Hikmah Di Balik Luka Yang Diderita Oleh Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam



Luka Fisik Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam (6)

1) Sebagai sarana penghapus dosa

Banyak wasilah yang Alloh gunakan untuk menghapus dosa-dosa hambaNya, diantaranya luka yang ditimpakan kepada kaum muslimin. Meski dalam hal ini kita tidak boleh berprasangka bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam memiliki dosa sehingga harus ditebus lewat luka di tubuh beliau. Tentang terhapusnya dosa lewat luka, rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ وَعَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا ، إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ  

Dari Abu Sa’id Alkhudzriyyi dan Abu Huroiroh, dari nabi sholallohu alaihi wasallam bersabda : Tidaklah seorang muslim ditimpa rasa lelah, sakit yang lama, duka, sedih, luka, kesusahan hingga duri yang terinjak kecuali Alloh akan menutupi dosa-dosanya dengannya [HR Bukhori, Muslim dan Ahmad]

2) Sarana mengangkat derajat

Seorang mukmin akan terangkat derajatnya di sisi Alloh manakala sabar saat menghadapi luka yang menimpa fisiknya :

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ شَوْكَةٍ فَمَا فَوْقَهَا إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً أَوْ حَطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةً

Dari Aisyah berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Tidaklah seorang mukmin terkena duri dan lainnya kecuali Alloh akan mengangkat derajat dengannya atau menghapus dosa dengannya [HR Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Hibban]

Luka itu beberapa kali dialami oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam

3) Untuk menunjukkan salah satu sifat dunia

Adakalanya kita tertawa, di lain waktu kita akan menangis. Badan sehat, tentu tidak selamanya kita nikmati sehingga wajar bila sesekali kita perlu merasakan tubuh sakit. Untung dalam berdagang akan selalu diselingi dengan kerugian. Hidup panjang yang kita ingini, tentu akan berakhir dengan kematian. Demikianlah dunia, kebaikan dan keburukan akan selalu datang silih berganti. Oleh karena itu, Alloh berfirman :

إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang dzalim [ali imron : 140]

Tentang ayat di atas, Syaikh Abdurrohman Nashir A ssa’di berkata : 

ومن الحكم في ذلك أن هذه الدار يعطي الله منها المؤمن والكافر، والبر والفاجر، فيداول الله الأيام بين الناس، يوم لهذه الطائفة، ويوم للطائفة الأخرى؛ لأن هذه الدار الدنيا منقضية فانية، وهذا بخلاف الدار الآخرة، فإنها خالصة للذين آمنوا.

Diantara hikmah pada perputaran itu adalah bahwa dunia ini sebagiannya Alloh berikan kepada mukmin dan kafir, orang baik dan orang jahat. Alloh pergilirkan hari-hari itu diantara manusia. Hari ini untuk suatu kelompok dan hari lain untuk kelompok lainnya. Itu dikarenakan sifat dunia adalah sementara dan fana. Ini berbeda dengan kampung akhirat. Ia adalah kampung yang dikhususkan bagi orang-orang beriman

4) Untuk menunjukkan bahwa Muhammad shollallohu alaihi wasallam adalah manusia

Beliau tidak bisa menghindarkan diri dari madlorot yang telah Alloh tetapkan. Beliau termasuk ke dalam sabda yang beliau sabdakan sendiri :

وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ

Ketahuilah bahwa apa yang ditetapkan luput darimu tidaklah akan menimpamu dan apa yang  ditetapkan akan menimpamu tidak akan luput darimu [HR Tirmidzi]

Sisi kelemahan ini, menunjukkan bahwa “ Muhammad “ shollallohu alaihi wasallam tidak memiliki sifat rububiyyah sehingga tidak layak untuk diibadahi.

5) Sebagai pengiring kesuksesan

Kemenangan harus diikuti dengan kekalahan. Kesuksesan selalu diiringi dengan kegagalan. Oleh karena itu benarlah bila nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :

وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً

ketahuilah bahwa kemenangan bersama kesabaran dan kemudahan bersama kesulitan dan kesulitan bersama kemudahan).

Maroji’ :

Taisir Kalim Arrohman Fi Tafsir Kalamil Mannan, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di (maktabah syamilah) hal 67

Diracun Pada Perang Khoibar



Luka Fisik Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam (5)

Zainab Binti Harits berniat membunuh rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Ia menanyakan kepada para sahabat tentang makanan kesukaan nabi shollallohu alaihi wasallam. Dari situ ia mengetahui bahwa paha kambing adalah makanan kesukaan beliau.

Setelah paha kambing dipanggang dan dilumuri racun, ia persembahkan kepada rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Beliau menggigit satu kunyahan namun kemudian segera memuntahkannya sambil bersabda :

إن هذا العظم ليخبرني أنه مسموم

Tulang ini mengabarkan kepadaku bahwa di dalam daging ini sudah dibubuhi racun

Rosululloh shollallohu alaihi wasallam meminta agar Zainab Binti Harits didatangkan. Ketika ia sudah ada di hadapan nabi shollallohu alaihi wasallam, beliau bertanya :

ما حملك على ذلك ؟

Apa yang mendorongmu melakukan perbuatan itu ?

Zainab menjawab :

إن كان ملكًا استرحت منه، وإن كان نبيًا فسيخبر، فتجاوز عنها

Aku pernah berkata dalam diriku “ Jika Muhammad adalah raja maka aku ingin menghabisinya dan jika ia seorang nabi, tentu akan ada pemberitahuan kepadanya “

Pada awalnya, beliau melepaskan Zainab Binti Harits, akan tetapi ketika Bisyir Bin Barro Bin Ma’rur akhirnya tewas setelah ikut memakan daging itu maka rosululloh shollallohu alaihi wasallam memberi hukum qishosh padanya.

Saat itu, beliau memang tidak terpengaruh oleh racun dari daging yang beliau makan. Akan tetapi beberapa tahun kemudian racun yang bersarang di perut akhirnya bereaksi yang membuat beliau jatuh sakit dan mengantarkannya kepada kematian. Di hari terakhir dari kehidupan, beliau mengeluh tentang racun itu hingga bersabda :

يَا عَائِشَةُ مَا أَزَالُ أَجِدُ أَلَمَ الطَّعَامِ الَّذِى أَكَلْتُ بِخَيْبَرَ ، فَهَذَا أَوَانُ وَجَدْتُ انْقِطَاعَ أَبْهَرِى مِنْ ذَلِكَ السَّمِّ

Wahai Aisyah, aku masih merasakan sakit karena makanan yang sempat kucicipi di Khoibar Inilah saatnya bagiku merasakan bagaimana terputusnya nadiku karena racun tersebut [HR Bukhori dan Alhakim]

Dicekik A’robiyy



Luka Fisik Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam (4)

عن أنس رضي الله عنه قَالَ : كُنْتُ أمشي مَعَ رسول الله صلى الله عليه وسلم وَعَلَيْهِ بُرْدٌ نَجْرَانيٌّ غَلِيظُ الحَاشِيَةِ ، فأدْرَكَهُ أعْرَابِيٌّ فَجَبذَهُ بِرِدَائِهِ جَبْذَةً شَديدةً ، فَنَظَرْتُ إِلَى صَفْحَةِ عَاتِقِ النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم ، وَقَدْ أثَّرَتْ بِهَا حَاشِيَةُ الرِّدَاءِ مِنْ شِدَّةِ جَبْذَتِهِ ، ثُمَّ قَالَ : يَا مُحَمَّدُ ، مُر لِي مِنْ مَالِ اللهِ الَّذِي عِنْدَكَ . فَالتَفَتَ إِلَيْهِ ، فَضَحِكَ ثُمَّ أَمَرَ لَهُ بِعَطَاءٍ . متفقٌ عَلَيْهِ .

Dari Anas rodliyallohu anhu berkata : Aku berjalan bersama rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Saat itu beliau mengenakan kain burdah dari Najran yang pinggirnya tebal. Tiba-tiba seorang a’robiyy menarik kain beliau dengan amat keras. Aku melihat sisi leher nabi shollallohu alaihi wasallam ada bekas yang berasal dari pinggiran kain burdah karena kerasnya tarikan. Ia berkata : Wahai Muhammad, berikan harta Alloh yang ada padamu untukku. Beliau menoleh kepadanya lalu seraya tertawa lalu memberikannya [muttafaq alaih]

Hadits di atas memberi pelajaran :

1) Sikap kasar dari A’robiyy

A’robiyy adalah orang Arab yang tinggal di pedalaman. Mereka tidak menyukai keramaian. Tinggal di tempat sepi, jauh dari lingkungan masyarakat akan membentuk orang yang bersangkutan menjadi kaku, kasar dan tidak memiliki budi pekerti. Oleh karena itu nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ مَنْ سَكَنَ الْبَادِيَةَ جَفَا وَمَنِ اتَّبَعَ الصَّيْدَ غَفَلَ وَمَنْ أَتَى السُّلْطَانَ افْتُتِنَ  

Dari Ibnu Abbas, dari nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa yang tingga di pedalaman maka akan keras, barangsiapa yang suka berburu akan lalai dan barangsiapa yang mendatangi penguasa maka akan terfitnah (rusak agamanya) [HR Ahmad, Abu Daud, Nasa’i dan Tirmidzi]

Kasar dan tidak sopannya a’robiy pada hadits di atas terlihat dari cara dia meminta kain yang ada pada rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Ia tarik kain itu dengan tarikan keras yang meninggalkan bekas merah di leher beliau. Setelah itu baru keluar kalimat permintaan. Itupun ia memanggil beliau dengan “ Wahai Muhammad “ bukan “ Wahai rosululloh “

2) Kalimat yang mengandung makna tauhid

Kendati kasar dan tidak sopan, kalimat yang keluar dari lesan a’robiy mengandung muatan tauhid. Ia berkata : Berikan harta Alloh yang ada padamu untukku ! Ia sebut kain yang ada pada diri rosululloh shollallohu alaihi wasallam hakekatnya adalah milik Alloh.

3) Membalasan keburukan dengan kebaikan

Inilah akhlaq rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Kasarnya a’robiy beliau balas dengan senyuman dan mengabulkan permintaannya.

Terjatuh Dari Kuda



Luka Fisik Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam (3)

Anas dan Jabir meriwayatkan terjatuhnya nabi shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ أَنَس بْن مَالِكٍ يَقُولُ سَقَطَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم عَنْ فَرَسٍ فَجُحِشَ شِقُّهُ الأَيْمَنُ فَدَخَلْنَا عَلَيْهِ نَعُودُهُ فَحَضَرَتِ الصَّلاَةُ فَصَلَّى بِنَا قَاعِدًا فَصَلَّيْنَا وَرَاءَهُ قُعُودًا فَلَمَّا قَضَى الصَّلاَةَ قَالَ إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوا وَإِذَا رَفَعَ فَارْفَعُوا وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ. فَقُولُوا رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ. وَإِذَا صَلَّى قَاعِدًا فَصَلُّوا قُعُودًا أَجْمَعُونَ    

Dari Anas Bin Malik berkata : Nabi shollallohu alaihi wasallam terjatuh dari kudanya lalu terkoyak rusuk bagian kanannya. Kami masuk untuk menengoknya. Tiba-tiba datanglah waktu sholat. Beliau sholat memimpin kami dengan duduk. Kami sholat di belakang beliau juga dengan duduk. Ketika sholat sudah selesai, beliau bersabda : Imam diangkat untuk diikuti. Bila bertakbir maka bertakbirlah. Bila sujud maka sujudlah. Bila mengangkat badannya maka angkatlah. Bila mengucapkan sami’allohu liman hamidah maka ucapkan Robbanaa walakal hamdu. Bila sholat dengan duduk maka sholatlah dengan duduk semuanya [HR Bukhori, Muslim, Ahmad, Malik, Nasa’i, Abu Daud, Darimi, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban]

عَنْ جَابِرٍ قَالَ رَكِبَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَرَسًا بِالْمَدِينَةِ فَصَرَعَهُ عَلَى جِذْمِ نَخْلَةٍ فَانْفَكَّتْ قَدَمُهُ فَأَتَيْنَاهُ نَعُودُهُ فَوَجَدْنَاهُ فِى مَشْرَبَةٍ لِعَائِشَةَ يُسَبِّحُ جَالِسًا قَالَ فَقُمْنَا خَلْفَهُ فَسَكَتَ عَنَّا ثُمَّ أَتَيْنَاهُ مَرَّةً أُخْرَى نَعُودُهُ فَصَلَّى الْمَكْتُوبَةَ جَالِسًا فَقُمْنَا خَلْفَهُ فَأَشَارَ إِلَيْنَا فَقَعَدْنَا. قَالَ فَلَمَّا قَضَى الصَّلاَةَ قَالَ إِذَا صَلَّى الإِمَامُ جَالِسًا فَصَلُّوا جُلُوسًا وَإِذَا صَلَّى الإِمَامُ قَائِمًا فَصَلُّوا قِيَامًا وَلاَ تَفْعَلُوا كَمَا يَفْعَلُ أَهْلُ فَارِسَ بِعُظَمَائِهَا  

Dari Jabir berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam menunggang kuda di Madinah lalu beliau terjatuh pada pangkal pohon kurma yang menyebabkan kaki beliau patah. Kami menengoknya, kami dapati beliau berada di kamar Aisyah sedang menunaikan sholat sunnah. Kami berdiri di belakang mengikuti sholat beliau dan beliau membiarkan apa yang yang kami lakukan. Kami mendatangi beliau di lain kesempatan untuk menengoknya. Beliau sedang menunaikan sholat wajib dengan duduk. Kami berdiri di belakang untuk mengikuti sholat beliau. Beliau memberi isyarat kepada kami untuk duduk. Ketika sholat selesai, beliau bersabda : Bila seorang imam sholat dengan duduk maka sholatlah dengan duduk. Bila imam sholat dengan berdiri maka sholatlah dengan berdiri. Janganlah kalian melakukan apa yang dilakukan oleh penduduk Persi kepada para pembesarnya [HR Abu Daud]

Dua riwayat di atas memiliki kemiripan kisah. Yang membedakan keduanya adalah pada luka yang diderita beliau akibat terjatuh dari kuda. Pada riwayat Anas disebutkan bahwa luka yang diderita oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam pada rusuknya. Sementara Jabir menyebut kaki. Kendati demikian, inti dari dua hadits ini adalah tidak mampunya nabi shollallohu alaihi wasallam untuk berdiri saat sholat. Akhirnya beliau sholat dengan duduk. Bagaimana cara duduk beliau ? Aisyah meriwayatkan :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: ( رَأَيْتُ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّي مُتَرَبِّعًا )  رَوَاهُ النَّسَائِيُّ.

Dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata : Aku melihat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sholat dengan bersila [HR Nasa'i]  

Imam Shon’ani berkata :

وَالْحَدِيثُ دَلِيلٌ عَلَى صِفَةِ قُعُودِ الْمُصَلِّي إذَا كَانَ لَهُ عُذْرٌ عَنْ الْقِيَامِ

Hadits di atas merupakan dalil tentang sifat duduk orang yang sedang sholat bila ia memiliki udzur (alasan) sehingga tidak mampu berdiri

Maroji’ :

Subulussalam, Imam Shon’ani 2/389

Perang Uhud



Luka Fisik Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam (2)

Ketika jabal robath sudah dikuasai Kholid Bin Walid, kondisi berubah total. Tadinya kaum muslimin sudah berada di depan kemenangan, tiba-tiba kondisi berbalik. Para sahabat kocar-kacir dan sebagian melarikan diri. Panah-panah kaum kafir kuraisy melesat membuat pasukan islam jatuh tersungkur.

Kafir quraisy membidik pribadi nabi shollallohu alaihi wasallam yang saat itu dikelilingi dua muhajirin dan tujuh anshor. Jumlah yang tidak berimbang menyebabkan terjadi pertempuran yang tidak berimbang pula. Satu-persatu sahabat anshor menemui kesyahidannya hingga tersisa dua muhajirin, Sa’ad Bin Abi Waqosh dan Tholhah Bin Ubaidillah.

Keduanya bertarung dengan gigih demi keselamatan rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Alhakim meriwayatkan jumlah luka-luka di tubuh Tholhah sebanyak 39 atau 35 dan jari-jarinya putus. Kehebatan dan pengorbanan Tholhah membuat Abu Bakar menyebut perang uhud dengan berkata :

ذلك اليوم كله لطلحة



Hari itu semua milik Tholhah

Abu Bakar menambahkan :

يا طلحة بن عبيد الله قد وَجَبَتْ  لك الجنان وبُوِّئتَ المَهَا العِينَا

Wahai Tholhah Bin Ubaidillah, sudah selayaknya bila engkau mendapat surga dan duduk di atas mutiara yang indah

Sementara rosulullloh shollallohu alaihi wasallam bersabda tentang Tholhah :

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى شَهِيدٍ يَمْشِى عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ  

Siapa yang ingin melihat orang yang syahid yang berjalan di atas bumi maka lihatlah Tholhah Bin Ubaidillah [HR Tirmidzi dan Ibnu Majah]

Adapun kondisi nabi shollallohu alaihi wasallam saat itu begitu mencekam. Semua orang kafir bernafsu untuk membunuh beliau. Uthbah Bin Abi Waqosh melempar beliau dengan batu hingga mengenai lambung dan gigi serta melukai wajah.

Abdullah Bin Syihab Azzuhri melayangkan pukulannya yang membuat kening beliau terluka dan pada saat yang sama Abdulloh Bin Qomi’ah memukulkan pedangnya ke bahu beliau dengan amat keras hingga membuat beliau kesakitan selama satu bulan. Untunglah pukulan itu hanya mengenai baju besi yang beliau kenakan.

Setelah itu, ia kembali memukul ke bagian tulang pipi sekeras pukulan pertama. Hal itu menyebabkan dua mata rantai pengikat topi besi beliau terlepas dan menancap di kening. Anas Bin Malik menceritakan tentang luka-luka rosululloh shollallohu alaihi wasallam dengan berkata :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم كُسِرَتْ رَبَاعِيَتُهُ يَوْمَ أُحُدٍ وَشُجَّ فِى جَبْهَتِهِ حَتَّى سَالَ الدَّمُ عَلَى وَجْهِهِ فَقَالَ كَيْفَ يُفْلِحُ قَوْمٌ فَعَلُوا هَذَا بِنَبِيِّهِمْ وَهُوَ يَدْعُوهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ  فَنَزَلَتْ هَذِهِ الآيَةُ لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ شَىْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ  

Dari Anas Bin Malik : Bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam mengalami patah ruba’iyyahnya (gigi antara taring dan seri)dan terluka pada dahinya hingga mengalir darah di wajahnya, lalu bersabda : Bagaimana bisa bisa beruntung suatu kaum melakukan ini terhadap nabinya sementara dia menyeru mereka ke jalan Rob mereka. Setelah itu turun ayatTidak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima tobat mereka, atau mengadzab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang dzalim “ (ali imron : 128) [HR Nasa’i]

Luka Saat Berdakwah Di Thoif



Luka Fisik Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam (1)

Dakwah rosululloh shollallohu alaihi wasallam ke Thoif terjadi di bulan syawal pada tahun sepuluh dari kenabian. Beliau mendapat penolakan keras dari penduduknya. Mereka mencaci maki beliau dan melemparinya dengan batu hingga membuat tumit berdarah-darah.

Ketika beliau sampai di Qornu Tsa’alib, tiba-tiba datang segumpal awan menaungi beliau dan ternyata di situ ada malaikat jibril. Dia berkata :

إن الله قد سمع قول قومك لك، وما ردوا عليك، وقد بعث الله إليك ملك الجبال لتأمره بما شئت فيهم

Sesungguhnya Alloh mendengar ucapan kaummu kepadamu dan reaksi mereka terhadapmu. Alloh telah mengutus kepadamu dua malaikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan kepadanya sesuai dengan keinginanmu terhadap mereka.

Malaikat penjaga gunungpun berkata :

يا محمد، ذلك، فما شئت، إن شئت أن أطبق عليهم الأخشبين لفعلت

Wahai Muhammad ! Terserah padamu, jika engkau menginginkan aku meratakan mereka dengan akhbasyain maka akan aku lakukan.

Rosululloh shollallohu alaihi wasallam menjawab penawaran malaikat itu dengan bersabda :

بل أرجو أن يخرج الله عز وجل من أصلابهم من يعبد الله عز وجل وحده لا يشرك به شيئا

Bahkan aku berharap kelak Alloh memunculkan dari tulang rusuk mereka orang-orang yang beribadah kepada Alloh semata dan tidak menyekutukanNya sedikitpun [HRBukhori Muslim]

Pesan Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam Tentang Pemimpin Dzolim



Sikap Kepada Para Pembesar (8)

Rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengingatkan kita tentang munculnya para pemimpin setelah era wafatnya beliau yang memiliki dua ciri khas, yaitu dzolim dan bohong. Berada di barisan mereka berarti dikeluarkan statusnya dari umat Muhammad shollallohu alaihi wasallam dan terusir dari alhaudl (telaga di padang mahsyar). Padahal matahari saat itu berada di atas kepala dengan jarak satu mil. Hal itu membuat semua manusia kehausan dan tidak ada yang bisa mengobati rasa haus itu kecuali air yang ada di dalam haudl.

Sebaliknya bagi yang berani mengambil resiko berhadapan dengan penguasa dzolim, maka rosululloh shollallohu alaihi wasallam akan menyambutnya di depan alhaudl. Inilah yang diwasiatkan beliau kepada Ka’ab Bin Ujroh dan delapan temannya :

عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ قَالَ خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ تِسْعَةٌ فَقَالَ إِنَّهُ سَتَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ مَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ الْحَوْضَ وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَهُوَ وَارِدٌ عَلَيَّ الْحَوْضَ

Dari Ka’ab Bin Ujroh berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam keluar menemui kami yang berjumlah sembilan orang. Beliau bersabda : Sesungguhnya akan ada sesudahku para pemimpin. Siapa yang membenarkan kebohongannya dan membantu kedzalimannya maka ia bukan dariku dan aku bukan bagian darinya. Ia juga tidak akan bisa mendekati telagaku. Sedangkan siapa yang tidak membenarkan kebohongannya dan tidak membantu kedzalimannya, maka ia bagian dari diriku dan aku bagian darinya dan dia akan mendekati telagaku [HR Ahmad, Nasa’i, Ibnu Hibban dan Tirmidzi]


Nasib Pemimpin Dzolim Dan Rakyat Yang Mendukungnya Pada Hari Kiamat



Sikap Kepada Para Pembesar (7)

Beberapa kali Alloh mengisahkannya dalam alquran :

إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ  وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ

(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu (para pemimpin) berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti (rakyat) : Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami. Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api neraka [albaqoroh : 166-167]

وَقَال َإِنَّمَا اتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا مَوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ

Dan berkata Ibrahim : Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini kemudian di hari kiamat sebahagian kamu mengingkari sebahagian (yang lain) dan sebahagian kamu mela`nati sebahagian (yang lain) dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sekali-kali tak ada bagimu para penolongpun [al ankabut : 25]

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ نُؤْمِنَ بِهَذَا الْقُرْآَنِ وَلَا بِالَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ مَوْقُوفُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ يَرْجِعُ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ الْقَوْلَ يَقُولُ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لَوْلا أَنْتُمْ لَكُنَّا مُؤْمِنِينَ  قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لِلَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا أَنَحْنُ صَدَدْنَاكُمْ عَنِ الْهُدَى بَعْدَ إِذْ جَاءَكُمْ بَلْ كُنْتُمْ مُجْرِمِينَ  وَقَالَ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا بَلْ مَكْرُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ إِذْ تَأْمُرُونَنَا أَنْ نَكْفُرَ بِاللَّهِ وَنَجْعَلَ لَهُ أَنْدَادًا وَأَسَرُّوا النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ وَجَعَلْنَا الأغْلالَ فِي أَعْنَاقِ الَّذِينَ كَفَرُوا هَلْ يُجْزَوْنَ إِلا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Dan orang-orang kafir berkata : Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al Qur'an ini dan tidak (pula) kepada Kitab yang sebelumnya. Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat ketika orang-orang yang dzalim itu dihadapkan kepada Robnya, sebahagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain. Orang-orang yang dianggap lemah (rakyat)  berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri (pemimpin) : Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman. Orang-orang yang menyombongkan diri (pemimpin) berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah(rakyat) : Kamikah yang telah menghalangi kamu dari petunjuk sesudah petunjuk itu datang kepadamu ? (Tidak), sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berdosa. Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri : (Tidak) sebenarnya tipu daya (mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya. Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat adzab. Dan Kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir. Mereka tidak dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan [saba : 31-33]

يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا رَبَّنَا آَتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا

Pada hari ketika muka mereka (para pemimpin dan rakyat yang mendukungnya) dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata : Alangkah baiknya, andai kata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul. Dan mereka berkata : Wahai Rob, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Wahai Rob kami, timpakanlah kepada mereka adzab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar [al ahzab : 66-68]

وَبَرَزُوا لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ  وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah (rakyat) kepada orang-orang yang sombong (pemimpin) : Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami adzab Allah (walaupun) sedikit saja ? Mereka menjawab : Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri. Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan : Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu. Sesungguhnya orang-orang yang dzalim itu mendapat siksaan yang pedih [ibrohim : 21-22]

Menuhankan Pembesar



Sikap Kepada Para Pembesar (6)

Karena kekuasaan, membuat pemiliknya terlena sehingga memaksa rakyat yang dipimpinnya untuk mengakui dirinya sebagai rob. Inilah yang terjadi di negeri Yaman di masa lalu. Semua rakyat digiring untuk menyembah sang raja. Karena doktrin begitu kuat, membuat rakyat tidak berkutik.

Akhirnya Alloh mengirim ghulam (anak muda) yang sudah dibimbing tauhid oleh seorang abid di sebuah gua untuk menghancurkan kesesatan ini.

Ia menggunakan pengobatan sebagai sarana dakwah. Syarat pasien diobati adalah mencabut keyakinan syiriknya dan hanya mengakui Alloh sebagai ilah dan rob. Rupanya salah satu staf kerajaaan yang buta, dengan izin Alloh berhasil disembuhkan sehingga bisa melihat kembali. Hal itu membuat raja heran dan bertanya :

مَنْ رَدّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ ؟

Siapa yang mengembalikan penglihatanmu ?

Ia menjawab :

رَبِّي

Robku

Raja bertanya :

وَلَكَ رَبٌّ غَيري ؟

Apakah engkau mempunyai rob selain aku ?

Ia menjawab :

رَبِّي وَرَبُّكَ اللهُ

Robku dan Robmu adalah Alloh

Jawaban ini membuat sang raja murka sehingga membuat si anak muda dan rahib gurunya diseret ke istana. Karena tidak mau mencabut tauhid, maka staf kerajaan dan rahib dibunuh dengan cara digergaji tubuhnya.

Demikianlah, anak muda inipun harus menemui ajalnya ketika panah menancap di pelipisnya dan rakyat yang mengikutinya seluruhnya harus mengahadapi hukum bakar di parit. Secara singkat, kisah ini difirmankan oleh Alloh :

قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُودِ  النَّارِ ذَاتِ الْوَقُودِ إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌ  وَهُمْ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ بِالْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌ  وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَنْ يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ  الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ  إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ

Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit. yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertobat, maka bagi mereka adzab Jahanam dan bagi mereka adzab (neraka) yang membakar [alburuj : 4-10]

Mentaatinya Untuk Mendapat Keuntungan Dunia



Sikap Kepada Para Pembesar (5)

Musa memiliki banyak mukjizat yang membuat Firaun menderita. Munculnya Katak, darah dan belalang membuatnya kalang kabut. Akhirnya Firaun mengundang para tukang sihir ke istana untuk melawan mukjizat Musa. Tukang-tukang sihirpun datang memenuhi undangan Firaun dengan harapan keuntungan dunia

فَلَمَّا جَاءَ السَّحَرَةُ قَالُوا لِفِرْعَوْنَ أَئِنَّ لَنَا لَأَجْرًا إِنْ كُنَّا نَحْنُ الْغَالِبِينَ قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ إِذًا لَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ

Maka tatkala ahli-ahli sihir datang, mereka bertanya kepada Fir`aun : Apakah kami sungguh-sungguh mendapat upah yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang ? Fir'aun menjawab : Ya, kalau demikian, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan (kepadaku) [asy syuaro : 41-42]

Demikianlah, betapa banyak manusia demi keuntungan dunia rela menjual agamanya dengan mendukung penguasa dzolim

Mengabadikan Pembesar Dengan Membangun Kubur Dan Masjid Untuknya



Sikap Kepada Para Pembesar (4)

Alloh berfirman :

وقالوا لا تذرن آلهتكم ولا تذرن ودا ولا سواعا ولا يغوث ويعوق ونسرا  

Dan mereka (kaum Nabi Nuh) berkata : janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Tuhan-tuhan kamu, dan janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq maupun Nasr (QS. [Nuh : 23]

Beliau Tentang ayat di atas, Ibnu Abbas) berkata :

هذه أَسْمَاءُ رِجَالٍ صَالِحِينَ مِنْ قَوْمِ نُوحٍ ، فَلَمَّا هَلَكُوا أَوْحَى الشَّيْطَانُ إِلَى قَوْمِهِمْ أَنِ انْصِبُوا إِلَى مَجَالِسِهِمُ الَّتِى كَانُوا يَجْلِسُونَ أَنْصَابًا ، وَسَمُّوهَا بِأَسْمَائِهِمْ فَفَعَلُوا فَلَمْ تُعْبَدْ حَتَّى إِذَا هَلَكَ أُولَئِكَ وَتَنَسَّخَ الْعِلْمُ عُبِدَتْ

Ini adalah nama orang-orang sholeh dari kaum Nabi Nuh, ketika mereka meninggal dunia, syetan membisikan kepada kaum mereka agar membikin patung-patung mereka yang telah meninggal di tempat-tempat dimana disitu pernah diadakan pertemuan-pertemuan mereka, dan mereka disuruh memberikan nama-nama patung tersebut dengan nama-nama mereka, kemudian orang-orang tersebut menerima bisikan syetan, dan saat itu patung-patung yang mereka buat belum dijadikan sesembahan, baru setelah para pembuat patung itu meninggal, dan ilmu agama dilupakan, mulai saat itulah patung-patung tersebut mulai disembah.

Ibnul Qoyyim berkata :

قال غير واحد من السلف لما ماتوا عكفوا على قبورهم ثم صوروا تماثيلهم ثم طال عليهم الأمد فعبدوهم

Banyak para ulama salaf mengatakan : Setelah mereka itu meninggal, banyak orang-orang yang berbondong-bondong mendatangi kuburan mereka, lalu mereka membikin patung-patung mereka, kemudian setelah waktu berjalan beberapa lama akhirnya mereka menyembahnya.

Di banyak negara, saat pemimpin mati, maka rakyat mengabadikan jasa-jasanya dengan mendirikan patung


Menjadikan Pembesar Sebagai Rob



Sikap Kepada Para Pembesar (3)


Adi Bin Hatim adalah diantara sekian ahlul kitab yang masuk islam. Suatu hari, dia mendengar nabi shollallohu alaihi wasallam membaca ayat :

اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ

Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai arbab (tuhan-tuhan) selain Alloh ...  (Al Baro’ah : 31) 

Mendengar ayat ini, Adi Bin Hatim terkejut dan berkata : Sungguh kami dahulu tidak pernah menyembah mereka”, beliau bersabda :

أليس يحرمون ما أحل الله فتحرمونه، ويحلون ما حرم الله فتحلونه ؟

Tidakkah mereka mengharamkan apa yang telah dihalalkan oleh Allah, lalu kalianpun mengharamkanya dan tidakkah mereka itu menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah, lalu kalian menghalalkannya ? 

Adi Bin Hatim mengiyakan apa yang ditanyakan beliau. Setelah itu rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : 

فتلك عبادتهم

Itulah bentuk penyembahan kepada mereka [HR Imam Ahmad dan At Tirmidzi]  

Demikianlah di banyak negeri yang mayoritas penduduknya adalah muslim, standar untuk menentukan halal dan haram, haq dan batil, bukan quran dan sunnah melainkan disesuaikan dengan kehendak penguasa. Padahal mereka sedang berada di bumi milik Alloh. Seharusnya mereka hidup di bumi menyesuaikan diri dengan aturan Alloh bukan membuat hukum baru yang menyingkirkan hukum Alloh


Berdirinya Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam Untuk Fatimah Dan Kaum Anshor Untuk Sa’ad Bin Muadz



Sikap Kepada Para Pembesar (2)

Rosululloh shollallohu alaihi wasallam biasa memberikan penyambutan dengan berdiri untuk Fatimah. Aisyah berkata :

عَنْ عَائِشَة كَانَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى فَاطِمَة بِنْته قَدْ أَقْبَلَتْ رَحَّبَ بِهَا ثُمَّ قَامَ فَقَبَّلَهَا ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِهَا حَتَّى يُجْلِسَهَا فِي مَكَانه  

Dari Aisyah : Bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam bila melihat Fatimah, puterinya tiba, beliau menyambutnya lalu berdiri lantas mengecupnya setelah itu meraih tangannya hingga mendudukkannya di tempat duduk beliau [HR Nasa’i]

Berdirinya beliau untuk puterinya bukan sikap pengagungan melainkan kasih sayang seorang ayah bagi anaknya. Sehingga apa yang beliau lakukan tidak ada kaitannya dengan larangan berdiri untuk penyambutan bagi pembesar.

Lalu bagaimana dengan kalimat rosululloh shollallohu alaihi wasallam kepada kaum anshor untuk menyambut kedatangan tokoh mereka, Sa’ad Bin Muadz ?

Riwayat yang sebenarnya dari peristiwa itu adalah ketika Sa’adz Bin Muadz terluka parah pada perang khondaq, nabi shollallohu alaihi wasallam meminta agar dia dirawat di masjid. Saat itu beliau memerintahkan untuk mendirikan tenda di masjid bagi Sa’adz Bin Muadz. Dengan kendaraan keledai, Sa’adz Bin Muadz diantar ke masjid. Melihat kedatangannya, rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :

قُومُوا إِلَى سَيِّدِكُمْ أَوْ إِلَى خَيْرِكُمْ

Berdirilah untuk menyambut pembesar kalian atau orang terbaik diantara kalian [HR Bukhori, Muslim, Ahmad dan Abu Daud]

Kalimat “ Berdirilah “ bukan perintah berdiri untuk memberi penghormatan melainkan berdiri untuk menyambut tubuh Sa’adz Bin Muadz yang ada di atas keledai untuk diturunkan dan dipapah menuju tenda yang ada di masjid. Oleh karena itu, berdiri pada kasus ini juga tidak bisa dikaitkan dengan larangan berdiri sebagai penyambutan bagi para pembesar yang dilarang oleh nabi shollallohu alaihi wasallam.

Abul Walid Bin Rusyd membagi berdiri sebagai sarana penyambutan menjadi 4 macam :

Pertama : Dilarang

وَهُوَ أَنْ يَقَع لِمَنْ يُرِيد أَنْ يُقَامَ إِلَيْهِ تَكَبُّرًا وَتَعَاظُمًا عَلَى الْقَائِمِينَ إِلَيْهِ

Yaitu ditujukan kepada orang yang menginginkan sikap berdiri untuknya  atas dasar motivasi kesombongan dan pengagungan yang harus dilakukan oleh orang-orang yang berdiri untuknya

Kedua : Makruh

وَهُوَ أَنْ يَقَعَ لِمَنْ لَا يَتَكَبَّرُ وَلَا يَتَعَاظَمُ عَلَى الْقَائِمِينَ ، لَكِنْ يَخْشَى أَنْ يَدْخُلَ نَفْسَهُ بِسَبَبِ ذَلِكَ مَا يَحْذَرُ ، وَلِمَا فِيهِ مِنْ التَّشَبُّهِ بِالْجَبَابِرَةِ

Yaitu ditujukan bagi orang yang tidak ada memiliki kesombongan dan tuntutan pengagungan dari orang-orang yang berdiri untuknya akan tetapi dikhawatirkan akan masuk ke dalam hatinya sikap sombong dan menuntut pengagungan karena sikap berdiri itu. Sebab lainnya adalah perbuatan itu bagian dari sikap tasyabbuh dari kaum yang angkuh

Yang ketiga : Boleh

وَهُوَ أَنْ يَقَعَ عَلَى سَبِيل الْبِرِّ وَالْإِكْرَام لِمَنْ لَا يُرِيد ذَلِكَ وَيُؤْمَن مَعَهُ التَّشَبُّهَ بِالْجَبَابِرَةِ

Dilakukan atas dasar albirr (kebaikan) dan sikap pemuliaan bagi orang yang tidak ada keinginan untuk diperlakukan seperti itu dan aman dari sikap tasyabbuh kepada kaum yang angkuh

Kempat : Dianjurkan

مَنْدُوب وَهُوَ أَنْ يَقُوم لِمَنْ قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَرَحًا بِقُدُومِهِ لِيُسَلِّمَ عَلَيْهِ ، أَوْ إِلَى مَنْ تَجَدَّدَتْ لَهُ نِعْمَة فَيُهَنِّئُهُ بِحُصُولِهَا أَوْ مُصِيبَة فَيُعَزِّيهِ بِسَبَبِهَا

Berdiri menyambut orang yang baru tiba dari safar untuk mengucapkan salam padanya atau menyampaikan ucapan selamat kepada orang yang memperoleh suatu kenikmatan atau menyampaikan bela sungkawa atas musibah yang menimpa.

Maroji’ :

Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 17/498


Berdiri Untuk Memberi Penghormatan



Sikap Kepada Para Pembesar (1)

Sering kita dengar pembawa acara di gedung MPR/DPR berkata : Presiden dan wakil presiden akan memasuki ruangan sidang, hadirin diharap berdiri. Pemandangan ini ditinjau dari sisi ajaran islam tentu bertentangan. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Muawiyah keluar menemui Ibnu Zubair dan Ibnu Amir. Ibnu Amir berdiri sementara Ibnu Zubair tetap duduk. Muawiyah berkata kepada Ibnu Amir :

اِجْلِسْ فَإِنِّي سَمِعْت رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُول : مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَتَمَثَّل لَهُ الرِّجَال قِيَامًا فَلْيَتَبَوَّأ مَقْعَده مِنْ النَّار

Duduklah karena sesungguhnya aku pernah mendengar rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa suka menghormati seseorang dengan cara berdiri maka silahkan mencari tempat duduknya di neraka [HR Abu Daud]

Anas Bin Malik berkata :

إِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلكُمْ بِأَنَّهُمْ عَظَّمُوا مُلُوكَهُمْ بِأَنْ قَامُوا وَهُمْ قُعُود

Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena mereka mengagungkan pembesar mereka dengan cara berdiri sementara sebelumnya mereka keadaan duduk [HR Thobroni]

Dalil lain yang melarang berdiri untuk menyambut kehadiran seseorang adalah :

عَنْ أَبِى أُمَامَةَ قَالَ خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مُتَوَكِّئًا عَلَى عَصًا فَقُمْنَا إِلَيْهِ فَقَالَ لاَ تَقُومُوا كَمَا تَقُومُ الأَعَاجِمُ يُعَظِّمُ بَعْضُهَا بَعْضًا  

Dari Abu Umamah berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam keluar menemui kami sambil bersandar pada tongkat. Kamipun berdiri menyambutnya. Beliau bersabda : Janganlah kalian berdiri sebagaimana berdiri kaum ajami untuk memberi penghormatan satu sama lain [HR Ahmad dan Abu Daud]

الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ اشْتَكَى رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَصَلَّيْنَا وَرَاءَهُ وَهُوَ قَاعِدٌ وَأَبُو بَكْرٍ يُسْمِعُ النَّاسَ تَكْبِيرَهُ فَالْتَفَتَ إِلَيْنَا فَرَآنَا قِيَامًا فَأَشَارَ إِلَيْنَا فَقَعَدْنَا فَصَلَّيْنَا بِصَلاَتِهِ قُعُودًا فَلَمَّا سَلَّمَ قَالَ إِنْ كِدْتُمْ آنِفِا لَتَفْعَلُونَ فِعْلَ فَارِسَ وَالرُّومِ يَقُومُونَ عَلَى مُلُوكِهِمْ وَهُمْ قُعُودٌ فَلاَ تَفْعَلُوا ائْتَمُّوا بِأَئِمَّتِكُمْ إِنْ صَلَّى قَائِمًا فَصَلُّوا قِيَامًا وَإِنْ صَلَّى قَاعِدًا فَصَلُّوا قُعُودًا  

Dari Jabir berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam sakit, kami sholat di belakang beliau sementara itu beliau duduk. Abu Bakar memperdengarkan takbirnya untuk manusia. Beliau menoleh ke arah kami, beliau melihat kami berdiri. Beliau memberi isyarat kepada kami agar kami duduk. Kami sholat bersama beliau dengan duduk. Ketika mengucapkan salam, beliau bersabda : Hampir-hampir kalian benar-benar melakukan perbuatan orang Persi dan Romawi. Mereka berdiri untuk memberi penghormatan kepada pembesar-pembesar mereka yang tengah duduk. Jangan kalian lakukan. Ikutilah imam kalian. Bila dia sholat dengan berdiri maka sholatlah dengan berdiri dan jika sholat dengan duduk maka sholatlah dengan duduk [HR Muslim, Ahmad, Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah]

Ibnu Hajar Al Atsqolani berkata :

وَأَنَّهُ قَصَرَ النَّهْي عَلَى مَنْ سَرَّهُ الْقِيَام لَهُ لِمَا فِي ذَلِكَ مِنْ مَحَبَّة التَّعَاظُم وَرُؤْيَة مَنْزِلَة نَفْسه  

Larangan berdiri untuk penyambutan terbatas pada orang yang menyukai penghormatan dengan berdiri untuknya karena di dalamnya terkandung kecintaan pengagungan dan diakuinya kedudukan yang ada pada dirinya

Maroji’ :

Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 17/498

Terganggunya Malaikat Dengan Aroma Tidak Sedap



Malaikat Dan Masjid (7)

Malaikat memiliki perasaan sebagaimana yang dimiliki manusia. Mereka menyukai aroma wangi dan membenci bau tak sedap. Oleh karena itu, bagi siapa saja yang hadir di masjid atau majlis ilmu maka pastikan bahwa dirinya sudah bersiwak setelah memakan makanan yang memicu aroma yang tidak sedap, demikian juga sudah mandi bagi yang berpeluh karena pekerjaan :

عَنْ جَابِرِ بنِ عبدِ اللهِ رضي اللهُ عنهما أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم  قَالَ مَنْ أَكَلَ الثُّومَ وَالْبَصَلَ وَالْكُرَّاثَ فَلا يَقْرَبَنَّ مَسْجِدَنَا ، فَإِنَّ الْمَلائِكَةَ تَتَأَذَّى مِمَّا يَتَأَذَّى مِنْهُ الإِنْسَانُ 

Dari Jabir Bin Abdulloh rodliyallohu anhuma, bahwa nabi sholallohu alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa yang makan bawang putih, bawang merah dan bawang bakung maka jangan sekali-kali mendekati masjid kami karena sesungguhnya para malaikat terganggu (dengan bau mulut kalian) sebagaimana manusia juga ikut merasa terganggu [HR Bukhori Muslim]

Imam Nawawi berkata :

وَفِي هَذَا الْحَدِيث دَلِيل عَلَى مَنْع آكِل الثَّوْم وَنَحْوه مِنْ دُخُول الْمَسْجِد وَإِنْ كَانَ خَالِيًا لِأَنَّهُ مَحَلّ الْمَلَائِكَة   

Hadits ini merupakan dalil larangan bagi pemakan bawang putih dan semisalnya untuk masuk masjid meski kosong dari manusia karena ia adalah tempat bagi malaikat.

Maroji’ :

Syarh Shohih Muslim 2/324