Kapan Bertakbir (23)
Seorang penduduk Mesir menunaikan ibadah haji. Ketika berada
di dalam masjidil harom, ia melihat sekumpulan orang tengah duduk-duduk. Ia
bertanya kepada orang yang ada di sampingnya :
مَنْ
هَؤُلاَءِ الْقَوْمُ
Siapa mereka itu ?
Orang itu menjawab : Kaum quraisy. Ia bertanya lagi :
فَمَنِ
الشَّيْخُ فِيهِمْ
Siapa yang terpandang diantara mereka
?
Orang itu menjawab : Abdulloh Bin Umar. Mendengar jawaban
ini, orang Mesir itu segera mendekati Abdulloh Bin Umar seraya berkata :
يَا ابْنَ عُمَرَ إِنِّى سَائِلُكَ عَنْ شَىْءٍ
فَحَدِّثْنِى هَلْ تَعْلَمُ أَنَّ عُثْمَانَ فَرَّ يَوْمَ أُحُدٍ وَ تَعْلَمُ
أَنَّهُ تَغَيَّبَ عَنْ بَدْرٍ وَلَمْ يَشْهَدْ وَتَعْلَمُ أَنَّهُ تَغَيَّبَ عَنْ
بَيْعَةِ الرُّضْوَانِ فَلَمْ يَشْهَدْهَا
Wahai Ibnu Umar, aku bertanya tentang sesuatu, tolong berikan
jawaban bagiku. Apakah engkau mengetahui bahwa Utsman lari dari perang uhud ?
Apakah engkau mengetahui bahwa ia tidak terlihat pada perang badar dan tidak
hadir di dalamnya ? Apakah engkau mengetahui bahwa ia tidak mengikuti baiat
ridlwan dan tidak menyaksikannya ?
Semua pertanyaan ini dibenarkan oleh Abdulloh Bin Umar yang
membuat orang Mesir ini berkata “ Allohu Akbar ! “. Orang ini bertakbir
karena memang saat itu Abdulloh Bin Saba’ dan kaum munafiqin berhasil
menghembuskan isu akan keburukan-keburukan Utsman Bin Affan dengan harapan kaum
muslimin sudah tidak mempercayainya sebagai kholifah. Abdulloh Bin Umar
mengetahui betul kondisi ini, maka ia segera memberikan klarifikasi. Kepada
orang Mesir ini, Ibnu Umar berkata :
تَعَالَ أُبَيِّنْ لَكَ أَمَّا
فِرَارُهُ يَوْمَ أُحُدٍ فَأَشْهَدُ أَنَّ اللَّهَ عَفَا عَنْهُ وَغَفَرَ لَهُ ،
وَأَمَّا تَغَيُّبُهُ عَنْ بَدْرٍ ، فَإِنَّهُ كَانَتْ تَحْتَهُ بِنْتُ رَسُولِ
اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَكَانَتْ مَرِيضَةً ، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ
صلى الله عليه وسلم إِنَّ لَكَ أَجْرَ رَجُلٍ مِمَّنْ شَهِدَ بَدْرًا
وَسَهْمَهُ وَأَمَّا تَغَيُّبُهُ عَنْ
بَيْعَةِ الرُّضْوَانِ فَلَوْ كَانَ أَحَدٌ أَعَزَّ بِبَطْنِ مَكَّةَ مِنْ
عُثْمَانَ لَبَعَثَهُ مَكَانَهُ فَبَعَثَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم
عُثْمَانَ وَكَانَتْ بَيْعَةُ الرُّضْوَانِ بَعْدَ مَا ذَهَبَ عُثْمَانُ إِلَى
مَكَّةَ ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِيَدِهِ الْيُمْنَى هَذِهِ
يَدُ عُثْمَانَ. فَضَرَبَ بِهَا عَلَى يَدِهِ ، فَقَالَ هَذِهِ لِعُثْمَانَ
Kemarilah, aku akan memberi penjelasan kepadamu. Adapun
larinya pada perang uhud, aku bersaksi bahwa Alloh telah memaafkannya dan
memberi ampunan kepadanya. Sedangkan tidak hadirnya pada perang badar karena
saat itu istrinya yang merupakan puteri rosululloh shollallohu alaihi wasallam
sedang sakit. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda kepadanya “
Sesungguhnya bagimu pahala dan saham yang setara dengan orang yang ikut dalam
perang badar “. Dan tidak terlihatnya pada baiatur ridlwan, seandainya ada
orang yang lebih mulia di perut lembah Mekah dari Utsman, tentu nabi
shollallohu alaihi wasallam akan mengutusnya untuk mengganti tempatnya.
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengutus Utsman dan baiatur ridlwan
terjadi setelah kepergian Utsman ke Mekah. Rosululloh shollallohu alaihi
wasallam bersabda dengan tangan kanannya sambil bersabda “ Ini adalah tangan
Utsman “ Beliau memukulnya pada tangannya seraya bersabda “ Ini untuk Utsman “
[HR Bukhori]