Jari Telunjuk, Digerak-Gerakkan Atau Tidak ?



Duduk Tasyahud (9)

Keduanya memiliki dasar hukum. Bagi yang menggerak-gerakkan, hal itu berdasarkan riwayat yang dibawakan oleh Wail Bin Hujr :

عَنْ وَائِلَ بْنَ حُجْرٍ  ....ثُمَّ قَعَدَ وَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ وَرُكْبَتِهِ الْيُسْرَى وَجَعَلَ حَدَّ مِرْفَقِهِ الْأَيْمَنِ عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ قَبَضَ اثْنَتَيْنِ مِنْ أَصَابِعِهِ وَحَلَّقَ حَلْقَةً ثُمَّ رَفَعَ إِصْبَعَهُ فَرَأَيْتُهُ يُحَرِّكُهَا يَدْعُو بِهَا

Dari : Wail Bin Hujr : .... lalu beliau duduk dengan membentangkan kaki kirinya. Beliau meletakkan telapak tangan kiri di atas paha dan lutut kiri dan menjadikan ujung siku kanan di atas paha kanan lalu menggenggam dua jarinya dan membuat lingkaran. Setelah itu mengangkat jari telunjuknya. Aku melihatnya, beliau menggerak-gerakkannya seraya berdoa dengannya [HR Ahmad dan Nasa’i]

Adapun yang tidak menggerak-gerakkan jari telunjuk, berargumen dengan hadits Abdullah Bin Zubair :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُشِيرُ بِأُصْبُعِهِ إِذَا دَعَا وَلَا يُحَرِّكُهَا

Dari Abdulloh Bin Zubair : Bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam mengangkat jari telunjuknya saat berdoa (duduk tasyahud) dan tidak menggerak-gerakkannya [HR Abu Daud dan Nasa’i]

Imam Baihaqi memperkuat pendapat kedua dengan berkata :

يُحْتَمَلُ أَنْ يَكُونَ الْمُرَادُ بِالتَّحْرِيكِ الْإِشَارَةُ بِهَا لَا تَكْرِيرُ تَحْرِيكِهَا حَتَّى لَا يُعَارَضَ حَدِيثُ اِبْنِ الزُّبَيْرِ عِنْدَ أَحْمَدَ وَأَبِي دَاوُدَ وَالنَّسَائِيِّ وَابْنِ حِبَّانَ

Yang terkandung pada makna attahrik (menggerak-gerakkan) adalah al isyaroh (mengangkat jari telunjuk), bukan pengulang-ulangan gerakan jari telunjuk hingga tidak bertentangan dengan hadits Ibnu Zubair yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Daud, Nasa’i dan Ibnu Hibban.

Maroji’ :

Tuhfatul Ahwadzi 1/325