Sikap Kepada Para Pembesar (1)
Sering kita dengar pembawa acara di gedung MPR/DPR berkata :
Presiden dan wakil presiden akan memasuki ruangan sidang, hadirin diharap
berdiri. Pemandangan ini ditinjau dari sisi ajaran islam tentu bertentangan.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Muawiyah keluar menemui Ibnu Zubair dan
Ibnu Amir. Ibnu Amir berdiri sementara Ibnu Zubair tetap duduk. Muawiyah
berkata kepada Ibnu Amir :
اِجْلِسْ فَإِنِّي سَمِعْت رَسُول اللَّه صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُول : مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَتَمَثَّل لَهُ الرِّجَال
قِيَامًا فَلْيَتَبَوَّأ مَقْعَده مِنْ النَّار
Duduklah karena sesungguhnya aku pernah mendengar rosululloh
shollallohu alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa suka menghormati seseorang
dengan cara berdiri maka silahkan mencari tempat duduknya di neraka [HR Abu
Daud]
Anas Bin Malik berkata :
إِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلكُمْ بِأَنَّهُمْ
عَظَّمُوا مُلُوكَهُمْ بِأَنْ قَامُوا وَهُمْ قُعُود
Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena mereka
mengagungkan pembesar mereka dengan cara berdiri sementara sebelumnya mereka
keadaan duduk [HR Thobroni]
Dalil lain yang melarang berdiri untuk menyambut kehadiran
seseorang adalah :
عَنْ أَبِى أُمَامَةَ قَالَ خَرَجَ عَلَيْنَا
رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مُتَوَكِّئًا عَلَى عَصًا فَقُمْنَا إِلَيْهِ
فَقَالَ لاَ تَقُومُوا كَمَا تَقُومُ الأَعَاجِمُ يُعَظِّمُ بَعْضُهَا بَعْضًا
Dari Abu Umamah berkata : Rosululloh shollallohu alaihi
wasallam keluar menemui kami sambil bersandar pada tongkat. Kamipun berdiri
menyambutnya. Beliau bersabda : Janganlah kalian berdiri sebagaimana berdiri
kaum ajami untuk memberi penghormatan satu sama lain [HR Ahmad dan Abu Daud]
الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ
اشْتَكَى رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَصَلَّيْنَا وَرَاءَهُ وَهُوَ
قَاعِدٌ وَأَبُو بَكْرٍ يُسْمِعُ النَّاسَ تَكْبِيرَهُ فَالْتَفَتَ إِلَيْنَا
فَرَآنَا قِيَامًا فَأَشَارَ إِلَيْنَا فَقَعَدْنَا فَصَلَّيْنَا بِصَلاَتِهِ قُعُودًا
فَلَمَّا سَلَّمَ قَالَ إِنْ كِدْتُمْ آنِفِا لَتَفْعَلُونَ فِعْلَ فَارِسَ
وَالرُّومِ يَقُومُونَ عَلَى مُلُوكِهِمْ وَهُمْ قُعُودٌ فَلاَ تَفْعَلُوا
ائْتَمُّوا بِأَئِمَّتِكُمْ إِنْ صَلَّى قَائِمًا فَصَلُّوا قِيَامًا وَإِنْ
صَلَّى قَاعِدًا فَصَلُّوا قُعُودًا
Dari Jabir berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam
sakit, kami sholat di belakang beliau sementara itu beliau duduk. Abu Bakar
memperdengarkan takbirnya untuk manusia. Beliau menoleh ke arah kami, beliau
melihat kami berdiri. Beliau memberi isyarat kepada kami agar kami duduk. Kami
sholat bersama beliau dengan duduk. Ketika mengucapkan salam, beliau bersabda :
Hampir-hampir kalian benar-benar melakukan perbuatan orang Persi dan Romawi.
Mereka berdiri untuk memberi penghormatan kepada pembesar-pembesar mereka yang
tengah duduk. Jangan kalian lakukan. Ikutilah imam kalian. Bila dia sholat
dengan berdiri maka sholatlah dengan berdiri dan jika sholat dengan duduk maka
sholatlah dengan duduk [HR Muslim, Ahmad, Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Ibnu
Khuzaimah]
Ibnu Hajar Al Atsqolani berkata :
وَأَنَّهُ قَصَرَ النَّهْي عَلَى مَنْ سَرَّهُ
الْقِيَام لَهُ لِمَا فِي ذَلِكَ مِنْ مَحَبَّة التَّعَاظُم وَرُؤْيَة مَنْزِلَة
نَفْسه
Larangan berdiri untuk penyambutan terbatas pada orang yang
menyukai penghormatan dengan berdiri untuknya karena di dalamnya terkandung
kecintaan pengagungan dan diakuinya kedudukan yang ada pada dirinya
Maroji’ :
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 17/498