Berdirinya Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam Untuk Fatimah Dan Kaum Anshor Untuk Sa’ad Bin Muadz



Sikap Kepada Para Pembesar (2)

Rosululloh shollallohu alaihi wasallam biasa memberikan penyambutan dengan berdiri untuk Fatimah. Aisyah berkata :

عَنْ عَائِشَة كَانَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى فَاطِمَة بِنْته قَدْ أَقْبَلَتْ رَحَّبَ بِهَا ثُمَّ قَامَ فَقَبَّلَهَا ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِهَا حَتَّى يُجْلِسَهَا فِي مَكَانه  

Dari Aisyah : Bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam bila melihat Fatimah, puterinya tiba, beliau menyambutnya lalu berdiri lantas mengecupnya setelah itu meraih tangannya hingga mendudukkannya di tempat duduk beliau [HR Nasa’i]

Berdirinya beliau untuk puterinya bukan sikap pengagungan melainkan kasih sayang seorang ayah bagi anaknya. Sehingga apa yang beliau lakukan tidak ada kaitannya dengan larangan berdiri untuk penyambutan bagi pembesar.

Lalu bagaimana dengan kalimat rosululloh shollallohu alaihi wasallam kepada kaum anshor untuk menyambut kedatangan tokoh mereka, Sa’ad Bin Muadz ?

Riwayat yang sebenarnya dari peristiwa itu adalah ketika Sa’adz Bin Muadz terluka parah pada perang khondaq, nabi shollallohu alaihi wasallam meminta agar dia dirawat di masjid. Saat itu beliau memerintahkan untuk mendirikan tenda di masjid bagi Sa’adz Bin Muadz. Dengan kendaraan keledai, Sa’adz Bin Muadz diantar ke masjid. Melihat kedatangannya, rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :

قُومُوا إِلَى سَيِّدِكُمْ أَوْ إِلَى خَيْرِكُمْ

Berdirilah untuk menyambut pembesar kalian atau orang terbaik diantara kalian [HR Bukhori, Muslim, Ahmad dan Abu Daud]

Kalimat “ Berdirilah “ bukan perintah berdiri untuk memberi penghormatan melainkan berdiri untuk menyambut tubuh Sa’adz Bin Muadz yang ada di atas keledai untuk diturunkan dan dipapah menuju tenda yang ada di masjid. Oleh karena itu, berdiri pada kasus ini juga tidak bisa dikaitkan dengan larangan berdiri sebagai penyambutan bagi para pembesar yang dilarang oleh nabi shollallohu alaihi wasallam.

Abul Walid Bin Rusyd membagi berdiri sebagai sarana penyambutan menjadi 4 macam :

Pertama : Dilarang

وَهُوَ أَنْ يَقَع لِمَنْ يُرِيد أَنْ يُقَامَ إِلَيْهِ تَكَبُّرًا وَتَعَاظُمًا عَلَى الْقَائِمِينَ إِلَيْهِ

Yaitu ditujukan kepada orang yang menginginkan sikap berdiri untuknya  atas dasar motivasi kesombongan dan pengagungan yang harus dilakukan oleh orang-orang yang berdiri untuknya

Kedua : Makruh

وَهُوَ أَنْ يَقَعَ لِمَنْ لَا يَتَكَبَّرُ وَلَا يَتَعَاظَمُ عَلَى الْقَائِمِينَ ، لَكِنْ يَخْشَى أَنْ يَدْخُلَ نَفْسَهُ بِسَبَبِ ذَلِكَ مَا يَحْذَرُ ، وَلِمَا فِيهِ مِنْ التَّشَبُّهِ بِالْجَبَابِرَةِ

Yaitu ditujukan bagi orang yang tidak ada memiliki kesombongan dan tuntutan pengagungan dari orang-orang yang berdiri untuknya akan tetapi dikhawatirkan akan masuk ke dalam hatinya sikap sombong dan menuntut pengagungan karena sikap berdiri itu. Sebab lainnya adalah perbuatan itu bagian dari sikap tasyabbuh dari kaum yang angkuh

Yang ketiga : Boleh

وَهُوَ أَنْ يَقَعَ عَلَى سَبِيل الْبِرِّ وَالْإِكْرَام لِمَنْ لَا يُرِيد ذَلِكَ وَيُؤْمَن مَعَهُ التَّشَبُّهَ بِالْجَبَابِرَةِ

Dilakukan atas dasar albirr (kebaikan) dan sikap pemuliaan bagi orang yang tidak ada keinginan untuk diperlakukan seperti itu dan aman dari sikap tasyabbuh kepada kaum yang angkuh

Kempat : Dianjurkan

مَنْدُوب وَهُوَ أَنْ يَقُوم لِمَنْ قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَرَحًا بِقُدُومِهِ لِيُسَلِّمَ عَلَيْهِ ، أَوْ إِلَى مَنْ تَجَدَّدَتْ لَهُ نِعْمَة فَيُهَنِّئُهُ بِحُصُولِهَا أَوْ مُصِيبَة فَيُعَزِّيهِ بِسَبَبِهَا

Berdiri menyambut orang yang baru tiba dari safar untuk mengucapkan salam padanya atau menyampaikan ucapan selamat kepada orang yang memperoleh suatu kenikmatan atau menyampaikan bela sungkawa atas musibah yang menimpa.

Maroji’ :

Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 17/498