Ucapan Salam



Duduk Tasyahud (11)

Ada beberapa cara mengucapkan salam sebagai tanda berakhirnya sholat, yaitu :

Cara pertama :

Mengucapkan salam secara sempurna ke kanan dan ke kiri. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Wail Bin Hujr :

عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ رضي الله عنه قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَكَانَ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِينِهِ اَلسَّلَام عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اَللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ وَعَنْ شِمَالِهِ اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اَللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ  

Dari Wail Ibnu Hujr Radliyallaahu 'anhu berkata : Aku pernah shalat bersama Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam beliau salam ke sebelah kanan dan kiri dengan (ucapan) : Assalamu'alaykum wa rahmatullaahi wa barakaatuh  [HR Abu Dawud]  

Cara kedua :

Mengucapkan salam ke kanan secara sempurna, sedangkan ke kiri “ Assalamu'alaikum wa rahmatullaah “ :

عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَائِلٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم فَكَانَ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِينِهِ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ. وَعَنْ شِمَالِهِ  السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ  

Dari Alqomah Bin Wail dari bapaknya berkata : Aku sholat bersama nabi shollallohu alaihi wasallam. Beliau mengucapkan salam ke kanan “ Assalamu'alaykum wa rahmatullaahi wa barakaatuh “ dan ke kiri “ Assalamu'alaykum wa rahmatullaah “ [HR Abu Daud]

Cara ketiga :

Mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri “ Assalamu'alaykum wa rahmatullaah “

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ حَتَّى يُرَى بَيَاضُ خَدِّهِ  السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ  

Dari Abdulloh : Bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri hingga terlihat putih pipinya “ Assalamu'alaykum wa rahmatullaah “ [HR Ibnu Majah]

Cara keempat :

Ibnu Rojab Alhambali menyebutkan bahwa sebagian salaf mengucapkan salam ke kanan “ Assalamu'alaykum wa rahmatullaah “ dan ke kiri Assalamu'alaykum “ sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ammar Bin Yasir

Cara kelima :

Mengucapkan salam sekali “ Assalaamu ‘alaikum “ sebagaimana riwayat dari Aisyah :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهَا : أَنَّهَا كَانَتْ تُسَلِّمُ فِى الصَّلاَةِ تَسْلِيمَةً وَاحِدَةً قِبَلَ وَجْهِهَا السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ بق خز

Dari Aisyah rodliyallohu anha : Bahwa dia mengucapkan salam dalam sholat sekali dengan menghadapkan wajahnya ke arah depan “ Assalamu alaikum “ [HR Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi]

Maroji’ :

Fathul Bari, Ibnu Rojab Alhambali 6/94

Kapan Duduk Tasyahud Dinyatakan Berakhir



Duduk Tasyahud (10)

Ucapan salam tanda duduk tasyahud dan seluruh rangkaian sholat dinyatakan telah berakhir. Hal ini berdasarkan hadits :

عَنْ عَلِىٍّ رضى الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مِفْتَاحُ الصَّلاَةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ  

Dari Ali rodliyallohu anhu berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Kunci sholat adalah bersuci, pembukanya adalah takbir dan penutupnya adalah salam [HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Darimi]

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ  ...وَكَانَ يَخْتِمُ الصَّلاَةَ بِالتَّسْلِيمِ.

Dari Aisyah berkata : .... Beliau menutup sholat dengan ucapan salam [HR Muslim, Ahmad dan Abu Daud]

Jari Telunjuk, Digerak-Gerakkan Atau Tidak ?



Duduk Tasyahud (9)

Keduanya memiliki dasar hukum. Bagi yang menggerak-gerakkan, hal itu berdasarkan riwayat yang dibawakan oleh Wail Bin Hujr :

عَنْ وَائِلَ بْنَ حُجْرٍ  ....ثُمَّ قَعَدَ وَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ وَرُكْبَتِهِ الْيُسْرَى وَجَعَلَ حَدَّ مِرْفَقِهِ الْأَيْمَنِ عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ قَبَضَ اثْنَتَيْنِ مِنْ أَصَابِعِهِ وَحَلَّقَ حَلْقَةً ثُمَّ رَفَعَ إِصْبَعَهُ فَرَأَيْتُهُ يُحَرِّكُهَا يَدْعُو بِهَا

Dari : Wail Bin Hujr : .... lalu beliau duduk dengan membentangkan kaki kirinya. Beliau meletakkan telapak tangan kiri di atas paha dan lutut kiri dan menjadikan ujung siku kanan di atas paha kanan lalu menggenggam dua jarinya dan membuat lingkaran. Setelah itu mengangkat jari telunjuknya. Aku melihatnya, beliau menggerak-gerakkannya seraya berdoa dengannya [HR Ahmad dan Nasa’i]

Adapun yang tidak menggerak-gerakkan jari telunjuk, berargumen dengan hadits Abdullah Bin Zubair :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُشِيرُ بِأُصْبُعِهِ إِذَا دَعَا وَلَا يُحَرِّكُهَا

Dari Abdulloh Bin Zubair : Bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam mengangkat jari telunjuknya saat berdoa (duduk tasyahud) dan tidak menggerak-gerakkannya [HR Abu Daud dan Nasa’i]

Imam Baihaqi memperkuat pendapat kedua dengan berkata :

يُحْتَمَلُ أَنْ يَكُونَ الْمُرَادُ بِالتَّحْرِيكِ الْإِشَارَةُ بِهَا لَا تَكْرِيرُ تَحْرِيكِهَا حَتَّى لَا يُعَارَضَ حَدِيثُ اِبْنِ الزُّبَيْرِ عِنْدَ أَحْمَدَ وَأَبِي دَاوُدَ وَالنَّسَائِيِّ وَابْنِ حِبَّانَ

Yang terkandung pada makna attahrik (menggerak-gerakkan) adalah al isyaroh (mengangkat jari telunjuk), bukan pengulang-ulangan gerakan jari telunjuk hingga tidak bertentangan dengan hadits Ibnu Zubair yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Daud, Nasa’i dan Ibnu Hibban.

Maroji’ :

Tuhfatul Ahwadzi 1/325

Mengangkat Jari Telunjuk



Duduk Tasyahud (8)

Maksudnya mengangkat jari telunjuk bagian kanan. Bila diangkat keduanya, maka perbuatan ini dinilai menyelisihi sunnah. Sa’ad Bin Abi Waqosh pernah melakukannya dan mendapat teguran langsung dari nabi shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِى وَقَّاصٍ قَالَ مَرَّ عَلَىَّ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم وَأَنَا أَدْعُو بِأُصْبُعَىَّ فَقَالَ أَحِّدْ أَحِّدْ  وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ.  

Dari Sa’ad Bin Abi Waqosh berkata : Nabi sholallohu alaihi wasallam pernah melewatiku saat aku sedang berdoa denga mengangkat dua jariku. Beliau bersabda : Cukup satu, cukup satu ! Beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk [HR Abu Daud dan Nasa’i]

Tentang waktu diangkat jari telunjuk, maka para ulama berbeda pendapat. Mengangkatnya sejak awal duduk adalah pendapat Imam Maliki. Adapun Imam Hanafi, Syafi’i dan Hambali berpendapat bahwa mengangkat jari telunjuk saat membaca kalimat syahadat.

Diantara Doa Ma’tsur Setelah Bacaan tahiyat



Duduk Tasyahud (7)

Meski rosululloh shollallohu alaihi wasallam membebaskan kita untuk berdoa apa saja sesuai yang diinginkan, akan tetapi secara khusus beliau menganjurkan beberapa doa yang bisa kita amalkan, yaitu :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاَللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ  يَقُولُ : اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ  وَمِنْ عَذَابِ اَلْقَبْرِ  وَمِنْ فِتْنَةِ اَلْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ  وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ اَلْمَسِيحِ اَلدَّجَّالِ )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ : ( إِذَا فَرَغَ أَحَدُكُمْ مِنْ اَلتَّشَهُّدِ اَلْأَخِيرِ )

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Apabila seseorang di antara kamu bertasyahhud maka hendaklah ia memohon perlindungan pada Allah dari empat hal dengan mengucapkan : (Artinya : Ya Allah sesungguhnya aku memohon perlindungan padaMu dari siksa neraka jahannam, siksa kubur cobaan hidup dan mati, dan dari fitnah dajjal). [Muttafaq Alaihi] Dalam suatu riwayat Muslim disebutkan : Jika seseorang antara kamu telah selesai dari tasyahhud akhir.

عَنْ أَبِي بَكْرٍ اَلصِّدِّيقِ رضي الله عنه أَنَّهُ قَالَ لِرَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَلِّمْنِي دُعَاءً أَدْعُو بِهِ فِي صَلَاتِي . قَالَ قُلْ : اَللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا  وَلَا يَغْفِرُ اَلذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ  فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ  وَارْحَمْنِي  إِنَّكَ أَنْتَ اَلْغَفُورُ اَلرَّحِيمُ  مُتَّفَقٌ عَلَيْه

Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq Radliyallaahu 'anhu bahwa dia berkata kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam : Ajarkan padaku doa yang aku baca dalam sholatku. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Ucapkanlah : Ya Allah, sesungguhnya aku telah mendzolimi diriku sendiri dan tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisiMu dan kasihanilah diriku sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang [Muttafaq Alaihi]

عَنْ  ابْنِ مَسْعُودٍ : أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُعَلِّمُهُمْ مِنْ الدُّعَاءِ بَعْدَ التَّشَهُّدِ : اللَّهُمَّ أَلِّفْ عَلَى الْخَيْرِ بَيْنَ قُلُوبِنَا ، وَأَصْلِحْ بَيْنَنَا ، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ ، وَنَجِّنَا مِنْ الظُّلُمَاتِ إلَى النُّورِ ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ وَالْفِتَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا ، وَتُبْ عَلَيْنَا إنَّك أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعْمَتِك ، مُثْنِينَ بِهَا ، قَابِلِيهَا ، وَأَتِمَّهَا عَلَيْنَا

Dari Ibnu Mas’ud : Bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam mengajarkan kepada mereka doa setelah tasyahud “ Ya Alloh, lembutkanlah kebaikan diantara hati-hati kami, perbaikilah hubungan diantara kami, berikan kami hidayah untuk menempuh jalan-jalan keselamatan, selamatkan kami dari kegelapan menuju cahaya, jauhkan kami dari perbuatan keji dan fitnah  yang nampak dan yang tersembunyi, berikan kami keberkahan pada pendengaran kami, hati-hati kami, istri-istri kami dan anak-anak keturunan kami. Berikan kepada kami ampunan karena sesungguhnya Engkau adalah Maha Penerima taubat dan Maha Kasih Sayang. Jadikan kami sebagai kaum yang bersyukur atas nikmatMu dengan memuji dan menerimanya dan sempurnakan nikmat itu atas kami [HR Abu Daud]

عَنْ أَبِى صَالِحٍ عَنْ بَعْضِ أَصْحَابِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ قَالَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم لِرَجُلٍ كَيْفَ تَقُولُ فِى الصَّلاَةِ. قَالَ أَتَشَهَّدُ وَأَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ  

Dari Abu Sholih, dari sebagian sahabat nabi shollallohu alaihi wasallam berkata : Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda kepada seseorang : Bagaimana engkau membaca dalam sholat ? Ia berkata : Aku membaca tasyahud dan aku membaca “ Ya Alloh, sesungguhnya aku memohon kepadaMu aljannah dan berlindung kepadaMu dari neraka [HR Abu Daud]

Bacaan Tambahan Setelah Tasyahud Akhir



Duduk Tasyahud (6)

Ada dua dzikir tambahan setelah bacaan tasyahud akhir, yaitu :

Pertama : Membaca sholawat

عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ اَلْأَنْصَارِيِّ رضي الله عنه قَالَ : ( قَالَ بَشِيرُ بْنُ سَعْدٍ: يَا رَسُولَ اَللَّهِ ! أَمَرَنَا اَللَّهُ أَنْ نُصَلِّيَ عَلَيْكَ  فَكَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ ? فَسَكَتَ  ثُمَّ قَالَ : " قُولُوا : اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ  وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ  كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ  وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ  وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ  كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي اَلْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ . وَالسَّلَامُ كَمَا عَلَّمْتُكُمْ )  رَوَاهُ مُسْلِمٌ.  وَزَادَ اِبْنُ خُزَيْمَةَ فِيهِ : ( فَكَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ  إِذَا نَحْنُ صَلَّيْنَا عَلَيْكَ فِي صَلَاتِنَا )

Dari Abu Mas'ud bahwa Basyir Ibnu Sa'ad bertanya : Wahai Rasulullah Allah memerintahkan kepada kami untuk bersholawat padamu bagaimanakah cara kami bersholawat padamu ? Beliau diam kemudian bersabda : Ucapkanlah : (artinya : Ya Allah limpahkanlah rahmat atas Muhammad dan keluarganya sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat atas Ibrahim. Berkatilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah memberkati Ibrahim. Di seluruh alam ini Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung) kemudian salam sebagaimana yang telah kamu ketahui [HR Muslim]. Dalam hadits tersebut Ibnu Khuzaimah menambahkan : Bagaimanakah cara kami bersholawat padamu jika kami bersholawat padamu pada waktu sholat (duduk tasyahud)

Kedua : Membaca doa sesuai kehendak masing-masing

Setelah mengajarkan bacaan tasyahud, rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :

ثُمَّ لِيَتَخَيَّرْ مِنْ اَلدُّعَاءِ أَعْجَبُهُ إِلَيْهِ  فَيَدْعُو

... kemudian hendaknya ia memilih doa yang ia sukai lalu berdoa dengan doa itu [Muttafaq Alaihi]

Kedua bacaan di atas (sholawat dan doa) dirangkum pada hadits :

عَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ رضي الله عنه قَالَ : سَمِعَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم رِجْلاً يَدْعُو فِي صَلَاتِهِ  لَمْ يَحْمَدِ اَللَّهَ  وَلَمْ يُصَلِّ عَلَى اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : " عَجِلَ هَذَا " ثُمَّ دَعَاهُ  فَقَالَ : " إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ رَبِّهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ  ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ثُمَّ يَدْعُو بِمَا شَاءَ  

Fadlolah Ibnu Ubaidah Radliyallaahu 'anhu berkata : Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah mendengar seseorang berdo'a dalam sholatnya dengan tidak memuji Allah dan tidak membaca sholawat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam maka bersabdalah beliau : Orang ini tergesa-gesa. Kemudian beliau memanggilnya seraya bersabda : Apabila seseorang di antara kamu sholat maka hendaknya ia memulai dengan memuji Robnya dan menyanjung-Nya kemudian membaca sholat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam lalu berdoa dengan do'a yang dikehendakinya  [HR Ahmad dan Imam Tiga] 


Manfaat Bacaan Tahiyyat Saat Tasyahud



Duduk Tasyahud (5)

Diantara bacaan tahiyat adalah :

السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ

Kepada siapa yang mengucapkan kalimat ini, nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :

فَإِذَا قَالَهَا أَصَابَتْ كُلَّ عَبْدٍ لِلَّهِ صَالِحٍ فِى السَّمَاءِ وَالأَرْضِ  

Maka bila dia mengucapkannya, akan menimpa keselamatan itu pada setiap hamba Alloh yang sholih baik yang ada di langit (malaikat) dan di bumi (orang beriman)

Bacaan Duduk Tasyahud



Duduk Tasyahud (4)

Ada empat macam bacaan tasyahud

Cara pertama : Diriwayatkan oleh Abdulloh Bin Mas’ud

التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ

Cara kedua : Diriwayatkan oleh Abdulloh Bin Abbas

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ

Cara ketiga : Diriwayatkan oleh Abu Musa Al Asy’ari

التَّحِيَّاتُ الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ لِلَّهِ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

Cara keempat : Diriwayatkan oleh Umar Bin Khothob secara mauquf

التَّحِيَّات لِلَّهِ الزَّاكِيَات لِلَّهِ الطَّيِّبَات الصَّلَوَات لِلَّهِ سَلَام عَلَيْك أَيّهَا النَّبِيّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

Cara Duduk Tasyahud



Duduk Tasyahud (3)

(1) Madzhab Hanafi

Imam Hanafi berpendapat bahwa duduk tasyahud baik yang pertama dan terakhir adalah iftirosy

عَنْ أَبِيْ حُمَيْدٍ أَنَا أَعْلَمُكُمْ بِصَلاَةِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم جَلَسَ يَعْنِى لِلتَّشَهُّدِ فَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى  

Dari Abu Humaid Assaidiy rodliyallohu anhu : Aku adalah orang yang paling mengerti sholat rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Sesungguhnya rosululloh shollallohu alaihi wasallam duduk untuk tasyahud, beliau mengiftirosykan kakinya yang kiri [HR Ibnu Khuzaimah, Tirmidzi dan Baihaqi]

عَنْ وَائِلَ بْنَ حُجْرٍ  ....ثُمَّ قَعَدَ وَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ وَرُكْبَتِهِ الْيُسْرَى وَجَعَلَ حَدَّ مِرْفَقِهِ الْأَيْمَنِ عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ قَبَضَ اثْنَتَيْنِ مِنْ أَصَابِعِهِ وَحَلَّقَ حَلْقَةً ثُمَّ رَفَعَ إِصْبَعَهُ فَرَأَيْتُهُ يُحَرِّكُهَا يَدْعُو بِهَا

Dari : Wail Bin Hujr : .... lalu beliau duduk dengan mengiftirosykan kaki kirinya. Beliau meletakkan telapak tangan kiri di atas paha dan lutut kiri dan menjadikan ujung siku kanan di atas paha kanan lalu menggenggam dua jarinya dan membuat lingkaran. Setelah itu mengangkat jari telunjuknya. Aku melihatnya, beliau menggerak-gerakkannya seraya berdoa dengannya [HR Ahmad, Abu Daud dan Nasa’i]

عَنْ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعٍ .... وَقَالَ إِذَا سَجَدْتَ فَمَكِّنْ لِسُجُودِكَ فَإِذَا جَلَسْتَ فَاجْلِسْ عَلَى رِجْلِكَ الْيُسْرى

Dari Rifa’ah Bin Rofi’ .... beliau bersabda : Bila engkau sujud maka tekankan sujudmu, apabila duduk (tasyahud) maka duduklah di atas kaki kiri [HR Ahmad]

(2) Madzhab Maliki

Imam Malik berpendapat bahwa duduk tasyahud baik awal dan akhir dengan tawarruk

عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ أنّ النَّبِيَّ صلى لله عليه وسلم كَانَ يَجْلِسُ فِيْ وَسْطِ الصَّلاَةِ وَءَاخِرِهَا مُتَوَرِّكًا

Dari Ibnu Mas’ud : Bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam biasa duduk (tasyahud) di tengah dan akhir sholat dengan tawarruk

(3) Madzhab Syafi’i

Imam Syafi’i berpendapat bahwa duduk tasyahud awal dengan istirosy dan tawarruk untuk tasyahud akhir atau duduk sebelum salam :

عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ اَلسَّاعِدِيِّ رضي الله عنه قَالَ : رَأَيْتُ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم  ......وَإِذَا جَلَسَ فِي اَلرَّكْعَتَيْنِ جَلَسَ عَلَى رِجْلِهِ اَلْيُسْرَى وَنَصَبَ اَلْيُمْنَى  وَإِذَا جَلَسَ فِي اَلرَّكْعَةِ اَلْأَخِيرَةِ قَدَّمَ رِجْلَهُ اَلْيُسْرَى وَنَصَبَ اَلْأُخْرَى  وَقَعَدَ عَلَى مَقْعَدَتِهِ  

Abu Hamid Assa'idy Radliyallaahu 'anhu berkata : Aku melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam .... bila duduk pada rakaat kedua beliau duduk di atas kakinya yang kiri dan meluruskan (menegakkan) kaki kanan bila duduk pada rakaat terakhir beliau majukan kakinya yang kiri dan meluruskan kaki yang kanan dan beliau duduk di atas pinggulnya [HR Bukhari]

عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ اَلسَّاعِدِيِّ رضي الله عنه قَالَ حَتَّى إِذَا كَانَتِ السَّجْدَةُ الَّتِى فِيهَا التَّسْلِيمُ أَخَّرَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَقَعَدَ مُتَوَرِّكًا عَلَى شِقِّهِ الأَيْسَرِ

Dari Abu Humaid Assa’idi rodliyallohu anhu : ..... Hingga ketika beliau sujud di rokaat yang ada ucapan salam, beliau menggeser kaki kirinya dan duduk dengan tawarruk di atas pantat kiri [HR Abu Daud dan Nasa’i]

(4) Madzhab Hambali

Imam Hambali memiliki pendapat mirip dengan Imam Syafi’i, akan tetapi khusus sholat yang duduk tasyahudnya hanya sekali maka berlaku duduk iftirosy. Para ulama yang bermazhab Hambali berkata :

لايتورك إلا في صلاة فيها تشهدان فلا يتورك في تشهد الصبح

Tidak ada duduk tawarruk kecuali sholat yang di dalamnya terdapat dua tasyahud, maka tidak boleh duduk tawarruk untuk tasyahud pada sholat shubuh

Maroji’ :

Alfiqh Al Islami Waadillatuhu, DR Wahbah Zuhaili 1/749-750

Hukum duduk Tasyahud



Duduk Tasyahud (2)

Duduk tasyahud disyariatkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ أَنَّهُ قَالَ إِنَّ مُحَمَّداً صلى الله عليه وسلم عُلِّمَ فَوَاتِحَ الْخَيْرِ وَجَوَامِعَهُ وَخَوَاتِمَهُ فَقَالَ  إِذَا قَعَدْتُمْ فِى كُلِّ رَكْعَتَيْنِ فَقُولُوا التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ

Dari Abdulloh Bin Mas’ud : Bahwa dia berkata : Sesungguhnya Muhammad shollallohu alaihi wasallam diberi ilmu tentang pintu-pintu kebaikan, cakupannya dan penutupnya seraya bersabda : Bila kalian duduk di tiap rokaat kedua maka ucapkanlah attahiyatu lillah [HR Ahmad, Nasai dan Ibnu Khuzaimah]

Imam Nawawi menyebut pendapat jumhur bahwa hukum tasyahud adalah wajib baik untuk tasyahud awal maupun tasyahud akhir. Karenanya, siapa yang tidak melakukannya maka dikenakan perintah sujud syahwi sebagaimana pernah dialami oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ بُحَيْنَةَ رَضِيَ اَللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ ( أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم صَلَّى بِهِمُ الظُّهْرَ  فَقَامَ فِي اَلرَّكْعَتَيْنِ اَلْأُولَيَيْنِ  وَلَمْ يَجْلِسْ  فَقَامَ اَلنَّاسُ مَعَهُ  حَتَّى إِذَا قَضَى اَلصَّلَاةَ  وَانْتَظَرَ اَلنَّاسُ تَسْلِيمَهُ  كَبَّرَ وَهُوَ جَالِسٌ  وَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ  قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ  ثُمَّ سَلَّمَ )  أَخْرَجَهُ اَلسَّبْعَةُ  وَهَذَا لَفْظُ اَلْبُخَارِيِّ وَفِي رِوَايَةٍ لمُسْلِمٍ : ( يُكَبِّرُ فِي كُلِّ سَجْدَةٍ وَهُوَ جَالِسٌ وَسَجَدَ اَلنَّاسُ مَعَهُ  مَكَانَ مَا نَسِىَ مِنَ الْجُلُوسِ )

Dari Abdullah Ibnu Buhaimah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sholat Dhuhur bersama mereka beliau berdiri pada dua rakaat pertama dan tidak duduk tasyahhud orang-orang ikut berdiri bersamanya hingga beliau akan mengakhiri sholat dan orang-orang menunggu salamnya beliau takbir dengan duduk kemudian beliau sujud dua kali sebelum salam lalu beliau salam Dikeluarkan oleh Imam Tujuh dan lafadz ini menurut riwayat Bukhari Dalam suatu riwayat Muslim: Beliau takbir pada setiap sujud dengan duduk lalu beliau sujud dan orang-orang sujud bersamanya sebagai pengganti duduk (tasyahhud) yang terlupakan

Maroji’ :

Syarh Shohih Muslim, Imam Nawawi 3/122 (muassasah almukhtar)

Kenapa Disebut Tasyahud ?



Duduk Tasyahud (1)

Karena di dalamnya tedapat bacaan syahadat yang menunjukkan ikrar tauhid dan risalah bagi rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Imam Nawawi berkata :

سُمِّيَتْ بِذَلِكَ لِلنُّطْقِ بِالشَّهَادَةِ بِالْوَحْدَانِيَّةِ وَالرِّسَالَة

Disebut dengan tasyahud karena adanya ucapan syahadat berkaitan dengan keesaan Alloh dan ditetapkannya risalah (bagi rosululloh shollallohu alaihi wasallam)

Maroji’ :

Syarh Shohih Muslim, Imam Nawawi 3/122 (muassasah almukhtar)

Diantara Kesalahan Dalam Mengangkat Tangan



mengangkat tangan dalam sholat (9)

Ketika imam sudah bertakbir, seorang makmum masih asyik dengan konsentrasi niatnya sambil mata dipejamkan. Berkali-kali diangkatnya tangannya, akan tetapi diturunkan kembali karena merasa belum sepenuhnya khusyu dan siap menghadap Alloh. Padahal saat itu imam sudah menyelesaikan surat alfatihah. Tidak jarang, orang ini baru merasa sempurna ketika imam sudah hampir menyelesaikan bacaan surat.

Seringkali kita melihat seorang aktifis pecinta sunnah mengangkat tangan saat sholat dengan cara keliru. Maksud hati mengangkat tangan sejajar dengan pundak, pada kenyataannya ia mengangkat keduanya di bawah pundak.

Ada orang mengangkat tangan seperti orang berdoa. Telapak tangan tidak diarahkan ke kiblat melainkan ia arahkan kepada dirinya.

Tidak sedikit, kaifiyat mengangkat tangan menjadi pemicu bagi tercerai berainya barisan kaum muslimin. Ada sebagian berpersepsi bahwa mengangkat tangan sejajar dengan pundak adalah khas wahabi atau muhammadiyyah. Adapun siapa yang mengangkat keduanya sejajar dengan telinga, dinilai sebagai simbol jam’iyyah nahdatul ulama. Padahal kedua-duanya telah dicontohkan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam.


Mengangkat Tangan Saat Takbir Sholat Jenazah



mengangkat tangan dalam sholat (8)

Sholat jenazah berbeda dengan pelaksanaan sholat-sholat lainnya. Tidak ada ruku’, i’tidal, sujud, duduk antara dua sujud dan duduk tahiyat. Ia dilakukan dengan berdiri. Bertakbir empat atau lima kali dan membaca bacaan yang telah diajarkan oleh nabi shollalohu alaihi wasallam di sela-sela takbir :

عَنْ عَبْدِ اَلرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى قَالَ كَانَ زَيْدُ بْنُ أَرْقَمَ يُكَبِّرُ عَلَى جَنَائِزِنَا أَرْبَعًا, وَإِنَّهُ كَبَّرَ عَلَى جَنَازَةٍ خَمْسًا, فَسَأَلْتُهُ فَقَالَ: كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُكَبِّرُهَا  

Dari Abdurrahman Ibnu Abu Laila berkata : Zaid Ibnu Arqom Radliyallaahu 'anhu biasanya bertakbir empat kali atas jenazah di antara kami, tetapi ia pernah bertakbir lima kali atas suatu jenazah. Lalu aku tanyakan hal itu padanya, ia menjawab : Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertakbir seperti ini [HR Muslim, Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi,Nasai dan Ibnu Majah]

Yang perlu kita ketahui selanjutnya adalah, apakah diperintah mengangkat kedua tangan di tiap kali takbir ? Penulis Aunul Ma’bud berkata :

وَاخْتَلَفَ أَهْل الْعِلْم فِي هَذَا ، فَرَأَى أَكْثَر أَهْل الْعِلْم مِنْ أَصْحَاب النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَغَيْرهمْ أَنْ يَرْفَع الرَّجُل يَدَيْهِ فِي كُلّ تَكْبِيرَة عَلَى الْجَنَازَة ، وَهُوَ قَوْل اِبْن الْمُبَارَك وَالشَّافِعِيّ وَأَحْمَد وَإِسْحَاق . وَقَالَ بَعْض أَهْل الْعِلْم : لَا يَرْفَع يَدَيْهِ إِلَّا فِي أَوَّل مَرَّة ، وَهُوَ قَوْل الثَّوْرِيِّ وَأَهْل الْكُوفَة  

Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini. Kebanyakan ulama dari sahabat nabi shollallohu alaihi wasallam dan selain mereka menilai bahwa disyariatkan mengangkat kedua tangan di tiap kali takbir pada sholat jenazah. Ini adalah pendapat dari Ibnul Mubarok, Asy Syafi’i, Ahmad dan Ishaq. Sebagian ulama berpendapat bahwa tidak disyariatkan mengangkat kedua tangan kecuali di awal sholat. Ini adalah pendapat Ats Tsauri dan Ahlul Kufah

Maroji’ :

Aunul Ma’bud 7/186

Mengangkat Tangan Dalam Takbir Zawaid



mengangkat tangan dalam sholat (7)

Takbir zawaid adalah takbir tambahan dalam sholat ied. Tujuh kali di rokaat pertama dan lima kali di rokaat kedua. Hal ini berdasar sebuah hadits :

عَنْ عَمْرِوِ بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ: قَالَ نَبِيُّ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم  اَلتَّكْبِيرُ فِي اَلْفِطْرِ سَبْعٌ فِي اَلْأُولَى وَخَمْسٌ فِي اَلْآخِرَةِ, وَالْقِرَاءَةُ بَعْدَهُمَا كِلْتَيْهِمَا   

Dari Amru Bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Takbir dalam sholat hari raya Fithri adalah tujuh kali pada rakaat pertama dan lima kali pada rakaat kedua, dan bacalah al-fatihah dan surat adalah setelah kedua-duanya  [HR Abu Dawud] 

Kenapa tiap kali takbir mengangkat kedua tangan ? Bukankah tidak ada dalil bahwa rosululloh melakukannya ? Benar, tidak ada riwayat nabi shollallohu alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya di tiap kali takbir pada takbir zawaid. Kita melakukannya berdasarkan perbuatan Ibnu Umar dimana dia adalah sahabat yang paling menjaga sikap ittiba terhadap apa saja yang dilakukan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam. Logikanya tidak mungkin Ibnu Umar bertakbir dan mengangkat tangan kecuali pasti pernah melihatnya pada diri rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Benarlah perkataan Imam Shon’ani :

وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ مَعَ تَحَرِّيهِ لِلِاتِّبَاعِ يَرْفَعُ يَدَيْهِ مَعَ كُلِّ تَكْبِيرَةٍ

Ibnu Umar dengan sikapnya yang selalu berittiba senantiasa mengangkat kedua tangannya setiap kali takbir

Maroji’ :

Subulussalam, Imam Shon’ani 2/484


Mengangkat Tangan Dalam Pandangan Imam Hanafi



mengangkat tangan dalam sholat (6)

Saudara-saudara kita yang bermadzhab Hanafi berprinsip bahwa mengangkat tangan dalam sholat hanya sekali, yaitu ketika takbirotul ihrom. Mereka mendasarkan pendapatnya pada sebuah hadits :

عَنِ الْبَرَاءِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلاَةَ رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَى قَرِيبٍ مِنْ أُذُنَيْهِ ثُمَّ لاَ يَعُودُ. 

Dari Al Barro : Bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam apabila memulai sholat, beliau mengangkat kedua tangannya dekat kedua telinganya. Selanjutnya beliau tidak mengulanginya [HR Ahmad]

عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم رَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ افْتَتَحَ الصَّلاَةَ ثُمَّ لَمْ يَرْفَعْهُمَا حَتَّى انْصَرَفَ

Dari Albarro Bin Azib berkata : Aku melihat rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya saat memulai sholat. Selanjutnya beliau tidak mengangkat keduanya hingga selesai sholat [HR Abu Daud]

Hadits di atas mendapat banyak kritikan dari para ulama. Ibnul Mubarok berkata :

لَمْ يَثْبُت عِنْدِي

Hadits ini menurut saya tidak tsabit

Ibnu Abi Hatim berkata :

هَذَا حَدِيث خَطَأ

Ini adalah hadits yang salah

Imam Abu Daud berkata :

لَيْسَ هُوَ بِصَحِيحٍ

Hadits ini tidak shohih

Ibnu Hibban berkata :

هَذَا أَحْسَن خَبَر رُوِيَ لِأَهْلِ الْكُوفَة فِي نَفْي رَفْع الْيَدَيْنِ فِي الصَّلَاة عِنْد الرُّكُوع وَعِنْد الرَّفْع مِنْهُ ، وَهُوَ فِي الْحَقِيقَة أَضْعَف شَيْء يُعَوَّل عَلَيْهِ لِأَنَّ لَهُ عِلَلًا تُبْطِلهُ

Ini adalah riwayat terbaik bagi penduduk Kufah dalam menafikan mengangkat kedua tangan saat sholat ketika ruku’ dan bangkit dari ruku. Akan tetapi hakekatnya ia adalah riwayat yang paling dloif karena terdapat padanya banyak illah (cacat) yang membatalkan keabsahannya

Muhammad Bin Jabir berkata :

لَا شَيْء وَلَا يُحَدِّث عَنْهُ إِلَّا مَنْ هُوَ شَرّ مِنْهُ

Hadits ini tidak ada faedahnya sedikitpun dan tidak ada yang meriwayatkan hadits darinya kecuali ia lebih buruk darinya

Maroji’ :

Aunul Ma’bud 2/261


Waktu Mengangkat Tangan



mengangkat tangan dalam sholat (5)

Waktu mengangkat tangan terbagi menjadi dua :

Pertama : Riwayat yang masyhur dan banyak diamalkan oleh umat islam

Yaitu meliputi : Saat takbirotul ihrom, hendak ruku’, bangkit dari ruku dan bangkit dari rokaat kedua menuju rokaat ketiga. Dalilnya adalah :

عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلاَةَ ، وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ ، وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ رَفَعَهُمَا كَذَلِكَ أَيْضًا وَقَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ، رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ. وَكَانَ لاَ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِى السُّجُودِ  

Dari Salim Bin Abdulloh Bin Umar dari bapaknya : Bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya sejajar dengan pundak apabila memulai sholat, bertakbir untuk ruku’ dan mengangkat kepalanya dari ruku’ demikian juga dan beliau membaca “ Sami’allohu liman hamidah robbanaa walakal hamdu. Beliau tidak melakukan hal itu saat sujud [HR Bukhori dan Nasa’i]

عَنْ نَافِعٍ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ إِذَا دَخَلَ فِى الصَّلاَةِ كَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ ، وَإِذَا رَكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ ، وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ . رَفَعَ يَدَيْهِ ، وَإِذَا قَامَ مِنَ الرَّكْعَتَيْنِ رَفَعَ يَدَيْهِ . وَرَفَعَ ذَلِكَ ابْنُ عُمَرَ إِلَى نَبِىِّ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم

Dari Nafi’ : Bahwa Ibnu Umar bila memulai sholat, ia bertakbir seraya mengangkat kedua tangannya. Bila akan ruku’ mengangkat kedua tangannya. Bila mengucapkan “ Sami’allohu liman hamidah “ mengangkat kedua tangannya. Bila bangkit dari rokaat kedua, mengangkat kedua tangannya [HR Bukhori]

Kedua : Riwayat kurang masyhur dan jarang diamalkan oleh kaum muslimin

Yaitu dari i’tidal menuju sujud, bangkit dari sujud dan saat akan sujud kembali. Dalil dari masalah ini adalah :

عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ أَنَّهُ رَأَى نَبِىَّ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِى صَلاَتِهِ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ رُكُوعَهِ وَإِذَا سَجَدَ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ سُجُودَهِ حَتَّى يُحَاذِىَ بِهِمَا فُرُوعَ أُذُنَيْهِ.  

Dari Malik Bin Huwairits : Bahwa dia pernah melihat nabi shollallohu alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya dalam sholatnya bila mengangkat kepalanya dari ruku, saat bersujud dan mengangkat kepalanya dari sujud hingga sejajar dengan kedua daun telinganya [HR Ahmad dan Nasa’i]

Antara Mengangkat Tangan Dan Takbir



mengangkat tangan dalam sholat (4)

Mana yang didahulukan, mengangkat tangan atau bertakbir ? Rosululloh shollallohu alaihi wasallam memberi kita petunjuk :

Yang pertama : Takbir dan mengangkat tangan dilakukan serempak :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَرْفَعُ يَدَيْهِ حِينَ يُكَبِّرُ حَتَّى يَكُونَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ  

Dari Ibnu Umar berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya saat (bersamaan) bertakbir hingga keduanya sejajar dengan kedua pundaknya [HR Ahmad]

Kedua : Mengangkat tangan didahulukan atas takbir

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى تَكُونَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ يُكَبِّرُ  

Dari Ibnu Umar berkata : Aku melihat rosululloh shollallohu alaihi wasallam apabila berdiri untuk sholat, beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua pundaknya lalu bertakbir [HR Nasa’i]

Ketiga : Bertakbir didahulukan atas mengangkat tangan :

عَنْ أَبِى قِلاَبَةَ أَنَّهُ رَأَى مَالِكَ بْنَ الْحُوَيْرِثِ إِذَا صَلَّى كَبَّرَ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ رَفَعَ يَدَيْهِ وَحَدَّثَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَفْعَلُ هَكَذَا.

Dari Abu Qilabah, bahwa dia melihat Malik Bin Huwairits apabila sholat, bertakbir lalu mengangkat kedua tangannya. Apabila ruku’ mengangkat kedua tangannya dan apabila mengangkat kepalanya dari ruku’ ia juga mengangkat kedua tangannya. Ia menyampaikan bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam melakukannya [HR Muslim]

عنْ أبي حُمَيْدٍ السَّاعِدِىَّ. قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ كَبَّرَ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِىَ بِهِمَا مَنْكِبَيْهِ

Dari Abu Humaid Assa’idi berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam apabila berdiri untuk sholat, beliau bertakbir lalu mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua bahunya [HR Ibnu Majah]

Hukum Mengangkat Tangan



mengangkat tangan dalam sholat (3)

Imam Nawawi menilai bahwa mengangkat tangan baik saat takbirotul ihrom dan saat takbirotul intiqol (takbir untuk berpindah dari satu gerakan ke gerakan lainnya) dan lainnya hukumnya adalah mustahab (sunnah).

Ini menunjukkkan bahwa bila ditunaikan mendapat pahala dan bila ditinggalkan tidaklah mendatangkan dosa. Ia bukan merupakan syarat dan rukun dalam sholat sehingga siapapun yang meninggalkannya, tidak dinilai rusak sholatnya.

Cara Mengangkat Tangan



mengangkat tangan dalam sholat (2)

Ada dua cara :

Pertama : Telapak tangan sejajar dengan bahu :

عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ اَلسَّاعِدِيِّ رضي الله عنه قَالَ رَأَيْتُ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم إِذَا كَبَّرَ جَعَلَ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ   

Abu Hamid Assa'idy Radliyallaahu 'anhu berkata : Aku melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam takbir beliau mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya [HR Bukhori]

Kedua : Telapak tangan sejajar dengan daun telinga :

عَنْ أبي قَتَادَةَ أَنَّهُ رَأَى نَبِىَّ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَقَالَ حَتَّى يُحَاذِىَ بِهِمَا فُرُوعَ أُذُنَيْهِ.

Dari Abu Qotadah, bahwa ia pernah melihat nabiyulloh shollallohu alaihi wasallam (mengangkat kedua tangannya) sehingga sejajar dengan kedua telinganya [HR Muslim]

Dari dua cara ini, Imam syafi’i menggabungkan keduanya sehingga kedua hadits di atas bisa diamalkan sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Nawawi :

وَأَمَّا صِفَة الرَّفْع فَالْمَشْهُور مِنْ مَذْهَبنَا وَمَذْهَب الْجَمَاهِير أَنَّهُ يَرْفَع يَدَيْهِ حَذْو مَنْكِبَيْهِ بِحَيْثُ تُحَاذِي أَطْرَاف أَصَابِعه فُرُوع أُذُنَيْهِ أَيْ أَعْلَى أُذُنَيْهِ ، وَإِبْهَامَاهُ شَحْمَتَيْ أُذُنَيْهِ ، وَرَاحَتَاهُ مَنْكِبَيْهِ ، فَهَذَا مَعْنَى قَوْلهمْ : حَذْو مَنْكِبَيْهِ ، وَبِهَذَا جَمَعَ الشَّافِعِيّ رَضِيَ اللَّه عَنْهُ بَيْن رِوَايَات الْأَحَادِيث فَاسْتَحْسَنَ النَّاس ذَلِكَ مِنْهُ ،

Adapun sifat mengangkat tangan maka yang masyhur dalam madzhab kami dan madzhab jumhur bahwa mengangkat tangan itu sejajar dengan kedua pundak dimana caranya ujung jari-jari sejajar dengan telinga, maksudnya bagian telinga yang paling atas. Sementara ibu jari sejajar dengan ujung telinga yang paling bawah dan telapak tangan sejajar dengan pundak. Inilah makna dari perkataan mereka “ sejajar dengan kedua pundaknya “. Dengan demikian Asy Syafi’i menggabungkan beberapa riwayat dan masyarakat menilainya baik pendapat ini


Hikmah Di Balik Mengangkat Tangan Dalam Sholat



mengangkat tangan dalam sholat (1)

Mengangkat tangan dalam sholat adalah disyariatkan dalam islam. Beragam pendapat ulama tentang hikmah di balik pensyariatannya. Imam Nawawi merangkum ragam perkataan para ulama tentang masalah ini :

وَاخْتَلَفَتْ عِبَارَات الْعُلَمَاء فِي الْحِكْمَة فِي رَفْع الْيَدَيْنِ فَقَالَ الشَّافِعِيّ رَضِيَ اللَّه عَنْهُ : فَعَلْته إِعْظَامًا لِلَّهِ تَعَالَى وَاتِّبَاعًا لِرَسُولِ اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ غَيْره : هُوَ اِسْتِكَانَة وَاسْتِسْلَام وَانْقِيَاد ، وَكَانَ الْأَسِير إِذَا غُلِبَ مَدَّ يَدَيْهِ عَلَامَة لِلِاسْتِسْلَامِ ، وَقِيلَ : هُوَ إِشَارَة إِلَى اِسْتِعْظَام مَا دَخَلَ فِيهِ ، وَقِيلَ : إِشَارَة إِلَى طَرْح أُمُور الدُّنْيَا وَالْإِقْبَال بِكُلِّيَّتِهِ عَلَى الصَّلَاة وَمُنَاجَاة رَبّه سُبْحَانه وَتَعَالَى كَمَا تَضَمَّنَ ذَلِكَ قَوْله ( اللَّه أَكْبَر ) ، فَيُطَابِق فِعْله قَوْله ، وَقِيلَ : إِشَارَة إِلَى دُخُوله فِي الصَّلَاة وَهَذَا الْأَخِير مُخْتَصّ بِالرَّفْعِ لِتَكْبِيرَةِ الْإِحْرَام  

Terdapat perbedaan ungkapan para ulama tentang hikmah di balik mengangkat tangan. Asy Syafi’i rodliyallohu anhu berkata : Aku melakukannya atas dasar pengagungan kepada Alloh Ta’ala dan sikap ittiba’ (mengikuti) rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Berkata selainnya : Ia adalah ungkapan pasrah, menyerah dan ketundukan dimana tawanan bila berhasil ditaklukkan maka akan mengangkat kedua tangannya sebagai tanda menyerah. Ada juga yang berkata : Sebagai isyarat pengagungan apa yang telah ia masuki (lakukan). Ada yang berkata : Sebagai isyarat membuang semua urusan dunia dan siapa menghadap terhadap semua yang tercakup dalam sholat dan siap bermunajat kepada Robnya Subhanahu Wata’ala sebagaimana yang terkandung pada kata “Allohu Akbar “ sehingga selaras antara ucapan dengan perbuatan. Ada yang berkata : Sebagai isyarat masuk ke dalam sholat. Pendapat terakhir terkait khusus bagi takbirotul ihrom

Ibnu Hajar Al Atsqolani menambahkan bahwa mengangkat tangan sebagai isyarat bagi orang yang tuli, menyingkap hijab antara hamba dan Alloh dan sebagai hiasan sholat