terlepas atau mengalami emfisema. Hal ini karena tubuh berusaha menahan kecepatan dari bersin yang tinggi. Cedera yang timbul umumnya mempengaruhi struktur bagian dalam kepala.

Adapun menguap adalah aktifitas yang diakibatkan oleh rasa kantuk atau lesu. Hal ini terjadi karena otak kekurangan oksigen. Alloh sudah menetapkan bahwa hidung adalah alat untuk menghirup udara karena hidung memiliki alat saring udara yang itu tidak dimiliki oleh mulut. Bila mulut terbuka saat menguap maka akan tersedot udara lewat mulut sehingga udara masuk tanpa penyaring selanjutnya banyak bakteri yang masuk ke dalam tubuh. Dari sinilah islam datang untuk mengaturnya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ فَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ فَإِنَّمَا هُوَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam : Sesungguhnya Allah menyukai bersin, dan membenci menguap, apabila salah seorang dari kalian bersin, hendaklah ia memuji Allah, dan kewajiban seorang muslim yang mendengarnya untuk mendo'akan, sedangkan menguap datangnya dari syetan, hendaknya ia menahan semampunya, jika ia sampai mengucapkan haaah, maka syetan akan tertawa karenanya [HR Bukhori]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ أَوْ صَاحِبُهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَإِذَا قَالَ لَهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَلْيَقُلْ يَهْدِيكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda : Ababila salah seorang dari kalian bersin, hendaknya ia mengucapkan Al Hamdulillah, sedangkan saudaranya atau temannya hendaklah mengucapkan Yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu), dan hendaknya ia membalas; Yahdikumullah wa yushlih baalakum (semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki hatimu [HR Bukhori Muslim]

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَثَاوَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيُمْسِكْ بِيَدِهِ عَلَى فِيهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ

Dari Abu Sa'id Al Khudri : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda : Bila salah seorang dari kalian menguap hendaklah ditutupi dengan tangannya karena sesungguhnya setan masuk [HR Muslim, Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا عَطَسَ وَضَعَ يَدَهُ أَوْ ثَوْبَهُ عَلَى فِيهِ وَخَفَضَ أَوْ غَضَّ بِهَا صَوْتَهُ

Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jika bersin meletakkan tangan atau kainnya di mulut, lalu beliau menahan, atau beliau meredam suaranya dengannya [HR Abu Daud, Tirmidzi]

Apa letak kesamaan antara bersin dan menguap ?

• Bersin dicintai oleh Alloh karena ia berasal dariNya, menguap tidak disukai karena ia datang dari setan sebagai tanda malas dan tidak bergairah

• Dalam bersin ada doa (Alhamdulillah, yarhamukalloh dan yahdikumulloh) yang itu tidak ada pada menguap

• Dalam menguap ada peluang bagi setan untuk tertawa dan masuk ke dalam tubuh dan itu tidak ada pada bersin.

• Ada perintah menahan suara saat keduanya terjadi demikian juga menutup mulut.

• Bersin adalah aktifitas mengeluarkan bakteri, sementara bakteri akan berpeluang masuk saat menguap.









Antara Pahala Dan Dosa


Orang beriman identik dengan pahala meski tak jarang terjerumus ke dalam perbuatan dosa. Orang kafir hari-harinya dilalui dengan dosa. Amal baik yang dilakukannya sama sekali tak akan berbuah pahala.

Pahala dan dosa memiliki ikatan yang kuat. Karena keduanya bisa saling menghapus. Pahala akan menggugurkan dosa, demikian juga sebaliknya. Untuk kaedah pertama Alloh berfirman :

إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ

Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk [hud :114]

Penulis tafsir almuyassar menafsirkan ayat di atas dengan mengatakan :

إنَّ فِعْلَ الخيرات يكفِّر الذنوب السالفة ويمحو آثارها

Sesungguhnya berbagai amal kebajikan akan menutupi dosa-dosa dan menghapus bekas-bekasnya.

Sementara untuk kaedah kedua dinyatakan dalam hadits, di antaranya :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ اَلْحَسَدَ يَأْكُلُ اَلْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ اَلنَّارُ اَلْحَطَبَ أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Jauhilah sifat hasad karena hasad itu memakan (pahala) kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar [HR Abu Dawud]

Hadits di atas didloifkan oleh banyak ulama. Kendati demikian secara makna tidak bertentangan dengan prinsip dasar bahwa dosa akan menghapus pahala. Hadits lain yang dapat memperkuat kaedah ini adalah :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat : Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu ? Para sahabat menjawab ; Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka [HR Muslim]

Maroji’ :

Tafsir almuyassar (maktabah syamilah) 2/92









Antara Buah Dan makanan Utama


Makanan utama adalah sumber energi. Dengannya kita bertenaga dan bisa beraktifitas. Buah juga memiliki manfaat yang tidak bisa diremehkan. Untuk menjaga tubuh agar tetap sehat dan bugar, kita wajib mengkonsumsi buah-buahan. Karena buah mengandung mineral, vitamin, dan gizi tinggi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu, buah-buahan juga mengandung antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas dalam tubuh. Kandungan serat dan air yang terdapat dalam buah-buahan membuat perut kita menjadi kenyang, sehingga dapat digunakan sebagai program diet sekaligus menyehatkan tubuh.

Makan buah dalam keadaan perut kosong. Ini akan membuat penyerapan buah oleh tubuh menjadi maksimal. Hal lain yang perlu kita ketahui adalah bahwa setelah makan buah, beri tenggang waktu kurang lebih 30 menit sebelum Anda makan makanan lainnya.

Jika Anda ingin makan buah setelah makan, maka sebaiknya tunggu sekitar 3 jam sebelum makan buah. Ini untuk memastikan bahwa makanan yang sebelumnya sudah dicerna dengan baik oleh tubuh sebelum buah masuk ke dalam tubuh.

Makan buah sebelum makan makanan utama adalah sunnah rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Ini bisa dilihat dari anjuran beliau kepada orang yang shoum untuk berbuka dengan kurma yang tidak lain ia adalah bagian dari buah :

عَنْ سَلْمَانَ بْنِ عَامِرٍ اَلضَّبِّيِّ رضي الله عنه عَنِ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( إِذَا أَفْطَرَ أَحَدُكُمْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى تَمْرٍ, فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى مَاءٍ, فَإِنَّهُ طَهُورٌ ) رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ

Dari Sulaiman Ibnu Amir Al-Dlobby bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Apabila seseorang di antara kamu berbuka, hendaknya ia berbuka dengan kurma, jika tidak mendapatkannya, hendaknya ia berbuka dengan air karena air itu suci [HR Imam Lima]



Antara Munafiq dan Yahudi Madinah


Meski secara dzohir adalah muslim, dihadapan Alloh kaum munafiq adalah kafir. Orang yahudi, tidak perlu ditanyakan status mereka karena semenjak masa nabi Musa mereka telah banyak melakukan kekufuran. Karena keduanya berstatus kafir maka berlaku kaedah alkufru millatun waahidah (kekufuran adalah satu millah)

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ نَافَقُوا يَقُولُونَ لِإِخْوَانِهِمُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَاب……

Tidakkah engkau perhatikan wahai Muhammad, kepada orang-orang munafiq yang berkata kepada ikhwan-ikhwan mereka orang-orang kafir dari kalangan ahlul kitab [alhasyr : 12]

Meski nampak berukhuwah tetapi Alloh telah menyingkap ikhwal mereka, yaitu waquluubuhum syattaa (hati mereka sebenarnya tercerai berai) :

تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّى

Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah [alhasyr : 14]

Bukti tidak padunya mereka terlalu banyak, di antaranya apa yang dialami yahudi bani nadzir.

Bani nadzir melakukan percobaan pembunuhan pada diri nabi shollallohu alaihi wasallam akan tetapi tidak berhasil. Sebagai hukuman, beliau memberi ultimatum kepada mereka untuk meninggalkan kota Madinah selama-lamanya dan diberi tempo sepuluh hari. Bila dalam batas waktu yang ditentukan mereka masih berada di kota Madinah maka rosululloh shollallohu alaihi wasallam akan memenggal leher-leher mereka. Semula mereka hendak pergi karena takut akan ancaman. Tiba-tiba pimpinan Munafiq (Abdulloh bin Ubay) mengirim utusan yang membawa pesan agar mereka tetap berada di dalam dan jangan menyerah, karena Abdulloh bin Ubay menjamin akan mengirim bala bantuan kepada mereka. Janji itu Alloh abadikan dalam surat alhasyr :

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ نَافَقُوا يَقُولُونَ لِإِخْوَانِهِمُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَئِنْ أُخْرِجْتُمْ لَنَخْرُجَنَّ مَعَكُمْ وَلَا نُطِيعُ فِيكُمْ أَحَدًا أَبَدًا وَإِنْ قُوتِلْتُمْ لَنَنْصُرَنَّكُمْ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab (bani nadzir) : Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya Kamipun akan keluar bersamamu; dan Kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi pasti Kami akan membantu kamu. dan Allah menyaksikan bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar pendusta [alhasyr : 11]

Apa yang terjadi selanjutnya ? Ternyata setelah umat islam datang untuk menyerang, tidak ada satupun kaum munafiq yang datang membantu. Bani nadzir terus bertahan di dalam benteng mereka. Hingga umat islam menebangi pohon-pohon kurma mereka. Mereka dihantui rasa takut yang akhirnya pada hari kelima pengepungan merekapun menyerah. Kebohongan orang munafiq atas janjinya difirmankan oleh Alloh :

لَئِنْ أُخْرِجُوا لَا يَخْرُجُونَ مَعَهُمْ وَلَئِنْ قُوتِلُوا لَا يَنْصُرُونَهُمْ وَلَئِنْ نَصَرُوهُمْ لَيُوَلُّنَّ الْأَدْبَارَ ثُمَّ لَا يُنْصَرُونَ

Sesungguhnya jika mereka diusir, orang-orang munafik itu tidak akan keluar bersama mereka, dan Sesungguhnya jika mereka diperangi, niscaya mereka tidak akan menolongnya; Sesungguhnya jika mereka menolongnya, niscaya mereka akan berpaling lari ke belakang; kemudian mereka tidak akan mendapat pertolongan [alhasyr : 12]

Demikianlah orang munafiq, kepada sekutunya saja masih bisa berbohong. Masihkah kita memberi kepercayaan kepada mereka ?

Maroji’ :

Arrohiq Almakhtum, Syaikh Shoifurrohman Almubarokfuuri hal 347-348





Antara Musa Dan Khidzir


Dua sosok berbeda, masing-masing memiliki kelebihan. Musa memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki Khidzir demikian juga sebaliknya. Kedudukan Musa adalah jelas. Dia seorang nabi, rosul, ulul azmi, memiliki mujizat, kitab taurot dan umat yang sangat banyak sebagaimana yang dituturkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

عرضت علي الأمم، فرأيت النبي معه الرهط، والنبي معه الرجل والرجلان، والنبي وليس معه أحد، إذ رفع لي سواد عظيم، فظننت أنهم أمتي، فقيل لي : هذا موسى وقومه،

Telah diperlihatkan kepadaku beberapa umat (yang berkumpul di hari kiamat), lalu aku melihat seorang Nabi, bersamanya sekelompok orang, dan seorang Nabi, bersamanya satu dan dua orang saja, dan Nabi yang lain lagi tanpa ada seorangpun yang menyertainya, tiba tiba diperlihatkan kepadaku sekelompok orang yang banyak jumlahnya, aku mengira bahwa mereka itu umatku, tetapi dikatakan kepadaku : bahwa mereka itu adalah Musa dan kaumnya [HR Bukhori Muslim]

Bagaimana dengan Khidzir ? Kedudukannya masih diperselisihkan oleh para ulama. Sebagian menilai ia hamba sholih dan tak sedikit meyakini bahwa ia adalah nabi. Tidak dikenal memiliki umat sebagaiamana yang dicapai oleh Musa. Menariknya adalah seorang Musa yang memiliki kelebihan yang lebih banyak ternyata harus belajar kepada Khidzir yang sedikit keistimewaan serta kedudukan yang tidak mendapat kesepakatan dari para ulama. Alloh mengisahkan perjalanan Musa dalam menempuh ilmu kepada Khidzir, demikian juga rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

Dari Sa'id bin Jubair berkata, aku berkata kepada Ibnu 'Abbas, Sesungguhnya Nauf Al Bakali menganggap bahwa Musa bukanlah Musa Bani Isra'il, tapi Musa yang lain. Ibnu Abbas lalu berkata, Musuh Allah itu berdusta, sungguh Ubay bin Ka'b telah menceritakan kepada kami dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam : Musa Nabi Allah berdiri di hadapan Bani Isra'il memberikan khutbah, lalu dia ditanya : Siapakah orang yang paling pandai ? Musa menjawab : Aku. Maka Allah Ta'ala mencelanya karena dia tidak diberi pengetahuan tentang itu. Lalu Allah Ta'ala memahyukan kepadanya : Ada seorang hamba di antara hamba-Ku yang tinggal di pertemuan antara dua lautan lebih pandai darimu. Lalu Musa berkata, Wahai Rabb, bagaimana aku bisa bertemu dengannya ? Maka dikatakan padanya : Bawalah ikan dalam keranjang, bila nanti kamu kehilangan ikan itu, maka itulah petunjuknya. Lalu berangkatlah Musa bersama pelayannya yang bernama Yusya' bin Nun, dan keduanya membawa ikan dalam keranjang hingga keduanya sampai pada batu besar. Lalu keduanya meletakkan kepalanya di atas batu dan tidur. Kemudian keluarlah ikan itu dari keranjang (lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu) (Qs. Al Kahfi : 61). Kejadian ini mengherankan Musa dan muridnya, maka keduanya melanjutkan sisa malam dan hari perjalannannya. Hingga pada suatu pagi Musa berkata kepada pelayannya, '(Bawalah kemari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa lelah karena perjalanan kita ini) ' (Qs. Al Kahfi : 62). Musa tidak merasakan kelelahan kecuali setelah sampai pada tempat yang dituju sebagaimana diperintahkan. Maka muridnya berkata kepadanya : (Tahukah kamu ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi ? Sesungguhnya aku lupa menceritakan ikan itu. Dan tidaklah yang melupakan aku ini kecuali setan) (Qs. Al Kahfi : 63). Musa lalu berkata: '(Itulah tempat yang kita cari. Lalu keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula) (Qs. Al Kahfi : 64). Ketika keduanya sampai di batu tersebut, didapatinya ada seorang laki-laki mengenakan pakaian yang lebar, Musa lantas memberi salam. Khidlir lalu berkata, Bagaimana cara salam di tempatmu ? Musa menjawab, Aku adalah Musa. Khidlir balik bertanya, Musa Bani Isra'il ? Musa menjawab, Benar. Musa kemudian berkata: (Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu ?) Khidlir menjawab : Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama Aku) (Qs. Al Kahfi : 66-67). Khidlir melanjutkan ucapannya, Wahai Musa, aku memiliki ilmu dari ilmunya Allah yang Dia mangajarkan kepadaku yang kamu tidak tahu, dan kamu juga punya ilmu yang diajarkan-Nya yang aku juga tidak tahu. Musa berkata : (Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun) (Qs. Al Kahfi : 69). Maka keduanya berjalan kaki di tepi pantai sementara keduanya tidak memiliki perahu, lalu melintaslah sebuah perahu kapal. Mereka berbicara agar orang-orang yang ada di perahu itu mau membawa keduanya. Karena Khidlir telah dikenali maka mereka pun membawa keduanya dengan tanpa bayaran. Kemudian datang burung kecil hinggap di sisi perahu mematuk-matuk di air laut untuk minum dengan satu atau dua kali patukan. Khidlir lalu berkata, Wahai Musa, ilmuku dan ilmumu bila dibandingkan dengan ilmu Allah tidaklah seberapa kecuali seperti patukan burung ini di air lautan. Kemudian Khidlir sengaja mengambil papan perahu lalu merusaknya. Musa pun berkata, Mereka telah membawa kita dengan tanpa bayaran, tapi kenapa kamu merusaknya untuk menenggelamkan penumpangnya ? Khidlir berkata : (Bukankah aku telah berkata, Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku) Musa menjawab : (Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku) (Qs. Al Kahfi : 72-73). Kejadian pertama ini karena Musa terlupa. Kemudian keduanya pergi hingga bertemu dengan anak kecil yang sedang bermain dengan dua temannya. Khidlir lalu memegang kepala anak itu, mengangkat dan membantingnya hingga mati. Maka Musa pun bertanya : (Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain ?) (Qs. Al Kahfi : 74). Khidlir menjawab : '(Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku ?) (Qs. Al Kahfi : 75). Ibnu 'Uyainah berkata, Ini adalah sebuah penegasan. '(Maka keduanya berjalan hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka. Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh. Maka Khidlir menegakkan dinding itu) (Qs. Al Kahfi : 77). Rasulullah meneruskan ceritanya : Khidlir melakukannya dengan tangannya sendiri. Lalu Musa berkata, '(Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu. Khidlir menjawab, Inilah saat perpisahan antara aku dan kamu) ' (Qs. Al Kahfi : 77-78). Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Semoga Allah merahmati Musa. Kita sangat berharap sekiranya Musa bisa sabar sehingga akan banyak cerita yang bisa kita dengar tentang keduanya [HR Bukhori Muslim]

Kisah di atas memberi kita faedah :

1. Kelebihan Musa :

• Musa mengajari kita bahwa ilmu harus dicapai dengan rihlah (perjalanan)

• Kesungguhan Musa dalam mencari ilmu hingga ia mengatakan tekadnya “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke Pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun "

• Musa mengajari kita bahwa bepergian haruslah membawa bekal dan bersama teman

• Sikap tawadlu Musa yang mengajak makan bersama dengan pembantunya

• Kelembutan Musa dan sikap memaafkan kealpaan pembantunya dan menisbatkan kesalahan pembantunya kepada setan

• Sopan santun nabi Musa di hadapan calon guru dengan meminta izin kepadanya agar diperkenankan menimba ilmu

• Kerendahan hati Musa dimana ia bersedia menuntut ilmu kepada orang yang kedudukannya ada di bawahnya

• Musa mengajari bahwa ilmu yang dicari dan dituntut adalah ilmu yang bermanfaat sehingga dia berkata “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu ? “

• Musa memberi contoh kepada kita bahwa berjanji harus senantiasa mengucapkan insyaAlloh

• Sikap pembelaan nabi Musa kepada orang yang terdzolimi. Hal ini bisa dilihat saat ia bereaksi ketika Khidzir merusak kapal dan membunuh anak

• Sikap jujur nabi Musa di hadapan Khidzir sang guru atas kesalahan yang dilakukannya



2. Pelajaran dari Alloh untuk Musa :



• Tidak merasa dan menyatakan bahwa dirinyalah yang paling berilmu. Imam Bukhori membuat judul dalam kitabnya “ baabu maayustahabbu lil aalim idzaa suila ayyunnaasi a’lamu fayakilul ilma ilalloh “ (bab dianjurkan bagi seorang alim bila ditanya manusia manakah yang paling berilmu maka menyandarkannya kepada Alloh). Dalam hal ini ibnu Hajar membawa dua pendapat ulama yang mengatakan bahwa seharusnya Musa disaat ditanya adakah orang yang berilmu di dunia selain anda, ia tidak usah menjawab pertanyaan itu. Atau kalau ditanya siapa yang paling berilmu di dunia ini ? Seharusnya Musa menjawab saya disertai kata wallohu a’lam.

• Sikap lupa dan berulang kali melakukan kesalahan sehingga melanggar peraturan guru yang menyebabkan dirinya sering mendapat teguran

• Sikap tenang dan tidak tergesa-gesa menilai dan bertindak atas peristiwa yang dilihat oleh pandangan mata yang justru akan membuat kerugian. Hal ini bisa dilihat atas keresahan Musa di saat melihat kapal dirusak dan anak dibunuh.

3. Pada kisah ini kita juga mendapatkan keistimewaan Khidzir yang patut ditiru :



• Tawadlu seorang guru di hadapan murid, dimana ia berkata kepada Musa “ Wahai Musa, ilmuku dan ilmumu bila dibandingkan dengan ilmu Allah tidaklah seberapa kecuali seperti patukan burung ini di air lautan. Wahai Musa, aku memiliki ilmu dari ilmunya Allah yang Dia mangajarkan kepadaku yang kamu tidak tahu, dan kamu juga punya ilmu yang diajarkan-Nya yang aku juga tidak tahu “

• Sikap tegas Khidzir kepada murid yang melakukan kesalahan dengan menegur dan memberikan hukuman. Hal ini bisa kita dapatkan dari keputusan terakhir Khidzir buat Musa “ Inilah saat perpisahan antara aku dan kamu “

4. Kaedah agung pada perusakan kapal dan pembunuhan anak yang dilakukan Khidzir :

يُدْفَعُ الشَّرُّ الْكَبِيْرِ بِارْتِكَابِ الشَّرِّ الصَّغِيْرِ

Menyingkirkan keburukan yang besar dengan cara melakukan pengrusakan yang kecil

أنَّ عَمَلَ الإنْسَانِ فِي مَالِ غَيْرِهِ إذَا كَانَ عَلَى وَجْهِ الْمَصْلَحَةِ وَإزَالَةِ الْمَفْسَدَةِ أنَّهُ يَجُوْزُ وَلَوْ بِلاَ إذْنٍ حَتَّى وَلَوْ تَرَتَّبَ عَلَى عَمَلِهِ إتْلاَفُ بَعْضَ مَالِ الْغَيْرِ

Perbuatan seseorang atas harta milik orang lain bila ditujukan demi maslahat dan menyingkirkan kerusakan adalah diperbolehkan meski tanpa izin si pemilik bahkan hingga menyebabkan kerusakan pada sebagian harta orang lain

Akhirnya rosululloh shollallohu alaihi wasallam menutup kisah keduanya dengan bersabda :

يَرْحَمُ اللَّهُ مُوسَى لَوَدِدْنَا لَوْ صَبَرَ حَتَّى يُقَصَّ عَلَيْنَا مِنْ أَمْرِهِمَا

Semoga Allah merahmati Musa. Kita sangat berharap sekiranya Musa bisa sabar sehingga akan banyak cerita yang bisa kita dengar tentang keduanya

Maroji’

Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 1/275

Taisir Kalim Arrohman Fitafsir Kalamil Mannan, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di 2/767-769