Hukum Wanita Mengenakan Kosmetik Saat Masa Iddah


Minyak Wangi (15)

Hadits-hadits di bawah ini menjadi kaedah bagi judul di atas :

عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ; أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: لَا تَحِدَّ اِمْرَأَةٌ عَلَى مَيِّتٍ فَوْقَ ثَلَاثٍ إِلَّا عَلَى زَوْجٍ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا, وَلَا تَلْبَسْ ثَوْبًا مَصْبُوغًا, إِلَّا ثَوْبَ عَصْبٍ, وَلَا تَكْتَحِلْ, وَلَا تَمَسَّ طِيبًا, إِلَّا إِذَا طَهُرَتْ نُبْذَةً مِنْ قُسْطٍ أَوْ أَظْفَارٍ  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ, وَهَذَا لَفْظُ مُسْلِمٍ  وَلِأَبِي دَاوُدَ, وَالنَّسَائِيِّ مِنْ اَلزِّيَادَةِ  وَلَا تَخْتَضِبْ وَلِلنَّسَائِيِّ: وَلَا تَمْتَشِطْ 

Dari Ummu Athiyyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Janganlah seorang perempuan berkabung atas kematian lebih dari tiga hari, kecuali atas kematian suaminya ia boleh berkabung empat bulan sepuluh hari, ia tidak boleh berpakaian warna-wanri kecuali kain 'ashob, tidak boleh mencelak matanya, tidak menggunakan wangi-wangian, kecuali jika telah suci, dia boleh menggunakan sedikit sund dan adhfar (dua macam wewangian yang biasa digunakan perempuan untuk membersihkan bekas haidnya). Muttafaq Alaihi dan lafadhnya menurut Muslim. Menurut riwayat Abu Dawud dan Nasa'i ada tambahan : Tidak boleh menggunakan pacar. Menurut riwayat Nasa'i : Dan tidak menyisir

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْجَعَلْتُ عَلَى عَيْنِي صَبْرًا, بَعْدَ أَنْ تُوُفِّيَ أَبُو سَلَمَةَ, فَقَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّهُ يَشِبُ اَلْوَجْهَ, فَلَا تَجْعَلِيهِ إِلَّا بِاللَّيْلِ, وَانْزِعِيهِ بِالنَّهَارِ, وَلَا تَمْتَشِطِي بِالطِّيبِ, وَلَا بِالْحِنَّاءِ, فَإِنَّهُ خِضَابٌ قُلْتُ: بِأَيِّ شَيْءٍ أَمْتَشِطُ? قَالَ: بِالسِّدْرِ  

Ummu Salamah Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku menggunakan jadam di mataku setelah kematian Abu Salamah. Lalu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : (Jadam) itu mempercantik wajah, maka janganlah memakainya kecuali pada malam hari dan hapuslah pada siang hari, jangan menyisir dengan minyak atau dengan pacar rambut, karena yang demikian itu termasuk celupan (semiran). Aku bertanya: Dengan apa aku menyisir ? Beliau bersabda : Dengan bidara  [HR Abu Dawud dan Nasa'i] 

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا أَنَّ اِمْرَأَةً قَالَتْ: يَا رَسُولَ اَللَّهِ! إِنَّ اِبْنَتِي مَاتَ عَنْهَا زَوْجُهَا, وَقَدْ اِشْتَكَتْ عَيْنَهَا, أَفَنَكْحُلُهَا? قَالَ: لَا  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Ummu Salamah Radliyallaahu 'anhu bahwa seorang perempuan bertanya : Wahai Rasulullah, anak perempuanku telah ditinggal mati suaminya, dan matanya telah benat-benar sakit. Bolehkah kami memberinya celak ? Beliau bersabda : Tidak  [Muttafaq Alaihi]

Tiga hadits di atas memberi pelajaran bahwa wanita yang ditinggal mati suami wajib beriddah selama empat bulan sepuluh hari. Dalam rentang waktu itu, wanita tidak diperkenankan tampil lebih menarik dengan mengenakan kosmetik baik yang berwarna dan memiliki aroma kecuali saat haidl, maka diperkenankan mengoleskan kapas yang sudah diberi wewangian pada tempat keluarnya haidl.

Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam berkata :

الإحداد لزوم البيت الذي توفي زوجها فيه وهي تسكنه وترك ما يدعو إلى نكاحها من الزينة في ثيابها وبدنها فتجتنب ثياب الشهرة والزينة كما تجتنب الزينة في البدن من الطيب والحناء والكحل والأصباغ والمساحيق والمعجين التي جرت عادة النساء أن يلمعن بها وجوههن وتبقى في لزوم البيت واجتناب الزينة حتى تنتهي مدة العدة إما بانقضاء المدة و إما بوضع الحمل

Ihdad (berkabung) maknanya tinggal di rumah tempat suaminya meninggal dunia. Ia tinggal di situ dan meninggalkan segala sesuatu yang mendorongnya untuk menikah baik berupa perhiasan yang membuatnya indah pada pakaian dan badannya. Ia harus menjauhi pakaian syuhroh (mencolok) dan indah sebagaimana ia juga menjauhi perhiasan pada badan berupa minyak wangi, celak, celupan dan bedak yang biasa dikenakan kaum wanita yang membuat wajahnya bersinar. Ia tetap berada di rumah dan menjauhi perhiasan hingga selesai masa iddah, baik berupa berakhir waktunya atau dengan kelahiran.

Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam juga berkata :

إن المحدة ليست ممنوعة من التنظيف في بدنها وثيابها فإن النبي صلى الله عليه وسلم أذن لأم سلمة وهي محدة بالتنظيف بالسدر فالممنوع هو الزينة لا النظافة  

Wanita yang beriddah tidak dilarang bersih-bersih diri pada badan dan pakaiannya karena nabi shollallohu alaihi wasallam mengizinkan Ummu salamah saat berihdad untuk mandi dengan daun bidara. Yang dilarang adalah berhias, bukan bersih-bersih diri

Maroji’ :

Taudhihul Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 3/729