Hukuman Bagi Orang Yang Mendahului Imam

 

Hukuman Bagi Orang Yang Mendahului Imam

Keledai Dalam Timbangan Aqidah (17)

Mendahului imam hukumnya haram. Sholat yang bersangkutan dinyatakan batal dan nanti di akhirat wajah orang itu akan dirubah dengan wajah mirip keledai

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَا يَأْمَنُ الَّذِى يَرْفَعُ رَأْسَهُ فِى صَلاَتِهِ قَبْلَ الإِمَامِ أَنْ يُحَوِّلَ اللَّهُ صُورَتَهُ فِى صُورَةِ حِمَارٍ أَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ وَجْهَهُ وَجْهَ حِمَارٍ

Dari Abu Huroiroh berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Bagaimana bisa merasa aman orang yang mengangkat kepalanya dalam sholatnya sebelum imam, Alloh akan merubah bentuknya dengan bentuk keledai. Pada riwayat lain : Alloh rubahnya dengan wajah keledai [HR Muslim]

Keledai Sebagai Tamtsil Masuknya Ustadz Dan Anggota Majlisnya Ke dalam Neraka

 

Keledai Sebagai Tamtsil Masuknya Ustadz Dan Anggota Majlisnya Ke dalam Neraka

Keledai Dalam Timbangan Aqidah (16)

Idealnya majlis taklim mengantarkan orang yang ada di dalamnya ke jannatul firadaus karena di dalamnya akan kita dapati quran dan hadits dibaca, dijabarkan isinya dan selanjutnya diamalkan. Sungguh aneh bila ustadz dan murid-muridnya masuk ke dalam neraka. Apakah mungkin itu terjadi ? Jawabannya “ Ya, terjadi “. Sebagaimana yang disabdakan rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengabarkannya :

عن أَبي زيد أسامة بن حارثة رضي الله عنهما ، قَالَ : سمعت رَسُول الله صلى الله عليه وسلم ، يقول : يُؤْتَى بالرَّجُلِ يَوْمَ القيَامَةِ فَيُلْقَى في النَّارِ ، فَتَنْدَلِقُ أقْتَابُ بَطْنِهِ فَيدُورُ بِهَا كَمَا يَدُورُ الحِمَارُ في الرَّحَى ، فَيَجْتَمِعُ إِلَيْه أهْلُ النَّارِ ، فَيَقُولُونَ : يَا فُلانُ ، مَا لَكَ ؟ أَلَمْ تَكُ تَأمُرُ بالمعْرُوفِ وَتنهَى عَنِ المُنْكَرِ ؟ فَيقُولُ : بَلَى ، كُنْتُ آمُرُ بِالمَعْرُوفِ وَلا آتِيهِ ، وأنْهَى عَنِ المُنْكَرِ وَآتِيهِ  

Dari Usamah Bin Haritsah rodliyllohu anhuma berkata : Aku mendengar rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Akan didatangkan pada hari kiamat seorang laki-laki lalu dilempar ke dalam neraka. Terburailah usus yang ada dalam perutnya. Ia berputar-putar seperti berputarnya keledai di tempat penggilingan. Penghuni neraka berkumpul mengelilinginya lalu mereka berkata : Wahai Fulan, apa yang terjadi pada dirimu ? Bukankah engkau dulu mengajak kepada perbuatan makruf dan mencegah kemungkaran ? Mereka berkata : Benar, dulu aku mengajak kepada perbuatan makruf, akan tetapi aku tidak menunaikannya dan aku mencegah perbuatan mungkar, akan tetapi justru aku melakukannya [HR Bukhori, Muslim dan Ahmad]

 

Keledai Sebagai Tamtsil Orang Yang Rakus Terhadap Dunia

 

Keledai Sebagai Tamtsil  Orang Yang Rakus Terhadap Dunia

Keledai Dalam Timbangan Aqidah (15)

Dalam salah satu ceramahnya, Syaikh Abdulloh Azzam mengutip perkataan ulama tentang perilaku manusia yang buruk :

حمار في النهار جيفة في الليل عالم بالدنيا جاهل بالآخرة

Keledai di siang hari, bangkai di malam hari, pintar dalam dunia akhirat dan bodoh dalam urusan akhirat

Disebut keledai siang hari maksudnya adalah bekerja penuh semangat tanpa mengenal lelah sebagaimana sifat keledai. Binatang ini memiliki tenaga luar biasa. Divorsir untuk melayani keinginan manusia sehari penuh, tidak masalah bagi hewan ini. Orang yang memiliki etos kerja, tentu ini baik dan sangat disukai oleh pemilik perusahaan. Akan tetapi akan bermasalah manakala semangatnya di siang hari membuatnya menjadi bangkai di malam hari. Tidur begitu pulas sehingga tidak bisa bangun sholat tahajud dan terlambat menunaikan sholat shubuh.

Jangankan terlambat sholat shubuh, tidak menunaikan sholat tahajud akan mendapat banyak celaan dari nabi shollallohu alaihi wasallam. Dari sebutan khobits (jelek, kotor), dikencingin setan di telinganya.

Ketika dua karakter ini melekat pada seseorang, maka akan menyebabkan dua akibat, yaitu pandai dalam urusan dunia dan bodoh terhadap urusan akhirat.

 

Keledai Sebagai Tamtsil Bagi Orang Mati Mendadak

 

Keledai Sebagai Tamtsil Bagi Orang Mati Mendadak

Keledai Dalam Timbangan Aqidah (14)

Alangkah baiknya bila di tahun terakhir hidup, seorang muslim meningkat amalnya. Secara dunia, ia sudah menyelesaikan urusan muamalahnya. Hutang, janji dan sengketa sudah diselesaikan dengan baik. Menjelang kematian, Alloh memberinya penyakit yang dengannya terhapus dosa. Dengan penyakit membuatnya sering menyebut nama Alloh. Dalam keadaan seperti itu, kematian mendatanginya. Inilah kematian yang indah.

Berbeda dengan orang yang dikelilingi berbagai nikmat. Ia lupa kepada Alloh. Sangkut-paut urusan dunia tidak diselesaikan. Tiba-tiba, seolah tanpa sebab, Alloh mencabut nyawanya. Ini adalah mautul fuj-ah (kematian mendadak). Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :

عَنْ عُبَيْدِ بْنِ خَالِدٍ السُّلَمِىِّ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم مَوْتُ الْفَجْأَةِ أَخْذَةُ أَسَفٍ  

Dari Ubaid Bin Kholid Assulami, dari nabi shollallohu alaihi wasallam : Kematian mendadak adalah kematian yang dimurkai (bagi orang kafir) [HR Ahmad dan Abu Daud]

Kenapa kematian mendadak disayangkan ? Ibnu Hajar Al Atsqolani berkata :

لِمَا فِي مَوْت الْفَجْأَة مِنْ خَوْف حِرْمَان الْوَصِيَّة ، وَتَرْك الِاسْتِعْدَاد لِلْمَعَادِ بِالتَّوْبَةِ وَغَيْرهَا مِنْ الْأَعْمَال الصَّالِحَة  

Karena dalam kematian yang mendadak, yang bersangkutan tidak sempat berwasiat, melupakan persiapan untuk kembali kepada Alloh dengan taubat dan lainnya yang berupa amal sholih

Dalam riwayat lain, rosululloh shollallohu alaihi wasallam menyebut mati mendadak dengan kematian keledai :

عَنْ عَبْد اللَّهِ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ إِنَّ نَفْسَ الْمُؤْمِنِ تَخْرُجُ رَشْحًا وَلاَ أُحِبُّ مَوْتًا كَمَوْتِ الْحِمَارِ  قِيلَ وَمَا مَوْتُ الْحِمَارِ قَالَ مَوْتُ الْفَجْأَةِ  

Dari Abdulloh (Bin Mas’ud) : Aku mendengar rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya jiwa seorang mukmin keluar diiringi keluarnya keringat. Aku tidak ingin mati seperti matinya keledai. Ada yang bertanya : Apa itu kematian keledai ? Beliau bersabda : Mati mendadak [HR Tirmidzi]

Keledai Sebagai Tamtsil Bagi Orang Yang Lari Mendengar Firman Alloh

 

Keledai Sebagai Tamtsil Bagi Orang  Yang Lari Mendengar Firman Alloh

Keledai Dalam Timbangan Aqidah (13)

Terhadap wahyu, para sahabat memiliki sifat yang menunjukkan kerinduan mereka terhadap turunnya ayat dari langit. Mereka selalu mencari berita agar tidak terlambat dari mendengar firman Alloh yang baru saja dibacakan jibril kepada rosululloh shollallohu alaihi wasallam.

Sikap ini berbeda jauh dengan orang-orang kafir. Mereka selalu menghindar bahkan terkesan takut dengan peringatan. Perilaku mereka ditamtsilkan oleh Alloh dengan keledai yang lari saat melihat binatang buas :

فَمَا لَهُمْ عَنِ التَّذْكِرَةِ مُعْرِضِينَ  كَأَنَّهُمْ حُمُرٌ مُسْتَنْفِرَةٌ  فَرَّتْ مِنْ قَسْوَرَةٍ   

Maka mengapa mereka (orang-orang kafir) berpaling dari peringatan (Allah) ?, seakan-akan mereka itu keledai liar yang lari terkejut, lari daripada singa [almuddats-tsir : 49-51]

 

Keledai Sebagai Tamtsil Bagi Orang Yang Bersuara Keras

 

Keledai Sebagai Tamtsil Bagi Orang  Yang Bersuara Keras

Keledai Dalam Timbangan Aqidah (12)

Islam menganjurkan kita bersuara dengan lemah lembut. Saat berdoa, berbicara di hadapan orang tua dan memberi nasehat, alangkah baiknya bila dibawakan dengan suara pelan. Suara keras adalah dicela. Alloh menyamakannya dengan suara keledai :

وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ  

Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai [luqman : 19]

Keledai Sebagai Tamtsil Bagi Orang Yang Tidak Mengambil Manfaat Dari Firman Alloh

 

Keledai Sebagai Tamtsil Bagi Orang Yang Tidak Mengambil Manfaat Dari Firman Alloh

Keledai Dalam Timbangan Aqidah (11)

Kitab yang Alloh turunkan kepada hambaNya pasti berisi petunjuk yang mengandung banyak manfaat. Termasuk kitab taurot. Sayangnya, ulama-ulama yahudi justru jatuh ke dalam  kekufuran lewat kitab ini.

Kenapa bisa begitu ? Karena di dalam kitab taurot terdapat banyak ayat yang mengabarkan tentang kedatangan rosul terakhir beserta tanda-tandanya. Seharusnya mereka mengimani dan menyampaikannya kepada umatnya. Sebaliknya, mereka menghapus dan merubahnya dengan ayat sesuai selera mereka.

Ini menunjukkan bahwa keberadaan kitab taurot tidak mendatangkan manfaat. Pantas saja jika Alloh menyamakan mereka dengan keledai :

مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ  

Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang dzalim [aljumuah : 5]

Kenapa disamakan dengan keledai ? Penulis tafsir Alkhozin berkata :

وهذا مثل ضربه الله تعالى لليهود الذين أعرضوا عن العمل بالتوراة والإيمان بمحمد صلى الله عليه وسلم

Ini adalah perumpamaan yang Alloh Ta’ala berikan kepada orang yahudi yang enggan mengamalkan taurot dan beriman kepada Muhammad shollallohu alaihi wasallam

Maroji’ :

Lubabutta’wil Fi Ma’anittanzil, Abul Hasan Ali Bin Muhammad Bin Ibrohim Bin Umar Asy Syaihi (maktabah syamilah) hal 553

Keledai Sebagai Tamtsil Bagi Orang Yang Berbicara Saat Khotib Berkhutbah

 

Keledai Sebagai Tamtsil Bagi Orang Yang Berbicara Saat Khotib Berkhutbah

Keledai Dalam Timbangan Aqidah (10)

Berbicara saat khutbah hukumnya haram. Jangankan berbicara, menegur orang yang sedang berbicara juga dilarang syariat :

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ تَكَلَّمَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ فَهُوَ كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَاراً وَالَّذِى يَقُولُ لَهُ أَنْصِتْ لَيْسَ لَهُ جُمُعَةٌ  

Dari Ibnu Abbas berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa bicara pada hari jumat saat imam berkhutbah maka ia bagaikan keledai yang memikul kitab-kitab. Dan orang yang berkata kepadanya “ Diamlah ! “, tidak ada baginya fadhilah jumat [HR Ahmad]

Kenapa nabi shollallohu alaihi wasallam menyamakan antara orang yang tidak menyimak khutbah dengan keledai ? Ibnu Rojab Alhambali berkata :

وإنما شبهه بالحمار يحمل أسفاراً ، لأن الحمار لا ينتفع من حمله الأسفار بشيء ، فكذلك من لم يستمع الإمام يوم الجمعة  

Orang yang berbicara saat khotib berkhutbah di samakan dengan keledai yang memikul kitab-kitab karena keledai tidak mendapat manfaat sedikitpun dari kitab-kitab yang dia pikul. Demikian juga orang yang tidak mendengar khutbah dari imam pada hari jumat

Maroji’ :

Fathul Bari, Ibnu Rojab Alhambali 6/299

Keledai Sebagai Tamtsil Bagi Orang Yang Tidak Mengakhiri Majlis Dengan Dzikrulloh

 

Keledai Sebagai Tamtsil Bagi Orang Yang Tidak Mengakhiri Majlis Dengan Dzikrulloh

Keledai Dalam Timbangan Aqidah (9)

Pengajian adalah majlis yang dicintai Alloh. Meski ayat dibaca dan hadits dikupas, tanpa terasa dosa akan keluar dari mulut penceramah atau pendengarnya. Boleh jadi tidak hanya ucapan, bisa saja perbuatan orang yang tengah berada di dalamnya mengundang maksiat. Islam memberi petunjuk untuk mengakhiri majlis dengan kafarotul majlis.

عن أَبي هريرة رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم مَنْ جَلَسَ في مَجْلِسٍ ، فَكَثُرَ فِيهِ لَغَطُهُ فَقَالَ قَبْلَ أنْ يَقُومَ مِنْ مَجْلِسِهِ ذَلِكَ : سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ، أشْهَدُ أنْ لا إلهَ إِلاَّ أنْتَ ، أسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إلَيْكَ ، إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا كَانَ في مَجْلِسِهِ ذَلِكَ  

Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa yang duduk di sebuah tempat duduk lalu banyak kegaduhannya, setelah itu ia membaca sebelum berdiri dari tempat duduknya “ Maha Suci Engkau ya Alloh, dengan memujiMu. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Engkau. Aku memohon ampunan dan bertaubat kepadaMu “ kecuali diampuni baginya terhadap apa yang dilakukan di majlisnya [HR Tirmidzi]

عن أَبي بَرْزَة رضي الله عنه قَالَ : كَانَ رسول الله صلى الله عليه وسلم يقولُ بأَخَرَةٍ إِذَا أرَادَ أنْ يَقُومَ مِنَ الْمَجْلِسِ : سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وبِحَمْدِكَ ، أشْهَدُ أنْ لا إلهَ إِلاَّ أنتَ أسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إليكَ  فَقَالَ رَجُلٌ : يَا رسولَ الله ، إنَّكَ لَتَقُولُ قَوْلاً مَا كُنْتَ تَقُولُهُ فِيمَا مَضَى ؟ قَالَ : ذَلِكَ كَفَّارَةٌ لِمَا يَكُونُ في المَجْلِسِ  

Dari Abu Barzah rodliyallohu anhu berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam biasa membaca di akhir bila hendak berdiri dari tempat duduknya “ Maha Suci Engkau ya Alloh, dengan memujiMu. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Engkau. Aku memohon ampunan dan bertaubat kepadaMu “. Seorang laki-laki berkata : Ya rosululloh, sesunggunya engkau benar-benar membaca satu perkataan dimana engkau belum membacanya di masa lalu ? Beliau bersabda : Itu adalah penebus dosa bagi dosa yang ada di dalam majlis [HR Abu Daud dan Alhakim]

Bagaimana bila bacaan kafarotul majlis tidak diamalkan ? Tentu orang-orang yang duduk di majlis itu pulang dalam keadaan membawa dosa. Selain itu mereka juga mendapat tamtsil yang buruk dari rosululloh sholllohu alaihi wasallam.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَا مِنْ قَوْمٍ يَقُومُونَ مِنْ مَجْلِسٍ لاَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ فِيهِ إِلاَّ قَامُوا عَنْ مِثْلِ جِيفَةِ حِمَارٍ وَكَانَ لَهُمْ حَسْرَةً  

Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Tidaklah suatu kaum berdiri dari majlisnya, mereka tidak berdzikir kepada Alloh, kecuali mereka berdiri seperti bangkai keledai dan pada mereka kerugian [HR Abu Daud]

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فَتَفَرَّقُوا عَنْ غَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ إِلاَّ كَأَنَّمَا تَفَرَّقُوا عَنْ جِيفَةِ حِمَارٍ وَكَانَ ذَلِكَ الْمَجْلِسُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً  

Dari Abu Huroiroh berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Tidaklah satu kaum berkumpul lalu mereka berpisah tanpa dzikir kepada Alloh kecuali mereka berpisah seperti bangkai keledai dan majlis yang mereka berkumpul padanya mendatangkan kerugian [HR Ahmad]

 

Hukum Sholat Sunnah Di Atas Keledai

 

Hukum Sholat Sunnah Di Atas Keledai

Keledai Dalam Timbangan Aqidah (8)

Daging keledai haram dikonsumsi. Ringkikannya di malam hari pertanda melihat setan. Selain itu, ia bisa membatalkan sholat seseorang bila binatang ini lewat di hadapan orang sholat yang tidak meletakkan sutroh di tempat sujud.

Kendati keledai memiliki banyak sifat negatif, ternyata itu tidak bisa menghalangi seseorang untuk sholat di atas keledai. Ibnu Sirin memberi kesaksian. Ia berkata :

اسْتَقْبَلْنَا أَنَسًا حِينَ قَدِمَ مِنَ الشَّأْمِ ، فَلَقِينَاهُ بِعَيْنِ التَّمْرِ ، فَرَأَيْتُهُ يُصَلِّى عَلَى حِمَارٍ وَوَجْهُهُ مِنْ ذَا الْجَانِبِ ، يَعْنِى عَنْ يَسَارِ الْقِبْلَةِ . فَقُلْتُ رَأَيْتُكَ تُصَلِّى لِغَيْرِ الْقِبْلَةِ . فَقَالَ لَوْلاَ أَنِّى رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَعَلَهُ لَمْ أَفْعَلْهُ  

Kami menyambut Anas ketika tiba dari Syam. Kami menemuinya di Ainuttamr. Aku melihat dirinya sedang sholat di atas keledai. Wajahnya ada di sisi, maksudnya arah kiri kiblat. Aku berkata : Aku melihatmu menunaikan sholat tidak menghadap ke arah kiblat. Ia berkata : Jika aku tidak melihat rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengerjakannya, aku juga tidak akan mengerjakannya [HR Bukhori]

Keledai Bisa Membatalkan Sholat Seorang Muslim

 

Keledai Bisa Membatalkan Sholat Seorang Muslim

Keledai Dalam Timbangan Aqidah (7)

Maksudnya bila menunaikan sholat sementara tidak ada sutroh di depan lalu lewatlah keledai di depan kita. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :

عَنْ أَبِي ذَرٍّ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( يَقْطَعُ صَلَاةَ اَلْمَرْءِ اَلْمُسْلِمِ إِذَا لَمْ يَكُنْ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلُ مُؤْخِرَةِ اَلرَّحْلِ اَلْمَرْأَةُ  وَالْحِمَارُ  وَالْكَلْبُ اَلْأَسْوَدُ  اَلْحَدِيثَ )  وَفِيهِ ( اَلْكَلْبُ اَلْأَسْوَدِ شَيْطَانٌ )  

Dari Abu Dzar Al-Ghifary Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Yang akan memutuskan sholat seorang muslim bila tidak ada tabir di depannya seperti kayu di bagian belakang kendaraan adalah wanita keledai dan anjing hitam. Di dalam hadits disebutkan: Anjing hitam adalah setan  [HR Imam Muslim]

Hadits di atas menerangkan tentang makhluq yang bisa membatalkan sholat. Mereka adalah wanita, keledai dan anjing berwarna hitam. Bila ketiganya melewati orang sholat sementara di depannya tidak ada sutroh, maka sholat dinyatakan batal. Sebaliknya, bila ada sutroh di hadapan orang sholat, maka status sholat tidak akan rusak dengan lewatnya ketiga kelompok ini.

Abu Juhaifah memberi kesaksian saat berada di Abthoh bersama rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Ketika itu, beliau menunaikan sholat dzuhur. Abu Juhaifah berkata :

ثُمَّ رُكِزَتْ لَهُ عَنَزَةٌ فَتَقَدَّمَ فَصَلَّى الظُّهْرَ رَكْعَتَيْنِ يَمُرُّ بَيْنْ يَدَيْهِ الْحِمَارُ وَالْكَلْبُ لاَ يُمْنَعُ

Lalu ditancapkanlah tongkat. Setelah itu beliau maju menunaikan sholat dzuhur dua rokaat dimana lewat di hadapan beliau keledai dan anjing yang tidak dicegah (dibiarkan lalu lalang) [HR Muslim, Ahmad dan Ibnu Khuzaimah]

Kendati demikian, sebagian ulama berpendapat bahwa makna “ Yang akan memutuskan sholat seorang muslim “ bukan membatalkan, akan tetapi mengurangi pahala dan kekhusyuan

Keledai Bisa Melihat Setan

 

Keledai Bisa Melihat Setan

Keledai Dalam Timbangan Aqidah (6)

Hal ini bila kita mendengar ringkikannya. Saat itulah kita diperintah untuk membaca ta’awudz (a’udzbillahi minasy syaithonirrojim) :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِذَا سَمِعْتُمْ صِيَاحَ الدِّيَكَةِ فَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ ، فَإِنَّهَا رَأَتْ مَلَكًا ، وَإِذَا سَمِعْتُمْ نَهِيقَ الْحِمَارِ فَتَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ ، فَإِنَّهُ رَأَى شَيْطَانًا  

Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu : Bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Bila kalian mendengar kokok ayam jantan maka memohonlah karunia kepada Alloh karena dia sedang melihat malaikat. Bila kalian mendengar suara ringkikan keledai maka berlindunglah kepada Alloh dari setan karena dia sedang melihat setan [HR Bukhori, Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi]

Apakah keledai meringkik sebagai tanda melihat setan terjadi di setiap waktu ? Ternyata tidak karena pada hadits lain rosululloh shollallohu alaihi wasallam menghubungkan dengan malam hari sebagai hadits :

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا سَمِعْتُمْ نُبَاحَ الْكِلاَبِ وَنَهِيقَ الْحُمُرِ بِاللَّيْلِ فَتَعَوَّذُوا بِاللَّهِ فَإِنَّهُنَّ يَرَيْنَ مَا لاَ تَرَوْنَ

Dari Jabir Bin Abdulloh berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Bila kalian mendengar gonggongan anjing dan ringkikan keledai di malam hari maka berlindunglah kepada Alloh karena keduanya melihat sesuatu yang kalian tidak melihatnya [HR Abu Daud]

Daging Keledai Haram

 

Daging Keledai Haram

Keledai Dalam Timbangan Aqidah (5)

Ini khusus bagi keledai peliharaan penduduk. Adapun keledai liar yang tidak bertuan hukumnya boleh dikonsumsi. Dua hadits di bawah ini adalah hujjah tentang status daging keledai liar dan peliharaan :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : لَمَّا كَانَ يَوْمُ خَيْبَرَ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبَا طَلْحَةَ فَنَادَى إنَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يَنْهَيَانِكُمْ عَنْ لُحُومِ الْحُمُرِ الْأَهْلِيَّةِ فَإِنَّهَا رِجْسٌ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Darinya (Anas Ibnu Malik r.a), dia berkata : Ketika hari perang Khaibar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan Abu Thalhah, kemudian beliau berseru : Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya melarang engkau sekalian memakan daging keledai negeri (bukan yang liar) karena ia kotor  [Muttafaq Alaihi]

عَنْ أَبِى قَتَادَةَ رضى الله عنه قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم بِالْقَاحَةِ ، وَمِنَّا الْمُحْرِمُ ، وَمِنَّا غَيْرُ الْمُحْرِمِ ، فَرَأَيْتُ أَصْحَابِى يَتَرَاءَوْنَ شَيْئًا فَنَظَرْتُ ، فَإِذَا حِمَارُ وَحْشٍ يَعْنِى وَقَعَ سَوْطُهُ فَقَالُوا لاَ نُعِينُكَ عَلَيْهِ بِشَىْءٍ ، إِنَّا مُحْرِمُونَ . فَتَنَاوَلْتُهُ فَأَخَذْتُهُ ، ثُمَّ أَتَيْتُ الْحِمَارَ مِنْ وَرَاءِ أَكَمَةٍ ، فَعَقَرْتُهُ ، فَأَتَيْتُ بِهِ أَصْحَابِى ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ كُلُوا . وَقَالَ بَعْضُهُمْ لاَ تَأْكُلُوا . فَأَتَيْتُ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ أَمَامَنَا ، فَسَأَلْتُهُ فَقَالَ كُلُوهُ حَلاَلٌ  

Dari Abu Qotadah rodliyallohu anhu berkata : Kami bersama nabi shollallohu alaihi wasallam di daerah Alqohah. Diantara kami ada yang berihrom dan ada yang tidak berihrom. Aku memperhatikan  para sahabat yang sedang melihat kepada sesuatu. Akupun ikut melihat. Ternyata seekor keledai liar terkena panah. Mereka berkata : Kami tidak akan membantumu sedikitpun karena kami sedang berihrom. Aku menangkap dan mengamabilnya. Aku mendatangi keledai itu dari balik bukit. Aku segera menyembelihnya. Setelah itu aku mendatangi para sahabatku. Sebagian mereka berkata : Makanlah ! Sebagian yang lain berkata : Jangan kalian makan. Aku menghadap nabi shollallohu alaihi wasallam. Saat itu beliau ada di depan kami. Aku menanyakannya kepada beliau. Beliau bersabda : Makanlah, itu halal. ada di belakang bukit [HR Bukhori]

Besar Buroq Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam

 

Besar Buroq Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam

Keledai Dalam Timbangan Aqidah (4)

Buroq adalah kendaraan rosululloh shollallohu alaihi wasallam saat isro miroj. Anas Bin Malik menyampaikan bahwa r rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

وَأُتِيتُ بِدَابَّةٍ أَبْيَضَ دُونَ الْبَغْلِ وَفَوْقَ الْحِمَارِ الْبُرَاقُ

Aku diberi kendaraan berwarna putih. Lebih kecil dari bighol dan lebih besar dari keledai. Namanya Buroq [HR Bukhori dan Muslim]

 

Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam Berboncengan Di Atas Keledai

 

Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam Berboncengan Di Atas Keledai

Keledai Dalam Timbangan Aqidah (3)

Diantara sahabat yang pernah berboncengan dengan beliau di atas Ufair adalah Usamah Bin Zaid dan Muadz Bin Jabal :

عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ رضى الله عنهما أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم رَكِبَ عَلَى حِمَارٍ ، عَلَى إِكَافٍ عَلَيْهِ قَطِيفَةٌ فَدَكِيَّةٌ ، وَأَرْدَفَ أُسَامَةَ وَرَاءَهُ  

Dari Usamah Bin Zaid rodliyallohu anhuma : Bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam naik keledai di atas pelana beludru terbuat dari Fadakiyyah. Beliau memboncengkan Usamah di belakangnya [HR Bukhori]

عَنْ مُعَاذٍ رضى الله عنه قَالَ كُنْتُ رِدْفَ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ

Dari Muadz rodliyallohu anhu berkata : Aku membonceng nabi shollallohu alaihi wasallam di atas keledai yang diberi nama “ Ufair “ [HR Bukhori]

Ejekan Orang Munafiq Bagi Keledai Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam

 

Ejekan Orang Munafiq Bagi Keledai Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam

Keledai Dalam Timbangan Aqidah (2)

Anas Bin Malik bercerita :

قِيلَ لِلنَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم لَوْ أَتَيْتَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ أُبَىٍّ . فَانْطَلَقَ إِلَيْهِ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم وَرَكِبَ حِمَارًا ، فَانْطَلَقَ الْمُسْلِمُونَ يَمْشُونَ مَعَهُ ، وَهْىَ أَرْضٌ سَبِخَةٌ ، فَلَمَّا أَتَاهُ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ إِلَيْكَ عَنِّى ، وَاللَّهِ لَقَدْ آذَانِى نَتْنُ حِمَارِكَ . فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ مِنْهُمْ وَاللَّهِ لَحِمَارُ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَطْيَبُ رِيحًا مِنْكَ . فَغَضِبَ لِعَبْدِ اللَّهِ رَجُلٌ مِنْ قَوْمِهِ فَشَتَمَا ، فَغَضِبَ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا أَصْحَابُهُ ، فَكَانَ بَيْنَهُمَا ضَرْبٌ بِالْجَرِيدِ وَالأَيْدِى وَالنِّعَالِ

Ada yang berkata kepada nabi shollallohu alaihi wasallam : Seandainya engkau menemui Abdulloh Bin Ubay. Pergilah nabi shollallohu alaihi wasallam mengendarai keledai. Kaum muslimin ikut pergi sambil berjalan bersama beliau melewati tanah lembab. Ketika beliau mendatanginya, Abdulloh Bin Ubay berkata : Menyingkirlah dari diriku ! Demi Alloh telah menggangguku bau busuk dari keledaimu. Seorang anshor berkata : Demi Alloh, sungguh keledai rosululloh shollallohu alaihi wasallam lebih wangi dari dirimu. Marahlah seorang dari kaumnya untuk memberi pembelaan bagi Abdulloh Bin Ubay. Akhirnya keduanya saling caci. Kaum dari keduanyapun marah yang akhirnya saling pukul menggunakan pelepah kurma, tangan dan sendal. Dalam kondisi seperti itu, nabi shollallohu alaihi wasallam melerai kedua kelompok itu dan akhirnya turunlah ayat :

وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil [alhujurot : 9]

Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam Memiliki Keledai

 

Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam Memiliki Keledai

Keledai Dalam Timbangan Aqidah (1)

Beliau berikan nama “ Ufair “. Tentang penamaan ini, dua orang sahabat memberi kesaksian, yaitu Muadz Bin Jabal dan Ali Bin Abi Tholib :

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ كُنْتُ رِدْفَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ قَالَ فَقَالَ م د

Dari Muadz Bin Jabal berkata : Aku membonceng rosululloh shollallohu di atas seekor keledai yang diberi nama “ Ufair “ [HR Muslim dan Abu Daud]

عَنْ عَلِىِّ بْنِ أَبِى طَالِبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَرْكَبُ حِمَاراً اسْمُهُ عُفَيْرٌ   

Dari Ali Bin Abi Tholib : Bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam biasa mengendarai keledai. Namanya “ Ufair “ [HR Ahmad]

Apa arti Ufair ? Alkhothobi dan Ibnu Atsir berkata :

هُوَ تَصْغِير تَرْخِيم لِأَعْفَر مِنْ الْعُفْرَة وَهِيَ الْغَبَرَة وَلَوْن التُّرَاب

Bentuk tashghir (menunjukkan kecil) tarkhim (pembuangan huruf akhir) a’faro yang berasal dari ‘ufroh. Maknanya debu dan warna tanah

Maroji’ :

Aunul Ma’bud 5/463

Meniru Ekor Kuda Saat Mengucapkan Salam

 

Meniru Ekor Kuda Saat Mengucapkan Salam

Perilaku Binatang Yang Tidak Boleh Ditiru (16)

Tak jarang di masjid kita dapati seorang saat mengucapkan salam ke kanan, telapak tangan kanan dibuka. Demikian juga ketika mengucapkan salam ke kiri, telapak kiri juga dibuka. Rupanya hal ini juga pernah terjadi pada masa rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Para sahabat banyak yang melakukan perbuatan ini sehingga mendapat teguran dari beliau :

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ  مَا لِى أَرَاكُمْ رَافِعِى أَيْدِيكُمْ كَأَنَّهَا أَذْنَابُ خَيْلٍ شُمْسٍ اسْكُنُوا فِى الصَّلاَةِ  

Dari Jabir Bin Samuroh berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam keluar menemui kami seraya bersabda : Kenapa aku melihat kalian mengangkat kedua tangan kalian seperti ekor kuda Sumsin ? Bersikap tenanglah dalam sholat [HR Muslim, Ahmad dan Abu Daud]

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَلاَمَ تُومِئُونَ بِأَيْدِيكُمْ كَأَنَّهَا أَذْنَابُ خَيْلٍ شُمُسٍ إِنَّمَا يَكْفِى أَحَدَكُمْ أَنْ يَضَعَ يَدَهُ عَلَى فَخِذِهِ ثُمَّ يُسَلِّمُ عَلَى أَخِيهِ مَنْ عَلَى يَمِينِهِ وَشِمَالِهِ

Dari Jabir Bin Samuroh berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Atas dasar apa kalian memberi isyarat dengan tangan-tangan kalian seperti ekor kuda syumusin. Sebenarnya cukup bagi seorang diantara kalian untuk meletakkan tangan di pahanya lalu mengucapkan salam untuk saudaranya yang ada di kanan dan di kiri [HR Ahmad]

 

 

Menoleh Saat Sholat Seperti Musang

 

Menoleh Saat Sholat Seperti Musang

Perilaku Binatang Yang Tidak Boleh Ditiru (15)

Menoleh saat sholat hukumnya haram. Bila ada yang melakukannya maka ia sudah terkena gangguan setan. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam menyebut orang itu sudah berhasil dicopet oleh setan :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : سَأَلْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ اَلِالْتِفَاتِ فِي اَلصَّلَاةِ ? فَقَالَ : هُوَ اِخْتِلَاسٌ يَخْتَلِسُهُ اَلشَّيْطَانُ مِنْ صَلَاةِ اَلْعَبْدِ رَوَاهُ اَلْبُخَارِيُّ . وَلِلتِّرْمِذِيِّ : عَنْ أَنَسٍ وَصَحَّحَهُ إِيَّاكَ وَالِالْتِفَاتَ فِي اَلصَّلَاةِ  فَإِنَّهُ هَلَكَةٌ  فَإِنْ كَانَ فَلَا بُدَّ فَفِي اَلتَّطَوُّعِ  

'Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata : Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tentang hukum menoleh dalam sholat. Beliau menjawab : Ia adalah copetan yang dilakukan setan terhadap sholat hamba [HR Bukhari] Menurut hadits shahih Tirmidzi : Hindarilah dari berpaling dalam shalat karena ia merusak jika memang terpaksa lakukanlah dalam sholat sunat.

Imam Shon’ani menerangkan hikmah di balik larangan ini, yaitu mengurangi kekhusyuan, meninggalkan qiblat di sebagian tubuhnya atau sikap berpaling dari menghadap Alloh Ta’ala sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah :

لَا يَزَالُ اللَّهُ مُقْبِلًا عَلَى الْعَبْدِ فِي صَلَاتِهِ مَا لَمْ يَلْتَفِتْ ، فَإِذَا صَرَفَ وَجْهَهُ انْصَرَفَ

Alloh senantiasa menghadapi hambaNya dalam sholatnya selama ia tidak menoleh. Bila ia memalingkan wajahnya, Alloh juga akan berpaling

Tentang menoleh saat sholat, pada hadits lain disebutkan bahkan sikap itu meniru rubah atau pelanduk :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِثَلاَثٍ وَنَهَانِى عَنْ ثَلاَثٍ أَمَرَنِى بِرَكْعَتَىِ الضُّحَى كُلَّ يَوْمٍ وَالْوِتْرِ قَبْلَ النَّوْمِ وَصِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَنَهَانِى عَنْ نَقْرَةٍ كَنَقْرَةِ الدِّيكِ وَإِقْعَاءٍ كَإِقْعَاءِ الْكَلْبِ وَالْتِفَاتٍ كَالْتِفَاتِ الثَّعْلَبِ

Dari Abu Huroiroh berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam memerintahku dengan tiga hal dan melarangku dengan tiga hal. Beliau memerintahku untuk sholat dluha dua rokaat setiap hari, berwitir sebelum tidur dan shiyam tiga hari pada setiap bulan. Beliau melarangku untuk mematuk seperti patukan ayam (maksudnya terlalu cepat saat bersujud), duduk seperti duduk anjing dan menoleh seperti tolehan rubah [HR Ahmad]

Maroji’ :

Subulussalam, Imam Shon’ani 2/22

Nailul Author, Imam Syaukani 4/20

Tikus

 

Tikus

Perilaku Binatang Yang Tidak Boleh Ditiru (14)

Kejahatan hewan ini dirasakan oleh manusia. Suka berada di tempat kotor dan gemar membuat kerusakan. Hidup manusia tidak akan nyaman bila di rumah masih ada tikus berkeliaran.

Tikus termasuk binatang yang dimanfaatkan setan untuk menimbulkan kebakaran di rumah. Hal ini pernah terjadi di masa rosululloh shollallohu alaihi wasallam sehingga beliau mengingatkan :

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ جَاءَتْ فَأْرَةٌ فَأَخَذَتْ تَجُرُّ الْفَتِيلَةَ فَجَاءَتْ بِهَا فَأَلْقَتْهَا بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْخُمْرَةِ الَّتِي كَانَ قَاعِدًا عَلَيْهَا فَأَحْرَقَتْ مِنْهَا مِثْلَ مَوْضِعِ الدِّرْهَمِ فَقَالَ إِذَا نِمْتُمْ فَأَطْفِئُوا سُرُجَكُمْ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدُلُّ مِثْلَ هَذِهِ عَلَى هَذَا فَتُحْرِقَكُمْ

Dari Ibnu Abbas ia berkata : Seekor tikus datang dan menarik sumbu lampu, tikus itu menariknya dan melemparnya ke hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, yaitu di atas tikar kecil yang di duduki oleh beliau sehingga tikar tersebut terbakar sebesar uang dirham. Beliau lalu bersabda : Jika salah seorang dari kalian hendak tidur, maka hendaklah ia matikan obor-obor kalian, sebab setan akan memberi petunjuk kepada (tikus) ini untuk melakukan (seperti) ini hingga membakar kalian [HR Abu Daud, Ibnu Hibban dan Alhakim]

Betapa jahatnya tikus, sampai-sampai rosululloh shollallohu alaihi mempersilahkan untuk membunuhnya meski kita mendapatinya di tanah harom saat berihrom :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم  خَمْسٌ مِنَ اَلدَّوَابِّ كُلُّهُنَّ فَاسِقٌ, يُقْتَلْنَ فِي اَلْحِلِّ وَ اَلْحَرَمِ: اَلْغُرَابُ, وَالْحِدَأَةُ, وَالْعَقْرَبُ, وَالْفَأْرَةُ، وَالْكَلْبُ اَلْعَقُورُ  

Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Ada lima binatang yang semuanya fasik, yang boleh dibunuh baik di tanah halal maupun haram, yaitu : Burung gagak, burung elang, kalajengking, tikus dan anjing galak [Muttafaq Alaihi]

 

Kalajengking

 

Kalajengking

Perilaku Binatang Yang Tidak Boleh Ditiru (13)

Makhluq ini memang jahat. Siapapun ia sengat. Tidak peduli orang baik atau orang jahat. Bahkan manusia terbaik yaitu rosululloh shollallohu alaihi wasallam, ia sengat juga padahal beliau sedang berada di posisi terbaik yaitu ketika sedang menunaikan sholat yang membuat beliau murka sebagaimana yang diceritakan oleh Aisyah :

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ لَدَغَتِ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم عَقْرَبٌ وَهُوَ فِى الصَّلاَةِ فَقَالَ لَعَنَ اللَّهُ الْعَقْرَبَ مَا تَدَعُ الْمُصَلِّىَ وَغَيْرَ الْمُصَلِّى اقْتُلُوهَا فِى الْحِلِّ وَالْحَرَمِ  

Dari Aisyah berkata : Seekor kalajengking menyengat nabi shollallohu alaihi wasallam saat beliau sholat. Beliau bersabda : Semoga Alloh melaknat kalajengking karena ia tidak membiarkan orang yang sedang menunaikan sholat dan di luar sholat (kecuali ia menyengatnya) [HR Ibnu Majah]

  

Burung Elang

 

Burung Elang

Perilaku Binatang Yang Tidak Boleh Ditiru (12)

Selain gagak, elang juga dianjurkan untuk dibunuh. Kenapa bisa begitu ? Perilakunya yang suka memangsa burung lainnya menunjukkan sifat jahatnya. Kalau ada manusia yang memakan daging kambing, sapi, ayam dan lainnya tentu ini wajar. Yang di luar batas manakala ada manusia memiliki sifat kanibal, yaitu gemar memakan daging manusia. Demikianlah, burung elang dianjurkan untuk dibunuh sebagaimana sabda nabi shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم  خَمْسٌ مِنَ اَلدَّوَابِّ كُلُّهُنَّ فَاسِقٌ, يُقْتَلْنَ فِي اَلْحِلِّ وَ اَلْحَرَمِ: اَلْغُرَابُ, وَالْحِدَأَةُ, وَالْعَقْرَبُ, وَالْفَأْرَةُ، وَالْكَلْبُ اَلْعَقُورُ  

Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Ada lima binatang yang semuanya fasik, yang boleh dibunuh baik di tanah halal maupun haram, yaitu : Burung gagak, burung elang, kalajengking, tikus dan anjing galak [Muttafaq Alaihi]

Maroji’ :

Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 6/47

 

Burung Gagak

 

Burung Gagak

Perilaku Binatang Yang Tidak Boleh Ditiru (11)

Burung ini dianjurkan untuk dibunuh sebagaimana yang disabdakan nabi shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم  خَمْسٌ مِنَ اَلدَّوَابِّ كُلُّهُنَّ فَاسِقٌ, يُقْتَلْنَ فِي اَلْحِلِّ وَ اَلْحَرَمِ: اَلْغُرَابُ, وَالْحِدَأَةُ, وَالْعَقْرَبُ, وَالْفَأْرَةُ، وَالْكَلْبُ اَلْعَقُورُ  

Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Ada lima binatang yang semuanya fasik, yang boleh dibunuh baik di tanah halal maupun haram, yaitu : Burung gagak, burung elang, kalajengking, tikus dan anjing galak [Muttafaq Alaihi]

Perilaku apa yang ada pada diri gagak sehingga diperintah untuk di bunuh ? Ibnu Hajar Al Atsqolani menyebut riwayat bahwa ketika nabi Nuh berada di atas kapal pada banjir besar, ia memberi istruksi kepada burung ini untuk melihat kondisi dunia. Ketika dia pergi, mendapati bangkai lalu asyik memakannya setelah itu ia lupa untuk kembali kepada Nuh. Ini menunjukkan bahwa si gagak tidak mengemban amanat yang sudah diserahkan kepadanya. Sebagian ulama menyebut bahwa burung ini memang gemar memakan bangkai.

Pada masa jahiliyyah, bila masyarakat quraisy mendengar suara burung gagak dua kali, mereka akan menilai bahwa itu adalah pertanda buruk. Bila suara terdengar tiga kali, maka mereka mengira bahwa itu pertanda baik. Oleh karena itu, Abdulloh Bin Abbas bila mendengar suaranya, ia akan berdoa :

اللَّهُمَّ لَا طَيْر إِلَّا طَيْرك وَلَا خَيْر إِلَّا خَيْرك وَلَا إِلَه غَيْرك

Ya Alloh, tidak ada kesialan kecuali kesialan yang telah Engkau tetapkan dan tidak ada kebaikan kecuali kebaikan yang telah Engkau tetapkan dan tidak ada Ilah yang berhak diibadahi selain Engkau

Maroji’ :

Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 6/47

 

Kelakuan Cecak

 

Kelakuan Cecak

Perilaku Binatang Yang Tidak Boleh Ditiru (10)

Ada banyak binatang yang memperlihatkan perilaku baik. Semut dan ikan bersholawat di tiap harinya untuk orang-orang yang berilmu. Kodok yang rajin bertasbih sehingga rosululloh shollallohu alaihi wasallam melarang kita untuk membunuhnya. Burung di angkasa, sambil mengepak-epakkan sayapnya, mereka menunaikan sholat. 

Berbeda dengan cecak, hewan yang dianjurkan untuk dibunuh. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam menyebutnya dengan fuwaisiqoh (fasik kecil-kecilan). Dulu ketika Ibrohim sudah ada di atas tumpukan kayu yang sudah terbakar, banyak hewan datang berusaha untuk memadamkan api kecuali cecak. Dia berusaha meniup-niup api supaya semakin besar, padahal tiupannya tidak akan menambah kobaran api.

Demikianlah sifat jahatnya turun temurun hingga cicak yang ada hingga saat ini. Oleh karena itu, nabi shollallohu alaihi wasallam menganjurkan kita untuk membunuhnya sebagaimana yang termaktub pada hadits-hadits di bawah ini :

عَنْ أُمِّ شَرِيكٍ رضى الله عنها أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَمَرَ بِقَتْلِ الْوَزَغِ وَقَالَ كَانَ يَنْفُخُ عَلَى إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ  

Dari Ummu Syarik rodliyallohu anha : Bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam memerintah membunuh cecak dan bersabda : Karena dia dulu pernah meniup-niup api untuk kecelakaan Ibrohim alaihissalam [HR Bukhori, Muslim dan Darimi]

عَنِ الزُّهْرِىِّ عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِقَتْلِ الْوَزَغِ وَسَمَّاهُ فُوَيْسِقًا.  

Dari Amir Bin Sa’ad, dari bapaknya berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam memerintah membunuh cecak dan beliau menyebutnya dengan fuwaisiqoh (dari kata fasik) [HR Abu Daud]

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ قَتَلَ وَزَغَةً فِى أَوَّلِ ضَرْبَةٍ فَلَهُ كَذَا وَكَذَا حَسَنَةً وَمَنْ قَتَلَهَا فِى الضَّرْبَةِ الثَّانِيَةِ فَلَهُ كَذَا وَكَذَا حَسَنَةً أَدْنَى مِنَ الأَوَّلِ وَمَنْ قَتَلَهَا فِى الضَّرْبَةِ الثَّالِثَةِ فَلَهُ كَذَا وَكَذَا حَسَنَةً أَدْنَى مِنَ الثَّانِيَةِ  

Dari Abu Huroiroh berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa membunuh cecak pada awal pukulan maka baginya sekian dan sekian pahala. Barangsiapa yang membunuhnya pada pukulan kedua maka baginya sekian dan sekian pahala kurang dari yang pertama. Barangsiapa yang membunuhnya pada pukulan ketiga maka baginya sekian dan sekian pahala kurang dari yang kedua [HR Ahmad dan Abu Daud]

عَنْ سَائِبَةَ  أَنَّهَا دَخَلَتْ عَلَى عَائِشَةَ فَرَأَتْ فِى بَيْتِهَا رُمْحاً مَوْضُوعاً فَقَالَتْ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ مَا تَصْنَعِينَ بِهَذَا الرُّمْحِ قَالَتْ نَقْتُلُ بِهِ الأَوْزَاغَ فَإِنَّ نَبِىَّ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَخْبَرَنَا أَنَّ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ حِينَ أُلْقِىَ فِى النَّارِ لَمْ تَكُنْ دَابَّةٌ إِلاَّ تُطْفِئُ النَّارَ عَنْهُ غَيْرُ الْوَزَغِ فَإِنَّهُ كَانَ يَنْفُخُ عَلَيْهِ فَأَمَرَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ بِقَتْلِهِ.  

Dari Saibah : Bahwa dia pernah masuk menemui Aisyah. Ia melihat di rumahnya ada panah yang diletakkan. Saibah berkata : Wahai ummul mukminin, apa yang engkau perbuat dengan panah ini ? Ia berkata : Kami membunuh cecak dengan alat ini karena nabi shollallohu alaihi wasallam mengabarkan kepada kami bahwa Ibrohim alaihissalam ketika dilempar ke dalam api, tidak ada binatang kecuali berusaha memadamkan api selain cecak. Ia meniup-niup api itu maka rosululloh alaihish sholatu wassalam memerintah untuk membunuhnya [HRAhmad]