Mengejar shof pertama dengan mengusik kenyamanan jamaah lain


Akglaq Muslim (3)

Menempati shof pertama adalah anjuran yang ditekankan. Tentu untuk mendapatkannya adalah dengan melakukan tahjir (datang lebih awal ke masjid sebelum adzan).  Adalah salah bila kita mendatangi ke masjid, sementara masjid sudah penuh dengan jamaah lalu kita berusaha mendapatkan shof awal dengan melangkahi pundak-pundak manusia. Tentu rasa nyaman orang yang tengah berdzikir terganggu.


Hal ini pernah terjadi di jaman nabi shollallohu alaihi wasallam :


عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَجُلاً دَخَلَ الْمَسْجِدَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَرَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَخْطُبُ فَجَعَلَ يَتَخَطَّى النَّاسَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم اجْلِسْ فَقَدْ آذَيْتَ وَآنَيْتَ

Dari Jabir Bin Abdulloh : Bahwa seorang masuk masjid pada hari jumat sementara rosululloh shollallohu alaihi wasallam tengah menyampaikan khutbah. Orang itu melangkahi pundak-pundak manusia. Maka rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Duduklah (Jangan lanjutkan langkamu) ! Sungguh engkau telah mengganggu dan terlambat [HR Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah]


Hadits di atas memberi faedah :


1.      Larangan melangkahi pundak manusia

2.      Hendaknya orang menempati shof sebagaimana yang ia dapatkan di masjid, tidak memaksakan diri mendapatkan sesuatu yang afdhol akan tetapi mendzolimi manusia

3.      Khotib diperbolehkan menghentikan khutbah untuk amar ma’ruf dan nahi munkar


Walhasil, datanglah lebih awal untuk mendapat fadhilah menempati shof awal bukan bersikap santai dan memperlambat diri saat pergi ke masjid lalu mengusika ketenangan orang yang tengah berdzikir

 Memahami Kondisi makmum saat memimpin sholat


Akhlaq Muslim (2)

Suatu hari, Muadz Bin Jabal memimpin sholat dengan surat yang panjang. Tak sedikit jamaah yang akhirnya pulang untuk menunaikannya di rumah. Mengetahui apa yang mereka lakukan, Muadz marah. Mereka didatangi satu persatu untuk dimurkai. Merasa diperlakukan seperti itu, merekapun mengadukan hal itu kepada rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Reaksi beliau luar biasa. Abu Mas’ud berkata :

فَمَا رَأيْتُ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم غَضِبَ في مَوْعِظَةٍ قَطُّ أشَدَّ مِمَّا غَضِبَ يَوْمَئذٍ

Aku tidak pernah melihat nabi shollallohu alaihi wasallam murka dalam memberi mau’idzoh semurka hari itu. Di situ beliau bersabda :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، إنَّ مِنْكُمْ مُنَفِّرِينَ ، فَأيُّكُمْ أمَّ النَّاسَ فَلْيُوجِزْ ؛ فَإنَّ مِنْ وَرَائِهِ الكَبِيرَ وَالصَّغِيرَ وَذَا الحَاجَةِ

Wahai manusia, sesungguhnya ada di antara kalian yang membuat orang lari. Siapa diantara kalian mengimami manusia maka persingkat karena di belakangnya ada orang yang sudah tua, anak kecil dan orang yang mempunyai kepentingan [muttafaq alaih]

Dalam riwayat lain disebutkan :

عَنْ جَابِرٍ قَالَ صَلَّى مُعَاذٌ بِأَصْحَابِهِ اَلْعِشَاءَ, فَطَوَّلَ عَلَيْهِمْ, فَقَالَ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم أَتُرِيدُ أَنْ تَكُونَ يَا مُعَاذُ فَتَّانًا ? إِذَا أَمَمْتَ اَلنَّاسَ فَاقْرَأْ: بِالشَّمْسِ وَضُحَاهَا, وَ: سَبِّحْ اِسْمَ رَبِّكَ اَلْأَعْلَى, وَ: اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ, وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى

Dari Jabir Ibnu Abdullah Radliyallaahu 'anhu bahwa Muadz pernah sholat Isya' bersama para shahabatnya dan ia memperlama sholat tersebut. Maka bersabdalah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam : Apakah engkau mau wahai Muadz menjadi seorang pemfitnah (menyusahkan orang) ? Jika engkau mengimami orang-orang maka bacalah (washamsyi wadluhaaha), (sabbihisma rabbikal a'laa), (Iqra' bismi rabbika), dan (wallaili idzaa yaghsyaa) [Muttafaq Alaihi]

Demikianlah, sholat berjamaah yang sangat ditekankan islam berpadu dengan sikap kasih sayang kepada jamaah. Membikin orang nyaman melaksanakan ketaatan, tentu ini tidak boleh dilupakan oleh para imam

  Kelembutan saat menyusun shof


Akhlaq Muslim (1)

عن ابن عمر رَضِيَ اللهُ عَنهُما أنَّ رَسُولَ اللهِ  صلى الله عليه وسلم  ، قَالَ أقيمُوا الصُّفُوفَ ، وَحَاذُوا بَيْنَ المَنَاكِبِ ، وَسُدُّوا الخَلَلَ ، وَلِينوا بِأيْدِي إخْوانِكُمْ ، ولاَ تَذَرُوا فُرُجَاتٍ للشَّيْطَانِ ، وَمَنْ وَصَلَ صَفّاً وَصَلَهُ اللهُ ، وَمَنْ قَطَعَ صَفّاً قَطَعَهُ اللهُ  

Dari Ibnu Umar rodliyallohu anhuma : Bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Tegakkan shof, sejajarkan diantara pundak-pundak, rapatkan yang renggang, bersikaplah lembut diantara saudara kalian dan jangan biarkan celah bagi setan. Barangsiapa menyambung shof maka Alloh akan menyambung hubungan dengannya. Barangsiapa yang memutus shof, pasti Alloh memutuskan hubungan dengannya [HR Abu Daud]

Hadits di atas mengajarkan kita untuk memadukan antara sikap tunduk kepada aturan fiqih ibadah dan sikap lembut dengan saudaranya saat melaksanakan ketaatan. Shof lurus dan rapat adalah tuntutan kesempurnaan sholat. Akan tetapi memperlihatkan kelembutan saat mengatur shof juga sangat dianjurkan.

Rapatnya shof yang berlebihan sehingga membuat kaki saudaranya sakit karena ada kesan diinjak oleh kaki kita, ini adalah satu kedzoliman. Mengingatkan teman tentang renggangnya shof, sambil memberi tatapan permusuhan akan menghilangkan ukhuwah. Menarik jamaah lain dengan keras agar merapat dan mendekat kepada kita, pasti akan menghilangkan rasa nyaman orang lain.

Perbuatan-perbuatan seperti ini, sudah seharusnya dijauhi karena fiqih ibadah tidak bisa dipisahkan dengan akhlaq

  Islam Memberi Kenyamanan Bagi Pemeluknya


Akhlaq Muslim (Muqodimah)

Islam itu mudah. Tidak ada satu syariatpun yang pelaksanaannya sulit. Kalau toh ditemui ada kesulitan karena kondisi tertentu, Alloh pasti memberi rukhshoh dan solusi. Sebagai misal beban perintah sholat berjamaah ketika kita lapar sementara hidangan tersedia di depan mata. Atau perut sakit karena sesuatu yang harus dikeluarkan. Kepada siapa saja yang menghadapi situasi seperti ini, nabi shollallohu alaihi wasallam


عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِذَا قُدِّمَ اَلْعَشَاءُ فَابْدَءُوا بِهِ قَبْلَ أَنْ تُصَلُّوا اَلْمَغْرِبَ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Anas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Apabila makan malam telah dihidangkan makanlah dahulu sebelum engkau sholat Maghrib. [Muttafaq Alaihi]


وَلَهُ : عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : سَمِعْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ لَا صَلَاةَ بِحَضْرَةِ طَعَامٍ  وَلَا هُوَ يُدَافِعُهُ الْأَخْبَثَانِ  

Menurut riwayat dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa dia berkata : Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Tidak diperbolehkan sholat di depan hidangan makanan dan tidak diperbolehkan pula sholat orang yang menahan dua kotoran (muka dan belakang) [HR Muslim]

Safar yang membuat musafir merasakan kepenatan dan kelelahan, maka untuk pelaksanaan sholat bisa dikurangi jumlah rokaatnya. Untuk itu nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :


عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ أَوَّلُ مَا فُرِضَتْ اَلصَّلَاةُ رَكْعَتَيْنِ , فَأُقِرَّتْ صَلَاةُ اَلسَّفَرِ وَأُتِمَّتْ صَلَاةُ اَلْحَضَرِ  

'Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata: Sholat itu awalnya diwajibkan dua rakaat, lalu ia ditetapkan sebagai sholat dalam perjalanan, dan sholat di tempat disempurnakan (ditambah). [Muttafaq Alaihi]

Ketika shoum membuat kita terhalang dari makan dan minum, tiba-tiba saja kita terlupa hingga sepiring nasi kita lahap dan segelas air kita minum. Batalkah shoumnya ? Tidak, karena nabi kita bersabda :


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ نَسِيَ وَهُوَ صَائِمٌ, فَأَكَلَ أَوْ شَرِبَ, فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ, فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اَللَّهُ وَسَقَاهُ  

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Barangsiapa lupa bahwa ia sedang shaum, lalu ia makan dan minum, hendaknya ia meneruskan puasanya, karena sesungguhnya ia telah diberi makan dan minum oleh Allah [Muttafaq Alaihi]


وَلِلْحَاكِمِ مَنْ أَفْطَرَ فِي رَمَضَانَ نَاسِيًا فَلَا قَضَاءَ عَلَيْهِ وَلَا كَفَّارَةَ  

Menurut riwayat Hakim : Barangsiapa yang berbuka pada saat puasa Ramadhan karena lupa, maka tak ada qodlo dan kafarat baginya


Shoum yang membuat perut kita lapar dan mulut kita dahaga, tentu akan mengurangi tenaga yang dimiliki, apalagi kita berada di perjalanan yang berat. Sebagai kasih sayang Alloh kepada hambaNya, maka nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :


عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اَللَّهِ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم خَرَجَ عَامَ اَلْفَتْحِ إِلَى مَكَّةَ فِي رَمَضَانَ, فَصَامَ حَتَّى بَلَغَ كُرَاعَ الْغَمِيمِ, فَصَامَ اَلنَّاسُ, ثُمَّ دَعَا بِقَدَحٍ مِنْ مَاءٍ فَرَفَعَهُ, حَتَّى نَظَرَ اَلنَّاسُ إِلَيْهِ, ثُمَّ شَرِبَ, فَقِيلَ لَهُ بَعْدَ ذَلِكَ: إِنَّ بَعْضَ اَلنَّاسِ قَدْ صَامَ. قَالَ: أُولَئِكَ اَلْعُصَاةُ, أُولَئِكَ اَلْعُصَاةُ 


Dari Jabir Ibnu Abdullah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam keluar pada tahun penaklukan kota Mekah di bulan Ramadhan. Beliau shaum, hingga ketika sampai di kampung Kura' al-Ghomam orang-orang ikut shaum. Kemudian beliau meminta sekendi air, lalu mengangkatnya, sehingga orang-orang melihatnya dan beliau meminumnya. Kemudian seseorang bertanya kepada beliau bahwa sebagian orang telah shaum. Beliau bersabda : Mereka itu durhaka, mereka itu durhaka


Yang lebih mengherankan lagi, manakala larangan shoum yang berupa bersetubuh di siang hari romadlon dilanggar, islam memberi hukuman yang teramat berat. Hukuman itu adalah shoum dua bulan berturut-turut (maa syaa Alloh betapa beratnya hukuman ini), atau membebaskan budak (padahal saat ini tidak ada budak) atau memberi makan enam puluh miskin (bagi orang miskin, tentu ini berat bagi orang miskin). Rupanya ini terjadi pada seorang miskin jaman rosululloh shollallohu alaihi wasallam :


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: هَلَكْتُ يَا رَسُولَ اَللَّهِ. قَالَ: وَمَا أَهْلَكَكَ ? قَالَ: وَقَعْتُ عَلَى اِمْرَأَتِي فِي رَمَضَانَ، فَقَالَ: هَلْ تَجِدُ مَا تَعْتِقُ رَقَبَةً? قَالَ: لَا قَالَ: فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ? قَالَ: لَا قَالَ: فَهَلْ تَجِدُ مَا تُطْعِمُ سِتِّينَ مِسْكِينًا? قَالَ: لَا, ثُمَّ جَلَسَ, فَأُتِي اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِعَرَقٍ فِيهِ تَمْرٌ. فَقَالَ: تَصَدَّقْ بِهَذَا , فَقَالَ: أَعَلَى أَفْقَرَ مِنَّا? فَمَا بَيْنَ لَابَتَيْهَا أَهْلُ بَيْتٍ أَحْوَجُ إِلَيْهِ مِنَّا, فَضَحِكَ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم حَتَّى بَدَتْ أَنْيَابُهُ، ثُمَّ قَالَ:اذْهَبْ فَأَطْعِمْهُ أَهْلَكَ  


Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu berkata: Ada seorang laki-laki menghadap Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, lalu berkata : Wahai Rasulullah, aku telah celaka. Beliau bertanya : Apa yang mencelakakanmu ? Ia menjawab : Aku telah mencampuri istriku pada saat bulan Ramadhan. Beliau bertanya : Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk memerdekakan budak ? ia menjawab : Tidak. Beliau bertanya : Apakah engkau mampu shaum dua bulan berturut-turut ? Ia menjawab : Tidak. Lalu ia duduk, kemudian Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memberinya sekeranjang kurma seraya bersabda : Bersedekahlan denan ini. Ia berkata : Apakah kepada orang yang lebih fakir daripada kami ? Padahal antara dua batu hitam di Madinah tidak ada sebuah keluarga pun yang lebih memerlukannya daripada kami. Maka tertawalah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sampai terlihat gigi siungnya, kemudian bersabda : Pergilah dan berilah makan keluargamu dengan kurma itu [Imam Tujuh] 


Begitulah, kalau islam memberi keyamanan bagi umatnya, tentu kita sesama muslim sudah sepantasnya memberi kenyamanan satu sama lainnya. Di bawah ini adalah beberapa kasus yang bisa dijadikan sebagai renungan

 Iblis Dua Kali Diusir, Adam Hanya Sekali


Adam VS iblis (26)


Pengusiran pertama adalah ketika menolak sujud kepada Adam. Alloh mengusirnya dari aljannah :


قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِين ٍقَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ

Alloh berfirman : Apa yang menghalangimu untuk tidak bersujud ketika aku perintahkan kepadamu ? Iblis berkata : Aku lebih baik darinya. Engkau ciptakan aku dari api, sementara engkau ciptakan dia dari tanah. Allah berfirman : Turunlah engkau dari aljannah karena engkau tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya engkau termasuk golongan  yang hina [al a’rof : 12-13]


قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا لَكَ أَلَّا تَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ  قَالَ لَمْ أَكُنْ لِأَسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ

Alloh berfirman : Wahai iblis, apa sebab engkau tidak bersujud bersama-sama mereka yang bersujud ? Iblis berkata : Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau ciptakan dari tanah liat yang kering yang berasal dari lumpur hitam yang dibentuk Allah berfirman : Keluarlah dari aljannah, karena sesungguhnya engau terkutuk [alhijr : 32-34]


قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ  قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ

Iblis berkata : Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah. Allah berfirman : Maka keluarlah engkau dari aljannah, sesungguhnya engkau adalah terkutuk [shod : 76-77]


Adapun pengusiran kedua adalah diusir bersama dengan Adam dan Hawa setelah melanggar larangan Alloh :


فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ

Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman : Turunlah kamu ! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan [albaqoroh : 36]


قَالَ اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ

Allah berfirman : Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan [al a’rof : 24]


قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى

Allah berfirman : Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripadaKu, lalu barang siapa yang mengikut petunjukKu, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka [thoha : 123]


Sedangkan Adam diusir hanya sekali sebagaimana yang ditunjukkan oleh beberapa ayat yang sudah disebut. Lalu apa perbedaan pengusiran antara keduanya ? Para ahli tafsir menyatakan bahwa pengusiran terhadap iblis yang pertama adalah dari aljannah ke langit dunia. Adapun yang kedua dari langit ke dunia. Sedangkan Adam diusir dari aljannah menuju dunia

Kenapa Pengusiran Untuk Adam Tercantum Dua Kali


Adam VS iblis (25)

Sebenarnya Adam diusir oleh Alloh dari aljannah ke dunia hanya sekali. Akan tetapi Alloh menyebutkannya dua kali. Itu Alloh firmankan di surat albaqoroh :


فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ  فَتَلَقَّى آَدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ  قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari aljannah dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman : Turunlah kamu ! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.


Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Robnya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.


Kami berfirman : Turunlah kamu semua dari aljannah! Kemudian jika datang petunjukKu kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjukKu, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati [albaqoroh : 36-38]


Ada sebagian mufassir yang menerangkan bahwa pengusiran pertama adalah dari aljannah ke langit dunia. Selanjutnya yang kedua dari langit dunia ke dunia. Pendapat ini dinilai lemah karena pada pengusiran pertama, Alloh berfirman :


وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرّ

dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi


Yang benar dalam hal ini adalah bahwa pengulangan kalimat pengusiran adalah untuk ta’kid (penguat). Kita sering mendengar di sekitar kalimat semakna, misalnya orang yang menyuruh orang lain pergi dengan mengatakan “ Pergi ! Pergiiii ! “. Ini bukan berarti pengusiran tersebut terjadi dua kali, akan tetapi sebagai penguat.


Maroji’ :

Lubabutta’wil Fi Ma’anittanzil, Abul Hasan Ali Bin Muhammad Bin Ibrohim Bin Umar Asyaihi

 Pesan Alloh Saat Pengusiran


Adam VS iblis (24)


Ketika iblis berhasil menggoda Adam dan Adam melanggar larangan, Alloh mengusir mereka dengan memberi beberapa pesan. Tiga kali Alloh menyebutkannya dalam alquran :


فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ  فَتَلَقَّى آَدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ  قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ  وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman : Turunlah kamu ! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan


Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Robnya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.


Kami berfirman : Turunlah kamu semua dari surga itu ! Kemudian jika datang petunjukKu kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjukKu, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.


Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya  [albaqoroh : 36-39]


قَالَ اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ  قَالَ فِيهَا تَحْيَوْنَ وَفِيهَا تَمُوتُونَ وَمِنْهَا تُخْرَجُونَ

Allah berfirman : Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan


Allah berfirman : Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan  [al a’rof : 24-25]


قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

Allah berfirman : Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripadaKu, lalu barang siapa yang mengikut petunjukKu, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.


Dan barang siapa berpaling dari peringatanKu maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta [thoha : 123-124]

Ayat-ayat di atas memberi kita faedah :


(1) Penetapan Alloh tentang status bumi kepada Adam, Hawa dan iblis

Alloh menyebut bumi sebagai tempat tinggal dan kesenangan sampai batas waktu yang telah ditentukan. Ini menunjukkan bahwa keberadaan mereka di dunia hanyalah sementara. Alloh juga menyampaikan bahwa mereka akan mengalami 3 fase di bumi, berupa : Hidup, mati dan dibangkitkan. Ini menunjukkan bahwa iman kepada hari akhir sudah diajarkan kepada mereka bertiga.

(2) Penetapan Alloh tentang  status hubungan antara mereka


Mereka semua ditetapkan bermusuhan dan permusuhan ini bersifat permanen. Dalam banyak ayat, Alloh mengingatkan akan permusuhan ini :


وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآَدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang dzalim [alkahfi : 50]


أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آَدَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ  

Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu [yasin : 60]


إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala [fathir : 5]


(3) Pemberian bekal dari Alloh untuk mereka saat mereka hidup di dunia

Berupa alhuda (petunjuk) dengan dua jaminan : Siapa yang mengikutinya akan bahagia di akhirat dan sengsara dengan menjadi penguhuni neraka selamanya bila menyelisinya

Jangan Kambing Hitamkan Hawa


Adam VS iblis (23)


Sering diantara penceramah yang mengisahkan cerita terusirnya Adam dan Hawa dari aljannah, disebut bahwa sumber masalah adalah pada diri Hawa. Ketika Adam gagal dibujuk untuk mendekati pohon terlarang, iblis mengalihkan godaannya kepada Hawa. Rupanya cara ini efektif. Sebagai wanita yang berkarakter lemah, Hawa termakan oleh rayuan iblis dan selanjutnya dengan gaya merengek, Adampun luluh oleh permintaan Hawa.


Begitulah kira-kira cerita yang berkembang di tengah-tengan masyarakat. Benarkah riwayat ini ? Jawabannya tentu tidak benar, karena tidak ada satupun dalil dari ayat dan hadits yang menerangkannya. Dalam alquran, godaan iblis ditampilkan oleh Alloh dengan dua bentuk :


Pertama : Iblis menggoda keduanya


فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآَتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ

Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata : Rob kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)  [al a’rof : 20]


Kedua : Iblis menggoda Adam


فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آَدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَى

Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata : Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepadamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa ? [thoha : 120]


Walhasil, hentikan fitnah yang ditujukan kepada Hawa !

Hawa, Benarkah Yang Membuat Adam Melanggar Larangan ?


Adam VS iblis (22)

Sering kita jumpai, para penceramah ketika menceritakan kisah Adam memakan buah larangan, Hawa disebut sebagai sumber masalah. Ketika Adam tidak berhasil digoda, iblis mengarahkan tipuannya kepada Hawa. Rupanya ia berhasil dijerat karena sifat wanita yang lemah dan mudah diperdaya. Dengan lembut Hawa merayu Adam agar mendekati pohon. Kasih sayang Adam kepada istri, membuat Adam bisa diluluhkan hatinya. Demikianlah kira-kira inti dongengan yang dikembangkan para da’i.


Benarkah demikian ? Kisah di atas sebenarnya tercantum di banyak kitab tafsir. Akan tetapi yang harus dicatat bahwa semua berstatus riwayat isroiliyyat. Artinya tidak pernah hal itu disampaikan oleh rosululloh shollallohualaihi wasallam melainkan berasal dari para ahlul kitab yang akhirnya masuk islam. Tatkala mereka menyimak alquran, rupanya apa yang mereka dengar tercantum juga dalam kitab-kitab yang dahulu mereka pegang dengan tambahan cerita. Dengan begitu mereka menyampaikannya kepada para sahabat.


Bagaimana sikap kita kepada riwayat-riwayat yang mereka bawakan ? Rosululloh shollallohu alaihi wasallam memberi kaedah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Huroiroh :


عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ أَهْلُ الْكِتَابِ يَقْرَءُونَ التَّوْرَاةَ بِالْعِبْرَانِيَّةِ وَيُفَسِّرُونَهَا بِالْعَرَبِيَّةِ لأَهْلِ الإِسْلاَمِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ  صلى الله عليه وسلم لاَ تُصَدِّقُوا أَهْلَ الْكِتَابِ ، وَلاَ تُكَذِّبُوهُمْ وَقُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ  

Dari Abu Huroiroh berkata : Ahlul kitab membaca taurot dengan bahasa ibrani lalu mereka menafsirkannya ke dalam bahasa Arab kepada kaum muslimin. Maka rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Janganlah kalian membenarkan ahlul kitab, jangan pula mendustakannya. Akan tetapi ucapkanlah “ Kami beriman kepada Alloh dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada kalian “ [HR Bukhori, Nasa’i dan Baihaqi]


Ibnu Hajar Al Atsqolani menilai bahwa berdasarkan hadits ini kita dilarang membenarkan riwayat ahlul kitab yang tidak jelas kebenarannya.


Kita juga harus tahu bahwa ajaran para nabi dari kalangan bani israil terjadi perubahan dan penyelewengan. Ketetapan halal mereka rubah menjadi halal demikian juga sebaliknya. Ayat yang berisi tentang terutusnya Muhammad sebagai nabi terakhir, mereka sembunyikan. Dosa zina yang mengharuskan pelakunya dirajam dihapus. Walhasil betapa banyak firman Alloh yang dihilangkan dan disisipi tambahan cerita.


Kalau begitu keadaannya, tentu menjadikan riwayat isroiliyyat sebagai dasar ilmu adalah perbuatan yang membahayakan bagi kemurnian ajaran islam. Bagi siapa saja yang menyimak tafsir assa’di, pasti akan mengetahui betapa beliau adalah ulama yang sangat tegas menolak kisah isroiliyyat sehingga kitab tafsir yang beliau susun, bersih dari riwayat ini. Maka dari itu, tidak perlu menceritakan kisah Hawa sebagai biang keladi pada dosa Adam kecuali menyampaikan kepada masyarakat, bahwa cerita ini bersumber dari riwayat isroiliyyat.


Adapun riwayat yang berkenaan Hawa yang merayu iblis adalah disebutkan oleh Ath Thobari, Ibnu Katsir, Alkhozin dan lainnya dimana riwayat itu mengatakan :


قال ابن عباس رضي الله عنهما : لما أكل آدم من الشجرة قيل له : لم أكلت من الشجرة التي نهيتك عنها؟ قال : حواء أمرتني . قال فأني أعقبتها أن لا تحمل إلا كرهاً ولا تضع إلا كرهاً قال فرنت حواء عند ذلك رنة فقيل لها الرنة عليك وعلى بناتك وقال محمد بن قيس :

Ketika Adam memakan buah dari pohon terlarang maka dikatakan kepadanya : Kenapa engkau memakan buah dari pohon itu dimana aku sudah melarangnya ? Adam menjawab : Hawa yang menyuruhku. Alloh berfirman : Sesungguhnya Aku menghukumnya berupa dia tidak akan hamil kecuali dalam keadaan menderita dan tidak pula melahirkan kecuali dalam keadaan menderita. Hawapun menjerit saat itu. Lalu dikatakan kepadanya : Jeritan itu akan menimpa dirimu, juga anak-anak perempuanmu


Maroji’ :

Fathul Bari 8/210

Fitnah Syubhat Dan Syahwat, Jeratan Iblis Untuk Adam Dan Hawa


Adam VS iblis (21)

Iblis memendam dendam kepada Adam. Karena Adam, ia harus bersujud kepadanya. Di saat menolak, Alloh melaknatnya dan mengusirnya dari aljannah. Ia tahu bahwa Adam dilarang mendekati asy syajaroh. Dari celah inilah ia membuat jerat. Tentang makar iblis kepada Adam difirmankan oleh Alloh :


فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآَتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ  وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ  فَدَلَّاهُمَا بِغُرُورٍ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْآَتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَأَقُلْ لَكُمَا إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُبِينٌ

Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata : Rob kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam aljannah)


Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya : Sesungguhnya saya adalah termasuk yang memberi nasihat kepada kamu berdua


Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun aljannah. Kemudian Rob mereka menyeru mereka : Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu : Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua? [al a’rof : 20-22]


Pada ayat lain Alloh berfirman :

فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آَدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَى  فَأَكَلَا مِنْهَا فَبَدَتْ لَهُمَا سَوْآَتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ وَعَصَى آَدَمُ رَبَّهُ فَغَوَى

Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata : Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa ?


Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan dedaunan  yang ada di aljannah, dan durhakalah Adam kepada Robnya dan sesatlah ia [thoha : 120-121]


Ayat-ayat di atas berbicara tentang kecakapan iblis dalam mengemas kesesatan. Persepsi Adam tentang asy syajaroh yang harus dijauhi, rusak dengan memberi informasi bahwa siapa yang memakan buah dari asy syajaroh akan mendapat dua manfaat :


1.      Kekal

Adam tahu bahwa dia dipersiapkan untuk menjadi kholifah di bumi, sementara saat itu ia berada di dalam aljannah dengan segala kenikmatan yang ia rasakan. Kata “ kekal “ yang disampaikan iblis tentu menarik perhatiannya. Siapa yang tidak ingin kekal dikelilingi dengan kenikmatan ?


2.      Disejajarkan manzilahnya dengan malaikat

Malaikat memiliki kedudukan tinggi lagi mulia di sisi Alloh. Tentu siapapun termasuk Adam tertarik memperoleh kedudukan ini

Dua manfaat ini tidak akan didapati kecuali mendekati dan memakan buah dari asy syajaroh terlarang. Persepsi Adam terhadap asy syajaroh berubah. Yang tadinya harus dijauhi, sekarang ingin didekati. Lebih dari itu, iblis dalam melakukan aksinya, ia gunakan sumpah dan bahasa yang sangat halus “ Sesungguhnya saya adalah termasuk yang memberi nasihat kepada kamu berdua

Merubah pemahaman seseorang terhadap sesuatu sehingga alhaq nampak batil dan kebatilan dinilai sebagai kebenaran, inilah yang disebut dengan fitnah syuhbat. Sementara menanamkan keinginan untuk mewujudkan persepsi barunya disebut dengan fitnah syahwat. Dua hal inilah yang sudah melekat pada diri Adam. Yang akhirnya membuat Adam berani melanggar larangan Alloh.

 Apa Yang Dimaksud Dengan Asy Syajaroh ?


Adam VS iblis (20)

Syajaroh bermakna pohon. Di dalam aljannah banyak terdapat pohon karena arti asli dari jannah adalah taman. Dari semua kesenangan yang Alloh berikan kepada Adam, hanya satu yang dilarang, yaitu mendekati asy syajaroh.


Beragam tafsir tentang pohon apa yang dimaksud. Ada yang mengatakan pohon anggur, tin, gandum dan ada juga yang mengatakan pohon ilmu. Ibnu Katsir menyebut pendapat yang mengatakan bahwa pohon yang dimaksud adalah apa yang disabdakan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam : Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu, dari nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :


عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه عَنْ النَّبِىّ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِنَّ فِى الْجَنَّةِ شَجَرَةً يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِى ظِلِّهَا مِائَةَ عَامٍ لاَ يَقْطَعُهَا  

Sesungguhnya di dalam aljannah ada pohon dimana seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun ternyata tidak selesai dikelilingi [HR Buhori, Muslim, Ahmad, Ibnu Majah dan Addarimi]


Syaikh Abdurrohman Nasir Assa’di lebih memilih tawaquf dengan mengatakan wallhu a’lam. Penulis tafsir lubabutta’wil berkata :


ليس في ظاهر الكلام ما يدل على التبيين إذ لا حاجة إليه لإنه ليس المقصود تعرّف عين تلك الشجرة وما لا يكون مقصود لا يجب بيانه

Tidak terdapat pada dzohir kalimat yang menunjukkan secara jelas (tentang hakekat pohon yang dimaksud). Itu tidak penting untuk diketahui karena mengetahui pohon yang sebenarnya tidak menjadi tujuan. Sesuatu yang bukan tujuan tidak wajib untuk diketahui

Walhasil memahami hikmah dari kisah antara iblis dan Adam lebih bermanfaat daripada berlarut-larut memperdebatkan sesuatu yang tidak banyak mendatangkan faedah.


Maroji’ :

Lubabutta’wil Fima’anittanzil, Alkhozin Abul Hasan Ali Bin Muhammad Bin Ibrohim Umar Asy Syaihi (maktabah syamilah) hal 6


Sudah Diusir Dari Surga, Kenapa Bisa Menggoda Adam ?


Adam VS iblis (19)

Ketika iblis menolak perintah Alloh, untuk bersujud kepada Adam, Alloh mengusirnya dengan berfirman :


قَالَ اخْرُجْ مِنْهَا مَذْءُومًا مَدْحُورًا لَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنْكُمْ أَجْمَعِينَ  

Allah berfirman : Keluarlah kamu dari aljannah sebagai makhluq terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya [al a’rof : 18]


Setelah iblis keluar dari aljannah, Alloh berfirman kepada Adam di ayat berikutnya :


وَيَا آَدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ فَكُلَا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ

Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di aljannah serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang dzalim [al a’rof : 19]


Dua ayat ini memberi faedah bahwa saat iblis menggoda Adam, posisi keduanya di tempat yang berbeda. Adam di dalam aljannah sedangkan iblis berada di luar. Lalu bagaimana godaan itu bisa terjadi ? Di ayat selanjutnya, Alloh berfirman tentang godaan iblis :


فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآَتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ   

Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata : Rob kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam aljannah) [al a’rof : 20]


Tentang berbeda tempat antara Adam dan iblis dan keberhasilan jeratan iblis atas Adam, Al Khozin berkata :


إن آدم وحواء ربما قربا من باب الجنة وكان إبليس واقفاً من خارج الجنة على بابها فقرب أحدهما من الآخر فحصلت الوسوسة هناك .

Sesungguhnya Adam dan Hawa boleh jadi mendekati pintu aljannah sementara iblis berdiri di luar di dekat pintunya. Adam dan iblis saling mendekat sehingga terjadilah bisikan di sana


Masalah kedua adalah, kalau memang Adam sudah mengetahui permusuhan iblis kepadanya lalu kenapa, ia bisa tergoda ? Al Khozin berkata :


يحتمل أن يقال إن إبليس لقي آدم مراراً كثيرة ورغبه في أكل هذه الشجرة بطرق كثيرة منها رجاء نيل الخلد ومنها قوله وقاسمهما إني لكما من الناصحين فلأجل هذه المواظبة والمداومة على هذا التمويه أثر كلام إبليس في آدم حتى أكل من الشجرة

Bisa saja iblis menemui Adam berulangkali dan memotivasinya untuk memakan buah terlarang yang ada dalam asy syajaroh dengan beragam metode diantaranya harapan kekal berada di dalamnya dan ditambah dengan sumpah “ Sesungguhnya aku adalah pemberi nasehat bagi kalian berdua “. Ketika pemutarbalikan fakta disampaikan terus menerus maka perkataan iblis berpengaruh pada Adam hingga ia memakan buah dari pohon itu


Maroji’ :

Lubabutta’wil Fi Ma’anittanzil, Alkhozin Abul Hasan Ali Bin Muhammad Bin Ibrohim Bin Umar Asy Syaihi (maktabah syamilah) hal 152

Pesan Alloh Kepada Adam Tentang Iblis


Adam VS iblis (18)

Setelah Alloh menciptakan Adam dan memasukkanya ke dalam aljannah, Alloh memberi kebebasan kepadanya untuk bersenang-senang kecuali hanya satu, yaitu dilarang mendekati asy syajaroh. Tidak itu saja. Alloh juga mengingatkan tentang iblis yang akan menggodanya untuk melanggar larangan ini. Alloh berfirman :


وَقُلْنَا يَا آَدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ

Dan Kami katakan : Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu dalam aljannah. Makanlah kalian berdua makanan yang banyak sebagaimana kalian berdua kehendaki dan janganlah kalian mendekati asy syajaroh (pohon) yang menyebabkan kalian berdua menjadi bagian dari golongan dzolim [albaqoroh : 35]


فَقُلْنَا يَا آَدَمُ إِنَّ هَذَا عَدُوٌّ لَكَ وَلِزَوْجِكَ فَلَا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقَى إِنَّ لَكَ أَلَّا تَجُوعَ فِيهَا وَلَا تَعْرَى وَأَنَّكَ لَا تَظْمَأُ فِيهَا وَلَا تَضْحَى  

Maka Kami katakan : Wahai Adam, sesungguhnya ini adalah musuhmu dan istrimu maka jangan sekali-kali mengeluarkan kamu dari aljannah lalu engkau celaka. Sesungguhnya engkau tidak akan lapar dan tidak akan telanjang. Engkau tidak akan haus dan tidak pula ditimpa panas matahari [thoha : 117-119]


Menurut logika seharusnya Adam tidak melanggar larangan itu. Kenapa ? Karena Alloh telah memberinya banyak kesenangan di dalam aljannah yang membuatnya harus puas dengan apa yang ia nikmati. Kalaupun toh ada larangan, bukankah larangan itu hanya satu yaitu mendekati asy syajaroh. Pembolehan Alloh tentu tidak sebanding dengan laranganNya.


Yang kedua, peringatan Alloh tentang iblis seharusnya dijadikan Adam sebagai pengingat untuk tidak dilupakannya.