Bertakbir Karena Mendengar Permintaan Berbau Syirik


Kapan Bertakbir (30)

Setelah menaklukkan Mekah, rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengajak kaum muslimin untuk menyerang Hunain. Diantara pasukan yang ikut adalah orang-orang yang baru saja lepas dari kekafiran. Saat melewati pohon bidara, Abu Waqid Allaitsi yang baru masuk islam berkata :

يَا نَبِىَّ اللَّهِ اجْعَلْ لَنَا هَذِهِ ذَاتَ أَنْوَاطٍ كَمَا لِلْكُفَّارِ ذَاتُ أَنْوَاطٍ

Wahai nabiyulloh, buatkan untuk kami dzatu anwath sebagaimana orang-orang kafir memiliki dzatu anwath

Permintaan ini diajukan karena Abu Waqid belum sepenuhnya bersih dari pengaruh syirik yang sudah mendarah daging sebelumnya. Salah satu kebiasaan kaum quraisy adalah menggantungkan pedang-pedang mereka dan duduk-duduk mengelilinginya dengan harapan mendapatkan keberkahan. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam terkejut mendengar permintaan ini hingga beliau bersabda :

اللَّهُ أَكْبَرُ هَذَا كَمَا قَالَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ لِمُوسَى (اجْعَلْ لَنَا إِلَهاً كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ) إِنَّكُمْ تَرْكَبُونَ سُنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ

Allohu Akbar ! Ini sebagaimana perkataan Banu Isroil kepada Musa “ Jadikan untuk kami sesembahan sebagaimana mereka memiliki sesembahan “ Sesungguhnya kalian mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian [HR Ahmad]

Takbir yang diucapkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam disimpulkan oleh Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab :

Diperbolehkan bertakbir ketika merasa heran, atau mendengar sesuatu yang tidak patut diucapkan dalam agama.

Bertakbir Karena Mendengar Pertanyaan Yang Tidak Seharusnya diucapkan Oleh Seorang Mukmin


Kapan Bertakbir (29)

Bertanya “ Siapa yang menciptakan Alloh ? “ hukumnya haram. Bila sudah terlanjur, maka kafarotnya adalah segera menghentikannya lalu mengucapkan “ Amantu billah (Aku beriman kepada Alloh) “ dan dilanjutkan membaca ta’awudz (a’udzu billaahi minasy syaithonirrojim). Tiga hal ini berdasarkan sabda nabi shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لاَ يَزَالُ النَّاسُ يَتَسَاءَلُونَ حَتَّى يُقَالَ هَذَا خَلَقَ اللَّهُ الْخَلْقَ فَمَنْ خَلَقَ اللَّهَ فَمَنْ وَجَدَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا فَلْيَقُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ

Dari Abu Huroiroh berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Manusia selalu bertanya hingga dikatakan : Inilah Alloh yang telah menciptakan makhluq, lalu siapakah yang menciptakan Alloh ? Barangsiapa mendapatkan hal demikian maka katakanlah “ Aku beriman kepada Alloh “ [HR Bukhori Muslim]

عَنْ أَبِى هُرَيْرَة  قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَأْتِى الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ كَذَا وَكَذَا حَتَّى يَقُولَ لَهُ مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ فَإِذَا بَلَغَ ذَلِكَ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ

Dari Abu Huroiroh bersabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam : Setan selalu datang kepada salah seorang di antara kalian lalu berkata : Siapakah yang menciptkan ini dan itu ? Hingga berkata kepadanya : Siapakah yang menciptkan Robmu ? Bila telah sampai hal demikian maka berta’awudzlah kepada Alloh dan hentikan pikiran itu  [HR Muslim]

Ada satu kisah menarik mengenai hal ini yang dialami oleh Abu Huroiroh :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لاَ يَزَالُونَ يَسْأَلُونَكَ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ حَتَّى يَقُولُوا هَذَا اللَّهُ فَمَنْ خَلَقَ اللَّهَ قَالَ فَبَيْنَا أَنَا فِى الْمَسْجِدِ إِذْ جَاءَنِى نَاسٌ مِنَ الأَعْرَابِ فَقَالُوا يَا أَبَا هُرَيْرَةَ هَذَا اللَّهُ فَمَنْ خَلَقَ اللَّهَ قَالَ فَأَخَذَ حَصًى بِكَفِّهِ فَرَمَاهُمْ ثُمَّ قَالَ قُومُوا قُومُوا صَدَقَ خَلِيلِى

Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda kepadaku : Mereka akan selalu bertanya kepadamu, wahai Abu Huroiroh hingga mereka berkata Ini Alloh lalu siapa yang menciptkan Alloh ? Abu Huroiroh berkata : Ketika aku berada di masjid, datang serombongan dari kalangan a’robi, mereka berkata : Wahai Abu Huroiroh, ini Alloh lalu siapa yang menciptakan Alloh ? Abu Huroiroh mengambil batu dengan tangannya lalu melempari mereka seraya berkata “ Pergi ! Pergi “ Sungguh telah benar kekasihku  [HR Muslim]

Rupanya yang bertanya tentang hal ini tidak hanya satu orang melainkan tiga orang yang membuat Abu Huroiroh bertakbir untuk menunjukkan keagungan Alloh yang tidak pantas ditanyakan akan awal mulaNya :

عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ قَالَ كُنْتُ عِنْدَ أَبِى هُرَيْرَةَ فَسَأَلَهَ رَجُلٌ عَنْ شَىْءٍ لَمْ أَدْرِ مَا هُوَ قَالَ فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ اللَّهُ أَكْبَرُ سَأَلَ عَنْهَا اثْنَانِ وَهَذَا الثَّالِثُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ إِنَّ رِجَالاً سَتَرْتَفِعُ بِهِمُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يَقُولُوا اللَّهُ خَلَقَ الْخَلْقَ فَمَنْ خَلَقَهُ  

Dari Muhammad Bin Sirin : Aku berada di sisi Abu Huroiroh. Bertanyalah seseorang tentang sesuatu dimana aku tidak tahu apakah itu. Berkatalah Abu Huroroh : Allohu Akbar ! Telah bertanya dua orang dan ini orang ketiga. Aku pernah mendengar rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya beberapa orang akan diajukan pertanyaan kepada mereka hingga mereka berkata : Alloh menciptakan makhluq lalu siapa yang menciptakanNya [HR Ahmad]

Bertakbir Karena Takjub Akan Terkabulnya Doa


Kapan Bertakbir (28)

Pasangan suami istri Abu Tholhah dan Ummu Sulaim dikarunia anak. Allohpun menguji keduanya dengan kematian puteranya yang masih usia kanak-kanak. Persetubuhan keduanya setelah kematian anaknya, didoakan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

بَارَكَ اللَّهُ لَكُمَا فِى لَيْلَتِكُمَا

Semoga Alloh memberkahi malam kalian berdua

Benarlah, Ummu Sulaim mengandung dan akhirnya melahirkan. Abu Tholhah datang menghadap rosululloh shollallohu alaihi wasallam untuk menyampaikan berita gembira ini dimana ia berkata :

يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَدَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ

Wahai rosululloh, Ummu Sulaim telah melahirkan

Beliau bersabda :

اللَّهُ أَكْبَرُ مَا وَلَدَتْ

Allohu Akbar, bayi apa yang dilahirkan ?

Abu Tholhah menjawab : Bayi laki-laki. Beliaupun mengucapkan “ Alhamdulillah “. Setelah itu beliau meminta agar bayi didatangkan untuk ditahnik [HR Ahmad]


Bertakbir Karena Takjub Dan Bersyukur Akan Banyaknya Umat Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam


Bertakbir (27)

Ada perbandingan mencolok antara jumlah ahlul jannah dan ahlunnar. Nabi shollallohu alaihi wasallam mmenyebutkan bahwa di setiap seribu orang maka yang masuk aljannah hanya satu orang, sementara sembilan ratus sembilan puluh sembilan adalah penghuni neraka. Hal ini berdasar pada sebuah hadits :

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ رضى الله عنه عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى يَا آدَمُ . فَيَقُولُ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ فِى يَدَيْكَ . فَيَقُولُ أَخْرِجْ بَعْثَ النَّارِ . قَالَ وَمَا بَعْثُ النَّارِ قَالَ مِنْ كُلِّ أَلْفٍ تِسْعَمِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ  ......

Dari Abu Said Alkhudzriyyi rodliyallohu anhu, dari nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Alloh Ta’ala berfirman : Wahai Adam. Adam berkata : Aku penuhi panggilanMu dan kebaikan ada di tanganMu. Alloh berfirman : Keluarkan utusan neraka ! Adam berkata : Apakah itu utusan neraka ? Alloh berfirman : Setiap seribu orang maka sembilan ratus sembilan puluh sembilan adalah utusan neraka .... [HR Bukhori, Muslim, Ahmad dan Tirmidzi]

Boleh jadi perbandingan ini membuat kita bingung dan takut karena betapa banyaknya orang yang akan terjerumus ke dalam neraka. Perasaan ini juga membuat sebagian sahabat gusar sehingga mereka berkata :

فَأَيُّنَا ذَلِكَ الْوَاحِدُ

Lalu bagaimana dengan kita yang berjumlah satu itu ?

Rosululloh shollallohu alaihi wasallam menjawab :

تِسْعَمِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ مِنْ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَمِنْكُمْ وَاحِدٌ

Sembilan ratus sembilan puluh sembilan adalah ya’juj ma’juj dan kalian adalah pihak yang satu

Jawaban ini membuat para sahabat bertakbir. Takbir ini kembali berulang manakala nabi shollallohu alaihi wasallam menyebut perbandingan ahlul jannah antara umat rosululloh shollallohu alaihi wasallam dengan umat-umat terdahulu. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَمَا تَرْضَوْنَ أَنْ تَكُونُوا رُبُعَ أَهْلِ الْجَنَّةِ  قَالَ فَكَبَّرْنَا. ثُمَّ قَالَ  أَمَا تَرْضَوْنَ أَنْ تَكُونُوا ثُلُثَ أَهْلِ الْجَنَّةِ  قَالَ فَكَبَّرْنَا. ثُمَّ قَالَ  إِنِّى لأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا شَطْرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَسَأُخْبِرُكُمْ عَنْ ذَلِكَ مَا الْمُسْلِمُونَ فِى الْكُفَّارِ إِلاَّ كَشَعْرَةٍ بَيْضَاءَ فِى ثَوْرٍ أَسْوَدَ أَوْ كَشَعْرَةٍ سَوْدَاءَ فِى ثَوْرٍ أَبْيَضَ

Dari Abdulloh (Bin Mas’ud) : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda kepada kami : Apakah kalian ridlo, bila kalian menjadi seperempatnya penghuni aljannah ? Abdulloh berkata : Kami bertakbir. Lalu beliau bersabda : Apakah kalian ridlo, bila kalian menjadi sepertiganya penghuni aljannah ? Abdulloh berkata : Kami bertakbir. Setelah itu beliau bersabda : Sesungguhnya aku berharap bila kalian menjadi setengahnya penghuni aljannah. Aku kabarkan kepada kalian tentang hal itu, bahwa tidaklah kaum muslimin di banding orang-orang kafir kecuali seperti satu rambut putih pada sapi yang berwarna hitam atau satu rambut hitam pada sapi berwarna putih [HR Muslim]

Hadits di atas memberi kesimpulan bahwa penghuni aljannah 50 persennya adalah umat Muhammad shollallohualaihi wasallam dan sisanya diisi oleh orang beriman yang hidup antara masa Adam hingga terutusnya nabi Isa alihissalam.

Akan tetapi dalam riwayat lain menyebutkan jumlah kita tidak hanya lima puluh persen melainkan dua pertiganya : 

عَنْ بُرَيْدَةَ أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ أَهْلُ الْجَنَّةِ عِشْرُونَ وَمِائَةُ صَفٍّ وَهَذِهِ الأُمَّةُ مِنْ ذَلِكَ ثَمَانُونَ صَفًّا  

Dari Buraidah : Bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Ahlul jannah terdiri dari seratus dua puluh shof. Umat ini bagian dari delapan puluh shof [HR Ahmad]

Bertakbir Karena Takjub Akan Kebenaran Sabda Nabi Shollallohu Alaihi Wasallam


Bertakbir (26)

Ali Bin Abi Tholib mengajak pasukannya untuk memerangi penduduk Nahrowan. Orang-orang nampak keberatan karena yang diperangi adalah kaum yang sudah mengucapkan kalimat syahadat. Alipun segera berkata :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَدْ حَدَّثَنَا بِأَقْوَامٍ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ثُمَّ لاَ يَرْجِعُونَ فِيهِ أَبَداً حَتَّى يَرْجِعَ السَّهْمُ عَلَى فُوقِهِ وَإِنَّ آيَةَ ذَلِكَ أَنَّ فِيهِمْ رَجُلاً أَسْوَدَ مُخْدَجَ الْيَدِ إِحْدَى يَدَيْهِ كَثَدْىِ الْمَرْأَةِ لَهَا حَلَمَةٌ كَحَلَمَةِ ثَدْىِ الْمَرْأَةِ حَوْلَهُ سَبْعُ هُلْبَاتٍ فَالْتَمِسُوهُ فَإِنِّى أُرَاهُ فِيهِمْ

Wahai manusia, sesungguhnya rosululloh shollallohu alaihi wasallam telah menyampaikan kepada kita tentang suatu kaum yang terlepas dari agamanya sebagaimana panah melesat dari busurnya lalu tidak akan kembali selamanya hingga anak panah kembali ke dalam busurnya. Salah satu tanda yang ada pada mereka adalah laki-laki yang berkulit hitam, cacat di tangannya dimana salah satu tangannya seperti puting perempuan. Dia memiliki tonjolan seperti tonjolan puting perempuan, di sekelilingnya ada tujuh helai rambut. Carilah oleh kalian karena telah ditampakkan padaku tentang mereka.

Mendengar intruksi ini, mereka segera mencarinya. Benarlah, di pinggir sungai diantara tumpukan mayat mereka menemukan laki-laki dengan ciri-ciri yang sudah disebutkan oleh Ali Bin Tholib dalam keadaan mengalungkan tali busur panahnya. Sambil menusuk orang itu pada tangannya, Ali mengucapkan :

اللَّهُ أَكْبَرُ صَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ

Allohu Akbar, sungguh telah benar Alloh dan rosulNya [HR Ahmad]


Bertakbir Karena Takjub Akan Lenturnya Ajaran Islam


Kapan Bertakbir (25)

Ghudloif Bin Harits pernah bertanya kepada Aisyah :

أَرَأَيْتِ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَغْتَسِلُ مِنَ الْجَنَابَةِ فِى أَوَّلِ اللَّيْلِ أَوْ فِى آخِرِهِ

Apa yang engkau lihat pada diri rosululloh shollallohu alaihi wasallam, apakah beliau mandi janabat di awal malam atau di akhirnya ?

Aisyah menjawab :

رُبَّمَا اغْتَسَلَ فِى أَوَّلِ اللَّيْلِ وَرُبَّمَا اغْتَسَلَ فِى آخِرِهِ

Terkadang beliau mandi di awal malam, terkadang pula beliau mandi di akhirnya

Ghudloif berkata :

اللَّهُ أَكْبَرُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى جَعَلَ فِى الأَمْرِ سَعَةً

Allohu Akbar ! Alhamdulillah yang telah menjadikan perkara (agama ini) luas

Ia bertanya lagi : 

أَرَأَيْتِ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يُوتِرُ أَوَّلَ اللَّيْلِ أَمْ فِى آخِرِهِ

Apa yang engkau lihat pada diri rosululloh shollallohu alaihi wasallam, apakah beliau menunaikan witir di awal malam atau di akhirnya ?

Aisyah menjawab :

رُبَّمَا أَوْتَرَ فِى أَوَّلِ اللَّيْلِ وَرُبَّمَا أَوْتَرَ فِى آخِرِهِ

Terkadang beliau menunaikan witir di awal malam dan terkadang pula menunaikan witir di akhirnya

Ghudloif berkata :

اللَّهُ أَكْبَرُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى جَعَلَ فِى الأَمْرِ سَعَةً

Allohu Akbar ! Alhamdulillah yang telah menjadikan perkara (agama ini) luas

Ia bertanya lagi :

أَرَأَيْتِ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَجْهَرُ بِالْقُرْآنِ أَمْ يَخْفِتُ بِهِ

Apa yang engkau lihat pada diri rosululloh shollallohu alaihi wasallam, apakah beliau menjaharkan bacaan quran atau memelankannya ?

Aisyah menjawab :

رُبَّمَا جَهَرَ بِهِ وَرُبَّمَا خَفَتَ

Terkadang beliau menjaharkannya dan terkadang pula memelankannya

Ghudloif berkata :

اللَّهُ أَكْبَرُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى جَعَلَ فِى الأَمْرِ سَعَةً

Allohu Akbar ! Alhamdulillah yang telah menjadikan perkara (agama ini) luas [HR Abu Daud]

Bertakbir Sebagai Ungkapan Takjub Dan Syukur Atas Mimpi Saudaranya Sesama Muslim


Kapan Bertakbir (24)

Manasik haji terbagi menjadi tiga : Ifrod, qiron dan tamattu’. Kita dibebaskan untuk memilih salah satunya. Abu Jamroh Adluba’i memilih haji tamattu’. Teman-temannya melarangnya. Ia menjadi gamang. Akhirnya ia pergi menemui Ibnu Abbas untuk menanyakan masalah itu. Ibnu Abbas justru menyarankannya untuk meneruskan tamattu’nya. Ia ikuti saran itu. Ketika berada di masjidl harom, Abu Jamroh tidur dan mendapatkan mimpi yang indah dimana dia didatangi oleh seseorang yang berkata kepadanya :

عُمْرَةٌ مُتَقَبَّلَةٌ وَحَجٌّ مَبْرُورٌ

Umrohmu diterima dan hajimu mabrur.

Dia bahagia mendapatkan mimpi itu lalu untuk kedua kalinya mendatangi Ibnu Abbas untuk menceritakan apa yang dilihatnya dalam tidurnya. Mendengar penuturannya, Abdulloh Bin Abbas berkata :

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ سُنَّةُ أَبِى الْقَاسِمِ صلى الله عليه وسلم

Allohu Akbar ! Allohu Akbar ! Itu adalah sunnah Abu Qosim shollallohu alaihi wasallam [HR Bukhori]

Mimpi yang dialami oleh Abu Jamroh, pertanda akan benarnya pilihan tamattu’nya. Tentang mimpi seorang mukmin, nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :

عَنْ أبِي هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا اقْتَرَبَ الزَّمَانُ لَمْ تَكَدْ تَكْذِبُ رُؤْيَا الْمُؤْمِنِ ، وَرُؤْيَا الْمُؤْمِنِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ  

Dari Abu Huroiroh berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Bila akhir zaman sudah dekat maka hampir-hampir mimpi seorang mukmin tidak akan dusta. Mimpi seorang mukmin bagian dari empat puluh enam kenabian [HR Bukhori dan Abu Daud]

Bertakbir Karena Heran


Kapan Bertakbir (23)

Seorang penduduk Mesir menunaikan ibadah haji. Ketika berada di dalam masjidil harom, ia melihat sekumpulan orang tengah duduk-duduk. Ia bertanya kepada orang yang ada di sampingnya :

مَنْ هَؤُلاَءِ الْقَوْمُ

Siapa mereka itu ?

Orang itu menjawab : Kaum quraisy. Ia bertanya lagi :

فَمَنِ الشَّيْخُ فِيهِمْ

Siapa yang terpandang diantara mereka ?

Orang itu menjawab : Abdulloh Bin Umar. Mendengar jawaban ini, orang Mesir itu segera mendekati Abdulloh Bin Umar seraya berkata :

يَا ابْنَ عُمَرَ إِنِّى سَائِلُكَ عَنْ شَىْءٍ فَحَدِّثْنِى هَلْ تَعْلَمُ أَنَّ عُثْمَانَ فَرَّ يَوْمَ أُحُدٍ وَ تَعْلَمُ أَنَّهُ تَغَيَّبَ عَنْ بَدْرٍ وَلَمْ يَشْهَدْ وَتَعْلَمُ أَنَّهُ تَغَيَّبَ عَنْ بَيْعَةِ الرُّضْوَانِ فَلَمْ يَشْهَدْهَا

Wahai Ibnu Umar, aku bertanya tentang sesuatu, tolong berikan jawaban bagiku. Apakah engkau mengetahui bahwa Utsman lari dari perang uhud ? Apakah engkau mengetahui bahwa ia tidak terlihat pada perang badar dan tidak hadir di dalamnya ? Apakah engkau mengetahui bahwa ia tidak mengikuti baiat ridlwan dan tidak menyaksikannya ?

Semua pertanyaan ini dibenarkan oleh Abdulloh Bin Umar yang membuat orang Mesir ini berkata “ Allohu Akbar ! “. Orang ini bertakbir karena memang saat itu Abdulloh Bin Saba’ dan kaum munafiqin berhasil menghembuskan isu akan keburukan-keburukan Utsman Bin Affan dengan harapan kaum muslimin sudah tidak mempercayainya sebagai kholifah. Abdulloh Bin Umar mengetahui betul kondisi ini, maka ia segera memberikan klarifikasi. Kepada orang Mesir ini, Ibnu Umar berkata :

تَعَالَ أُبَيِّنْ لَكَ أَمَّا فِرَارُهُ يَوْمَ أُحُدٍ فَأَشْهَدُ أَنَّ اللَّهَ عَفَا عَنْهُ وَغَفَرَ لَهُ ، وَأَمَّا تَغَيُّبُهُ عَنْ بَدْرٍ ، فَإِنَّهُ كَانَتْ تَحْتَهُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَكَانَتْ مَرِيضَةً ، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ لَكَ أَجْرَ رَجُلٍ مِمَّنْ شَهِدَ بَدْرًا وَسَهْمَهُ  وَأَمَّا تَغَيُّبُهُ عَنْ بَيْعَةِ الرُّضْوَانِ فَلَوْ كَانَ أَحَدٌ أَعَزَّ بِبَطْنِ مَكَّةَ مِنْ عُثْمَانَ لَبَعَثَهُ مَكَانَهُ فَبَعَثَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عُثْمَانَ وَكَانَتْ بَيْعَةُ الرُّضْوَانِ بَعْدَ مَا ذَهَبَ عُثْمَانُ إِلَى مَكَّةَ ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِيَدِهِ الْيُمْنَى هَذِهِ يَدُ عُثْمَانَ. فَضَرَبَ بِهَا عَلَى يَدِهِ ، فَقَالَ هَذِهِ لِعُثْمَانَ  

Kemarilah, aku akan memberi penjelasan kepadamu. Adapun larinya pada perang uhud, aku bersaksi bahwa Alloh telah memaafkannya dan memberi ampunan kepadanya. Sedangkan tidak hadirnya pada perang badar karena saat itu istrinya yang merupakan puteri rosululloh shollallohu alaihi wasallam sedang sakit. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda kepadanya “ Sesungguhnya bagimu pahala dan saham yang setara dengan orang yang ikut dalam perang badar “. Dan tidak terlihatnya pada baiatur ridlwan, seandainya ada orang yang lebih mulia di perut lembah Mekah dari Utsman, tentu nabi shollallohu alaihi wasallam akan mengutusnya untuk mengganti tempatnya. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengutus Utsman dan baiatur ridlwan terjadi setelah kepergian Utsman ke Mekah. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda dengan tangan kanannya sambil bersabda “ Ini adalah tangan Utsman “ Beliau memukulnya pada tangannya seraya bersabda “ Ini untuk Utsman “ [HR Bukhori]

Takjub Akan Kecintaan Makhluq Alloh Kepada Islam Dan Pemeluknya


Kapan Bertakbir (22)

Ketika rosululloh shollallohu alaihi wasallam pulang dari perang Khoibar, beliau dan kaum muslimin melewati gunung uhud. Di situlah beliau bersabda :

اللَّهُ أَكْبَرُ جَبَلٌ يُحِبُّنَا وَنُحِبُّهُ  

Allohu Akbar ! Gunung ini mencintai kita dan kitapun mencintainya [HR Ahmad]

Kalimat ini menunjukkan takjubnya nabi shollallohu alaihi wasallam kepada makhluq yang tidak memiliki ruh, akan tetapi mencintai beliau dan para sahabat.

Bertakbir Karena Takjub Dan Bahagia Akan Kemenangan Di Masa Yang Akan Datang
Kapan Bertakbir (21)

Pada perang ahzab atau khondaq, rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengajak para sahabat untuk menggali parit. Hal itu dilakukan sebagai salah satu strategi menghadapi musuh dalam jumlah yang jauh lebih besar.

Saat penggalian, para sahabat menemui kesulitan ketika mereka mendapati batu yang sangat besar dan sulit untuk dipecahkan. Merekapun segera mendatangi rosululloh shollallohu alaihi wasallam untuk menyampaikan hal itu. Beliau segera mengambil cangkul. Dengan bacaan basmallah diayunkan cangkul itu ke arah batu. Pukulan pertama berhasil memecahkan sepertiganya. Tiba-tiba beliau bersabda :

اللَّهُ أَكْبَرُ أُعْطِيت مَفَاتِيحَ الشَّامِ ، وَاَللَّهِ إِنِّي لَأُبْصِرُ قُصُورَهَا الْحُمْرَ السَّاعَة

Allohu Akbar ! Telah diberikan kepadaku kunci-kunci perbendaharaan negeri Syam. Demi Alloh, aku benar-benar melihat istananya yang berwarna merah saat ini.

Setelah itu beliau lanjutkan pada pukulan kedua. Tiba-tiba beliau bersabda :

اللَّهُ أَكْبَرُ ، أُعْطِيت مَفَاتِيحَ فَارِسٍ ، وَاَللَّهِ إِنِّي لَأُبْصِرُ قَصْرَ الْمَدَائِنِ أَبْيَضَ

Allohu Akbar ! Telah diberikan kepadaku kunci-kunci perbendaharaan negeri Persia. Demi Alloh, aku benar-benar melihat istana Madain yang berwarna putih

Selanjutnya beliau mengayunkan lagi cangkulnya. Beliau bersabda lagi :

اللَّهُ أَكْبَرُ أُعْطِيت مَفَاتِيحَ الْيَمَنِ ، وَاَللَّهِ إِنِّي لَأُبْصِرُ أَبْوَابَ صَنْعَاءَ مِنْ مَكَانِي هَذَا السَّاعَةَ

Allohu Akbar, aku telah diberi perbendaharaan Yaman. Demi Alloh, aku benar-benar melihat pintu-pintu Shon’a di tempatku ini sekarang

Bertakbir Sebagai Ungkapan Kebahagiaan Akan Kebenaran Pendapatnya Setelah Mendapat Penguat Dari Orang Lain


Bertakbir (20)

Pada perang Khoibar, terdapat seorang yang memperlihatkan keberaniannya yang luar biasa di hadapan musuh. Banyak dari kaum yahudi mati bergelimpangan lewat tangannya. ketika perang selesai, didapati orang ini sudah tidak bernyawa. Para sahabat menilai bahwa orang ini mendapatkan kesyahidan. Mereka terkejut saat rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :

هَذَا مِنْ أَهْلِ النَّا

Orang ini bagian dari penghuni neraka

Seorang sahabat berkata kepada beliau :

يَا رَسُولَ اللَّهِ ، الَّذِى قُلْتَ إِنَّهُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَإِنَّهُ قَدْ قَاتَلَ الْيَوْمَ قِتَالاً شَدِيدًا وَقَدْ مَاتَ

Wahai rosululloh, engkau telah mengatakan bahwa orang ini adalah penghuni neraka, padahal hari ini dia telah berperang dengan keberanian luar biasa dan dia kini telah mati !

Sahabat lainnya, bahkan hampir saja ragu akan pernyataan beliau akan kedudukan orang ini di akhirat. Dalam situasi seperti ini, tiba-tiba seorang sahabat datang memberi kesaksian bahwa tatkala laki-laki ini terluka, ia tidak mampu bersabar atas luka-lukanya. Akhirnya ia mengambil jalan pintas dengan bunuh diri. Berita ini membuat rosululloh shollallohu alaihi wasallam bahagia hingga beliau bersabda :

اللَّهُ أَكْبَرُ ، أَشْهَدُ أَنِّى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ

Allohu Akbar, aku bersaksi bahwa aku adalah hamba Alloh dan utusanNya [HR Bukhori Muslim]

Kalimat takbir yang beliau ucapkan adalah ungkapan kebahagiaan setelah mendengar kesaksian seorang sahabat akan kebenaran pernyataannya.

Bertakbir Sebagai Ungkapan Syukur Dan Takjub Saat Melihat Tanda Husnul Khotimah Pada Saudaranya Sesama Muslim


Bertakbir (19)

Salah satu tanda husnul khotimah pada diri seorang muslim saat kematian adalah adanya keringat di dahi sebagaimana sabda nabi shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ بُرَيْدَةَ رضي الله عنه عَنِ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ اَلْمُؤْمِنُ يَمُوتُ بِعَرَقِ الْجَبِينِ  

Dari Buraidah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Orang yang beriman itu mati dengan peluh di dahi [HR Ahmad, Nasa’i, Trimidzi dan Ibnu Majah] 

Suatu hari, Buraidah ketika berada di Khurosan hendak menengok saudaranya yang sedang sakit. Ketika tiba di rumahnya, didapatinya si sakit sudah meninggal dunia, sementara terlihat dengan jelas keringat ada di dahi mayit. Spontan Buraidah berkata :

اللَّهُ أَكْبَرُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ مَوْتُ الْمُؤْمِنِ بِعَرَقِ الْجَبِينِ    

Allohu Akbar, aku penah mendengar rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Kematian seorang mukmin ditandai dengan keringat yang ada di dahi [HR Ahmad]


Bertakbir Sebagai Ungkapan Syukur


Kapan Bertakbir (18)

Puteri Umar yang dinikah oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam adalah Hafshoh. Pada suatu hari muncul berita bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam mencerai sebagian istrinya. Hal itu membuat gusar Umar Bin Khothob, terlebih dirinya mendapati puterinya menangis tanpa bisa ditanya tentang sebab tangisannya.

Umarpun bergegas pergi untuk menemui rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Sesampai di hadapan beliau, ia bertanya :

أَطَلَّقْتَ نِسَاءَكَ

Apakah engkau menceraikan istri-istri anda ?

Mendengar pertanyaan ini, beliau menjawab “ Tidak ! “ Spontan Umar berkata “ Allohu Akbar [HR Bukhori]

Apa hikmah di balik takbir yang diucapkan Umar Bin Khothob setelah mendengar jawaban dari rosululloh shollallohu alaihi wasallam ? Ibnu Hajar Al Atsqolani berkata :

وَيَحْتَمِل أَنْ يَكُون كَبَّرَ اللَّه حَامِدًا لَهُ عَلَى مَا أَنْعَمَ بِهِ عَلَيْهِ مِنْ عَدَم وُقُوع الطَّلَاق

Dimungkinkan tujuan Umar bertakbir sebagai rasa syukur kepada Alloh atas nikmat yang Alloh berikan kepadanya dimana cerai tidak terjadi pada istri-istri nabi shollallohu alaihiwasallam (termasuk puterinya, Hafshoh)

Walhasil, takbir bisa diucapkan sebagai ungkapan syukur atas karunia Alloh

Maroji’ :

Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 14/482

Bertakbir Saat Berperang


Kapan Bertakbir (17)

Pekikan takbir sering kita dapati pada diri mujahidin di medan tempur. Hal ini biasa dilakukan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam. Misalnya pada perang Khoibar. Ketika sudah melihat musuh, beliau berteriak :

اللَّهُ أَكْبَرُ ، خَرِبَتْ خَيْبَرُ ، إِنَّا إِذَا نَزَلْنَا بِسَاحَةِ قَوْمٍ فَسَاءَ صَبَاحُ الْمُنْذَرِينَ

Allohu Akbar ! Runtuhlah Khoibar ! Bila kita mendatangi medan pertempuran pada satu kaum, maka betapa keburukan akan menimpa orang-orang yang mendapat peringatan di pagi hari [HR Bukhori, Muslim, Malik, Ahmad, Nasa’i dan Trimidzi]

Kalimat ini beliau ucapkan tiga kali. Tentang bacaan takbir ketika berperang, Imam Ibnu Rojab Alhambali berkata :

التكبير على العدو عند مشاهدته.

Bertakbir dianjurkan saat melihat musuh

Hikmah dari takbir adalah mengusir setan yang menyertai pasukan kafir sebagaimana larinya mereka di perang badar setelah sebelumnya menjanjikan bantuan kepada kaum kafir quraisy.

Imam Nawawi berkata : Di dalamnya terkandung dalil akan anjuran berdzkir dan bertakbir ketika berperang. Hal ini sesuai dengan firman Alloh :



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan berdzikirlah dengan menyebut nama Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung [al anfal : 45]

Maroji’ :

Fathul Bari, Ibnu Rojab Alhambali 4/201

Syarh Shohih Muslim, Imam Nawawi 5/138


Bertakbir Saat Adzan Dan Iqomat


Kapan Bertakbir (16)

Hl ini berdasarkan mimpi dari Abdulloh Bin Zaid :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَبْدِ رَبِّهِ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ زَيْدٍ قَالَ لَمَّا أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالنَّاقُوسِ يُعْمَلُ لِيُضْرَبَ بِهِ لِلنَّاسِ لِجَمْعِ الصَّلَاةِ طَافَ بِي وَأَنَا نَائِمٌ رَجُلٌ يَحْمِلُ نَاقُوسًا فِي يَدِهِ فَقُلْتُ يَا عَبْدَ اللَّهِ أَتَبِيعُ النَّاقُوسَ قَالَ وَمَا تَصْنَعُ بِهِ فَقُلْتُ نَدْعُو بِهِ إِلَى الصَّلَاةِ قَالَ أَفَلَا أَدُلُّكَ عَلَى مَا هُوَ خَيْرٌ مِنْ ذَلِكَ فَقُلْتُ لَهُ بَلَى قَالَ فَقَالَ تَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ قَالَ ثُمَّ اسْتَأْخَرَ عَنِّي غَيْرَ بَعِيدٍ ثُمَّ قَالَ وَتَقُولُ إِذَا أَقَمْتَ الصَّلَاةَ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ قَدْ قَامَتْ الصَّلَاةُ قَدْ قَامَتْ الصَّلَاةُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فَلَمَّا أَصْبَحْتُ أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرْتُهُ بِمَا رَأَيْتُ فَقَالَ إِنَّهَا لَرُؤْيَا حَقٌّ إِنْ شَاءَ اللَّهُ فَقُمْ مَعَ بِلَالٍ فَأَلْقِ عَلَيْهِ مَا رَأَيْتَ فَلْيُؤَذِّنْ بِهِ فَإِنَّهُ أَنْدَى صَوْتًا مِنْكَ فَقُمْتُ مَعَ بِلَالٍ فَجَعَلْتُ أُلْقِيهِ عَلَيْهِ وَيُؤَذِّنُ بِهِ قَالَ فَسَمِعَ ذَلِكَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ وَهُوَ فِي بَيْتِهِ فَخَرَجَ يَجُرُّ رِدَاءَهُ وَيَقُولُ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَقَدْ رَأَيْتُ مِثْلَ مَا رَأَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلِلَّهِ الْحَمْدُ قَالَ أَبُو دَاوُد هَكَذَا رِوَايَةُ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ و قَالَ فِيهِ ابْنُ إِسْحَقَ عَنْ الزُّهْرِيِّ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ و قَالَ مَعْمَرٌ وَيُونُسُ عَنْ الزُّهْرِيِّ فِيهِ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَمْ يُثَنِّيَا

Dari Abdullah bin Zaid dia berkata ; Sewaktu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hendak memerintahkan supaya memakai lonceng yang dipukul untuk mengumpulkan orang-orang yang mengerjakan shalat, ada seorang laki-laki berkeliling bertemu denganku, sedang saya dalam keadaan tidur. Ia membawa lonceng di tangannya, maka saya berkata; Wahai hamba Allah, apakah kamu mau menjual lonceng ini ? Dia bertanya ; Apa yang akan kamu lakukan dengannya? Saya menjawab ; Saya akan pakai untuk memanggil orang-orang mengerjakan shalat. Kata orang itu ; Maukah saya tunjukan kepadamu yang lebih baik dari itu ? Saya katakan kepadanya ; Tentu. Orang itu berkata ; Engkau ucapkan ; Allaahu Akbar Allaahu Akbar, Allaahu Akbar Allaahu Akbar, Asyhaduan laa ilaaha Illallah, Asyhaduan laa ilaaha Illallah, Ayshadu anna Muhammadar Rasuulallah, Ayshadu anna Muhammadar Rasuulallah, Hayya 'alash shalaah, Hayya 'alash shalaah. Hayya 'alal falah, Hayya 'alal falah. Allaahu Akbar, Allaahu Akbar. Laailaaha illallah. Abdullah berkata ; Kemudian orang itu mundur tidak jauh dariku, lalu berkata; Apabila kamu membaca iqamah shalat, ucapkanlah; Allahu Akbar Allahu Akbar,. Asyhaduan laa ilaaha Illallah,. Ayshadu anna Muhammadar Rasuulallah, Hayya 'alash shalaah. Hayya 'alal falah. Qad qaamatish shalat Qad qaamatish shalat. Allahu Akbar Allahu Akbar. Laailaaha illallah. Maka keesokan harinya, saya pergi menemui Rasulallah shallallahu 'alaihi wasallam dan memberitahukan kejadian mimpiku itu, maka beliau bersabda : Sesungguhnya mimpimu itu adalah mimpi yang benar Insya Allah. Karena itu berdirilah bersama Bilal dan ajarkan kepadanya mimpimu itu, dan hendaklah dia yang adzan, karena suaranya lebih lantang dari suaramu." Maka saya pun berdiri bersama Bilal, lalu saya ajarkan kepadanya bacaan-bacaan itu, sementara dia menyerukan adzan itu. Dia berkata; Kemudian Umar bin Al-Khaththab mendengar seruan adzan itu ketika dia sedang berada di rumahnya, lalu dia keluar sambil menarik pakaiannya dan berkata; Demi Dzat yang mengutusmu dengan al-Haq, wahai Rasulullah, sungguh saya telah bermimpi seperti mimpi Abdullah itu. Maka Rasulullah bersabda : Maka segala puji hanya bagi Allah. [HR Ahmad dan Abu Daud]

Bertakbir Saat Akan Tidur


Kapan Bertakbir (15)

Agar tidur diberkahi, sangat dianjurkan diawali dengan membaca berbagai macam wirid yang diajarkan oleh nabi shollallohu aalaihi wasallam. Diantara wirid itu adalah membaca tasbih sebanyak tiga puluh tiga kali, tahmid sebanyak tiga puluh tiga kali dan bertakbir sebanyak tiga puluh empat kali. Inilah yang disampaikan nabi shollallohu alaihi wasallam kepada Fatimah yang tidak lain adalah puterinya :

عَنِ عَلِىّ قَالَ شَكَتْ فَاطِمَةُ إِلَى النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم مَا تَلْقَى فِى يَدِهَا مِنَ الرَّحَى فَأُتِىَ بِسَبْىٍ فَأَتَتْهُ تَسْأَلُهُ فَلَمْ تَرَهُ فَأَخْبَرَتْ بِذَلِكَ عَائِشَةَ فَلَمَّا جَاءَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم أَخْبَرَتْهُ فَأَتَانَا وَقَدْ أَخَذْنَا مَضَاجِعَنَا فَذَهَبْنَا لِنَقُومَ فَقَالَ  عَلَى مَكَانِكُمَا فَجَاءَ فَقَعَدَ بَيْنَنَا حَتَّى وَجَدْتُ بَرْدَ قَدَمَيْهِ عَلَى صَدْرِى فَقَالَ أَلاَ أَدُلُّكُمَا عَلَى خَيْرٍ مِمَّا سَأَلْتُمَا إِذَا أَخَذْتُمَا مَضَاجِعَكُمَا فَسَبِّحَا ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ وَاحْمَدَا ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ وَكَبِّرَا أَرْبَعًا وَثَلاَثِينَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ  

Dari Ali berkata : Fatimah mengadu kepada nabi shollallohu alaihi wasallam akan tangannya yang rusak karena penggilingan roti. Beliau mendapat budak dari hasil tawanan perang lalu Fatimah mendatanginya untuk memintanya pada saat Fatimah tidak melihatnya (beliau tidak ada). Ia menyampaikan hal itu kepada Aisyah. Ketika nabi shollallohu alaihi wasallam tiba, Aisyah memberitahukannya kepada beliau. beliaupun mendatangi kami sementara kami sudah tidur. Kami bangkit untuk berdiri. Beliau bersabda : Tetaplah kalian berdua di tempat. Beliau datang lalu duduk bersama diantara kami hingga aku mendapati dinginnya kedua kakinya pada dadaku. Beliau bersabda : Maukah aku tunjukkan kepada kalian berdua sesuatu yang lebih baik daripada yang kalian berdua minta ? Bila kalian berdua mendatangi tempat tidurnya maka bertasbihlah 33 kali, bertahmidlah 33 kali dan bertakbirlh 34 kali. Itu semua lebih baik bagi kalian berdua daripada pembantu [HR Abu Daud]

Bertakbir Saat Menyembelih


Kapan Bertakbir (14)

Menggabungkan antara bacaan basmallah dan takbir adalah sunnah rosululloh shollallohu alaihi wasallam saat penyembelihan. Ini adalah pembeda antara apa yang dilakukan oleh orang yang bertauhid dengan kaum musyrikin. Ketika menyembelih, mereka biasa menyebut nama-nama berhala yang mereka sembah. Untuk itulah basmallah dan takbir adalah furqon yang nyata antara kedua kelompok ini. Dasar dari syariat ini adalah :

عَنْ أَنَسِ بنِ مَالِكٍ رضي الله عنه أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يُضَحِّي بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ, أَقْرَنَيْنِ, وَيُسَمِّي, وَيُكَبِّرُ, وَيَضَعُ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا. وَفِي لَفْظٍ: ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ  مُتَّفَقٌ عَلَيْه وَفِي لَفْظِ سَمِينَيْنِ  وَلِأَبِي عَوَانَةَ فِي صَحِيحِهِ : ثَمِينَيْنِ  بِالْمُثَلَّثَةِ بَدَلَ اَلسِّين ِ وَفِي لَفْظٍ لِمُسْلِمٍ, وَيَقُولُ  بِسْمِ اَللَّهِ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ

Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam biasanya berkurban dua ekor kambing kibas bertanduk. Beliau menyebut nama Allah dan bertakbir, dan beliau meletakkan kaki beliau di atas dahi binatang itu. Dalam suatu lafadz : Beliau menyembelihnya dengan tangan beliau sendiri. Dalam suatu lafadz : Dua ekor kambing gemuk. Menurut riwayat Abu Awanah dalam kitab Shahihnya : Dua ekor kambing mahal -dengan menggunakan huruf tsa' bukan sin- Dalam suatu lafadz riwayat Muslim : Beliau membaca bismillahi wallaahu akbar.


Bertakbir Saat Hari Raya


Kapan Bertakbir (13)

Ketika hilal bulan syawal dinyatakan terlihat, maka ibadah shoum dinyatakan telah selesai dan umat islam sudah memasuki malam hari raya. Untuk menyambutnya, kita dianjurkan untuk bertakbir. Hal ini difirmankan oleh Alloh :

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ  

Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (menyelesaikan shoum selama romadlon) dan hendaklah kamu bertakbir (mengagungkan Allah) atas petunjukNya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur [albaqoroh : 185]

Tentang ayat di atas, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di berkata :

وبالتكبير عند انقضائه، ويدخل في ذلك التكبير عند رؤية هلال شوال إلى فراغ خطبة العيد.  

Dianjurkan bertakbir setelah menyelesaikan shoum romadlon. Bartakbir dimulai ketika melihat hilal bulan syawal hingga selesainya khutbah ied

Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata :

وذلك عند إتمام صيام رمضان من رؤية الهلال إلى العودة من صلاة العيد والتكبير مشروع وفيه أجر كبير ، وصفته المشهورة الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله ، الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Yang demikian itu (bertakbir) dimulai ketika telah sempurnanya romadlon berdasarkan ru’yatul hilal hingga kembali dari sholat ied. Bertakbir disyariatkan dan di dalamnya terkandung pahala yang besar. Adapun sifat dari bacaan takbir yang masyhur adalah “ Allohu Akbar, Allohu Akbar, laa ilaaha illallohu Allohu Akbar Allohu Akbar walillahil hamdu

Maroji’ :

Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi(maktabah syamilah) hal 28

Taisir Kalim Arrohman Fi Tafsir Kalamil Mannan, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di (maktabah syamilah) hal 28


Bertakbir Saat Melihat Hilal


Kapan Bertakbir (12)

Disunnahkan untuk mengucapkan :

اللَّهُ أَكْبَرُ الْحَمْدُ لِلَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذَا الشَّهْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ الْقَدَرِ وَمِنْ سُوءِ الْحَشْرِ

Hal ini berdasarkan sebuah hadits :

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا رَأَى الْهِلاَلَ قَالَ  اللَّهُ أَكْبَرُ الْحَمْدُ لِلَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذَا الشَّهْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ الْقَدَرِ وَمِنْ سُوءِ الْحَشْرِ  

Dari Ubadah Bin Shomit berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bila melihat hilal beliau bersabda : Allohu Akbar, Alhamdulillah, laa haula walaa quwwata ilaa billah. Allohumma inni as’aluka khoiro hadzasy syahri wa a’udzubika min syarril qodari wamin suu-il hasyri (Alloh Maha Besar, segala puji bagi Alloh, tidak ada daya dan kekuatan melainkan dengan Alloh. Ya Alloh, sesungguhnya aku memohon kepadaMu kebaikan yang ada pada bulan ini dan aku belindung kepadaMu dari keburukan ketetapan dan keburukan penghimpunan) [HR Ahmad]


Bertakbir Saat Memulai Thowaf


Kapan Bertakbir (10)

Inilah yang pertama kali diucapkan seorang yang menunaikan thowaf. Setelah mengecup hajar aswad atau menyentuhnya atau melambaikan tangan, disyariatkan untuk mengucapkan bismillahi wallohu akbar. Nafi’ meriwayatkan apa yang dilakukan oleh gurunya, Ibnu Umar ketika memasuki masjidil harom :

ثُمُّ يَدْخُلُ مَكَّةَ ضُحًى فَيَأْتِى الْبَيْتَ فَيَسْتَلِمُ الْحَجَرَ وَيَقُولُ بِسْمِ اللَّهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ

Lalu dia memasuki kota Mekah pada waktu dluha. Setelah itu mendatangi albait (ka’bah) selanjutnya beristilam ke hajar aswad seraya membaca bismillahi wallohu akbar [HR Ahmad]
 

Bertakbir Sebagai Bagian Dzikir Saat Kepulangan Dari Safar


Kapan Bertakbir (9)

Sunnah ini diriwayatkan oleh Ibnu Umar :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ كَانَ رَسُول ُاللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا قَفَلَ مِنْ حَجٍّ أَوْ غَزْوٍ أَوْ عُمْرَةٍ فَعَلاَ فَدْفَداً مِنَ الأَرْض ِ أَوْ شَرَفاً قَالَ  اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ آيِبُونَ تَائِبُونَ سَاجِدُونَ عَابِدُونَ لِرَبِّنَا حَامِدُونَ صَدَقَ اللَّهُ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ

Dari Ibnu Umar berkata : Rosululloh shollallohualaihi wasallam bila pulang dari haji, perang atau umroh lalu mendaki tempat tinggi dari permukaan tanah, beliau membaca : Allohu Akbar, Allohu Akbar laa ilaaha illallohu wahdahu laa syariikalahu lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syai in qodiir aayibuuna taa ibuun saajiduun ‘aabiduun lirobbinaa haamiduun shodaqollohu wa’dah wa nashoro ‘abdahu wahazamal ahzaaba wahdahu (Alloh Maha Besar ! Alloh Maha Besar ! Tdak ada ilah yang berhak diibadahi selain Alloh. Dialah satu-satuNya tidak ada sekutu bagiNya. BagiNya segala pujian dan Dia atas segala sesuatu Maha Berkehendak. Kita kembali, bertaubat, bersujud, beribadah kepada Rob Kami dan memuji. Telah benar janji Alloh, Dia yang menolong hambaNya dan mengalahkan kelompok-kelompok (musuh) [HR Ahmad]


Bertakbir Saat Jalan Mendaki


Kapan Bertakbir (8)

Saat memanjat kelapa, pesawat take off, mendaki gunung, naik lift dan lainnya disunnahkan untuk membaca takbir. Sebaliknya ketika jalan menurun seperti turun dari pohon, pesawat landing, lift bergerak ke bawah dan lainnya dianjurkan membaca tasbih. Hal ini berdasarkan penuturan dari Jabir Bin Abdulloh :

عن جابر رضي الله عنه قَالَ : كُنَّا إِذَا صَعِدْنَا كَبَّرْنَا ، وَإِذَا نَزَلْنَا سَبَّحْنَا . رواه البخاري

Dari Jabir rodliyallohu anhu berkata : Bila berjalan mendaki, kami bertakbir dan bila jalan menurun, kami bertasbih [HR Bukhori]

Apa hikmah di balik pensyariatan ini ? Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin menerangkan bahwa ketika jalan mendaki, posisi kita semakin tinggi. Untuk menjaga sikap tawadlu, maka kita dituntun untuk bertakbir. Dengan bacaan ini kita diingatkan bahwa Alloh lebih tinggi dan lebih agung sesuai dengan arsy tempat Alloh beristiwa.

Ketika jalan menurun, posisi kita semakin rendah. Bacaan ini mengajarkan bahwa Alloh tidak rendah sebagaimana kedudukan kita

Bertakbir Sebagai Bagian Dari Dzikir Di Kendaraan


Kapan Bertakbir (7)

Salah satu cara memulai berkendaraan adalah membaca basmallah. Ketika pantat sudah ada di kursi kendaraan membaca :

الحَمْدُ للهِ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنينَ ، وَإنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ

Dilanjutkan bertahmid dan bertakbir tiga kali. Setelah itu membaca :

سُبْحَانَكَ إنّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي إنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أنْتَ

Sebelum kendaraan bergerak, dianjurkan untuk tertawa. Sunnah ini berdasarkan sebuah hadits :

وعن عَلِي بن ربيعة ، قَالَ : شهدت عليَّ بن أَبي طالب رضي الله عنه ، أُتِيَ بِدَابَّةٍ لِيَرْكَبَهَا ، فَلَمَّا وَضَعَ رِجْلَهُ في الرِّكَابِ ، قَالَ : بِسْمِ اللهِ ، فَلَمَّا اسْتَوَى عَلَى ظَهْرِهَا ، قَالَ : الحَمْدُ للهِ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنينَ ، وَإنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ ، ثُمَّ قَالَ : الحمْدُ للهِ ، ثَلاثَ مَرَّاتٍ ، ثُمَّ قَالَ : اللهُ أكْبَرُ ، ثَلاثَ مَرَّاتٍ ، ثُمَّ قَالَ : سُبْحَانَكَ إنّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي إنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أنْتَ ، ثُمَّ ضَحِكَ ، فَقيلَ : يَا أمِيرَ المُؤمِنِينَ ، مِنْ أيِّ شَيْءٍ ضَحِكْتَ ؟ قَالَ : رَأيتُ النبيَّ صلى الله عليه وسلم - فَعَلَ كَمَا فَعَلْتُ ثُمَّ ضَحِكَ ، فقُلْتُ : يَا رسول اللهِ ، مِنْ أيِّ شَيْءٍ ضَحِكْتَ ؟ قَالَ : إنَّ رَبَّكَ تَعَالَى يَعْجَبُ مِنْ عَبدِهِ إِذَا قَالَ : اغْفِرْ لِي ذُنُوبِي ، يَعْلَمُ أنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ غَيْرِي  

Dari Ali Bin Robi’ah berkata : Aku melihat Ali Bin Abi Tholib rodliyallohu anhu diberi seekor binatang untuk dikendarai. Ketika kakinya sudah menginjak kendaraan, ia membaca bismillah. Saat sudah duduk di atas punggungnya, ia membaca “ Alhamdulillahilladzii sakh khoro lanaa haadzaa wamaa kunnaa lahuu muqriniin, wa innaa ilalloohi lamunqolibuun (Segala puji bagi Alloh yang telah menundukkan ini bagi kami, dan kami tidak ada kemampuan untuk menundukkannya dan kepada Rob, kami akan dikembalikan) “. Setelah itu dia membaca alhamdulillah tiga kali, Allohu Akbar tiga kali dilanjutkan membaca “ Subhaanaka innii dzolamtu nafsii faghfirlii fa innahuu laayaghfirudz dzunuuba illaa anta (Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku mendzolimi diriku. Maka ampunilah aku karena sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosaku selain Engkau) “ lalu dia tertawa. Ada yang bertanya : Wahai amirul mukminin, atas dasar apa engkau tertawa ? Dia menjawab : Aku melihat nabi shollallohu alaihi wasallam melakukan apa yang telah aku lakukan lalu tertawa. Akupun bertanya : Wahai rosululloh, atas dasar apa engkau tertawa ? Beliau menjawab : Sesungguhnya Robmu Yang Maha Tinngi takjub kepada hambaNya ketika membaca “ Ighfirlii dzunuubii “ Dia tahu bahwa tidak ada yang bisa mengampuni dosa selain Aku [HR Abu Daud dan Tirmidzi]

Bertakbir Sebagai Sarana Memenuhi Hak Alloh Dan Hak Pribadi


Kapan Bertakbir (6)

عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ جَاءَ أَعْرَابِىٌّ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ عَلِّمْنِى كَلاَمًا أَقُولُهُ قَالَ  قُلْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا سُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ. قَالَ فَهَؤُلاَءِ لِرَبِّى فَمَا لِى قَالَ  قُلِ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى وَارْحَمْنِى وَاهْدِنِى وَارْزُقْنِى  

Dari Mush’ab Bin Sa’ad dari bapaknya berkata : Datang seorang a’robiy kepada rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Ia berkata : Ajarkan kepadaku satu kalimat yang akan aku amalkan. Beliau bersabda : Bacalah “ Laa ilaaha illallohu wahdahu laa syarikalahu Allohu Akbar kabiiron walhamdu lillaahi katsiiron subhaanalloi Robbil’ alamiin laa haula walaakuwwata illaa billahil ‘Azizil Hakiim (Tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Alloh. Dia satu-satuNya. Allo Maha Besar. Semua kebesaran dan segala puji bagi Alloh Rob semesta alam. Tidak ada daya dan tidak ada upaya melainkan dengan Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana) “. Orang itu berkata : Itu semua untuk Alloh, lalu mana untukku ? Beliau bersabda : Bacalah “ Allohummagh firlii warhamnii wahdinii warzuqnii (Ya Alloh, ampunilah aku, rahmati aku, beri hidayah aku dan limpahilah rezeki bagiku) “[HR Muslim]