Ragu Akan Kehalalan Sesuatu



Hukum-Hukum Seputar Keraguan (4)



Ada warung bakso yang ditengarai mengandung babi. Kita dalam posisi gamang terhadap berita itu karena belum ada klarifikasi baik dari pemilik warung atau pihak pemerintah. Sikap yang baik dalam kondisi ini adalah tidak mendatanginya sampai datang kejelasan tentang kehalalannya.

Pedagang HP yang menjajakan dagangannya di trotoar sering kita jumpai. Sering kita dengar dari mulut ke mulut bahwa barang itu hasil curian. Entah benar atau tidak, yang jelas hal itu membuat kita ragu untuk membelinya. Terlebih bila harga yang ditawarkan oleh pedagang terkesan murah. Alangkah baiknya bila kita menjauhi tempat itu dan lebih memilih membeli HP di counter resmi. Sikap-sikap seperti ini selaras dengan sabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ الْحَسَنُ بْنُ عَلِي بْنِ أبِي طَالِبٍ سِبْطِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَيْحَانَتِهِ رَضِيَ الله عَنْهُمَا قَالَ : حَفِظْتُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيْبُكَ .

Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dan kesayangannya dia berkata : Saya menghafal dari Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam (sabdanya): Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu [HR Tirmidzi dan Nasa’i] 

عَنْ عَطِيَّة السَّعْدِيِّ مَرْفُوعًا لَا يَبْلُغُ الْعَبْدُ أَنْ يَكُون مِنْ الْمُتَّقِينَ حَتَّى يَدَعَ مَا لَا بَأْسَ بِهِ حَذَرًا مِمَّا بِهِ الْبَأْسُ

Dari Athiyyah Assa’di secara marfu’ : Seorang hamba tidak akan mencapai derajat bertaqwa  hingga dia meninggalkan perbuatan yang tidak berdosa (halal) karena takut terperosok ke dalam perbuatan dosa [HR Tirmidzi]

Ibnu Hajar Al Atsqolani berkata :

وَالْمَعْنَى إِذَا شَكَكْت فِي شَيْء فَدَعْهُ ، وَتَرْكُ مَا يُشَكُّ فِيهِ أَصْلٌ عَظِيمٌ فِي الْوَرَعِ  

Makna hadits di atas adalah bila engkau ragu terhadap sesuatu maka tinggalkanlah. Takut terhadap perbuatan yang meragukan adalah dasar yang agung dalam sikap waro’

Maroji’ :

Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 6/354

Ragu Terhadap Perbuatan, Antara Dosa Dan Mubah



Hukum-Hukum Seputar Keraguan (3)



Ada banyak perbuatan dosa yang tidak disebutkan secara jelas tentang hukumnya dalam quran dan sunnah karena kasus yang ada belum pernah terjadi di jaman nabi shollallohu alaihi wasallam. Semisal menyontek saat ujian.

Terhadap perbutan ini, islam memberi dua rambu. Pertama, apakah ada rasa tenang ketika siswa menyontek ? Tentu hatinya dalam keadaan was-was. Yang kedua, maukah perbuatan yang bersangkutan diketahui oleh pengawas ? Tentu jawabannya tidak.

Bila ada perbuatan dilakukan dalam keadaan hati tidak tenang dan tidak ada keinginan dari pelaku bahwa apa yang telah dilakukannya diketahui orang lain, maka hal itu sebaiknya dijauhi. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :

عَنْ النَّوَّاسِ بنِ سَمْعَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ : الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ   .

Dari Nawwas bin Sam’an radhiallahuanhu, dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda : Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang terasa menganggu pikiranmu dan engkau tidak suka jika diketahui  manusia [HR Muslim]

Ragu Tentang Kehalalan Sembelihan



Hukum-Hukum Seputar Keraguan (2)



Ketika kita masuk warung sate dan akhirnya menu pilihan telah terhidang, maka dengan membaca basmalah, in sya Alloh daging yang kita makan halal. Kita tidak perlu mempersulit diri dengan bertanya kepada pedagang tentang siapa yang menyembelih binatang dan apakah sudah membaca basmallah saat menyembelihnya. Inilah yang disampaikan oleh Aisyah tentang rombongan manusia yang pernah datang kepada rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ عَائِشَةَ رضى الله عنها أَنَّ قَوْمًا قَالُوا لِلنَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم إِنَّ قَوْمًا يَأْتُونَا بِاللَّحْمِ لاَ نَدْرِى أَذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ أَمْ لاَ فَقَالَ سَمُّوا عَلَيْهِ أَنْتُمْ وَكُلُوهُ  

Dari Aisyah rodliyallohu anha : Bahwa suatu kaum berkata kepada nabi shollallohu alaihi wasallam : Sesungguhnya ada suatu kaum yang datang kepada kami membawa daging. Kami tidak tahu, apakah disebut nama Alloh saat menyembelihnya atau tidak ? Beliau bersabda : Bacalah basmalah atasnya oleh kalian dan makanlah [HR Bukhori]

Kenapa daging yang kita makan berstatus halal, padahal kita sama sekali tidak mengetahui penyembelihnya ? Yang pertama, karena kita hidup di negeri Indonesia yang mayoritas muslim. Yang kedua, bacaan basmallah sebelum menyembelih hukumnya sunnah bukan wajib. Hal ini berdasar pada riwayat :

عَنِ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا; أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: اَلْمُسْلِمُ يَكْفِيهِ اِسْمُهُ, فَإِنْ نَسِيَ أَنْ يُسَمِّيَ حِينَ يَذْبَحُ, فَلْيُسَمِّ, ثُمَّ لِيَأْكُلْ أَخْرَجَهُ اَلدَّارَقُطْنِيُّ, وَفِي إِسْنَادِهِ مُحَمَّدُ بنُ يَزِيدَ بنِ سِنَانٍ, وَهُوَ صَدُوقٌ ضَعِيفُ اَلْحِفْظ

Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Orang muslim itu cukup dengan namanya. Bila ia lupa menyebut (nama Allah) ketika menyembelih, hendaknya ia menyebut nama Allah sebelum makan, kemudian memakannya. Riwayat Daruquthni dan dalam sanadnya ada seorang perawi yang lemah hafalannya, bernama Muhammad Ibnu Yazid Ibnu Sinad. Ia seorang yang jujur, namun lemah hafalannya.

وَلَهُ شَاهِدٌ عِنْدَ أَبِي دَاوُدَ فِي مَرَاسِيلِهِ بِلَفْظِ: ذَبِيحَةُ اَلْمُسْلِمِ حَلَالٌ, ذَكَرَ اِسْمَ اَللَّهِ عَلَيْهَا أَوْ لَمْ يَذْكُرْ  وَرِجَالُهُ مُوَثَّقُونَ

Ada hadits saksi riwayat Abu Dawud dalam hadits mursalnya dengan lafadz : Sembelihan orang muslim adalah halal, ia menyebut nama Allah atau tidak. Para perawinya dapat dipercaya.

هذا أصل أن التسمية فى الذبح ليست بفرض، ولو كانت فرضًا لاشترطت على كل حال. والأمة مجمعة أن التسمية على الأكل مندوب إليه، وليست بفريضة بكل  

Ini adalah dasar hukum bahwa attasmiyyah (membaca basmallah) saat penyembelihan tidak wajib. Seandainya wajib, tentu akan disyaratkan untuk dilakukan dalam semua kondisi dan umat telah sepakat bahwa attasmiyyah sebelum makan adalah dianjurkan (sunnah) bukan wajib.

Maroji’ :

Syarh Ibnu Bathol 9/497


Ragu Terhadap Jumlah Rokaat


Hukum-Hukum Seputar Keraguan (1)



Seorang yang tengah menunaikan sholat, tiba-tiba muncul keraguan pada dirinya. Sudah berapa rokaat yang sudah ditunaikan ? Tiga rokaat, ataukah empat rokaat ? Dalam kondisi seperti ini, disarankan yang bersangkutan untuk mengambil rokaat yang paling rendah. Berarti dia memilih tiga rokaat. Lalu bagaimana kalau ternyata dengan pilihan itu, ia keliru dan telah menyelesaikan sholat lima rokaat ? Jawabannya adalah sujud sahwi.

Sujud sahwi berfungsi untuk menggenapkan rokaat ganjil dan mengganjilkan rokaat genap. Selain itu sarana sebagai penghinaan terhadap setan yang telah mengacaukan sholat seorang hamba. Dasar dari hal ini adalah sebuah hadits :

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ اَلْخُدْرِيِّ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِهِ  فَلَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى أَثْلَاثًا أَوْ أَرْبَعًا ؟ فَلْيَطْرَحِ الشَّكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى مَا اسْتَيْقَنَ  ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ  فَإِنْ كَانَ صَلَّى خَمْساً شَفَعْنَ لَهُ صَلَاتَهُ  وَإِنْ كَانَ صَلَّى تَمَامً ا كَانَتَا تَرْغِيمًا لِلشَّيْطَانِ رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Apabila seseorang di antara kamu ragu dalam sholat ia tidak mengetahui apakah telah sholat tiga atau empat rakaat Maka hendaknya ia meninggalkan keraguan dan memantapkan apa yang ia yakini kemudian sujud dua kali sebelum salam. Maka bila telah sholat lima rakaat genaplah sholatnya. Bila ternyata sholatnya telah cukup maka kedua sujud itu sebagai penghinaan kepada setan [HR Muslim]

Imam Shonani menambahkah hadits di atas dengan hadits lain :

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ عِنْدَ أَحْمَدَ قَالَ : سَمِعْت رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : إذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِهِ فَلَمْ يَدْرِ وَاحِدَةً صَلَّى أَوْ اثْنَتَيْنِ فَلْيَجْعَلْهَا وَاحِدَةً ، وَإِذَا لَمْ يَدْرِ ثِنْتَيْنِ صَلَّى أَوْ ثَلَاثًا فَلْيَجْعَلْهَا ثِنْتَيْنِ ، وَإِذَا لَمْ يَدْرِ ثَلَاثًا صَلَّى أَوْ أَرْبَعًا فَلْيَجْعَلْهَا ثَلَاثًا ، ثُمَّ يَسْجُدْ إذَا فَرَغَ مِنْ صَلَاتِهِ وَهُوَ جَالِسٌ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ سَجْدَتَيْنِ  

Dari Abdurrohman Bin Auf, berkata : Aku mendengar rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Bila seorang diantara kalian ragu terhadap sholatnya, dia tidak tahu satu rokaat sholat yang telah ditunaikan atau dua rokaat ? Maka pilihlah satu rokaat. Bila dia tidak tahu, dua rokaat sholat yang telah ditunaikan atau tiga rokaat, maka pilihlah dua rokaat. Bila dia tidak tahu, tiga rokaat sholat yang telah ditunaikan atau empat rokaat ? Maka pilihlah tiga rokaat. Setelah itu bersujudlah dua kali bila dia telah selesai dari sholatnya dalam keadaan duduk sebelum mengucapkan salam [HR Ahmad

Maroji’ :

Subulussalam, Imam Shon’ani 2/19

Kenapa Abu Huroiroh Menjauh Dari Nabi Shollallohu Alaihi Wasallam ?



Abu Hurorioh Dan Junub (9)



عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّهُ لَقِيَهُ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم فِى طَرِيقٍ مِنْ طُرُقِ الْمَدِينَةِ وَهُوَ جُنُبٌ فَانْسَلَّ فَذَهَبَ فَاغْتَسَلَ فَتَفَقَّدَهُ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم فَلَمَّا جَاءَهُ قَالَ أَيْنَ كُنْتَ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَقِيتَنِى وَأَنَا جُنُبٌ فَكَرِهْتُ أَنْ أُجَالِسَكَ حَتَّى أَغْتَسِلَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم سُبْحَانَ اللَّهِ إِنَّ الْمُؤْمِنَ لاَ يَنْجُسُ

Dari Abu Huroiroh : Bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam menemuinya di satu jalan dari jalan-jalan yang ada di kota Madinah. Saat itu ia sedang junub. Diam-diam ia menyingkir lalu pergi dan mandi. Nabi shollallohu alaihi wasallam mencarinya. Ketika ia datang, beliau bersabda : Kemana engkau pergi wahai Abu Huroiroh ? Ia berkata : Ya rosululloh, engkau menemuiku sementara aku dalam keadaan junub. Aku tidak ingin bermajlis dengan dirimu hingga aku mandi. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Subhaanalloh, sesungguhnya mukmin itu tidak najis [Bukhori, HR Muslim, Ahmad, Nasa’i dan Ibnu Majah]

Riwayat di atas menunjukkan perbuatan Abu Huroiroh yang diam-diam menjauh dari nabi shollallohu alaihi wasallam. Ketika beliau menanyakan kepadanya, Abu Huroiroh memberi jawaban tentang statusnya yang masih junub.

Ibnu Hajar Al Atsqolani menerangkan rahasia di balik apa yang dilakukan oleh Abu Huroiroh dengan mengatakan :

وَكَانَ سَبَبُ ذَهَابِ أَبِي هُرَيْرَة أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا لَقِيَ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِهِ مَاسَحَهُ وَدَعَا لَهُ فَلَمَّا ظَنَّ أَبُو هُرَيْرَة أَنَّ الْجُنُبَ يَنْجُسُ بِالْحَدَثِ خَشِيَ أَنْ يُمَاسِحَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَعَادَتِهِ فَبَادَرَ إِلَى الِاغْتِسَالِ  

Sebab dari perginya Abu Huroiroh adalah bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam bila bertemu dengan seorang dari sahabatnya, biasa menyentuh dan mendoakannya. Abu Huroiroh mengira bahwa status orang yang junub adalah najis oleh karena itu ia khawatir bila nabi shollallohu alaihi wasallam menyentuh tubuhnya sebagaimana kebiasaan beliau. Oleh karena itu ia segera pergi untuk mandi

Maroji’ :

Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 1/446

Menghormati Nabi Dan Orang Mulia



Abu Hurorioh Dan Junub (8)



Saat bertemu dengan orang terhormat, kita akan tampil berbeda dari biasanya. Dari sisi pakaian, tubuh dan penampilan akan tampak bahwa kita sedang memberi penghormatan kepada orang yang ada di hadapan kita.

Ketika pergi ke masjid, seorang muslim akan tahu bahwa dirinya akan bermunajat dengan Alloh, bertemu malaikat yang hadir di dalamnya dan berkumpul dengan kaum muslimin. Wajar bila kita datang dengan sebaik-baik keadaan. Dari sisi aroma mulut dan tubuh, nabi shollallohu alaihi wasallam mengajarkan kita :

عن ابن عمر رضي الله عنهما : أنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ مَنْ أكَلَ مِنْ هذِهِ الشَّجَرَةِ: الثُّومَ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مَسْجِدَنَا  متفق عَلَيْهِ .

Dari Ibnu Umar rodliyallohu anhuma : Bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Siapa yang makan dari pohon ini (bawang) maka jangan sekali-kali mendekati masjid kami [muttafaq alaih]

عن أنس رضي الله عنه قَالَ : قَالَ النَّبيُّ صلى الله عليه وسلم مَنْ أَكَلَ مِنْ هذِهِ الشَّجَرَةِ فَلاَ يَقْرَبَنَّا ، وَلاَ يُصَلِّيَنَّ مَعَنَا  متفق عَلَيْهِ .

Dari Anas rodliyallohu anhu berkata : Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa yang makan dari pohon ini maka jangan sekali-kali mendekati kami dan jangan pula sholat bersama kami [muttafaq alaih]

عن جابر رضي الله عنه  قَالَ : قَالَ النبيُّ صلى الله عليه وسلم  مَنْ أكَلَ البَصَلَ ، والثُّومَ ، والكُرَّاثَ ، فَلاَ يَقْرَبَنَّ مَسْجِدَنَا ، فَإنَّ المَلاَئِكَةَ تَتَأَذَّى مِمَّا يَتَأَذَّى مِنْهُ بَنُو آدَمَ

Dari Jabir rodliyallohu anhu berkata : Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa yang makan bawang merah, bawang putih dan bawang bakung maka jangan sekali-kali mendekati masjid kami karena para malaikat terganggu dengan aromanya sebagaimana anak Adam juga terganggu [HR Muslim]

Selain aroma tubuh, pakaian juga perlu diperhatikan sehingga islam menganjurkan kepada kaum muslimin untuk memiliki pakaian khusus untuk beribadah :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَلاَمٍ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ عَلَى الْمِنْبَرِ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ مَا عَلَى أَحَدِكُمْ لَوِ اشْتَرَى ثَوْبَيْنِ لِيَوْمِ الْجُمُعَةِ سِوَى ثَوْبِ مِهْنَتِهِ

Dari Abdulloh Bin Salam : Bahwa dia mendengar rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda di atas mimbar pada hari jumat : Kenapa seorang diantara kalian tidak membeli dua pakaian untuk hari jumat selain pakaian yang dikenakan untuk bekerja ? [HR Malik, Abu Daud dan Ibnu Majah]

Selain kedua hal di atas, Abu Huroiroh memberi kita pelajaran untuk tidak berdekatan dengan nabi shollallohu alaihi wasallam dalam keadaan junub. Sebuah riwayat menyebutkan :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّهُ لَقِيَهُ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم فِى طَرِيقٍ مِنْ طُرُقِ الْمَدِينَةِ وَهُوَ جُنُبٌ فَانْسَلَّ فَذَهَبَ فَاغْتَسَلَ فَتَفَقَّدَهُ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم فَلَمَّا جَاءَهُ قَالَ أَيْنَ كُنْتَ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَقِيتَنِى وَأَنَا جُنُبٌ فَكَرِهْتُ أَنْ أُجَالِسَكَ حَتَّى أَغْتَسِلَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم سُبْحَانَ اللَّهِ إِنَّ الْمُؤْمِنَ لاَ يَنْجُسُ

Dari Abu Huroiroh : Bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam menemuinya di satu jalan dari jalan-jalan yang ada di kota Madinah. Saat itu ia sedang junub. Diam-diam ia menyingkir lalu pergi dan mandi. Nabi shollallohu alaihi wasallam mencarinya. Ketika ia datang, beliau bersabda : Kemana engkau pergi wahai Abu Huroiroh ? Ia berkata : Ya rosululloh, engkau menemuiku sementara aku dalam keadaan junub. Aku tidak ingin bermajlis dengan dirimu hingga aku mandi. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Subhaanalloh, sesungguhnya mukmin itu tidak najis [Bukhori, HR Muslim, Ahmad, Nasa’i dan Ibnu Majah]

Apa yang dilakukan oleh Abu Huroiroh dikomentari Imam Nawawi :

وَفِي هَذَا الْحَدِيث اِسْتِحْبَاب اِحْتِرَام أَهْل الْفَضْل وَأَنْ يُوَقِّرهُمْ جَلِيسهمْ وَمُصَاحِبهمْ ، فَيَكُون عَلَى أَكْمَل الْهَيْئَات وَأَحْسَن الصِّفَات

Hadits di atas menganjurkan memuliakan orang yang memiliki keutamaan, menghormati mereka saat duduk bersama mereka. Oleh karena itu kita datang dalam sebaik-baik penampilan dan sebagus-bagus keadaan

Maroji’ :

Syarh Shohih Muslim, Imam Nawai 2/87

Mandi Janabat Boleh Ditunda



Abu Hurorioh Dan Junub (7)



Setelah berhubungan badan, islam memberi keleluasaan bagi kita untuk memilih antara segera mandi atau menundanya hingga bangun dari tidur sebelum waktu shubuh. Keduanya pernah dilakukan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِى قَيْسٍ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ عَنْ وِتْرِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَذَكَرَ الْحَدِيثَ قُلْتُ كَيْفَ كَانَ يَصْنَعُ فِى الْجَنَابَةِ أَكَانَ يَغْتَسِلُ قَبْلَ أَنْ يَنَامَ أَمْ يَنَامُ قَبْلَ أَنْ يَغْتَسِلَ قَالَتْ كُلُّ ذَلِكَ قَدْ كَانَ يَفْعَلُ رُبَّمَا اغْتَسَلَ فَنَامَ وَرُبَّمَا تَوَضَّأَ فَنَامَ. قُلْتُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى جَعَلَ فِى الأَمْرِ سَعَةً.

Dari Abdulloh Bin Qois, dari Aisyah tentang witir rosululloh shollallohu alaihi wasallam lalu hadits itu disebutkan. Aku berkata : Apa yang diperbuat beliau saat junub, apakah beliau mandi sebelum tidur ataukah tidur sebelum mandi ? Aisyah berkata : Dua-duanya pernah beliau lakukan. Terkadang beliau mandi lalu tidur, terkadang di lain waktu beliau berwudlu lalu tidur. Aku berkata : Alhamdulillah yang telah menjadikan urusan ini menjadi luas (mudah) [HR Muslim, Abu Daud, Tirmidzi dan Nasa’i]

Bila membuka kitab-kitab hadits, kita akan banyak menemukan riwayat bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam sering menunda mandi janabat. Beliau tidur terlebih dahulu dan melakukannya setelah bangun. Diantaranya :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ كَعْبٍ الْحِمْيَرِىِّ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ حَدَّثَهُ أَنَّ مَرْوَانَ أَرْسَلَهُ إِلَى أُمِّ سَلَمَةَ  رضى الله عنها يَسْأَلُ عَنِ الرَّجُلِ يُصْبِحُ جُنُبًا أَيَصُومُ فَقَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُصْبِحُ جُنُبًا مِنْ جِمَاعٍ لاَ مِنْ حُلُمٍ ثُمَّ لاَ يُفْطِرُ وَلاَ يَقْضِى

Dari Abdulloh Bin Ka’ab Alhimyariy : Abu Bakar bercerita kepadanya bahwa Marwan mengutusnya untuk menemui Ummu Salamah rodliyallohu anha untuk bertanya tentang seorang laki-laki yang datang waktu shubuh, ia masih junub, apakah boleh melanjutkan shoum ? Ummu Salamah berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam pernah datang waktu shubuh dalam keadaan junub karena persetubuhan bukan karena mimpi basah. Beliau tidak membatalkan shoumnya dan tidak pula mengqodlonya [HR Muslim]

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم خَرَجَ وَقَدْ أُقِيمَتِ الصَّلاَةُ وَعُدِّلَتِ الصُّفُوفُ ، حَتَّى إِذَا قَامَ فِى مُصَلاَّهُ انْتَظَرْنَا أَنْ يُكَبِّرَ انْصَرَفَ قَالَ عَلَى مَكَانِكُمْ  فَمَكَثْنَا عَلَى هَيْئَتِنَا حَتَّى خَرَجَ إِلَيْنَا يَنْطُفُ رَأْسُهُ مَاءً وَقَدِ اغْتَسَلَ

Dari Abu Huroiroh : Bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam keluar dimana iqomat telah dikumandangkan dan shof sudah dirapikan hingga beliau berdiri di tempat sholatnya. Kami menunggu takbirnya, tiba-tiba beliau keluar seraya bersabda : Tetaplah di tempat kalian ! Kami berdiri pada posisi kami hingga akhirnya beliau keluar menuju kami dimana masih menetes air dari kepalanya. Beliau telah mandi janabat [HR Bukhori dan Ahmad]

Abu Huroirohpun pernah melakukannya. Dalam keadaan junub, ia keluar rumah dan sempat bertemu dengan nabi shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّهُ لَقِيَهُ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم فِى طَرِيقٍ مِنْ طُرُقِ الْمَدِينَةِ وَهُوَ جُنُبٌ فَانْسَلَّ فَذَهَبَ فَاغْتَسَلَ فَتَفَقَّدَهُ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم فَلَمَّا جَاءَهُ قَالَ أَيْنَ كُنْتَ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَقِيتَنِى وَأَنَا جُنُبٌ فَكَرِهْتُ أَنْ أُجَالِسَكَ حَتَّى أَغْتَسِلَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم سُبْحَانَ اللَّهِ إِنَّ الْمُؤْمِنَ لاَ يَنْجُسُ

Dari Abu Huroiroh : Bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam menemuinya di satu jalan dari jalan-jalan yang ada di kota Madinah. Saat itu ia sedang junub. Diam-diam ia menyingkir lalu pergi dan mandi. Nabi shollallohu alaihi wasallam mencarinya. Ketika ia datang, beliau bersabda : Kemana engkau pergi wahai Abu Huroiroh ? Ia berkata : Ya rosululloh, engkau menemuiku sementara aku dalam keadaan junub. Aku tidak ingin bermajlis dengan dirimu hingga aku mandi. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Subhaanalloh, sesungguhnya mukmin itu tidak najis [Bukhori, HR Muslim, Ahmad, Nasa’i dan Ibnu Majah]


Ucapan Subhaanalloh



Abu Hurorioh Dan Junub (6)



Kalimat ini bisa diucapkan ketika mendengar perkataan tidak baik secara syar’i. Semisal ada yang mengucapkan kalimat jorok, tidak senonoh, kotor, kasar dan lainnya yang tidak pantas dilakukan oleh seorang muslim. Suatu hari, Abu Bakar bertemu dengan Handzulloh. Abu Bakar berkata :

كَيْفَ أنْتَ يَا حنْظَلَةُ

Bagaimana kabarmu wahai Handzulloh ?

Handzulloh menjawab :

نَافَقَ حَنْظَلَةُ

Handzulloh dalam keadaan munafiq

Mendengar jawaban ini, Abu Bakar berkata :

سُبْحَانَ الله مَا تَقُولُ ؟!

Subhaanalloh, apa yang telah engkau ucapkan ? [HR Muslim]

Ini menunjukkan keheranan Abu Bakar kepada vonis Handzulloh kepada dirinya sendiri akan kemunafikannya.

Subhaanalloh juga diucapkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam ketika mendengar perkataan Abu Huroiroh :

لَقِيتَنِى وَأَنَا جُنُبٌ فَكَرِهْتُ أَنْ أُجَالِسَكَ حَتَّى أَغْتَسِلَ

Engkau menemuiku sementara aku dalam keadaan junub. Aku tidak ingin bermajlis dengan dirimu hingga aku mandi [Bukhori, HR Muslim, Ahmad, Nasa’i dan Ibnu Majah]

Boleh jadi ada yang bertanya, kenapa nabi shollallohu alaihi wasallam bertasbih ketika mendengar jawaban Abu Huroiroh ? Ibnu Hajar Al Atsqolani berkata :

تَعَجَّبَ مِنْ اِعْتِقَاد أَبِي هُرَيْرَة التَّنَجُّس بِالْجَنَابَةِ أَيْ كَيْفَ يَخْفَى عَلَيْهِ هَذَا الظَّاهِرُ ؟

Keheranan beliau dikarenakan keyakinan Abu Huroiroh akan najisnya seseorang karena janabat, bagaimana mungkin masalah yang sudah jelas masih tersembunyi (tidak diketahui) olehnya ?

Maroji : Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 1/446

Orang Kafir Atau Musyrik Itu Najis



Abu Hurorioh Dan Junub (5)



Alloh berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ  

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis [attaubah : 28]

Apakah dengan ayat ini, kita menghukumi fisik kaum musyrikin najis yang tidak boleh disentuh ? Haruskah kita mencuci tubuh kita bila bergesekan dengan mereka ?

Imam Bagowi menilai najis pada ayat di atas adalah najis secara hukum bukan najis secara fisik. Adapun Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di berkata dalam tafsirnya :

خبثاء في عقائدهم وأعمالهم، وأي نجاسة أبلغ ممن كان يعبد مع اللّه آلهة لا تنفع ولا تضر، ولا تغني عنه شيئا؟".وأعمالهم ما بين محاربة للّه، وصد عن سبيل اللّه ونصر للباطل، ورد للحق، وعمل بالفساد في الأرض لا في الصلاح

Mereka kotor secara aqidah dan amal. Najis mana yang lebih buruk daripada orang yang menyembah tuhan-tuhan bersama Alloh yang tidak bisa memberi manfaat dan madlorot dan tidak berguna sedikitpun. Adapun najis amal mereka adalah memerangi Alloh, menghalang-halangi tegaknya jalan Alloh, membela kebatilan, menolak kebenaran, berbuat kerusakan di muka bumi bukan memperbaikinya

Maroji’ :

Ma’alimuttanzil, Abu Muhammad Alhusain Bin Mas’ud Albahowi (maktabah syamilah) hal 191

Taisir Karim Arrohman Fi tafsir Kalamil Mannan, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di (maktabah syamilah) hal 191


Mukmin Itu Tidak Najis



Abu Hurorioh Dan Junub (4)



Ini adalah perkataan nabi shollallohu alaihi wasallam kepada Abu Huroiroh. Bila tidak najis, berarti ia suci. Apa makna “ Muslim itu tidak najis “ ? Maknanya adalah bahwa seorang mukmin selalu menjaga dirinya dari benda-benda najis. Bejana akan segera dicuci tujuh kali. Diawali mensucikannya dengan campuran air dan tanah. Ini dilakukan bila diketahui bahwa ada anjing yang menjilati tempat air yang dimilikinya.

Saat kencing, ia tidak akan beranjak dari kamar mandi kecuali setelah berintinja dengan benar. Ketika air madzi keluar, ia segera mencuci kemaluannya dari ujung ke ujung. Demikian juga bila selesai dari persetubuhan, akan segera mandi janabat

Perbuatan-perbuatan ini tidak akan dilakukan oleh orang kafir. Oleh karena itu, benarlah ungkapan “ Muslim itu tidak najis “

Maroji’ :

Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 1/446

Dua Ayat Tentang Junub


                                            Abu Hurorioh Dan Junub (3)



Dua kali Alloh menyebut kata junub dalam alquran :

وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى تَغْتَسِلُوا

Jangan pula hampiri mesjid sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi [annisa’ : 43]

وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا

Dan jika kamu junub maka mandilah  [almaidah : 6]

Kedua ayat di atas menghubungkan kondisi junub dengan mandi. Ini menunjukkan bahwa mandi janabat menghilangkan status seseorang dari junub sehingga diperbolehkan masuk masjid dan menunaikan sholat.

Makna Junub



Abu Hurorioh Dan Junub (2)



Beragam pendapat para ahli tafsir tentang makna junub atau janabat. Penulis tafsir Lubabutta’wil Fii Ma’anittanzil berkata :

وأصل الجنابة البعد سمي الذي أصابته الجنابة جنباً لأنه يتجنب الصلاة والمسجد وقيل لمجانبته الناس حتى يغتسل

Makna asli dari janabat adalah jauh. Orang yang terkena janabat disebut junub karena ia harus menjauhi sholat dan masjid. Ada juga yang berpendapat bahwa itu dikarenakan ia harus menjauh dari manusia hingga ia mandi.

Syaikh Abu Bakar Aljazairi menyebut bahwa seseorang disebut junub karena mengeluarkan air mani baik karena jima’ atau mimpi basah.  

Maroji’ :

Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi (maktabah syamilah) hal 85

Lubabutta’wil Fii Ma’anittanzil, Abul Hasan Ali Bin Muhammad Bin Ibrohim Bin Umar Asy Syaihi (maktabah syamilah) hal 85

Abu Huroiroh Dengan Hadits Tentang Junub Yang Dialaminya



Abu Hurorioh Dan Junub (1)

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّهُ لَقِيَهُ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم فِى طَرِيقٍ مِنْ طُرُقِ الْمَدِينَةِ وَهُوَ جُنُبٌ فَانْسَلَّ فَذَهَبَ فَاغْتَسَلَ فَتَفَقَّدَهُ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم فَلَمَّا جَاءَهُ قَالَ أَيْنَ كُنْتَ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَقِيتَنِى وَأَنَا جُنُبٌ فَكَرِهْتُ أَنْ أُجَالِسَكَ حَتَّى أَغْتَسِلَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم سُبْحَانَ اللَّهِ إِنَّ الْمُؤْمِنَ لاَ يَنْجُسُ

Dari Abu Huroiroh : Bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam menemuinya di satu jalan dari jalan-jalan yang ada di kota Madinah. Saat itu ia sedang junub. Diam-diam ia menyingkir lalu pergi dan mandi. Nabi shollallohu alaihi wasallam mencarinya. Ketika ia datang, beliau bersabda : Kemana engkau pergi wahai Abu Huroiroh ? Ia berkata : Ya rosululloh, engkau menemuiku sementara aku dalam keadaan junub. Aku tidak ingin bermajlis dengan dirimu hingga aku mandi. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Subhaanalloh, sesungguhnya mukmin itu tidak najis [Bukhori, HR Muslim, Ahmad, Nasa’i dan Ibnu Majah]

Dimana Setan Berada Di Saat Kita Menunaikan sholat ?


Gangguan Setan Saat Sholat (8)

Jawabannya di sela-sela shof yang renggang :

عن أنس رضي الله عنه: أنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، قَالَ : رُصُّوا صُفُوفَكُمْ ، وَقَارِبُوا بَيْنَهَا ، وَحَاذُوا بِالأعْنَاقِ ؛ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إنِّي لأَرَى الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ مِنْ خَلَلِ الصَّفِّ ، كَأَنَّهَا الحَذَفُ  حديث صحيح رَوَاهُ أبُو دَاوُدَ بإسنادٍ عَلَى شرط مسلم .

Dari Anas rodliyallohu anhu : Bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Rapatkanlah shof-shof kalian, berdekat-dekatlah kalian dan luruskan leher-leher. Demi jiwaku yang ada di tanganNya, sesungguhnya aku benar-benar melihat setan masuk di sela-sela shof. Seolah bentuknya seperti kambing kecil [HR Abu Daud]

Oleh karena itu merapatkan shof menutup peluang setan untuk menggoda kita saat sholat.

Setan Mengganggu Sholat Dengan Tolehan


Gangguan Setan Saat Sholat (7)

Seorang yang sedang menunaikan sholat harus khusyu. Ia harus fokus kepada Robnya yang sedang diibadahi. Oleh karena itu, menoleh adalah perbuatan terlarang dalam sholat :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : سَأَلْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ اَلِالْتِفَاتِ فِي اَلصَّلَاةِ ? فَقَالَ : هُوَ اِخْتِلَاسٌ يَخْتَلِسُهُ اَلشَّيْطَانُ مِنْ صَلَاةِ اَلْعَبْدِ رَوَاهُ اَلْبُخَارِيُّ . وَلِلتِّرْمِذِيِّ : عَنْ أَنَسٍ وَصَحَّحَهُ إِيَّاكَ وَالِالْتِفَاتَ فِي اَلصَّلَاةِ  فَإِنَّهُ هَلَكَةٌ  فَإِنْ كَانَ فَلَا بُدَّ فَفِي اَلتَّطَوُّعِ  

'Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata : Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tentang hukum menoleh dalam sholat. Beliau menjawab : Ia adalah copetan yang dilakukan setan terhadap sholat hamba [HR Bukhari] Menurut hadits shahih Tirmidzi : Hindarilah dari berpaling dalam shalat karena ia merusak jika memang terpaksa lakukanlah dalam sholat sunat.

Imam Shon’ani menerangkan hikmah di balik larangan ini, yaitu mengurangi kekhusyuan, meninggalkan qiblat di sebagian tubuhnya atau sikap berpaling dari menghadap Alloh Ta’ala sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah :

لَا يَزَالُ اللَّهُ مُقْبِلًا عَلَى الْعَبْدِ فِي صَلَاتِهِ مَا لَمْ يَلْتَفِتْ ، فَإِذَا صَرَفَ وَجْهَهُ انْصَرَفَ

Alloh senantiasa menghadapi hambaNya dalam sholatnya selama ia tidak menoleh. Bila ia memalingkan wajahnya, Alloh juga akan berpaling

Maroji’ :

Subulussalam, Imam Shon’ani 2/22

Setan Mengganggu Sholat Dengan Menanamkan Riya


Gangguan Setan Saat Sholat (6)

Anak muda masuk masjid. Ia tunaikan sholat tahiyatul masjid. Surat yang dipilih setelah alfatihah, biasanya innaa a’thoina, tabbat yada dan sejenisnya. Saat takbirotul ihrom, tanpa sengaja ia melirik ke samping. Didapatinya seorang laki-laki yang ia ketahui mempunyai anak gadis yang ditaksirnya. Surat pendek yang hendak ia baca dirubah dengan memilih surat annaba dan annazi’at.

Kenapa ia rubah halauan dengan memanjangkan bacaan ? Tentu itu dilakukan bukan karena Alloh melainkan harapan mendapat perhatian dari laki-laki yang ada di sampingnya. Ternyata kejadian ini bagian dari program setan yang diterangkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ قَالَ خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ فَقَالَ أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِى مِنَ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ  قَالَ قُلْنَا بَلَى. فَقَالَ الشِّرْكُ الْخَفِىُّ أَنْ يَقُومَ الرَّجُلُ يُصَلِّى فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ

Dari Abu Said berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam keluar menemui kami dimana saat itu kami sedang menyebut almasih addajal. Beliau bersabda : Maukah kalian aku kabarkan tentang sesuatu yang lebih aku khawatirkan menimpa kalian daripada almasih addajal ? Kami berkata : Benar ! Beliau bersabda : Syirik tersembunyi, yaitu seorang berdiri menunaikan sholat lalu ia perbagus sholatnya karena tahu akan pandangan seseorang kepadanya [HR Ibnu Majah]

Setan Mengganggu Sholat Dengan Menanamkan Karaguan Terhadap Jumlah Rokaat


Gangguan Setan Saat Sholat (5)

Inilah yang diterangkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لَا يَسْمَعَ التَّأْذِينَ فَإِذَا قَضَى النِّدَاءَ أَقْبَلَ حَتَّى إِذَا ثُوِّبَ بِالصَّلَاةِ أَدْبَرَ حَتَّى إِذَا قَضَى التَّثْوِيبَ أَقْبَلَ حَتَّى يَخْطِرَ بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ يَقُولُ اذْكُرْ كَذَا اذْكُرْ كَذَا لِمَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ لَا يَدْرِي كَمْ صَلَّى

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Jika panggilan shalat (adzan) dikumandangkan maka setan akan lari sambil mengeluarkan kentut hingga ia tidak mendengar suara adzan. Apabila panggilan adzan telah selesai maka setan akan kembali. Dan bila iqamat dikumandangkan setan kembali berlari dan jika iqamat telah selesai dikumandangkan dia kembali lagi, lalu menyelinap masuk kepada hati seseorang seraya berkata, 'Ingatlah ini dan itu'. Dan terus saja dia melakukan godaan ini hingga seseorang tidak menyadari berapa rakaat yang sudah dia laksanakan dalam shalatnya [HR Bukhori, Muslim, Ahmad, Malik, Abu Daud dan Nasa’i]

Ketika hal itu terjadi, maka nabi shollallohu alaihi wasallam memberi petunjuk kepada kita berupa mengambil kemantapan, yaitu dengan mengambil rokaat yang paling sedikit. Semisal ragu, di rokaat kedua atau ketiga berada ? Maka diambil rokaat kedua. Selanjutnya bersujud dua kali sebelum mengucapkan salam. Sujud ini disebut dengan sujud sahwi :

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ اَلْخُدْرِيِّ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِهِ  فَلَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى أَثْلَاثًا أَوْ أَرْبَعًا ؟ فَلْيَطْرَحِ الشَّكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى مَا اسْتَيْقَنَ  ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ  فَإِنْ كَانَ صَلَّى خَمْساً شَفَعْنَ لَهُ صَلَاتَهُ  وَإِنْ كَانَ صَلَّى تَمَامً ا كَانَتَا تَرْغِيمًا لِلشَّيْطَانِ رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Apabila seseorang di antara kamu ragu dalam sholat ia tidak mengetahui apakah telah sholat tiga atau empat rakaat Maka hendaknya ia meninggalkan keraguan dan memantapkan apa yang ia yakini kemudian sujud dua kali sebelum salam Maka bila telah sholat lima rakaat genaplah sholatnya Bila ternyat sholatnya telah cukup maka kedua sujud itu sebagai penghinaan kepada setan Riwayat Muslim

Setan Mengganggu Sholat Dengan Mengacaukan Bacaan


Gangguan Setan Saat Sholat (4)

Terkadang seorang yang sedang menunaikan sholat mengalami gangguan dalam bacaannya, semisal lupa ayat yang tengah dibaca setelah alfatihah. Atau bacaan tahiyat yang tidak kunjung selesai karena selalu terulang. Bisa juga bacaan sujud dibawakan saat duduk diantara dua dua sujud.

Ini menunjukkan berhasilnya setan mengacaukan kekhusyuan sholat. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam menyebut setan Khinzib yang melakukannya. Kalau itu pernah kita alami, ternyata seorang sahabat, Utsman Bin Abul Ash juga pernah merasakannya sehingga ia segera menanyakannya kepada rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ عُثْمَانَ بْن أَبِى الْعَاصِ أَتَى النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ حَالَ بَيْنِى وَبَيْنَ صَلاَتِى وَقِرَاءَتِى يَلْبِسُهَا عَلَىَّ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خِنْزِبٌ فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْهُ وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلاَثًا  قَالَ فَفَعَلْتُ ذَلِكَ فَأَذْهَبَهُ اللَّهُ عَنِّى.

Dari Utsman Bin Abul Ash, ia datang menghadap nabi shollallohu alaihi wasallam seraya berkata : Ya rosululloh, sesungguhnya setan telah mengganggu antara aku dengan sholat dan bacaanku yang membuatku ragu. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Itu adalah setan yang disebut dengan Khinzib, Bila engkau mendapatinya maka berlindunglah kepada Alloh dan meludah ke sebelah kiri tiga kali. Ia berkata : Aku melakukannya lalu Alloh menghilangkan gangguan itu dariku [HR Muslim dan Ahmad]

Dari hadits di atas disimpulkan bahwa mengatasi gangguan setan saat sholat adalah dengan membaca a’udzubillahi minasy syaithonirrojim, dilanjutkan dengan meludah ke sebelah kiri tiga kali

Setan Mengganggu Sholat Dengan Kentut Yang Meragukan


Gangguan Setan Saat Sholat (3)

Saat sholat, terkadang terlintas pada diri, bahwa baru saja kita mengeluarkan angin alias kentut. Hal itu membuat kita gamang tentang status sholat yang tengah dijalani. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam memberi kita petunjuk agar tidak menggubris kondisi ini karena ia bagian dari gangguan setan :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا وَجَدَ أَحَدُكُمْ فِى بَطْنِهِ شَيْئًا فَأَشْكَلَ عَلَيْهِ أَخَرَجَ مِنْهُ شَىْءٌ أَمْ لاَ فَلاَ يَخْرُجَنَّ مِنَ الْمَسْجِدِ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا  

Dari Abu Huroiroh berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Bila seorang diantara kamu mendapati di perutnya sesuatu lalu ia ragu, apakah telah keluar sesuatu darinya atau tidak maka janganlah sekali-kali keluar dari masjid hingga ia mendengar suara atau mendapati bau [HR Muslim]

عن أَبي هريرة  رضي الله عنه قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا كَانَ فِى الصَّلاَةِ جَاءَهُ الشَّيْطَانُ فَأَبَسَ بِهِ كَمَا يَبِسُ الرَّجُلُ بِدَابَّتِهِ فَإِذَا سَكَنَ لَهُ أَضْرَطَ بَيْنَ أَلْيَتَيْهِ لِيَفْتِنَهُ عَنْ صَلاَتِهِ فَإِذَا وَجَدَ أَحَدُكُمْ شَيْئاً مِنْ ذَلِكَ فَلاَ يَنْصَرِفْ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتاً أَوْ يَجِدَ رِيحاً لاَ يُشَكُّ فِيهِ  

Dari Abu Huroirohrodliyallohu anhu : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya bila seorang diantara kamu sholat, maka datanglah setan membentaknya sebagaimana seorang membentak kendaraannya.  Bila tenang dari gangguannya maka ia akan mengeluarkan kentut dari pantatnya untuk mengganggu sholatnya. Bila seorang diantara kamu mendapati sesuatu dari itu, maka jangan hentikan sholatnya hingga ia mendengar suara atau mendapati bau yang tidak ada keraguan padanya [HR Ahmad]

Imam Nawawi berkata tentang hadits di atas :

وَهَذَا الْحَدِيث أَصْل مِنْ أُصُول الْإِسْلَام وَقَاعِدَة عَظِيمَة مِنْ قَوَاعِد الْفِقْه ، وَهِيَ أَنَّ الْأَشْيَاء يُحْكَم بِبَقَائِهَا عَلَى أُصُولهَا حَتَّى يُتَيَقَّن خِلَاف ذَلِكَ . وَلَا يَضُرّ الشَّكّ الطَّارِئ عَلَيْهَا 

Hadits ini adalah dasar dari dasar-dasar islam dan kaedah agung dari sekian kaedah fiqih dimana sesuatu dihukumi tetap berada di atas dasarnya hingga meyakini sesuatu yang berlawanan dengannya dan tidak mengganggu keraguan yang datang atasnya

Maroji’ :

Syarh Shohih Muslim 2/75

Setan Menggoda Manusia Untuk Tidak Menunaikan sholat Tahajud


Gangguan Setan Saat Sholat (2)

Ini dilakukan menjelang seorang mukmin tidur. Mereka beraksi dengan membuat tiga ikatan di tengkuk dengan dibacakan mantra :

عن أَبي هريرة  رضي الله عنه أنَّ رسول الله  صلى الله عليه وسلم قَالَ يَعْقِدُ الشَّيطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأسِ أحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ يَضْرِبُ عَلَى كُلِّ عُقْدَةٍ : عَلَيْكَ لَيْلٌ طَويلٌ فَارْقُدْ، فَإن اسْتَيقَظَ ، فَذَكَرَ اللهَ تَعَالَى انحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإنْ تَوَضّأ انْحَلّتْ عُقدَةٌ فَإنْ صَلَّى  انْحَلَّتْ عُقَدُهُ كُلُّهَا ، فَأصْبَحَ نَشِيطاً طَيِّبَ النَّفْسِ  وَإلاَّ أصْبحَ خَبيثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ  متفقٌ عَلَيْهِ .

Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu bahwasanya rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Setan akan mengikat di tengkuk kepala salah seorang kalian saat akan tidur dengan tiga ikatan. Setiap ikatan dipukul seraya disebut “ Lewati malam panjang, tidurlah ! “. Bila ia bangun lalu berdzikir menyebut Alloh Ta’ala maka ikatan pertama akan terlepas. Bila dilanjutkan dengan berwudlu, ikatan kedua akan terlepas. Jika ia menunaikan sholat maka ikatan terakhir akan terlepas. Pada waktu pagi ia akan bersemangat dan hatinya menjadi baik. Jika tidak melakukannya maka pada waktu pagi jiwanya akan buruk dan malas  [muttafaq alaih]

Hadits di atas menunjukkan ketidak relaannya bila seorang mukmin menghidupkan sebagian malamnya dengan sholat tahajud. Padahal sholat malam adalah ibadah sunnah bukan wajib.


Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam Diganggu Saat Sholat Oleh Setan


Gangguan Setan Saat Sholat (1)

Abu Huroiroh dan Abu Darda mengisahkannya kepada kita :

عَنْ أَبِى الدَّرْدَاءِ قَالَ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَسَمِعْنَاهُ يَقُولُ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْكَ ثُمَّ قَالَ أَلْعَنُكَ بِلَعْنَةِ اللَّهِ  ثَلاَثًا. وَبَسَطَ يَدَهُ كَأَنَّهُ يَتَنَاوَلُ شَيْئًا فَلَمَّا فَرَغَ مِنَ الصَّلاَةِ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ سَمِعْنَاكَ تَقُولُ فِى الصَّلاَةِ شَيْئًا لَمْ نَسْمَعْكَ تَقُولُهُ قَبْلَ ذَلِكَ وَرَأَيْنَاكَ بَسَطْتَ يَدَكَ. قَالَ إِنَّ عَدُوَّ اللَّهِ إِبْلِيسَ جَاءَ بِشِهَابٍ مِنْ نَارٍ لِيَجْعَلَهُ فِى وَجْهِى فَقُلْتُ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْكَ. ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ قُلْتُ أَلْعَنُكَ بِلَعْنَةِ اللَّهِ التَّامَّةِ فَلَمْ يَسْتَأْخِرْ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ أَرَدْتُ أَخْذَهُ وَاللَّهِ لَوْلاَ دَعْوَةُ أَخِينَا سُلَيْمَانَ لأَصْبَحَ مُوثَقًا يَلْعَبُ بِهِ وِلْدَانُ أَهْلِ الْمَدِينَةِ  

Dari Abu Darda berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam berdiri (menunaikan sholat). Kami mendengar beliau bersabda “ A’dzu billahi minka (aku berlindung kepada Alloh darimu) “ lalu beliau bersabda lagi “ Al’anuka bila’natillah (aku melaknatmu dengan laknat Alloh) “ beliau ucapkan tiga kali seraya membentangkan tangannya seolah beliau memegang sesuatu. Ketika sholat sudah selesai, kami berkata : Ya rosululloh, kami mendengarmu mengucapkan sesuatu dalam sholat dimana kami tidak pernah mendengarmu mengucapkannya sebelum ini dan kami melihatmu membentangkan tanganmu. Beliau bersabda : Sesungguhnya musuh Alloh, iblis datang dengan nyala api yang akan menimpakannya ke wajahku. Akupun segera membaca “ A’udzu billahi minka “ tiga kali lalu  aku berkata “ Al ‘anuka bila’natillahit taammati “ tiga kali. Ia tidak mundur lalu aku hendak menangkapnya. Seandainya bukan karena doa saudaraku Sulaiman, sungguh akan aku ikat sehingga menjadi mainan anak-anak kota Madinah [HR Muslim]

عن أَبي هريرة  رضي الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ عِفْرِيتًا مِنَ الْجِنِّ جَعَلَ يَفْتِكُ عَلَىَّ الْبَارِحَةَ لِيَقْطَعَ عَلَىَّ الصَّلاَةَ وَإِنَّ اللَّهَ أَمْكَنَنِى مِنْهُ فَذَعَتُّهُ فَلَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ أَرْبِطَهُ إِلَى جَنْبِ سَارِيَةٍ مِنْ سَوَارِى الْمَسْجِدِ حَتَّى تُصْبِحُوا تَنْظُرُونَ إِلَيْهِ أَجْمَعُونَ أَوْ كُلُّكُمْ ثُمَّ ذَكَرْتُ قَوْلَ أَخِى سُلَيْمَانَ رَبِّ اغْفِرْ لِى وَهَبْ لِى مُلْكًا لاَ يَنْبَغِى لأَحَدٍ مِنْ بَعْدِى. فَرَدَّهُ اللَّهُ خَاسِئًا  

Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya ifrit dari kalangan jin menyerangku tadi malam untuk memotong sholatku. Sesungguhnya Alloh melindungiku darinya lalu aku mencekiknya. Sungguh aku berniat untuk mengikatnya di samping tiang masjid hingga pagi agar kalian semua melihatnya. Kemudian aku ingat doa saudaraku Sulaiman “ Wahai Robku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi ” . Setelah itu Alloh memalingkannya dalam keadaan hina [HR Muslim]

Hadits di atas memberi pelajaran bahwa setan mengganggu seseorang dalam sholatnya. Nabi shollallohu alaihisssalam termasuk di dalamnya. Serangan dari iblis berupa api, berhasil digagalkan oleh beliau dengan dzikir. Ketika iblis berhasil ditangkap, rosululloh shollallohu alaihi wasallam berniat untuk mengikatnya di tiang supaya menjadi mainan anak-anak kota Madinah. Niat ini diurungkan ketika beliau ingat akan doa nabi Sulaiman alaihissalam yang difirmankan Alloh :

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ  

Sulaiman berkata : Wahai Robku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi [shod : 35]

Apa yang dmaksud dengan kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku ? Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi menafsirkan kekuasaan untuk menundukkan angin dan jin. Karena inilah nabi shollallohu alaihi wasallam tidak ingin menaklukkan dan menghukum jin dengan cara mengikat di tiang masjid.

Maroji’ :

Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi (maktabah syamilah) hal 455