Berapa Kali Idealnya Seorang Muslim Membaca Alfatihah Dalam Sehari


Alfatihah (13)

Jawabannya adalah empat puluh kali. Ini adalah pendapat Ibnul Qoyyim Aljauziyyah. Hal itu lakukan dalam sholat dengan perincian :

Pertama : Sholat lima waktu. Seluruhnya berjumlah tujuh belas rokaat. Sholat ini tidak mungkin dihindari bagi setiap muslim karena ia bagian dari rukun islam.

Kedua : Sholat rowatib yang mengiringi sholat lima. Seluruhnya berjumlah dua belas rokaat :

عَنْ أُمِّ حَبِيبَةَ أُمِّ اَلْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ سَمِعْتَ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم يَقُول مَنْ صَلَّى اِثْنَتَا عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي اَلْجَنَّةِ  

Ummu Habibah Ummul Mu'minin Radliyallaahu 'anhu berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Barangsiapa melakukan sholat dua belas rakaat dalam sehari semalam niscaya dibangunkan sebuah rumah baginya di dalam aljannah  [HR Muslim] 

Ketiga : Sholat tahajud yang berjumlah sebelas rokaat sebagaiana diceritakan oleh Aisyah tentang sholat malam nabi shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ مَا كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً

Dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata : Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak pernah menambah dalam sholat malam ramadhan atau lainnya lebih dari sebelas rakaat. [Muttafaq Alaihi]

Kenapa harus 40 rokaat ? Jawabannya karena amal yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah sholat. Sementara sholat lima waktu yang kita tunaikan belum tentu sempurna. Tanpa kita sadari ternyata banyak celah kekurangan di dalamnya baik pada syarat, rukun, khusyu dan lainnya. Disinilah manfaat sholat sunnah bisa kita rasakan. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَلَاتُهُ فَإِنْ وُجِدَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ تَامَّةً وَإِنْ كَانَ انْتُقِصَ مِنْهَا شَيْءٌ قَالَ انْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ لَهُ مِنْ تَطَوُّعٍ يُكَمِّلُ لَهُ مَا ضَيَّعَ مِنْ فَرِيضَةٍ مِنْ تَطَوُّعِهِ ثُمَّ سَائِرُ الْأَعْمَالِ تَجْرِي عَلَى حَسَبِ ذَلِكَ

Dari Abu Huroiroh : Bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya awal mula yang dihisab pada diri seorang hamba pada hari kiamat adalah sholatnya. Bila didapati sempurna maka akan ditulis sempurna. Bila ada celah kekurangan maka Alloh berfirman (kepada malaikat) “ Lihatlah, apakah kalian mendapati pada dirinya sholat sunnah untuk menjadi penyempurna bagi kekurangan yang ada pada sholat fardlu. Setelah itu seluruh amal akan berlaku sesuai dengan perhitungan sholatnya “ [HR Ahmad, Abu Daud, Nasa’i, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Darimi]


Alfatihah Adalah Contoh Dari Sebagian Adab Berdoa


Alfatihah (12)

Salah satu adab berdoa adalah menyebut nama-nama Alloh dan memujiNya. Hal ini sesuai dengan firman Alloh :

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ  

Alloh memiliki banyak nama yang indah maka berdoalah denganNya [al a’rof : 180]

Ayat di atas selaras dengan sabda nabi shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ رضي الله عنه قَالَ سَمِعَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم رِجْلاً يَدْعُو فِي صَلَاتِهِ  لَمْ يَحْمَدِ اَللَّهَ  وَلَمْ يُصَلِّ عَلَى اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ عَجِلَ هَذَا  ثُمَّ دَعَاهُ  فَقَالَ إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ.  رَبِّهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ  ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ثُمَّ يَدْعُو بِمَا شَاءَ  

Dari Fadlolah Ibnu Ubaidah Radliyallaahu 'anhu berkata : Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah mendengar seseorang berdo'a dalam sholatnya dengan tidak memuji Allah dan tidak membaca sholawat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam maka bersabdalah beliau : Orang ini tergesa-gesa. Kemudian beliau memanggilnya seraya bersabda : Apabila seseorang di antara kamu berdoa dalam sholat maka hendaknya ia memulai dengan memuji Robnya dan menyanjungNya kemudian membaca sholat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam lalu berdoa dengan do'a yang dikehendakinya  [HR Ahmad dan Imam Tiga] 

Dalam kitab-kitab hadits, kita bisa menemukan banyak lafadz doa yang diawali dengan penyebutan nama-nama Alloh. Bahkan lafadz pujian bagi Alloh lebih banyak dari doa yang dipanjatkan. Contohnya adalah pada doa memohon ampun dalam sayyidul istighfar. Doa ini diawali dengan pujian-pujian bagi Alloh :

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اِسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي

Ya Allah Engkaulah Robku tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Engkau yang telah menciptakan diriku, aku hambaMu, aku selalu berada dalam ikatanMu dan perjanjianMu selama aku mampu aku berlindung kepadaMu dari kejahatan yang aku perbuat aku mengaku kepadaMu dengan dosaku

Setelah memuji Alloh Ta’ala, selanjutnya kita memohon kepadaNya :

فَاغْفِرْ لِي

Maka ampunilah aku

Rupanya, doa ini diakhiri dengan kembali memuji sifatNya yang terpuji :

فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ اَلذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ

Sebab tiada yang akan mengampuni dosa selain Engkau

Termasuk dalam hal ini adalah surat alfatihah. Surat ini mengandung doa kepada Alloh yang diawali dengan pujian-pujian kepadaNya :

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ  الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ  الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ  مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ  إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ 

Dengan menyebut nama Alloh Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala Puji bagi Alloh Rob semesta alam. Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang Menguasai hari pembalasan. Hanya kepadaMu kami beribadah dan hanya kepadaMu kami meminta

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ  صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ  

Tunjukilah kami ke jalan yang lurus, jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat bukan jalannya kaum yang dimurkai dan orang-orang sesat

Pada surat ini terlihat pujian kepada Alloh lebih banyak dari panjatan doa. Demikianlah sudah selayaknya bagi siapa yang bermunajat kepada Alloh, memulainya dengan ats tsana (pujian) kepada Dzat yang kita pinta.


Dialog Seorang Hamba Dengan Alloh Lewat Alfatihah


Alfatihah (11)

Seorang mukmin bisa berdialog dengan Alloh meski keduanya berbeda maqom. Bagaimana caranya ? Caranya adalah dengan membaca surat alfatihah. Tiap ayat yang dibaca oleh kita akan langsung dijawab oleh Alloh. Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ ( الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ). قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِى عَبْدِى وَإِذَا قَالَ (الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ). قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَىَّ عَبْدِى. وَإِذَا قَالَ (مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ). قَالَ مَجَّدَنِى عَبْدِى وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَىَّ عَبْدِى - فَإِذَا قَالَ (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ). قَالَ هَذَا بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ. فَإِذَا قَالَ (اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ ). قَالَ هَذَا لِعَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ  

Dari Abu Huroiroh dari nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Alloh Ta’ala berfirman : Aku membagi sholat antara diriKu dan hambaKu menjadi dua bagian dan bagi hambaKu apa yang ia minta. Bila seorang hamba berkata “ Alhamdulillaahi robbil ’alamin “ Alloh Ta’ala berfirman “ HambaKu memujiKu “. Bila ia berkata “ Arrohmaanirrohiim “ Alloh Ta’ala berfirman “ HambaKu menyanjungKu “. Bila ia berkata “ Maliki yaumiddiin “ Alloh Ta’ala berfirman “ HambaKu mengagungkanKu “. Bila ia berkata “ Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin “ Alloh Ta’ala berfirman “ Ini adalah antara diriKu dan hambaKu dan bagi hambaKu apa yang ia minta “ Bila ia berkata “ Ihdinash shirothol mustaqiim shirotholladziina an’amta ‘alaihim ghoiril maghdluubi ‘alaihim waladl dloolliin. Alloh berfirman “ Ini antara diriKu dan hambaKu dan bagi hambaKu apa yang ia minta [HR Muslim, Ahmad, Nasa’i, Abu Daud, Ibnu Majah dan Tirmidzi]


Membaca Alfatihah Di Belakang Imam Dalam Pandangan Syafi’i


Alfatihah (10)

Makhul, Abu Tsaur, Syafi’i dan Auza’i menilai bahwa makmum wajib membaca alfatihah di belakang imam untuk seluruh sholat. Pendapat ini didasarkan pada hadits :

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ كُنَّا خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِى صَلاَةِ الْفَجْرِ فَقَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَثَقُلَتْ عَلَيْهِ الْقِرَاءَةُ فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ  لَعَلَّكُمْ تَقْرَءُونَ خَلْفَ إِمَامِكُمْ  قُلْنَا نَعَمْ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ لاَ تَفْعَلُوا إِلاَّ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَإِنَّهُ لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِهَا  

Dari Ubadah Bin Shomit berkata : Kami ada di belakang rosululloh shollallohu alaihi wasallam pada sholat fajar. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam membaca (alfatihah dan surat) lalu terasa berat bagi beliau untuk membaca. Ketika telah selesai dari sholat, beliau bersabda : Apakah kalian ikut membaca di belakang imam kalian ? Kami berkata : Benar, wahai rosululloh. Beliau bersabda : Jangan kalian lakukan kecuali surat alfatihah karena tidak syah sholat siapa yang tidak membacanya [HR Ahmad dan Abu Daud]

Maroji’ :

Aunul Ma’bud 2/330


Membaca Alfatihah Di Belakang Imam Dalam Pandangan Maliki Dan Hambali


Alfatihah (9)

Penulis aunul ma’bud berkata :

وَقَالَ الزُّهْرِيّ وَمَالِك وَابْن الْمُبَارَك وَأَحْمَد وَإِسْحَاق يَقْرَأ فِيمَا أَسَرَّ الْإِمَام فِيهِ بِالْقِرَاءَةِ وَلَا يَقْرَأ فِيمَا جَهَرَ بِهِ

Azzuhri, Malik, Ibnul Mubarok, Ahmad dan Ishaq berkata : Makmum ikut membaca alfatihah saat imam mensirkan qiroah (dzuhur dan ashar) dan tidak ikut membacanya saat imam menjahrkan qiroah (maghrib, isya dan shubuh)

Pendapat ini didasarkan pada hadits :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا قَرَأَ فَأَنْصِتُوا

Dari Abu Huroiroh berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya tidak lain imam diangkat untuk diikuti. Bila bertakbir maka bertakbirlah dan bila sedang membaca maka diamlah [HR Nasa’i]

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم انْصَرَفَ مِنْ صَلاَةٍ جَهَرَ فِيهَا بِالْقِرَاءَةِ فَقَالَ هَلْ قَرَأَ مَعِى أَحَدٌ مِنْكُمْ آنِفًا. فَقَالَ رَجُلٌ نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ إِنِّى أَقُولُ مَا لِى أُنَازَعُ الْقُرْآنَ قَالَ فَانْتَهَى النَّاسُ عَنِ الْقِرَاءَةِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِيمَا جَهَرَ فِيهِ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم بِالْقِرَاءَةِ مِنَ الصَّلَوَاتِ حِينَ سَمِعُوا ذَلِكَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم  

Dari Abu Huroiroh : Bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam selesai dari sholat yang beliau jaharkan bacaannya lalu beliau bersabda : Apakah ada seorang diantara kalian yang ikut membaca bersamaku tadi ? Seorang laki-laki berkata : Benar, wahai rosululloh. Beliau bersabda : Aku katakan, aku tidak ingin disaingi dalam bacaan alquran. Setelah itu manusia berhenti membaca bersama rosululloh shollallohu alaihi wasallam dimana nabi shollallohu alaihi wasallam menjaharkan bacaan dalam sholat ketika mereka mendengar hal itu dari rosululloh shollallohu alaihi wasallam [HR Abu Daud]

Maroji’ :

Aunul Ma’bud 2/330


Membaca Alfatihah Di Belakang Imam Dalam Pandangan Hanafi


Alfatihah (8)

Berkata penulis aunul ma’bud :

وَقَالَ سُفْيَان الثَّوْرِيّ وَأَصْحَاب الرَّأْي لَا يَقْرَأ أَحَد خَلْف الْإِمَام جَهَرَ أَوْ أَسَرَّ   

Berkata Sufyan Ats Tsauri dan ash haburro’yi (pendukung qiyas, logika) : Tidak boleh membaca bagi seseorang di belakang imam saat sholat jahr (maghrib, isya dan shubuh) ataupun sholat sirr (dzuhur dan ashar)

Pendapat mereka didasarkan pada hadits :

 عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ كَانَ لَهُ إِمَامٌ فَإِنَّ قِرَاءَةَ الإِمَامِ لَهُ قِرَاءَةٌ   

Dari Jabir berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa sholat bersama imam, maka bacaan imam sudah menjadi bacaan baginya [HR Ahmad dan Ibnu Majah] 

Maroji’ :

Aunul Ma’bud 2/330


Hukum Bagi Orang Yang Belum Hafal Surat Alfatihah


Alfatihah (7)

Bagi orang yang baru masuk islam tentu belum mengenal surat alfatihah, sementara dirinya dihadapkan dengan perintah sholat. Lalu bagaimana dengan sholatnya ? Syahkah sholat tanpa membaca alfatihah bagi muallaf ? Jawabannya syah karena salah satu prinsip dalam islam adalah menginginkan kemudahan bukan menghendaki kesulitan. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam memberikan bimbingan kepada seorang yang baru bersyahadat :

عَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : إِنِّي لَا أَسْتَطِيعُ أَنْ آخُذَ مِنْ اَلْقُرْآنِ شَيْئًا  فَعَلِّمْنِي مَا يُجْزِئُنِيٌ مِنْهُ قَالَ سُبْحَانَ اَللَّهِ  وَالْحَمْدُ لِلَّهِ  وَلَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ  وَلَا حَوْلٌ وَلَا قُوَّةً إِلَّا بِاَللَّهِ اَلْعَلِيِّ اَلْعَظِيمِ . . .  

Dari Abdullah Ibnu Aufa Radliyallaahu 'anhu berkata : Ada seorang laki-laki datang menghadap Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam seraya berkata : Sungguh aku ini tidak bisa menghafal satu ayat pun dari al-Qur'an maka ajarilah diriku sesuatu yang cukup bagiku tanpa harus menghapal al Qur'an. Beliau bersabda : Bacalah subhanallaah walhamdulillah walaa ilaaha illallaah wallaahu akbar walaa haula walaa quwwata illa billaahil 'aliyyil 'adziim (artinya : Maha Suci Allah segala puji hanya bagi Allah tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah dan Allah Maha Besar tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah yang Maha Tinggi lagiMaha Agung).[HR Ahmad Abu Dawud dan Nasa'i]  

Imam Shon’ani berkata tentang hadits di atas :

الْحَدِيثُ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ هَذِهِ الْأَذْكَارَ قَائِمَةٌ مَقَامَ الْقِرَاءَةِ لِلْفَاتِحَةِ وَغَيْرِهَا لِمَنْ لَا يُحْسِنُ ذَلِكَ ، وَظَاهِرُهُ أَنَّهُ لَا يَجِبُ عَلَيْهِ تَعَلُّمُ الْقُرْآنِ لِيَقْرَأَ

Hadits di atas merupakan dalil bahwa dzikir-dzikir yang dimaksud menempati posisi bacaan alfatihah dan selainnya bagi yang belum menguasai dengan baik bacaan alfatihah

Sementara dalam kitab aunul ma’bud disebutkan :

اِعْلَمْ أَنَّ هَذِهِ الْوَاقِعَة لَا تَجُوز أَنْ تَكُون فِي جَمِيع الْأَزْمَان لِأَنَّ مَنْ يَقْدِر عَلَى تَعَلُّم هَذِهِ الْكَلِمَات لَا مَحَالَة يَقْدِر عَلَى تَعَلُّم الْفَاتِحَة  

Ketahuilah bahwa kondisi seperti ini (membaca bacaan dzikir sebagai pengganti bacaan alfatihah) tidak boleh berlangsung sepanjang waktu karena siapa yang memiliki kemampuan untuk mempelajari bacaan dzikir ini tentu tidak mustahil baginya untuk mempelajari bacaan alfatihah

Maroji’ :

Aunul ma’bud 2/333

Kedudukan Alfatihah Dalam Sholat


Alfatihah (6)

Sholat tidak bisa dipisahkan dengan surat alfatihah karena ia bagian dari rukun. Beberapa hadits di bawah ini adalah buktinya :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَهْىَ خِدَاجٌ  يَقُولُهَا ثَلاَثًا  

Dari Abu Huroiroh berkata : Rosululloh shollallohu alaihiwasallam bersabda : Barangsiapa yang menunaikan sholat tidak membaca surat alfatihah, maka sholatnya dinilai cacat [HR Muslim, Malik, Ahmad, Abu Daud, Nasa’i dan Ibnu Majah]

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ اَلصَّامِتِ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم  لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِأُمِّ اَلْقُرْآنِ  

Dari Ubadah Ibnu al-Shomit bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Tidak sah sholat bagi orang yang tidak membaca Ummul Qur'an (al-fatihah) [Muttafaq Alaihi]

وَفِي رِوَايَةٍ  لِابْنِ حِبَّانَ وَاَلدَّارَقُطْنِيِّ لَا تَجْزِي صَلَاةٌ لَا يُقْرَأُ فِيهَا بِفَاتِحَةِ اَلْكِتَابِ  

Dalam suatu riwayat Ibnu Hibban dan Daruquthni : Tidak sah sholat yang tidak dibacakan al-fatihah di dalamnya

Imam Nawawi mengomentari hadits-hadits di atas dengan mengatakan :

هُوَ دَلِيلٌ عَلَى نَفْيِ الصَّلَاةِ الشَّرْعِيَّةِ إذَا لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا الْمُصَلِّي بِالْفَاتِحَةِ

Ini merupakan dalil akan penafiaan (peniadaan, vonis tidak syah) sholat secara syar’i bila seorang yang sholat tidak membaca alfatihah di dalamnya

Alfatihah Sebagai Ruqyah


Alfatihah (5)

Penyakit bisa disembuhkan dengan dua cara. Yang pertama dengan berobat. Hal ini berdasar pada sabda nabi shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ أَبِى الدَّرْدَاءِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ الدَّاءَ وَالدَّوَاءَ وَجَعَلَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءً فَتَدَاوَوْا وَلاَ تَدَاوَوْا بِحَرَامٍ  

Dari Abu Darda berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya Alloh menurunkan penyakit dan obat dan Alloh menjadikan setiap penyakit ada obatnya. Oleh karena itu berobatlah dan jangan berobat dengan yang haram [HR Abu Daud]

Cara kedua adalah dengan ruqyah (jampi) dan doa. Ada banyak wirid yang diajarkan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam. Akan tetapi sebaik-baik bacaan untuk menyembuhkan penyakit adalah surat alfatihah. Ini sudah dibuktikan oleh seorang sahabat sebagaimana yang telah diceritakan oleh Abu Sa’id Alkhudzriyyi :

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ رضى الله عنه قَالَ انْطَلَقَ نَفَرٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم فِى سَفْرَةٍ سَافَرُوهَا حَتَّى نَزَلُوا عَلَى حَىٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوهُمْ ، فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمْ ، فَلُدِغَ سَيِّدُ ذَلِكَ الْحَىِّ ، فَسَعَوْا لَهُ بِكُلِّ شَىْءٍ لاَ يَنْفَعُهُ شَىْءٌ ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ لَوْ أَتَيْتُمْ هَؤُلاَءِ الرَّهْطَ الَّذِينَ نَزَلُوا لَعَلَّهُ أَنْ يَكُونَ عِنْدَ بَعْضِهِمْ شَىْءٌ ، فَأَتَوْهُمْ ، فَقَالُوا يَا أَيُّهَا الرَّهْطُ ، إِنَّ سَيِّدَنَا لُدِغَ ، وَسَعَيْنَا لَهُ بِكُلِّ شَىْءٍ لاَ يَنْفَعُهُ ، فَهَلْ عِنْدَ أَحَدٍ مِنْكُمْ مِنْ شَىْءٍ فَقَالَ بَعْضُهُمْ نَعَمْ وَاللَّهِ إِنِّى لأَرْقِى ، وَلَكِنْ وَاللَّهِ لَقَدِ اسْتَضَفْنَاكُمْ فَلَمْ تُضِيِّفُونَا ، فَمَا أَنَا بِرَاقٍ لَكُمْ حَتَّى تَجْعَلُوا لَنَا جُعْلاً . فَصَالَحُوهُمْ عَلَى قَطِيعٍ مِنَ الْغَنَمِ ، فَانْطَلَقَ يَتْفِلُ عَلَيْهِ وَيَقْرَأُ ( الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ) فَكَأَنَّمَا نُشِطَ مِنْ عِقَالٍ ، فَانْطَلَقَ يَمْشِى وَمَا بِهِ قَلَبَةٌ ، قَالَ فَأَوْفَوْهُمْ جُعْلَهُمُ الَّذِى صَالَحُوهُمْ عَلَيْهِ ، فَقَالَ بَعْضُهُمُ اقْسِمُوا . فَقَالَ الَّذِى رَقَى لاَ تَفْعَلُوا ، حَتَّى نَأْتِىَ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم فَنَذْكُرَ لَهُ الَّذِى كَانَ ، فَنَنْظُرَ مَا يَأْمُرُنَا . فَقَدِمُوا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَذَكَرُوا لَهُ ، فَقَالَ وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ ثُمَّ قَالَ قَدْ أَصَبْتُمُ اقْسِمُوا وَاضْرِبُوا لِى مَعَكُمْ سَهْمًا  فَضَحِكَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم  

Dari Abu Sa’id rodliyallohu anhu berkata : Sejumlah sahabat nabi shollallohu alaihi wasallam pergi dalam sebuah safar yang mereka jalani hingga mereka singgah di sebuah perkampungan Arab. Mereka meminta dijamu, akan tetapi penduduk enggan memberikan perjamuan untuk mereka. Tiba-tiba pemimpin kampung itu terkena sengatan binatang. Penduduk sudah berusaha dengan segala cara untuk menolong akan tetapi tidak mendatangan hasil sedikitpun. Berkatalah salah seorang penduduk : Seandainya kalian mendatangi rombongan musafir yang telah singgah. Semoga sebagian mereka memiliki sesuatu. Pendudukpun segera mendatangi mereka seraya berkata : Wahai rombongan, sesungguhnya pemimpin kami terkena sengatan binatang. Kami sudah berusaha dengan segala cara akan tetapi tidak mendatangkan hasil sedikitpun. Apakah kalian memiliki sesuatu ? Sebagian dari rombongan itu berkata : Benar, demi Alloh kami bisa meruqyah. Akan tetapi demi Alloh, kami telah meminta perjamuan kepada kalian, akan tetapi kalian menolak menjamu kami. Kami tidak akan meruqyah kecuali kalau kalian memberikan upah. Merekapun sepakat untuk memberi beberapa ekor kambing. Pergilah seorang dari rombongan itu. Ia beri ludah dan membaca “ alhamdulillahi robbil ‘alamin “. Pemimpin kaum itupun sembuh seolah baru saja lepas dari ikatan. Ia pergi berjalan tanpa halangan. Penduduk menunaikan janji berupah upah kepada rombongan itu sesuai dengan yang mereka sepakati. Sebagian dari rombongan itu berkata “ Mari segera dibagi ! “. Berkatalah orang yang meruqyah “ Jangan kalian lakukan  hingga kita mendatangi nabi shollallohu alaihi wasallam untuk menceritakan masalah ini. Kita tunggu apa yang beliau perintahkan untuk kita. Mereka menghadap rosululloh shollallohu alaihi wasallam lalu menceritakan hal itu kepada beliau. Beliau bersabda : Tidakkah kalian tahu, bukankah alfatihah adalah ruqyah ? Lalu beliau bersabda : Kalian telah melakukan perbuatan yang benar. bagikanlah dan masukkan aku bersama kalian untuk mendapatkan bagian. Rosululloh shollallohu alaihi wasallampun tertawa [HR Bukhori, Ahmad dan Tirmidzi]

Alfatihah Adalah Surat Paling Agung Dalam Alquran


Alfatihah (4)

Inilah yang dijelaskan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam kepada Abu Sa’id Bin Almu’alla saat keduanya berada di depan pintu masjid :

عَنْ أَبِى سَعِيدِ بْنِ الْمُعَلَّى قَالَ كُنْتُ أُصَلِّى فِى الْمَسْجِدِ فَدَعَانِى رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَلَمْ أُجِبْهُ ، فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّى كُنْتُ أُصَلِّى . فَقَالَ أَلَمْ يَقُلِ اللَّهُ ( اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ ) ثُمَّ قَالَ لِى لأُعَلِّمَنَّكَ سُورَةً هِىَ أَعْظَمُ السُّوَرِ فِى الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنَ الْمَسْجِدِ. ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِى ، فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ قُلْتُ لَهُ أَلَمْ تَقُلْ لأُعَلِّمَنَّكَ سُورَةً هِىَ أَعْظَمُ سُورَةٍ فِى الْقُرْآنِ. قَالَ ( الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ) هِىَ السَّبْعُ الْمَثَانِى وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِى أُوتِيتُهُ  

Dari Abu Said Bin Mualla : Aku sedang sholat di masjid. Tiba-tiba rosululloh shollallohu alaihi wasallam memanggilku, akan tetapi aku tidak menjawabnya. Aku berkata : Ya rosululloh, sesungguhnya aku tadi sedang sholat. Beliau bersabda : Bukankah Alloh berfirman “ Penuhi panggilan Alloh dan rosulNya bila memanggilmu “. Setelah itu beliau bersabda kepadaku : Benar-benar aku akan ajarkan kepadamu satu surat dimana ia adalah surat paling agung dalam alquran sebelum engkau keluar dari masjid ? Lalu beliau mengambil tangaku. Ketika beliau hendak keluar, aku berkata : Bukankah engkau tadi bersabda : Benar-benar aku akan ajarkan kepadamu satu surat dimana ia adalah surat paling agung dalam alquran ? Beliau bersabda : Alhamdulillahirobbil ‘alamin, ia adalah assab’ulmatsani dan alquran yang paling agung dimana aku telah didatangkan kepadaku [HR Bukhori, Ahmad, Abu Daud, Nasa’i, Ibnu Majah, Addarimi dan Ibnu Khuzaimah]

Dua Surat Yang Menyebutkan Bacaan Basmallah Secara Lengkap



Alfatihah (3)

Yang pertama di surat alfatihah dan yang kedua ada di surat

إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi) nya : Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang [annaml : 30]

Jumlah Huruf Dan Kata


Alfatihah (2)

Ibnu Katsir berkata :

وكلماتها خمس وعشرون كلمة، وحروفها مائة وثلاثة عشر حرفًا

Kata (yang ada dalam surat alfatihah) berjumlah dua puluh lima kata sedangkan hurufnya sebanyak seratus tiga belas huruf

Nama-Nama Bagi Surat Alfatihah


Alfatihah (1)

Ada banyak nama lain bagi surat alfatihah, diantaranya : Alhamdulillah, ummul quran, ummul kitab dan assab’ul matsani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang). Hal ini berdasarkan sebuah hadits :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم الْحَمْدُ لِلَّهِ أُمُّ الْقُرْآنِ وَأُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِى

Dari Abu Huroiroh berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Alhamdulillah adalah ummul quran, ummul kitab dan assab’ul atsani [HR Tirmidzi]

Selain itu, alfatihah juga memiliki nama alquran al’adzim :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أُمُّ الْقُرْآنِ هِىَ السَّبْعُ الْمَثَانِى وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ  

Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Ummul quran adalah assab’ul matsani dan alquran al’adzim [HR Bukhori]

Dalam riwayat lain, disebutkan alfatihah adalah ash sholah :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ    

Dari Abu Huroiroh dari nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Alloh Ta’ala berfirman : Aku membagi sholat antara diriKu dan hambaKu menjadi dua bagian dan bagi hambaKu apa yang ia minta. [HR Muslim, Ahmad, Nasa’i, Abu Daud, Ibnu Majah dan Tirmidzi]

Asy syifa dan arruqyah juga bisa disebut sebagai nama lain dari surat alfatihah :

عن أبي سعيد مرفوعا فاتحة الكتاب شفاء من كل سم

Dari Abu Sa’id secara marfu’ : Surat alfatihah adalah syifa’ (penyembuh) bagi setiap racun [HR Addarimi]

وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ

Tidakkah kalian tahu, bukankah alfatihah adalah ruqyah ? [HR Bukhori, Ahmad dan Tirmidzi]

Ibnu Katsir menyebut bahwa Ibnu Abbas memberi nama bagi alfatihah dengan al asas, Sufyan Bin Uyainah memberi nama alwaqiyah, sementara Yahya Bin Abu Katsir menyebut alkafiyah.
 

Catatan Penting Tentang Iedul Adha

 
Catatan Penting Tentang Iedul Adha

إِنَّ اَلْحَمْدَ لِلَّهِ , نَحْمَدُهُ , وَنَسْتَعِينُهُ , وَنَسْتَغْفِرُهُ , وَنَعُوذُ بِاَللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا , مَنْ يَهْدِهِ اَللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

Kaum muslimin walmuslimat

Hari ini adalah hari raya iedul adha. Berkumpul di dalamnya dua ibadah agung. Ibadah badan terbaik, yaitu sholat ied dan ibadah harta terbaik, yaitu berkorban. Dua ibadah yang mulia ini dicantumkan dalam satu kalimat, dirangkai dalam satu ayat di surat alkautsar :

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

Maka sholatlah karena Robmu dan berkorbanlah [alkautsar : 2]

Beruntunglah, siapa saja yang diberi taufiq oleh Alloh sehingga bisa melakukan keduanya di hari ini.

Kaum muslimin walmuslimat

Hari ini adalah hari raya iedul adha. Hari dimana kita akan menyaksikan tetesan darah dari hewan korban. Tetesan darah ini difirmankan oleh Alloh :

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ

Daging-daging dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya [alhjj : 37]

Berbicara tentang tetesan darah, sungguh darah kaum musliminlah yang paling banyak tertumpah. Darah umat rosululloh shollallohu alaihi wasallam adalah darah paling murah di dunia ini. Palestina, Suriah, Yaman, Afghanistan, Rohingnya dan Afrika tengah adalah sebagian bukti paling nyata yang terjadi hari ini. Kita juga tidak boleh lupa dengan apa yang pernah terjadi di Tanjung Priok, Lampung berdarah, Aceh dengan dalih Daerah Operasi Militer, Kandang Haur di Majalengka, Poso dan Maluku atau di Petamburan baru-baru ini. Di saat mereka berusaha melawan dan membela dengan keterbatasan kemampuan, justru tuduhan “ Teroris “ disematkan orang-orang kafir kepada kita, kaum terdzalimi. Demikianlah, dunia memang sudah terbalik. Alhaq dinyatakan sebagai batil dan kebatilan dinilai sebagai alhaq.  

Kepada siapa saja yang tangannya bersimbah darah kaum muslimin, Alloh memberi ancaman keras :

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا

Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan melaknatinya serta menyediakan adzab yang besar baginya [annisa : 93]

Kenapa ancamannya begitu keras ? Tidak lain karena nyawa seorang muslim adalah mulia. Ia lebih berharga dari apa saja, bahkan dari dunia tempat kita berpijak. Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ

Dari Abdulloh Bin Amru dari nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Sungguh, musnahnya dunia ini lebih ringan di sisi Alloh daripada pembunuhan yang menimpa pada diri seorang muslim [HR Nasa’i, Tirmidzi dan Ibnu Majah]

Kaum muslimin walmuslimat

Hari ini adalah hari raya iedul adha. Kita akan saksikan seekor hewan digiring ke tempat penyembelihan, sementara teman-temannya masih asyik memakan rerumputan. Mereka tidak sadar bahwa sebentar lagi mereka akan mengerang kesakitan ketika pisau sudah menyayat leher seperti yang dialami oleh kambing pertama.

Demikianlah kondisi kita, tidak mengetahui kapan ajal menjemput. Peringatan akan kematian yang disampaikan di majlis ta’lim tenggelam oleh kesibukan mengejar dunia. Oleh karena itu, janganlah terlena dengan sehatnya badan, karena tidak ada ketentuan dari langit bahwa mati harus didahului dengan sakit. Karena betapa banyak orang yang sehat wal afiat, tiba-tiba saja mati seolah tanpa sebab. Tidak ada juga syarat bahwa orang mati harus tua terlebih dahulu, karena terbukti kita terlalu sering mendengar berita bahwa ada orang meninggal dalam usia masih muda belia.

Kita tidak mungkin mampu menebak akan dimana, kapan dan bagaimana kita mengakhiri hidup ini. Dari itu, benarlah ketika Alloh memasukkan kematian sebagai satu diantara lima bagian masalah ghoib :

إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisiNya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat. Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal [luqman : 34]

Kaum muslimin walmuslimat

Hari ini adalah hari raya iedul adha. Hari dimana sebagian kaum muslimin merelakan sebagian hartanya dikeluarkan demi membeli seekor hewan yang bisa dikorbankan. Betapa pentingnya berkorban, hingga rosululloh shollallohu alaihi wasallam pernah bersabda :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم  مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ, فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا  

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Barangsiapa mempunyai keluasan rezki untuk berkurban, namun ia belum berkurban, maka janganlah sekali-kali ia mendekati tempat sholat kami [HR Ahmad dan Ibnu Majah]

Kepada siapa saja yang sudah rela menyisihkan hartanya untuk berkorban, Alloh memberi jaminan :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ

Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu, bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Alloh Azza Wajalla berfirman : Keluarkan infaq, niscaya engkau akan mendapat penggantian [HR Bukhori, Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah]

Tidak itu saja, malaikat juga sibuk memberi doa kebaikan :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا  

Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu, bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Tidaklah pagi hari datang kepada para hamba, kecuali dua malaikat senantiasa turun seraya berkata salah satu diantara keduanya “ Ya Alloh berikan kepada orang yang berinfaq penggantian “ dan berkata yang lain “ Ya Alloh berikan kepada orang yang menahan hartanya kerusakan “ [HR Bukhori, Muslim dan Ahmad]

Kaum muslimin walmuslimat

Hari ini adalah hari raya iedul adha. Ada satu peristiwa besar yang sedang terjadi di tanah suci, yaitu berkumpulnya jutaan manusia yang tengah menunaikan manasik haji. Mereka datang dari seluruh penjuru bumi. Beragam bangsa, berbeda kulit, bermacam wajah, beraneka bahasa yang mereka ucapkan.  Adakah di dunia ini, agama yang bisa mempertemukan pemeluknya di satu titik sebanyak jamaah haji. Jawabannya tentu tidak ada ! Dari sinilah kita bisa membanggakan diri di hadapan mereka sebagaimana Alloh membanggakan diriNya di hadapan para malaikat dengan lautan manusia yang sedang wuquf di Arofah :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِى أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِى مَلاَئِكَتَهُ عَشِيَّةَ عَرَفَةَ بِأَهْلِ عَرَفَةَ فَيَقُولُ انْظُرُوا إِلَى عِبَادِى أَتَوْنِى شُعْثاً غُبْراً  

Dari Amru Bin Ash, bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya Alloh Azza Wajalla membanggakan diriNya di hadapan para malaikat pada sore hari Arofah seraya berfirman “ Lihatlah kepada hamba-hambaKu, mereka datang kepadaKu dalam keadaan kusut rambut dan berdebu ! “ [HR Ahmad dan Ibnu Khuzaimah]

Kaum muslimin walmuslimat

Hari ini adalah hari raya iedul adha. Hari pembeda antara kaum mukmin yang menyembelih hewan dengan niat lillah dan kaum musyrik yang memberikan persembahan bagi hewan yang disembelih kepada setan, berhala dan tempat-tempat yang dikeramatkan. Kepada kelompok kedua, rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :

دخل الجنة رجل في ذباب, ودخل النار رجل في ذباب، قالوا : وكيف ذلك يا رسول الله ؟، قال : مر رجلان على قوم لهم صنم لا يجوزه أحد حتى يقرب له شيئا، فقالوا لأحدهما قرب، قال : ليس عندي شيء أقرب، قالوا له : قرب ولو ذبابا، فقرب ذبابا فخلوا سبيله فدخل النار

Ada seseorang yang masuk aljannah karena seekor lalat, dan ada lagi yang masuk neraka karena seekor lalat pula, para sahabat bertanya : Bagaimana itu bisa terjadi ya Rasulullah, Beliau menjawab : Ada dua orang berjalan melewati sekelompok orang yang memiliki berhala, yang mana tidak boleh seorangpun melewatinya kecuali dengan mempersembahkan sembelihan binatang untuknya lebih dahulu, maka mereka berkata kepada salah satu diantara kedua orang tadi : Persembahkanlah sesuatu untuknya, ia menjawab : saya tidak mempunyai apapun yang akan saya persembahkan untuknya,  mereka berkata lagi : Persembahkan untuknya walaupun dengan seekor lalat, maka iapun persembahkan untuknya seekor lalat, maka mereka lepaskan ia untuk meneruskan perjalanannya, dan iapun masuk ke dalam neraka karenanya [HR Ahmad]

Kaum muslimin walmuslimat

Hari ini adalah hari raya iedul adha. Terdengar bersautan gema takbir. Kalimat agung yang menunjukkan bahwa Alloh adalah Akbar, lebih mulia dari apapun. Karena Alloh adalah Akbar, maka dunia dan kepentingannya begitu mudah disingkirkan.  Karena Alloh adalah Akbar, begitu ringannya nyawa dipertaruhkan tanpa mempedulikan anaknya yang akan menjadi yatim dan istrinya menjadi janda. Karena Alloh adalah Akbar, diantara bapak-bapak rela mengurangi kebutuhan primer dan menyingkirkan kebutuhan sekunder demi membeli seekor kambing untuk dikorbankan.

Demikianlah Belanda sang penjajah dikalahkan oleh para pejuang, karena aqidah Allohu Akbar (Alloh adalah Maha Besar) telah tertanam dalam hati, meski mereka mengandalkan senjata seadanya. Kita juga tidak lupa, mujahidin Afghanistan yang tak berpedidikan mampu menaklukkan Soviet sang negara adidaya saat itu, sehingga runtuhlah negeri besar ini, karena keyakinan ini telah tertancap dalam sanubari mereka. Benarlah, ketika Syaikh Abdulloh Azzam pernah bertanya “ Mana yang lebih besar, Amerika atau Alloh ? “ Mana yang lebih besar, Rusia atau Alloh ? “. Mana yang lebih besar, Israel atau Alloh ? “. Pertanyaan-pertanyaan ini membuat bingung murid-muridnya, meski mereka akhirnya menjawab “ Alloh lebih besar dari Amerika, Soviet dan Israel ! “. Beliaupun berkata : Bila seluruh umat islam memahami bahwa Alloh adalah Akbar, tidak mungkin orang-orang kafir bisa menguasai dunia ini. Mustahil mereka bisa mempermainkan kaum muslimin. Tidak akan terjadi negara Israel yang kecil mampu menjajah Palestina selama berpuluh tahun dan menzalimi penduduknya padahal mereka dikepung bangsa-bangsa Arab. Sekali lagi, tidak akan terjadi umat islam dipimpin oleh pemimpin yang menjalankan kekuasaannya dengan kedustaan dan kesewenang-wenangan.

Kaum muslimin walmuslimat

Hari ini adalah hari raya iedul adha. Kita kenang prinsip Ibrohim yang mulia yang menyingkirkan logika di saat datang perintah Alloh. Menyembelih anak, bila ditimbang oleh akal, tentu ini adalah perintah di luar nalar. Dia buang perasaannya sebagai ayah. Dia tidak pedulikan kemungkinan komentar yang datangnya dari manusia, apalagi godaan setan kepadanya. Demikianlah, Ibrohim mampu melaksanakan perintah itu dengan ringan.

Boleh jadi, tidak tahajudnya kita di malam hari, karena kita lebih mengikuti perasaan bahwa saat ini waktu istirahat. Syariat dua banding satu dalam tuntunan harta waris bagi anak laki-laki dan perempuan, tidak diterima karena menilai bukankah keduanya juga anak dari orang tuanya. Kenapa mesti dibeda-bedakan ?! Hukum qishosh, rajam dan potong tangan ditolak karena dituduh tidak manusiawi. Padahal tentang hukum rajam dan dera, Alloh berfirman :

وَلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ

Dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat  [annur : 2]

Demikianlan bila tuntunan Alloh ditimbang dengan mizan otak-atik manusia yang terbatas dan dipenuhi hawa nafsu. Jangan-jangan, tidak berkorbannya kita hari ini karena kita lebih menurutkan apa kata logika daripada keinginan untuk melaksanakan perintah Alloh.

Kaum muslimin walmuslimat

Kalau Ibrohim telah rela mengorbankan anaknya dan Ismail menerima dengan ikhlas ketika lehernya harus dipotong, lalu pengorbanan apa yang sudah kita berikan bagi islam ? Ingatlah, kita bukan orang yang memiliki prinsip “ Apa yang sudah kita dapatkan dari islam ? “ Akan tetapi semboyan kita adalah “ Apa yang sudah kita berikan demi islam ? “

Sungguh beruntung Ibrohim dan puteranya, Ismail. Pengorbanan keduanya dikenang dan terus dihidupkan oleh jutaan kaum muslimin di tiap tahunnya. Kelak kalau kita sudah mati, contoh teladan baik apa yang akan ditiru dan diamalkan oleh orang-orang sesudah kita ? Nabi shollallohu alaihi wasallam menuntun kita :

عن أَبي عمرو جرير بن عبد الله رضي الله عنهفَقَالَ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم مَنْ سَنَّ في الإسلامِ سنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أجْرُهَا، وَأجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ،مِنْ غَيرِ أنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورهمْ شَيءٌ

Barangsiapa yang memberi teladan yang baik dalam islam, maka ia akan mendapat pahalanya dan pahala dari orang yang mengerjakannya sesudahnya tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun [HR Muslim]

Halaman masjid Trias, 10 dzulhijjah 1440




















Tidak Ada Adzan Untuk Sholat Ied


                                             Adzan (23)

Ini adalah kesaksian dari Jabir Bin Samuroh :

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم اَلْعِيدَيْنِ غَيْرَ مَرَّةٍ وَلَا مَرَّتَيْنِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلَا إِقَامَةٍ رَوَاهُ مُسْلِمٌ 

Jabir Ibnu Samurah berkata : Aku shalat dua I'ed (Fitri dan Adha) bukan sekali dua kali bersama Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tanpa adzan dan qomat. [HR Muslim]

Adzan Ketika Melihat Hantu


                                                 Adzan (22)

Sebagaimana sudah dibahas, bahwa adzan adalah suara yang sangat ditakuti oleh setan maka tidak sedikit ulama yang menganjurkan dilakukan ketika melihat penampakan hantu :

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا سِرْتُمْ فِي الْخِصْبِ ، فَأَمْكِنُوا الرِّكَابَ أَسْنَانَهَا ، وَلاَ تُجَاوِزُوا الْمَنَازِلَ ، وَإِذَا سِرْتُمْ فِي الْجَدْبِ ، فَاسْتَجِدُّوا ، وَعَلَيْكُمْ بِالدَّلْجِ ، فَإِنَّ الأَرْضَ تُطْوَى بِاللَّيْلِ ، وَإِذَا تَغَوَّلَتْ لَكُمُ الْغِيلاَنُ ، فَبَادَرُوا بِالأَذَانِ ، وَإِيَّاكُمْ وَالصَّلاَةَ عَلَى جَوَادِّ الطَّرِيقِ ، وَالنُّزُولَ عَلَيْهَا ، فَإِنَّهَا مَأْوَى الْحَيَّاتِ ، وَالسِّبَاعِ ، وَقَضَاءِ الْحَاجَةِ ، فَإِنَّهَا الْمَلاَعِنُ

Dari Jabir bin Abdullah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Jika kalian melewati tanah yang subur maka berikanlah kendaraan kesempatan untuk (makan) dan janganlah terburu-buru ke rumah. Jika kalian melewati tanah yang tandus maka percepatlah dan lakukan perjalanan di waktu malam, karena bumi itu pada malam hari dilipat (didekatkan), jika ada penampakan hantu maka kumandangkan adzan, tapi hindarilah sholat di jalan dan tempat istirahatnya karena itu adalah tempat ular, hewan ternak dan tempat membuang air besar karena perbuatan itu adalah terlaknat [HR Ahmad]

Adzan untuk bayi


                                                          Adzan (21)

Sebagian ulama menilai adzan bagi yang baru lahir adalah masyru berdasar hadits :

عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَذَّنَ فِي أُذُنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ حِينَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ بِالصَّلَاةِ

Dari 'Ubaidullah bin Abu Rafi' dari bapaknya ia berkata : Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengumandangakan adzan layaknya adzan shalat pada telinga Al Hasan bin Ali ketika dilahirkan oleh ibunya, Fatimah." [HR Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi]

عَنْ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ وُلِدَ لَهُ مَوْلُودٌ فَأَذَّنَ فِي أُذُنِهِ الْيُمْنَى وَأَقَامَ الصَّلَاةَ فِي أُذُنِهِ الْيُسْرَى لَمْ تَضُرَّهُ أُمُّ الصِّبْيَانِ  

Dari Hasan Bin Ali rodliyallohu anhu berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa bayinya terlahir lalu dikumandangkan adzan di telinga kanan dan iqomat di telinga kiri maka Ummu Shibyan (jin perempuan) tidak akan akan bisa mengganggunya [HR Abu Ya’la]

Dua hadits di atas diperselisihkan para ulama tentang keshahihannya. Ada yang menilai dloif dan ada juga yang menshohihkannya