(Kekuatan Fisik Nabi Muhammad Shollallohu Alaihi Wasallam)



Kekuatan rosululloh shollallohu alaihi wasallam adalah gabungan dari Musa dan Sulaiman alihimas salam. Secara terperinci, beliau memiliki kelebihan fisik :

Pertama : Secara libido

Sebuah riwayat :

عَنْ قَتَادَةَ قَالَ حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم يَدُورُ عَلَى نِسَائِهِ فِى السَّاعَةِ الْوَاحِدَةِ مِنَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ، وَهُنَّ إِحْدَى عَشْرَةَ . قَالَ قُلْتُ لأَنَسٍ أَوَكَانَ يُطِيقُهُ قَالَ كُنَّا نَتَحَدَّثُ أَنَّهُ أُعْطِىَ قُوَّةَ ثَلاَثِينَ  

Dari Qotadah berkata Anas Bin Malik bercerita kepada kami, ia berkata : Nabi shollallohu alaihi wasallam menggilir istri-istrinya dalam sekali waktu siang dan malamnya padahal mereka berjumlah sebelas. Aku bertanya kepada Anas : Apakah beliau mampu melakukannya ? Ia berkata : Kami dulu membicarakan masalah ini dimana beliau memiliki 30 kekuatan [HR Bukhori]

Yang kedua : kemampuan bertarung

Rukanah adalah pegulat hebat. Kenyataan mengatakan bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallamlah yang mampu mengalahkannya :

عَنْ أَبِى جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِىِّ بْنِ رُكَانَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رُكَانَةَ صَارَعَ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم فَصَرَعَهُ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم قَالَ رُكَانَةُ  

Dari Abu Ja’far Bin Muhammad Bin Ali Bin Rukanah dari bapaknya : Bahwa Rukanah bergulat melawan nabi shollallohu alaihi wasallam. Nabi shollallohu alaihi wasallam mampu mengalahkan Rukanah [HR Abu Daud, Tirmidzi dan Hakim]

Ketiga : Kemampuan dalam menahan lapar

Perang khondaq terjadi pada masa paceklik sehingga ketersediaan makanan bagi kaum muslimin saat itu sangat terbatas. Bahkan Jabir Bin Abdulloh berkata :

وَلَبِثْنَا ثَلاَثَة أيّامٍ لاَ نَذُوقُ ذَوَاقاً

Kami lalui tiga hari dalam keadaan tidak memakan makanan apapun [muttafaq alaih]

Maka wajar bila rosululloh shollallohu alaihi wasallam dan para sahabat mengikat perut untuk menahan lapar dengan batu sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Tholhah :

شكونا إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم الجوع، فرفعنا عن بطوننا عن حجر حجر، فرفع رسول الله صلى الله عليه وسلم عن حجرين

Kami mengadu kepada rosululloh shollallohualaihi wasallam rasa lapar dengan mengangkat kain-kain kami untuk memperlihatkan bahwa di perut-perut kami terganjal satu buah baru. Lalu rosululloh shollallohualaihi wasallam memperlihatkan dua buah batu yang terganjal di perut beliau.

Dua perut yang ada di perut nabi shollallohu alaihi wasallam menunjukkan bahwa lapar beliau lebih berat daripada yang dialami para sahabat. Seandainya bukan karena keluhan dari Abu Tholhah yang mengangkat kainnya, tentu rosululloh shollallohu alaihi wasallam tidak akan mengangkat kainnya. Bukti lainnya adalah :

عَنْ أَبِى الدَّرْدَاءِ رضى الله عنه قَالَ خَرَجْنَا مَعَ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم فِى بَعْضِ أَسْفَارِهِ فِى يَوْمٍ حَارٍّ حَتَّى يَضَعَ الرَّجُلُ يَدَهُ عَلَى رَأْسِهِ مِنْ شِدَّةِ الْحَرِّ ، وَمَا فِينَا صَائِمٌ إِلاَّ مَا كَانَ مِنَ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم وَابْنِ رَوَاحَةَ  

Dari Abu Darda’ rodliyallohu anhu berkata : Kami keluar bersama nabi shollallohualaihi wasallam di sebagian safarnya pada hari yang terik hingga seorang laki-laki meletakkan tangannya di kepalanya karena sangat panas teriknya. Tidak ada diantara kami yang menunaikan shoum kecuali nabi shollallohu alaihi wasallam dan Ibnu Ruwahah [HR Bukhori]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: ( نَهَى رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنِ اَلْوِصَالِ, فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ اَلْمُسْلِمِينَ: فَإِنَّكَ يَا رَسُولَ اَللَّهِ تُوَاصِلُ? قَالَ: وَأَيُّكُمْ مِثْلِي? إِنِّي أَبِيتُ يُطْعِمُنِي رَبِّي وَيَسْقِينِي فَلَمَّا أَبَوْا أَنْ يَنْتَهُوا عَنِ اَلْوِصَالِ وَاصَلَ بِهِمْ يَوْمًا, ثُمَّ يَوْمًا, ثُمَّ رَأَوُا اَلْهِلَالَ, فَقَالَ: لَوْ تَأَخَّرَ اَلْهِلَالُ لَزِدْتُكُمْ كَالْمُنَكِّلِ لَهُمْ حِينَ أَبَوْا أَنْ يَنْتَهُوا )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu berkata : Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang puasa wishol (puasa bersambung tanpa makan). Lalu ada seorang dari kaum muslimin bertanya : Tetapi baginda sendiri puasa wishol, wahai Rasulullah ? Beliau menjawab : Siapa di antara kamu yang seperti aku, aku bermalam dan Robku memberi makan dan minum. Karena mereka menolak untuk berhenti puasa wishol, maka beliau shaum wishol bersama mereka sehari, kemudian sehari. Lalu mereka melihat bulan sabit, maka bersabdalah beliau : Seandainya bulan sabit tertunda aku akan tambahkan puasa wishol untukmu, sebagai pelajaran bagi mereka uang menolak untuk berhenti [Muttafaq Alaihi]

Keempat : Daya tahan terhadap racun

Setelah selesai perang Khoibar, seorang wanita bernama Zainab Binti Harits istri Sallam Bin Misykam bertanya tentang makanan kesukaan nabi shollallohu alaihi wasallam. Didapatinya bahwa beliau menyukai paha kambing. Zainab segera membakar daging kambing. Seluruhnya diolesi racun terutama pada bagian paha. Selanjutnya paha kambing yang sudah dibakar dihidangkan di hadapan nabi shollallohu alaihi wasallam. Beliau menggigit potongan daging akan tetapi belum sempat ditelan, beliau segera memuntahkannya. Selanjutnya bersabda :

إن هذا العظم ليخبرني أنه مسموم

Sesungguhnya tulang ini benar-benar memberitahuku bahwa dirinya sudah diolesi oleh racun

Setelah itu, rosululloh shollallohu alaihi wasallam memanggil wanita itu dan bertanya :

ما حملك على ذلك

Apa yang mendorongmu melakukan perbuatan itu ?

Ia menjawab :

إن كان ملكًا استرحت منه، وإن كان نبيًا فسيخبر

Bila yang memakannya adalah raja, maka aku akan tenang dengan kematiannya dan bila ia nabi, tentu daging itu akan berbicara

Mendengar jawaban ini,beliau segera melepaskan wanita itu. Akan tetapi ketika terdengar berita bahwa Bisyr Bin Barro Bin Ma’rur tewas setelah ikut memakan daging itu, maka beliau segera menegakkan hukum qishosh bagi wanita itu.






(Kekuatan Fisik Nabi Sulaiman)



Berbeda dengan Musa, Sulaiman memiliki kekuatan dalam urusan libido :

عَنْ أَبَى  هُرَيْرَةَ  رضى الله عنه  عَنْ رَسُولِ اللَّهِ  صلى الله عليه وسلم  قَالَ قَالَ سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ  عَلَيْهِمَا السَّلاَمُ لأَطُوفَنَّ اللَّيْلَةَ عَلَى مِائَةِ امْرَأَةٍ  أَوْ تِسْعٍ وَتِسْعِينَ  كُلُّهُنَّ يَأْتِى بِفَارِسٍ يُجَاهِدُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ، فَقَالَ لَهُ صَاحِبُهُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ . فَلَمْ يَقُلْ إِنْ شَاءَ اللَّهُ . فَلَمْ يَحْمِلْ مِنْهُنَّ إِلاَّ امْرَأَةٌ وَاحِدَةٌ ، جَاءَتْ بِشِقِّ رَجُلٍ ، وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ ، لَوْ قَالَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ ، لَجَاهَدُوا فِى سَبِيلِ اللَّهِ فُرْسَانًا أَجْمَعُونَ  

Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu dari rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Sulaiman Bin Daud berkata : Sungguh benar-benar aku akan menggilir seratus atau sembilan puluh sembilan istriku. Semua akan mendatangkan keturunan sebagai penunggang kuda berjihad fisabilillah. Seorang sahabatnya berkata kepadanya “ in sya Alloh “. Daud tidak mengucapkan “ in sya Alloh “ Akhirnya tidak ada yang hamil kecuali satu orang istri, itupun melahirkan setengah bayi. Demi jiwa Muhammad yang ada di tanganNya, seandainya ia mengucapkan in sya Alloh, benar-benar akan mendatangkan keturunan yang akan berjihad fi sabilillah dengan menunggang kuda semuanya [HR Bukhori Muslim]

(Kekuatan Fisik Nabi Sulaiman)



Berbeda dengan Musa, Sulaiman memiliki kekuatan dalam urusan libido :

عَنْ أَبَى  هُرَيْرَةَ  رضى الله عنه  عَنْ رَسُولِ اللَّهِ  صلى الله عليه وسلم  قَالَ قَالَ سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ  عَلَيْهِمَا السَّلاَمُ لأَطُوفَنَّ اللَّيْلَةَ عَلَى مِائَةِ امْرَأَةٍ  أَوْ تِسْعٍ وَتِسْعِينَ  كُلُّهُنَّ يَأْتِى بِفَارِسٍ يُجَاهِدُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ، فَقَالَ لَهُ صَاحِبُهُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ . فَلَمْ يَقُلْ إِنْ شَاءَ اللَّهُ . فَلَمْ يَحْمِلْ مِنْهُنَّ إِلاَّ امْرَأَةٌ وَاحِدَةٌ ، جَاءَتْ بِشِقِّ رَجُلٍ ، وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ ، لَوْ قَالَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ ، لَجَاهَدُوا فِى سَبِيلِ اللَّهِ فُرْسَانًا أَجْمَعُونَ  

Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu dari rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Sulaiman Bin Daud berkata : Sungguh benar-benar aku akan menggilir seratus atau sembilan puluh sembilan istriku. Semua akan mendatangkan keturunan sebagai penunggang kuda berjihad fisabilillah. Seorang sahabatnya berkata kepadanya “ in sya Alloh “. Daud tidak mengucapkan “ in sya Alloh “ Akhirnya tidak ada yang hamil kecuali satu orang istri, itupun melahirkan setengah bayi. Demi jiwa Muhammad yang ada di tanganNya, seandainya ia mengucapkan in sya Alloh, benar-benar akan mendatangkan keturunan yang akan berjihad fi sabilillah dengan menunggang kuda semuanya [HR Bukhori Muslim]

(Kekuatan Fisik Nabi Musa)



Secara fisik, Musa memiliki kelebihan. Saat masih muda, dengan sekali pukul seorang pemuda Mesir mati di tangannya. Alloh mengisahkannya dalam alquran :

وَدَخَلَ الْمَدِينَةَ عَلَى حِينِ غَفْلَةٍ مِنْ أَهْلِهَا فَوَجَدَ فِيهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلَانِ هَذَا مِنْ شِيعَتِهِ وَهَذَا مِنْ عَدُوِّهِ فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِي مِنْ شِيعَتِهِ عَلَى الَّذِي مِنْ عَدُوِّهِ فَوَكَزَهُ مُوسَى فَقَضَى عَلَيْهِ قَالَ هَذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ عَدُوٌّ مُضِلٌّ مُبِينٌ  

Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi. Yang seorang dari golongannya (Bani Israel) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir'aun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata : Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya) [alqoshosh : 15]

Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di menyebut bahwa pukulan Musa yang membuat mati sang pemuda, menunjukkan akan keras dan kuatnya Musa.

Kekuatan Musa, juga diakui oleh puteri nabi Syuaib. Hal itu diutarakan ketika menyampaikan usulan kepada bapaknya agar Musa diangkat sebagai orang yang bekerja untuk keluarganya karena dua keistimewaan yang dimiliki Musa : Kuat secara fisik dan baik secara akhlaq. Alloh berfirman :

قَالَتْ إِحْدَاهُمَا يَا أَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ  

Salah seorang dari kedua wanita itu berkata : Wahai bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya [alqoshosh : 26]

Ibnu Katsir meriwayatkan pertanyaan Syuaib tentang 2 keistimewaan ini kepada puterinya :

وما علمك بذلك؟

Apa yang engkau ketahui tentang hal itu ?

Puteri Syuaib berkata :

إنه رفع الصخرة التي لا يطيق حملها إلا عشرة رجال، وإنه لما جئت معه تقدمتُ أمامهُ، فقال لي: كوني من ورائي، فإذا اجتنبت  الطريق فاحذفي لي  بحصاة أعلم بها كيف الطريق لأتهدّى إليه.

Sesungguhnya ia mampu mengangkat batu yang tidak bisa dipikul kecuali sepuluh orang laki-laki. Ketika aku datang bersamanya, aku maju di depannya. Lalu ia berkata kepadaku : Beradalah di belakangku. Bila jalan belok, maka lemparkan batu untukku supaya aku tahu jalan yang aku lalui

Bukti ketiga dari kekuatan fisik Musa adalah pukulannya ke batu saat ia sudah diangkat menjadi sebagai rosul :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ يَغْتَسِلُونَ عُرَاةً يَنْظُرُ بَعْضُهُمْ إِلَى سَوْأَةِ بَعْضٍ وَكَانَ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ يَغْتَسِلُ وَحْدَهُ فَقَالُوا وَاللَّهِ مَا يَمْنَعُ مُوسَى أَنْ يَغْتَسِلَ مَعَنَا إِلاَّ أَنَّهُ آدَرُ قَالَ فَذَهَبَ مَرَّةً يَغْتَسِلُ فَوَضَعَ ثَوْبَهُ عَلَى حَجَرٍ فَفَرَّ الْحَجَرُ بِثَوْبِهِ قَالَ فَجَمَحَ مُوسَى بِإِثْرِهِ يَقُولُ ثَوْبِى حَجَرُ ثَوْبِى حَجَرُ. حَتَّى نَظَرَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ إِلَى سَوْأَةِ مُوسَى قَالُوا وَاللَّهِ مَا بِمُوسَى مِنْ بَأْسٍ . فَقَامَ الْحَجَرُ حَتَّى نُظِرَ إِلَيْهِ قَالَ فَأَخَذَ ثَوْبَهُ فَطَفِقَ بِالْحَجَرِ ضَرْبًا قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ وَاللَّهِ إِنَّهُ بِالْحَجَرِ نَدَبٌ سِتَّةٌ أَوْ سَبْعَةٌ ضَرْبُ مُوسَى بِالْحَجَرِ.

Dari Abu Huroiroh, Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Bani Isroil biasa mandi telanjang bersama sehingga satu sama lain saling melihat aurotnya. Adapun Musa alaihissalam biasa mandi sendiri. Mereka berkata : Demi Alloh, tidak ada yang menghalangi Musa untuk mandi bersama kita kecuali ia memiliki adar (kemaluan besar). Pada suatu kesempatan, Musa mandi lalu meletakkan pakaiannya di atas batu. Tiba-tiba batu lari bersama bajunya. Musa segera berlari mengejar jejaknya. Ia berkata : Bajuku, wahai batu ! Bajuku, wahai batu ! Hingga Bani Isroil melihat aurot Musa. Mereka berkata : Demi Alloh, tidak ada pada diri Musa sesuatu (yang dituduhkan). Batupun berhenti hingga bisa dilihat. Musa mengambil bajunya lalu segera memukul batu dengan sekali pukulan. Abu Huroiroh berkata : Demi Alloh, sesungguhnya pada batu ada bekas pukulan sebanyak enam atau tujuh. Itu adalah pukulan Musa ke batu [HR Bukhori Muslim]

Maroji’ :

Taisir Karim Arrohman Fitafsir Kalamil Mannan (maktabah syamilah) hal 387

Tafsir Alquran Al’adzim (maktabah syamilah) hal 388

Berpakaian Di Dunia, Telanjang Di Akhirat


Telanjang (8)

Pada suatu malam, tiba-tiba rosululloh shollallohu alaihi wasallam terbangun dari tidurnya karena suatu mimpi. Beliau segera membangunkan istri-istrinya untuk segera menunaikan sholat tahajud. Dengan sholat itu, menghindarkan mereka dari berbagai macam fitnah yang dilihat oleh beliau dalam mimpinya. Inilah yang dituturkan oleh Ummu Salamah :

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتِ اسْتَيْقَظَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ لَيْلَةٍ فَقَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ مَاذَا أُنْزِلَ اللَّيْلَةَ مِنَ الْفِتَنِ وَمَاذَا فُتِحَ مِنَ الْخَزَائِنِ أَيْقِظُوا صَوَاحِبَاتِ الْحُجَرِ ، فَرُبَّ كَاسِيَةٍ فِى الدُّنْيَا عَارِيَةٍ فِى الآخِرَةِ  

Dari Ummu Salamah berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam terbangun pada suatu malam. Beliau bersabda : Maha Suci Alloh ! Apa yang telah diturunkan pada malam ini berupa berbagai macam fitnah ? Apa yang telah dibuka dari perbendaharaan harta ? Bangunlah sekalian penghuni kamar-kamar. Boleh jadi wanita berpakaian di dunia akan telanjang di akhirat [HR Bukhori, Malik dan Tirmidzi]

Kalimat yang diucapkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam adalah peringatan tentang bahaya dari ujian harta yang bisa merusak iman. Ketika beliau memerintahkan para istrinya untuk menunaikan sholat tahajud, maknanya bahwa sholat malam bisa meredam kerakusan manusia terhadap kesenangan dunia. Lalu apa arti dari berpakaian di dunia, tetapi telanjang di akhirat ?

Ibnu Bathol menerangkannya dengan berbagai macam penafsiran, diantaranya : Peringatan kepada wanita yang berpakaian yang tidak menutupi aurotnya karena tipisnya kain yang membentuk lekuk tubuh. Makna lainnya adalah seorang dihukum di akhirat dengan ditelanjangi dan disingkap semua perbuatannya yang pernah dilakukan di dunia.

Maroji’ :

Syarh Ibnu Bathol 1/200







Berpakaian Di Dunia, Telanjang Di Akhirat
Pada suatu malam, tiba-tiba rosululloh shollallohu alaihi wasallam terbangun dari tidurnya karena suatu mimpi. Beliau segera membangunkan istri-istrinya untuk segera menunaikan sholat tahajud. Dengan sholat itu, menghindarkan mereka dari berbagai macam fitnah yang dilihat oleh beliau dalam mimpinya. Inilah yang dituturkan oleh Ummu Salamah :
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتِ اسْتَيْقَظَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ لَيْلَةٍ فَقَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ مَاذَا أُنْزِلَ اللَّيْلَةَ مِنَ الْفِتَنِ وَمَاذَا فُتِحَ مِنَ الْخَزَائِنِ أَيْقِظُوا صَوَاحِبَاتِ الْحُجَرِ ، فَرُبَّ كَاسِيَةٍ فِى الدُّنْيَا عَارِيَةٍ فِى الآخِرَةِ  
Dari Ummu Salamah berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam terbangun pada suatu malam. Beliau bersabda : Maha Suci Alloh ! Apa yang telah diturunkan pada malam ini berupa berbagai macam fitnah ? Apa yang telah dibuka dari perbendaharaan harta ? Bangunlah sekalian penghuni kamar-kamar. Boleh jadi wanita berpakaian di dunia akan telanjang di akhirat [HR Bukhori, Malik dan Tirmidzi]
Kalimat yang diucapkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam adalah peringatan tentang bahaya dari ujian harta yang bisa merusak iman. Ketika beliau memerintahkan para istrinya untuk menunaikan sholat tahajud, maknanya bahwa sholat malam bisa meredam kerakusan manusia terhadap kesenangan dunia. Lalu apa arti dari berpakaian di dunia, tetapi telanjang di akhirat ?
Ibnu Bathol menerangkannya dengan berbagai macam penafsiran, diantaranya : Peringatan kepada wanita yang berpakaian yang tidak menutupi aurotnya karena tipisnya kain yang membentuk lekuk tubuh. Makna lainnya adalah seorang dihukum di akhirat dengan ditelanjangi dan disingkap semua perbuatannya yang pernah dilakukan di dunia.
Maroji’ :
Syarh Ibnu Bathol 1/200






 




Berpakaian Tetapi Telanjang


Telanjang (7)

Aturan berpakaian bagi wanita lebih ketat dibanding kaum laki-laki. Muka dan telapak tangan adalah anggota tubuh yang diperbolehkan untuk diperlihatkan. Selain itu harus ditutup. Kendati demikian, tidak sedikit diantara ulama yang menilai wajah adalah aurot sehingga tidak boleh ditampakkan.

Bila ketentuan ini tidak diindahkan, meski berpakaian, islam menilainya sebagai wanita yang telanjang. Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَتُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا  

Dari Abu Huroiroh berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Dua penghuni nereka yang belum pernah aku melihatnya. Suatu kaum yang bersamanya cemeti seperti ekor sapi. Mereka menggunakannya untuk memukul manusia. Dan wanita yang berpakaian tetapi telanjang, berjalan berlenggak lenggok. Kepalanya seperti punuk onta. Mereka tidak akan masuk aljannah dan tidak akan mendapati aromanya, padahal aromanya benar-benar tercium hingga jarak perjalanan sekian dan sekian [HR Bukhori, Muslim, Ahmad, Ibnu hibban dan Alhakim]

Imam Nawawi menerangkan makna berpakaian tetapi telanjang dengan :

)تَكْشِف شَيْئًا مِنْ بَدَنهَا إِظْهَارًا لِجَمَالِهَا(

(Menyingkap sedikit dari tubuhnya untuk menampakkan keindahannya)

Beliau juga berkata :

)يَلْبَسْنَ ثِيَابًا رِقَاقًا تَصِف مَا تَحْتهَا(

(Mengenakan pakaian tipis yang membentuk tubuh yang ada di balik kainnya)

Maroji’ :

Syarh Shohih Muslim, Imam Nawawi 9/240

Telanjang Saat Dibangkitkan


Telanjang (5)

Inilah yang diceritakan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam :

عن عائشة رضي الله عنها ، قَالَتْ : سَمِعْتُ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم يقول : يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ القِيَامَةِ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلاً  قُلْتُ : يَا رَسُول الله ، الرِّجَالُ وَالنِّساءُ جَمِيعاً يَنْظُرُ بَعضُهُمْ إِلَى بَعْض ؟! قَالَ : يَا عائِشَةُ ، الأمرُ أشَدُّ مِنْ أنْ يُهِمَّهُمْ ذلِكَ  

Dari Aisyah rodliyallohu anha berkata : Aku mendengar rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, kamaluan tidak berkhitan. Aku bertanya : Ya rosululloh, laki-laki dan wanita saling melihat satu dengan lainnya ? Beliau bersabda : Wahai Aisyah perkara (kengerian yang ada saat itu) lebih berat daripada sekedar memperhatikan aurot mereka [muttafaq alaih]

عن ابن عباس رضي الله عنهما ، قَالَ : قَامَ فِينَا رَسُول الله صلى الله عليه وسلم بِمَوعِظَةٍ ، فَقَالَ  يَا أيُّهَا النَّاسُ ، إنَّكُمْ مَحْشُورونَ إِلَى الله تَعَالَى حُفَاةً عُرَاةً غُرْلاً كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْداً عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ الأنبياء: 410 ألا وَإنَّ أَوَّلَ الخَلائِقِ يُكْسى يَومَ القِيَامَةِ إبراهيمُ صلى الله عليه وسلم  

Dari Ibnu Abbas rodliyallohu anhuma berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam berdiri di hadapan kami untuk menyampaikan nasehat. Beliau bersabda : Wahai manusia, sesungguhnya kalian akan dikumpulkan di hadapan Alloh Ta’ala dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, kemaluan tidak berkhitan “ Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati, sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya “ (al anbiya : 104]. Ingatlah sesungguhnya makhluq yang akan dikenakan pakaian pertama kali pada hari kiamat adalah Ibrohim shollallohu alaihi wasallam [muttafaq alaih]

Ditelanjangi Saat Dimandikan


Telanjang (4)

Syariat mengatur, bahwa mayit dilucuti pakaiannya saat dimandikan. Kendati demikian, ia tidak boleh dibiarkan telanjang sehingga aurotnya menjadi bahan tontonan. Kain dikenakan di atas tubuhnya. Sifat ini berbeda dengan jenazah nabi shollallohu alaihi wasallam. Pakaian beliau tidak boleh dilucuti sebagaimana yang diceritakan oleh Aisyah :

عَنْ عَائِشَةَ تَقُولُ لَمَّا أَرَادُوا غَسْلَ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالُوا وَاللَّهِ مَا نَدْرِى أَنُجَرِّدُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مِنْ ثِيَابِهِ كَمَا نُجَرِّدُ مَوْتَانَا أَمْ نُغَسِّلُهُ وَعَلَيْهِ ثِيَابُهُ فَلَمَّا اخْتَلَفُوا أَلْقَى اللَّهُ عَلَيْهِمُ النَّوْمَ حَتَّى مَا مِنْهُمْ رَجُلٌ إِلاَّ وَذَقْنُهُ فِى صَدْرِهِ ثُمَّ كَلَّمَهُمْ مُكَلِّمٌ مِنْ نَاحِيَةِ الْبَيْتِ لاَ يَدْرُونَ مَنْ هُوَ أَنِ اغْسِلُوا النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم وَعَلَيْهِ ثِيَابُهُ فَقَامُوا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَغَسَلُوهُ وَعَلَيْهِ قَمِيصُهُ يَصُبُّونَ الْمَاءَ فَوْقَ الْقَمِيصِ وَيُدَلِّكُونَهُ بِالْقَمِيصِ دُونَ أَيْدِيهِمْ وَكَانَتْ عَائِشَةُ تَقُولُ لَوِ اسْتَقْبَلْتُ مِنْ أَمْرِى مَا اسْتَدْبَرْتُ مَا غَسَّلَهُ إِلاَّ نِسَاؤُهُ.

Dari Aisyah, berkata : Ketika mereka akan memandikan nabi shollallohu alaihi wasallam, mereka berkata : Demi Alloh, kita tidak tahu, apakah kita lucuti rosululloh shollallohu alaihi wasallam dari pakaiannya sebagaimana kita melucuti mayit-mayit kita atau kita mandikan beliau dengan pakaian yang masih dikenakan ? Ketika mereka berselisih, Alloh timpakan kantuk kepada mereka hingga tidak ada diantara mereka kecuali dagunya ada di dadanya. Lalu ada orang yang berbicara dari arah pojok rumah, mereka tidak tahu, siapakah dia “ Mandikanlah nabi shollallohu alaihi wasallam dengan pakaian yang masih dikenakan ” Merekapun berdiri menuju rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Mereka memandikan beliau dengan pakaian yang masih dikenakan. Mereka menyiram air di atas gamisnya, menggosoknya lewat gamis itu tanpa tersentuh oleh tangan mereka. Aisyah berkata : Seandainya aku menghadapi urusanku, aku tidak akan mundur. Tidaklah beliau dimandikan kecuali oleh istri-istrinya [HR Ahmad dan Abu Daud]

Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam berkata :

فيه دليل على أن المستحب هو تجريد الميت عند غسله إلا أنه يستحب أن يكون في مكان له سقف ولو من خيمة ونحوها. في الحديث أن لرسول الله صلى الله عليه وسلم خاصية ليست لغيره من الوتى

Hadits di atas di dalamnya terkandung dalil akan anjuran melucuti pakaian saat dimandikan, akan tetapi alangkah baiknya bila dilakukan di tempat yang terdapat atap meski sekedar tenda dan sejenisnya. Hadits ini juga menunjukkan bahwa bagi rosululloh shollallohu alaihi wasallam memiliki kekhususan yang tidak dimiliki mayit lainnya

Maroji’ :

Taudhihul Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 2/323

Hukum Telanjang Saat mandi


Telanjang (3)

Mandi dalam keadaan telanjang, hukumnya mubah dengan syarat berada dalam ruangan tertutup. Imam Bukhori dan Imam Muslim termasuk diantara ulama yang memiliki pendapat ini. Dalam kitab shohihnya, Imam Bukhori membuat judul

باب مَنِ اغْتَسَلَ عُرْيَانًا وَحْدَهُ فِى الْخَلْوَةِ ، وَمَنْ تَسَتَّرَ فَالتَّسَتُّرُ أَفْضَلُ

(Bab bolehnya mandi telanjang saat sendiri di tempat tertutup dan orang yang memilih menutup aurotnya, maka menutup aurot lebih afdhol)

Adapun Imam Muslim membuat judul

باب جَوَازِ الاِغْتِسَالِ عُرْيَانًا فِى الْخَلْوَةِ

(Bab bolehnya mandi telanjang saat sendiri)

Bolehnya mandi telanjang berdasarkan riwayat tentang telanjangnya Musa dan Ayub saat keduanya mandi :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ  بَيْنَا أَيُّوبُ يَغْتَسِلُ عُرْيَانًا فَخَرَّ عَلَيْهِ جَرَادٌ مِنْ ذَهَبٍ ، فَجَعَلَ أَيُّوبُ يَحْتَثِى فِى ثَوْبِهِ ، فَنَادَاهُ رَبُّهُ يَا أَيُّوبُ ، أَلَمْ أَكُنْ أَغْنَيْتُكَ عَمَّا تَرَى قَالَ بَلَى وَعِزَّتِكَ وَلَكِنْ لاَ غِنَى بِى عَنْ بَرَكَتِكَ  

Dari Abu Huroiroh, dari nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Ketika Ayub mandi dalam keadaan telanjang, tiba-tiba berjatuhan belalang dari emas. Ayub segera memasukkannya ke dalam bajunya. Robnya memanggilnya : Wahai Ayub, bukankah Aku telah membuatmu kaya sebagaimana engkau lihat ? Ayub berkata : Benar, demi kemuliaanmu, akan tetapi aku tidak merasa cukup akan keberkahanMu [HR Bukhori]

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ يَغْتَسِلُونَ عُرَاةً يَنْظُرُ بَعْضُهُمْ إِلَى سَوْأَةِ بَعْضٍ وَكَانَ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ يَغْتَسِلُ وَحْدَهُ فَقَالُوا وَاللَّهِ مَا يَمْنَعُ مُوسَى أَنْ يَغْتَسِلَ مَعَنَا إِلاَّ أَنَّهُ آدَرُ قَالَ فَذَهَبَ مَرَّةً يَغْتَسِلُ فَوَضَعَ ثَوْبَهُ عَلَى حَجَرٍ فَفَرَّ الْحَجَرُ بِثَوْبِهِ قَالَ فَجَمَحَ مُوسَى بِإِثْرِهِ يَقُولُ ثَوْبِى حَجَرُ ثَوْبِى حَجَرُ. حَتَّى نَظَرَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ إِلَى سَوْأَةِ مُوسَى قَالُوا وَاللَّهِ مَا بِمُوسَى مِنْ بَأْسٍ . فَقَامَ الْحَجَرُ حَتَّى نُظِرَ إِلَيْهِ قَالَ فَأَخَذَ ثَوْبَهُ فَطَفِقَ بِالْحَجَرِ ضَرْبًا قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ وَاللَّهِ إِنَّهُ بِالْحَجَرِ نَدَبٌ سِتَّةٌ أَوْ سَبْعَةٌ ضَرْبُ مُوسَى بِالْحَجَرِ.

Dari Abu Huroiroh, Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Bani Isroil biasa mandi telanjang bersama sehingga satu sama lain saling melihat aurotnya. Adapun Musa alaihissalam biasa mandi sendiri. Mereka berkata : Demi Alloh, tidak ada yang menghalangi Musa untuk mandi bersama kita kecuali ia memiliki adar (kemaluan besar). Pada suatu kesempatan, Musa mandi lalu meletakkan pakaiannya di atas batu. Tiba-tiba batu lari bersama bajunya. Musa segera berlari mengejar jejaknya. Ia berkata : Bajuku, wahai batu ! Bajuku, wahai batu ! Hingga Bani Isroil melihat aurot Musa. Mereka berkata : Demi Alloh, tidak ada pada diri Musa sesuatu (yang dituduhkan). Batupun berhenti hingga bisa dilihat. Musa mengambil bajunya lalu segera memukul batu dengan sekali pukulan. Abu Huroiroh berkata : Demi Alloh, sesungguhnya pada batu ada bekas pukulan sebanyak enam atau tujuh. Itu adalah pukulan Musa ke batu [HR Bukhori Muslim]

Telanjang Adalah Sifat Kafir Quraisy Saat Thowaf


Telanjang (2)

Imam Nawawi berkata :

وَكَانَ أَهْل الْجَاهِلِيَّة يَطُوفُونَ عُرَاة ، وَيَرْمُونَ ثِيَابهمْ ، وَيَتْرُكُونَهَا مُلْقَاة عَلَى الْأَرْض وَلَا يَأْخُذُونَهَا أَبَدًا ، وَيَتْرُكُونَهَا تُدَاس بِالْأَرْجُلِ حَتَّى تَبْلَى ، وَيُسَمَّى اللِّقَاء ، حَتَّى جَاءَ الْإِسْلَام فَأَمَرَ اللَّه تَعَالَى بِسَتْرِ الْعَوْرَة فَقَالَ تَعَالَى

Ahlul jahiliyyah thowaf dalam keadaan telanjang. Mereka melempar pakaiannya dan membiarkannya terbuang di atas bumi. Mereka tidak akan mengambilnya selamanya. Mereka juga membiarkannya terinjak-injak oleh kaki hingga rusak. Mereka menyebutnya dengan alliqo (pertemuan). Akhirnya datanglah islam lalu Alloh Ta’ala memerintahkan menutup aurot. Alloh Ta’alapun berfirman :

يَا بَنِي آَدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan [al a’rof : 31]

Dalam satu riwayat, nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :

لَا يَطُوف بِالْبَيْتِ عُرْيَان

Tidak boleh menunaikan thowaf di hadapan ka’bah dalam keadaan telanjang

Kenapa kaum quraisy thowaf dalam keadaan telanjang ? Ibnu Katsir menyitir perkataan Mujahid :

كان المشركون يطوفون بالبيت عراة، يقولون: نطوف كما ولدتنا أمهاتنا

Kaum musyrik menunaikan thofaw di hadapan ka’bah dengan telanjang dimana mereka berkata “ Kami thowaf dalam keadaan sebagaimana ibu-ibu kami melahirkan kami “

Motifasi lainnya adalah bahwa mereka tidak ingin mengenakan pakaian dari hasil maksiat saat berthowaf.

Demikianlah, semenjak islam datang, kebiasaan telanjang saat thowaf sudah hilang.

Maroji’ :

Tafsir Ibnu Katsir (maktabah syamilah) hal 153

Syarh Shohih Muslim 9/405


Adam Dan Hawa Telanjang Setelah Melanggar Larangan


Telanjang (1)

Adam dan Hawa ketika tinggal di dalam aljannah, keduanya berpakaian. Tiba-tiba ketika larangan Alloh dilanggar, pakaian keduanya terlepas. Tentang telanjang yang terjadi pada diri keduanya, Alloh berfirman :

فَدَلَّاهُمَا بِغُرُورٍ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْآَتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَأَقُلْ لَكُمَا إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُبِينٌ  

Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Rob keduanya menyeru mereka : Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu : Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua [al a’rof : 22]

فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آَدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَى  فَأَكَلَا مِنْهَا فَبَدَتْ لَهُمَا سَوْآَتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ وَعَصَى آَدَمُ رَبَّهُ فَغَوَى  

Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata : Hai Adam, maukah aku tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa ? Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Robnya dan sesatlah ia [thoha : 120-121]

يَا بَنِي آدَمَ لا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ

Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari aljannah, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya  [al a’rof : 27]

Masjid Perlu Wangi


Minyak Wangi (21)

Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ أَمَرَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِبِنَاءِ اَلْمَسَاجِدِ فِي اَلدُّورِ  وَأَنْ تُنَظَّفَ  وَتُطَيَّبَ  رَوَاهُ أَحْمَدُ  وَأَبُو دَاوُدَ  وَاَلتِّرْمِذِيُّ  وَصَحَّحَ إِرْسَالَهُ

Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata : Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan untuk membangun masjid di kampung-kampung dan hendaknya dibersihkan dan diharumkan [HR Ahmad Abu Dawud dan Tirmidzi] 

Hadits di atas memerintahkan kita untuk mendirikan masjid di tiap desa. Ketika sudah berdiri maka harus dijaga kebersihannya dan dikondisikan dalam keadaan wangi. Penulis aunul ma’bud berpendapat bahwa wewangian bisa berasal dari minyak wangi atau dupa. Dikenakan di tempat sujud.

Alangkah nyamannya beribadah di tempat yang terjaga kebersihannya dan tercium aroma wanginya

Maroji’ :

Aunul Ma’bud 1/489


Hukum Memakai Minyak Wangi Beralkohol


Minyak Wangi (20)

Khomr sering diidentikkan dengan alkohol. Ketika khomr dinilai najis, akhirnya membuat alkohol disejajarkan dengannya, yaitu sama-sama najis. Apakah demikian kenyataannya ? Dalam surat almaidah, Alloh berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأنْصَابُ وَالأزْلامُ رِجْسٌ

Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah rijs (perbuatan keji) [Al Maidah : 90]

Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa khamr, judi, berhala, mengundi nasib dengan panah adalah rijs. Kata rijs bisa berarti najis. Namun najis pada ayat ini adalah najis secara maknawi (perbuatan), bukan bendanya bersifat najis. Hal ini ditunjukkan dengan penyatuan keempat perkara di atas, di mana keempat perkara ini memiliki satu sifat yang sama yaitu najis. Kita telah ketahui bersama bahwasanya judi, berhala dan panah itu bukanlah benda najis, namun ketiganya najis secara maknawi, maka begitu pula dengan khamr (alkohol), maka ia pun najis namun secara maknawi (perbuatannya yang keji) bukan benda atau zatnya.

Walhasil, parfum beralkohol tidaklah najis sehingga tidak bermasalah bila dikenakan meski para ulama yang membolehkan menyarankan untuk menghindari alkohol dengan kadar tinggi.


Kenakan Parfum Dari Rumah, Bukan Di Masjid


Minyak Wangi (19)

Ini sering kita lihat. Seorang pergi ke masjid, di sakunya ada parfum. Ketika sampai di masjid, ia keluarkan parfum itu, lalu ia kenakan di badannya. Cara seperti ini adalah keliru. Hendaknya seorang sudah mengenakan minyak wangi dari rumahnya sehingga ketika berada dalam perjalanan menuju masjid, aroma sudah tercium. Inilah yang diajarkan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ سَلْمَانَ الْفَارِسِىِّ قَالَ قَالَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم لاَ يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ، وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ ، وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ ، أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيبِ بَيْتِهِ ثُمَّ يَخْرُجُ ، فَلاَ يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ، ثُمَّ يُصَلِّى مَا كُتِبَ لَهُ ، ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ الإِمَامُ ، إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الأُخْرَى  

Dari Salman Alfarisi berkata : Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Tidaklah seorang laki-laki mandi pada hari jumat dan bersuci sesuai kemampuannya serta mengenakan minyak rambut atau mengenakan minyak wangi dari rumahnya lalu keluar. Ia tidak memisahkan dua orang yang sedang duduk. Setelah itu menunaikan sholat sesuai kemampuan. Sesudah itu ia diam saat imam berkhutbah kecuali akan diampuni dosa baginya antara hari itu dan jumat berikutnya [HR Bukhori dan Ahmad]

Hadits di atas menunjukkan bahwa minyak wangi dikenakan sebelum keluar menuju masjid. Inilah cara yang sesuai dengan sunnah ketika mengenakan minyak wangi.

Haji Dan Parfum


Minyak Wangi (18)

Haji bagian dari ibadah. Saat kita bertaqorrub kepada Alloh, sudah sepantasnya kita berpenampilan terbaik. Selain kain ihrom yang bersih, badan kita juga semerbak mewangi. Akan tetapi kita juga harus mengetahui ketentuan yang sudah ditetapkan oleh syar’i, diantaranya :

1) Minyak wangi dikenakan di badan, bukan di kain.

2) Minyak wangi dikenakan sebelum ihrom. Jangan mengoleskan wewangian ketika kita sudah bertalbiyyah.

3) Minyak wangi kembali dikenakan setelah kita bertahallul awal, yaitu setelah melempar jumroh sebelum berthowaf ifadloh

Ketentuan ini berdasarkan beberapa hadits di bawah ini :

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ طَيَّبْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِيَدَىَّ بِذَرِيرَةٍ فِى حَجَّةِ الْوَدَاعِ ، لِلْحِلِّ وَالإِحْرَامِ  

Dari Aisyah berkata : Aku meminyaki rosululloh shollallohu alaihi wasallam dengan tanganku di daerah Dzariroh pada haji wada’ saat beliau halal dan ihrom [HR Bukhori, Muslim dan Ahmad]

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ طَيَّبْتُ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم بِيَدِى لِحُرْمِهِ ، وَطَيَّبْتُهُ بِمِنًى قَبْلَ أَنْ يُفِيضَ  

Dari Aisyah berkata : Aku meminyaki nabi shollallohu alaihi wasallam dengan tanganku untuk ihromnya dan aku kembali meminyakinya di Mina sebelum beliau menunaikan thowaf ifadloh [HR Bukhori, Ahmad, Nasa’i dan Daraquthni]

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ يَرْحَمُ اللَّهُ أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ ، كُنْتُ أُطَيِّبُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَيَطُوفُ عَلَى نِسَائِهِ ، ثُمَّ يُصْبِحُ مُحْرِمًا يَنْضَخُ طِيبًا  

Dari Aisyah berkata : Aku meminyaki rosululloh shollallohu alaihi wasallam lalu beliau menggilir istri-istrinya. Setelah itu pada waktu pagi beliau berihrom, beliau mengoles tubuhnya dengan minyak [HR Bukhori, Muslim dan Nasa’i]

عَائِشَةَ قَالَتْ كُنْتُ أُطَيِّبُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لإِحْرَامِهِ قَبْلَ أَنْ يُحْرِمَ وَلإِحْلاَلِهِ قَبْلَ أَنْ يَطُوفَ بِالْبَيْتِ

Dari Aisyah berkata : Aku pernah meminyaki rosululloh shollallohu alaihi wasallam untuk ihrom beliau sebelum berihrom dan saat halalnya sebelum menunaikan thowaf ifadloh di baituloh [HR Muslim]

Jangan Menolak Pemberian Minyak Wangi


Minyak Wangi (17)

Ketika duduk di masjid, terkadang orang di samping kita mengeluarkan parfum dari sakunya. Ia menawari kita minyak wangi dengan cara mengoles-ngoleskannya di tangan. Sebagian jamaah haji pulang dengan membawa oleh-oleh. Tak jarang kita mendapat hadiah berupa parfum. Ini sedikit contoh terkadang kita mendapat minyak wangi dari orang lain tanpa harus membelinya. Bagi siapa yang mendapat pemberian minyak wangi, islam menganjurkan kita untuk menerimanya :

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ عُرِضَ عَلَيْهِ رَيْحَانٌ ، فَلاَ يَرُدَّهُ ، فَإنَّهُ خَفيفُ المَحْمِلِ ، طَيِّبُ الرِّيحِ  

Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu, berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Siapa yang ditawari minyak wangi maka janganlah menolaknya karena ia ringan untuk dibawa dan wangi aromanya [HR Muslim]

عَنْ أَنَسٍ رضى الله عنه أَنَّهُ كَانَ لاَ يَرُدُّ الطِّيبَ وَزَعَمَ أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ لاَ يَرُدُّ الطِّيبَ  

Dari Anas rodliyallohu anhu bahwa ia tidak menolak pemberian minyak wangi dan dia meyakinkan bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam tidak pernah menolak pemberian minyak wangi [HR Bukhori, Ahmad dan Tirmidzi]

Imam Qurthubi menilai bahwa menolak pemberian minyak wangi adalah khilafus sunnah (sikap menyelisihi sunnah)

Maroji’ :

Aunul Ma’bud 9/210

Wanita Memakai Minyak Wangi Di Farji


Minyak Wangi (16)

Hukum asal mengenakan minyak wangi bagi wanita adalah haram kecuali bila dikenakan di hadapan suami. Selain itu dibolehkan bagi mereka untuk mengenakannya di farji tempat keluarnya haidh ketika sudah bersih. Hal itu dilakukan untuk menghilangkan aroma tidak sedap akibat keluarnya darah kotor. Hadits di bawah ini adalah dalil dari pensyariatan ini :

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سَأَلَتِ امْرَأَةٌ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم كَيْفَ تَغْتَسِلُ مِنْ حَيْضَتِهَا قَالَ فَذَكَرَتْ أَنَّهُ عَلَّمَهَا كَيْفَ تَغْتَسِلُ ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مِنْ مِسْكٍ فَتَطَهَّرُ بِهَا. قَالَتْ كَيْفَ أَتَطَهَّرُ بِهَا قَالَ تَطَهَّرِى بِهَا. سُبْحَانَ اللَّهِ  وَاسْتَتَرَ وَأَشَارَ لَنَا بِيَدِهِ عَلَى وَجْهِهِ  قَالَ قَالَتْ عَائِشَةُ وَاجْتَذَبْتُهَا إِلَىَّ وَعَرَفْتُ مَا أَرَادَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم فَقُلْتُ تَتَبَّعِى بِهَا أَثَرَ الدَّمِ

Dari Aisyah berkata : Seorang wanita bertanya kepada nabi shollallohu alaihi wasallam tentang bagaimana mandi setelah haidh. Beliau bersabda : (Disebutkan oleh Aisyah) bahwa beliau mengajarinya bagaimana mandi janabat lalu beliau mengambil kapas yang sudah dioles minyak kesturi lalu menyuruhnya untuk bersuci dengannya. Wanita itu berkata : Bagaimana cara mensucikannya ? Beliau bersabda : Bersucilah dengannya ! Subhaanalloh ! Beliau berpaling sambil berisyarat kepada kami dengan tangannya pada wajahnya (tanda beliau malu). Aisyah berkata : Akupun menariknya dan aku memahami apa  yang dikehendaki nabi shollallohu alaihi wasallam. Akupun berkata : Ikutilah (oleskan kapas itu) pada tempat keluarnya darah (di farjinya) [HR Muslim]

Hukum Wanita Mengenakan Kosmetik Saat Masa Iddah


Minyak Wangi (15)

Hadits-hadits di bawah ini menjadi kaedah bagi judul di atas :

عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ; أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: لَا تَحِدَّ اِمْرَأَةٌ عَلَى مَيِّتٍ فَوْقَ ثَلَاثٍ إِلَّا عَلَى زَوْجٍ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا, وَلَا تَلْبَسْ ثَوْبًا مَصْبُوغًا, إِلَّا ثَوْبَ عَصْبٍ, وَلَا تَكْتَحِلْ, وَلَا تَمَسَّ طِيبًا, إِلَّا إِذَا طَهُرَتْ نُبْذَةً مِنْ قُسْطٍ أَوْ أَظْفَارٍ  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ, وَهَذَا لَفْظُ مُسْلِمٍ  وَلِأَبِي دَاوُدَ, وَالنَّسَائِيِّ مِنْ اَلزِّيَادَةِ  وَلَا تَخْتَضِبْ وَلِلنَّسَائِيِّ: وَلَا تَمْتَشِطْ 

Dari Ummu Athiyyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Janganlah seorang perempuan berkabung atas kematian lebih dari tiga hari, kecuali atas kematian suaminya ia boleh berkabung empat bulan sepuluh hari, ia tidak boleh berpakaian warna-wanri kecuali kain 'ashob, tidak boleh mencelak matanya, tidak menggunakan wangi-wangian, kecuali jika telah suci, dia boleh menggunakan sedikit sund dan adhfar (dua macam wewangian yang biasa digunakan perempuan untuk membersihkan bekas haidnya). Muttafaq Alaihi dan lafadhnya menurut Muslim. Menurut riwayat Abu Dawud dan Nasa'i ada tambahan : Tidak boleh menggunakan pacar. Menurut riwayat Nasa'i : Dan tidak menyisir

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْجَعَلْتُ عَلَى عَيْنِي صَبْرًا, بَعْدَ أَنْ تُوُفِّيَ أَبُو سَلَمَةَ, فَقَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّهُ يَشِبُ اَلْوَجْهَ, فَلَا تَجْعَلِيهِ إِلَّا بِاللَّيْلِ, وَانْزِعِيهِ بِالنَّهَارِ, وَلَا تَمْتَشِطِي بِالطِّيبِ, وَلَا بِالْحِنَّاءِ, فَإِنَّهُ خِضَابٌ قُلْتُ: بِأَيِّ شَيْءٍ أَمْتَشِطُ? قَالَ: بِالسِّدْرِ  

Ummu Salamah Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku menggunakan jadam di mataku setelah kematian Abu Salamah. Lalu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : (Jadam) itu mempercantik wajah, maka janganlah memakainya kecuali pada malam hari dan hapuslah pada siang hari, jangan menyisir dengan minyak atau dengan pacar rambut, karena yang demikian itu termasuk celupan (semiran). Aku bertanya: Dengan apa aku menyisir ? Beliau bersabda : Dengan bidara  [HR Abu Dawud dan Nasa'i] 

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا أَنَّ اِمْرَأَةً قَالَتْ: يَا رَسُولَ اَللَّهِ! إِنَّ اِبْنَتِي مَاتَ عَنْهَا زَوْجُهَا, وَقَدْ اِشْتَكَتْ عَيْنَهَا, أَفَنَكْحُلُهَا? قَالَ: لَا  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Ummu Salamah Radliyallaahu 'anhu bahwa seorang perempuan bertanya : Wahai Rasulullah, anak perempuanku telah ditinggal mati suaminya, dan matanya telah benat-benar sakit. Bolehkah kami memberinya celak ? Beliau bersabda : Tidak  [Muttafaq Alaihi]

Tiga hadits di atas memberi pelajaran bahwa wanita yang ditinggal mati suami wajib beriddah selama empat bulan sepuluh hari. Dalam rentang waktu itu, wanita tidak diperkenankan tampil lebih menarik dengan mengenakan kosmetik baik yang berwarna dan memiliki aroma kecuali saat haidl, maka diperkenankan mengoleskan kapas yang sudah diberi wewangian pada tempat keluarnya haidl.

Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam berkata :

الإحداد لزوم البيت الذي توفي زوجها فيه وهي تسكنه وترك ما يدعو إلى نكاحها من الزينة في ثيابها وبدنها فتجتنب ثياب الشهرة والزينة كما تجتنب الزينة في البدن من الطيب والحناء والكحل والأصباغ والمساحيق والمعجين التي جرت عادة النساء أن يلمعن بها وجوههن وتبقى في لزوم البيت واجتناب الزينة حتى تنتهي مدة العدة إما بانقضاء المدة و إما بوضع الحمل

Ihdad (berkabung) maknanya tinggal di rumah tempat suaminya meninggal dunia. Ia tinggal di situ dan meninggalkan segala sesuatu yang mendorongnya untuk menikah baik berupa perhiasan yang membuatnya indah pada pakaian dan badannya. Ia harus menjauhi pakaian syuhroh (mencolok) dan indah sebagaimana ia juga menjauhi perhiasan pada badan berupa minyak wangi, celak, celupan dan bedak yang biasa dikenakan kaum wanita yang membuat wajahnya bersinar. Ia tetap berada di rumah dan menjauhi perhiasan hingga selesai masa iddah, baik berupa berakhir waktunya atau dengan kelahiran.

Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam juga berkata :

إن المحدة ليست ممنوعة من التنظيف في بدنها وثيابها فإن النبي صلى الله عليه وسلم أذن لأم سلمة وهي محدة بالتنظيف بالسدر فالممنوع هو الزينة لا النظافة  

Wanita yang beriddah tidak dilarang bersih-bersih diri pada badan dan pakaiannya karena nabi shollallohu alaihi wasallam mengizinkan Ummu salamah saat berihdad untuk mandi dengan daun bidara. Yang dilarang adalah berhias, bukan bersih-bersih diri

Maroji’ :

Taudhihul Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 3/729