Sikap Kepada Para Pembesar (3)
Adi Bin Hatim adalah diantara sekian ahlul kitab yang masuk
islam. Suatu hari, dia mendengar nabi shollallohu alaihi wasallam membaca ayat :
اتَّخَذُوا
أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ
Mereka menjadikan
orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai arbab (tuhan-tuhan) selain
Alloh ... (Al Baro’ah : 31)
Mendengar ayat ini,
Adi Bin Hatim terkejut dan berkata : Sungguh kami dahulu tidak pernah menyembah
mereka”, beliau bersabda :
أليس يحرمون
ما أحل الله فتحرمونه، ويحلون ما حرم الله فتحلونه ؟
Tidakkah mereka
mengharamkan apa yang telah dihalalkan oleh Allah, lalu kalianpun
mengharamkanya dan tidakkah mereka itu menghalalkan apa yang diharamkan oleh
Allah, lalu kalian menghalalkannya ?
Adi Bin Hatim
mengiyakan apa yang ditanyakan beliau. Setelah itu rosululloh shollallohu
alaihi wasallam bersabda :
فتلك عبادتهم
Itulah bentuk
penyembahan kepada mereka [HR Imam Ahmad dan At Tirmidzi]
Demikianlah di banyak negeri yang mayoritas penduduknya
adalah muslim, standar untuk menentukan halal dan haram, haq dan batil, bukan
quran dan sunnah melainkan disesuaikan dengan kehendak penguasa. Padahal mereka
sedang berada di bumi milik Alloh. Seharusnya mereka hidup di bumi menyesuaikan
diri dengan aturan Alloh bukan membuat hukum baru yang menyingkirkan hukum
Alloh