Yang Menyusun Shof

Yang Menyusun Shof

Shof adalah barisan. Barisan tentara yang sedang upacara, barisan orang yang tengah antre untuk mendapatkan jatah pembagian sembako dan lainnya, secara bahasa dapat disebut sebagai shof.

Pembahasan shof yang dimaksud adalah shof yang bernilai ibadah. Setidaknya kalau kita kumpulkan riwayat hadits, ada 3 kelompok yang menyusun shof :

1. Para mujahid

إنَّ الله يُحِبُّ الَّذِيْنَ يُقاَتِلُوْنَ فِى سَبِيْلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْياَنٌ مَّرْصُوْص

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. [ash shof : 4]
Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di berkata : bila perang tiba, nabi shollallohu alaihi wasallam menyusun shof para sahabat dengan cara menempatkan mereka pada pos-pos yang sudah ditentukan agar satu sama lain tidak mengandalkan temannya akan tetapi mereka berkonsentrasi sesuai dengan tempatnya masing-masing dengan melaksanakan kewajiban yang sudah ditetapkan. Dengan cara inilah maka sempurnalah amal dan tercapai tujuan

2. Para malaikat

Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin berkata : para malaikat memiliki banyak macam ibadah di antaranya menyusun di hadapan Alloh sebagaimana yang tertera dalam firmanNya :
وَإنَّا لَنَحْنُ الصَّافُّوْنَ وَإنَّا لَنَحْنُ الْمُسَبِّحُوْنَ

165. Dan Sesungguhnya Kami (para malaikat) benar-benar bershaf-shaf (dalam menunaikan perintah Allah).

166. Dan Sesungguhnya Kami benar-benar bertasbih (kepada Allah). [ash shofat : 165-166]

Dalam hadits disebutkan :

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا لِي أَرَاكُمْ رَافِعِي أَيْدِيكُمْ كَأَنَّهَا أَذْنَابُ خَيْلٍ شُمْسٍ اسْكُنُوا فِي الصَّلَاةِ قَالَ ثُمَّ خَرَجَ عَلَيْنَا فَرَآنَا حَلَقًا فَقَالَ مَالِي أَرَاكُمْ عِزِينَ قَالَ ثُمَّ خَرَجَ عَلَيْنَا فَقَالَ أَلَا تَصُفُّونَ كَمَا تَصُفُّ الْمَلَائِكَةُ عِنْدَ رَبِّهَا فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ تَصُفُّ الْمَلَائِكَةُ عِنْدَ رَبِّهَا قَالَ يُتِمُّونَ الصُّفُوفَ الْأُوَلَ وَيَتَرَاصُّونَ فِي الصَّفِّ

Dari Jabir bin Samurah dia berkata, "Mengapa aku melihat kalian mengangkat tangan kalian, seakan-akan ia adalah ekor kuda yang tidak bisa diam. Kalian diamlah di dalam shalat." Perawi berkata, "Kemudian beliau keluar melewati kami, lalu beliau melihat kami bergerombol, maka beliau bersabda, 'Mengapa aku melihat kalian bercerai berai'." Perawi berkata, "Kemudian Rasulullah keluar menemui kami seraya bersabda, 'Mengapa kalian tidak berbaris sebagaimana malaikat berbaris di sisi Rabbnya? ' Maka kami berkata, 'Wahai Rasulullah, bagaimana malaikat berbaris di sisi Rabbnya? ' Beliau bersabda, 'Mereka menyempurnakan barisan awal dan merapatkan diri dalam barisan' [HR Muslim]

3. Orang yang tengah sholat berjamaah

عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَلَّلُ الصَّفَّ مِنْ نَاحِيَةٍ إِلَى نَاحِيَةٍ يَمْسَحُ صُدُورَنَا وَمَنَاكِبَنَا وَيَقُولُ لَا تَخْتَلِفُوا فَتَخْتَلِفَ قُلُوبُكُمْ وَكَانَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الصُّفُوفِ الْأُوَلِ

Dari Al-Bara` bin 'Azib dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam biasa memasuki celah celah shaf, dari ujung ke ujung lainnya seraya mengusap dada dan pundak kami, lalu bersabda: "Janganlah kalian berselisih, sehingga akan membuat hati kalian berselisih juga." Beliau juga bersabda: "Sesungguhnya Allah dan para malaikatNya bershalawat kepada shaf shaf pertama." [HR Abu Daud]

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رُصُّوا صُفُوفَكُمْ وَقَارِبُوا بَيْنَهَا وَحَاذُوا بِالْأَعْنَاقِ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنِّي لَأَرَى الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ مِنْ خَلَلِ الصَّفِّ كَأَنَّهَا الْحَذَفُ

Dari Anas bin Malik dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Rapatkan shaf shaf kalian, dekatkanlah jarak antara keduanya, dan sejajarkanlah antara leher-leher. Demi Dzat yang jiwaku berada di TanganNya, sesungguhnya saya melihat setan masuk ke dalam celah celah shaf itu, tak ubahnya bagai anak kambing kecil." [HR Abu Daud]

Maroji’ :

Syarh Riyadlush sholihin : Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 2/1415

Taisirul Kalim Arrohman : Abdurrohman Nashir Assa’di 2/1377

Sumpah serapah

Sumpah serapah

Orang Jawa bila marah mengeluarkan kata-kata “ baj……, semprul, dll”

Orang Sunda di saat kesal melampiaskannya dengan mengucapkan “ si borokokok, si nurustunjung,dll “

Orang Inggris biasa kita dengar dari mereka “ fuck you “ sebagai ungkapan emosinya.

Orang Arab menghardik orang yang ia benci dengan ucapan “ bahlul, ghobiy, dll “

Semua kalimat di atas tidak sepantasnya keluar dari mulut orang beriman, karena dari lesannya hanya ada dua pilihan : bicara baik atau diam sama sekali. Mengumpat, melaknat hanya akan merugikan diri sendiri. Setidaknya ada 5 akibat yang akan diterima yang bersangkutan :

1. Diserupakan dengan dosa pembunuhan

عَنْ ثَابِتِ بْنِ الضَّحَّاكِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ عَلَى رَجُلٍ نَذْرٌ فِيمَا لَا يَمْلِكُ وَلَعْنُ الْمُؤْمِنِ كَقَتْلِهِ وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ فِي الدُّنْيَا عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ ادَّعَى دَعْوَى كَاذِبَةً لِيَتَكَثَّرَ بِهَا لَمْ يَزِدْهُ اللَّهُ إِلَّا قِلَّةً وَمَنْ حَلَفَ عَلَى يَمِينِ صَبْرٍ فَاجِرَةٍ

Dari Tsabit bin adl-Dlahhak dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabada: "Seorang laki-laki tidak pantas bernazar dengan sesuatu yang dia tidak memilikinya, dan melaknat seorang mukmin adalah seperti membunuhnya. Barangsiapa membunuh dengan suatu (alat) di dunia, niscaya dia akan disiksa dengan alat tersebut pada hari kiamat. Barangsiapa mengklaim dengan klaim bohong untuk memperbanyak (harga barang) dengannya, niscaya Allah tidak akan menambahnya melainkan hanya penurunan harga. Dan barangsiapa bersumpah atas sesuatu dengan sumpah shabar (sumpah yang menahan pemiliknya untuk melakukan kejahatan) dan kekejian." [muttafaq alaih]

2. Tidak berhak menjadi saksi dan pemberi syafaat

عَنْ أبِى الدَّرْدَاءِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَكُونُ اللَّعَّانُونَ شُفَعَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Dari Abu Darda ; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya para pelaknat itu tidak akan dapat menjadi syuhada' (orang-orang yang menjadi saksi) dan tidak pula dapat memberi syafa'at pada hari kiamat kelak.' [HR Muslim]


3. Menghilangkan kadar keimanan

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ

Dari Abdullah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah termasuk hamba yang mukmin, yaitu mereka yang selalu mengungkap aib, melaknat, berperangai buruk dan suka menyakiti." [HR Tirmidzi]

4. Status laknat kembali kepada pengucapnya bila tidak sesuai dengan kenyataan

عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ قَالَتْ سَمِعْتُ أَبَا الدَّرْدَاءِ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا لَعَنَ شَيْئًا صَعِدَتْ اللَّعْنَةُ إِلَى السَّمَاءِ فَتُغْلَقُ أَبْوَابُ السَّمَاءِ دُونَهَا ثُمَّ تَهْبِطُ إِلَى الْأَرْضِ فَتُغْلَقُ أَبْوَابُهَا دُونَهَا ثُمَّ تَأْخُذُ يَمِينًا وَشِمَالًا فَإِذَا لَمْ تَجِدْ مَسَاغًا رَجَعَتْ إِلَى الَّذِي لُعِنَ فَإِنْ كَانَ لِذَلِكَ أَهْلًا وَإِلَّا رَجَعَتْ إِلَى قَائِلِهَا

Dari Ummu Darda ia berkata, "Aku mendengar Abu Darda berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika seorang hamba melaknat sesuatu, maka laknat itu akan naik ke langit, dan tertutuplah pintu-pintu langit. Kemudian laknat itu akan turun lagi ke bumi, namun pintu-pintu bumi telah tetutup. Laknat itu kemudian bergerak ke kanan dan ke kiri, jika tidak mendapatkan tempat berlabuh, ia akan menghampiri orang yang dilaknat, jika layak dilaknat. Namun jika tidak, maka laknat itu akan kembali kepada orang yang melaknat." [HR Abu Daud]

5. Tidak berhak mendapat gelar shiddiq

عَنْ أبِى هريرةَ رَضِى الله عَنْهُ أنَّ رَسُوْلَ الله صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمْ قاَلَ لاَ يَنْبَغِى لِصِدِّيْقٍ أنْ يَكُوْنَ لَعَّاناً

Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu bahwasanya rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : tidak pantas bagi orang yang disebut shiddiq (jujur) untuk senantiasa melaknat [HR Muslim]

6. Menghilangkan kebersamaan antara pelaknat dengan terlaknat

عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ بَيْنَمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ وَامْرَأَةٌ مِنْ الْأَنْصَارِ عَلَى نَاقَةٍ فَضَجِرَتْ فَلَعَنَتْهَا فَسَمِعَ ذَلِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ خُذُوا مَا عَلَيْهَا وَدَعُوهَا فَإِنَّهَا مَلْعُونَةٌ

Dari 'Imran bin Hushain dia berkata; "Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam suatu perjalanan, ada seorang wanita Anshar yang tengah mengendarai unta. Namun, unta yang sedang dikendarainya itu memberontak dengan tiba-tiba. Lalu dengan serta-merta wanita itu mengutuk untanya. Ketika Rasulullah mendengar ucapan wanita itu, beliau pun bersabda: 'Turunkanlah beban di atas unta dan lepaskanlah unta tersebut, karena ia telah dikutuk. [HR Muslim]

عَنْ أَبِي بَرْزَةَ الْأَسْلَمِيِّ قَالَ بَيْنَمَا جَارِيَةٌ عَلَى نَاقَةٍ عَلَيْهَا بَعْضُ مَتَاعِ الْقَوْمِ إِذْ بَصُرَتْ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَضَايَقَ بِهِمْ الْجَبَلُ فَقَالَتْ حَلْ اللَّهُمَّ الْعَنْهَا قَالَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُصَاحِبْنَا نَاقَةٌ عَلَيْهَا لَعْنَةٌ

Dari Abu Barzah Al Aslami dia berkata; Pada suatu ketika seorang budak wanita sedang mengendarai unta dengan membawa perbekalan kaumnya. Lalu wanita tersebut melewati pegunungan yang sempit, hingga tatkala ia melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ia berkata; Hus, Hus, Ya Allah terkutuklah unta ini! Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kita tidak boleh menyertai unta yang terkutuk.' [HR Muslim]

Mafdhul dan Afdhol

Mafdhul dan Afdhol

Sebenarnya tidak banyak berbeda antara mafdhul dan afdhol, karena keduanya berarti mulia. Yang membedakannya adalah bahwa afdhol memiliki keutamaan lebih banyak dari mafdhul.

Menurut teori, afdhol harus diutamakan atas mafdhul, akan tetapi terkadang bisa saja logika itu terbalik pada situasi tertentu.

Dalam sebuah kesempatan sholat, rosululloh shollallohu alaihi wasallam pernah menjadi makmum, sementara imamnya adalah Abu Bakar. Pada waktu lain beliaupun pernah sholat di belakang Abdurrohman bin Auf.

Usamah bin Zaid yang usianya masih belia (18 tahun) pernah menjadi panglima perang memimpin para sahabat senior.

Musa alaihissalam seorang nabi, bahkan masuk jajaran ulul azmi dengan pengikut paling banyak setelah rosululloh shollallohu alaihi wasallam, diperintah oleh Alloh untuk menimba ilmu kepada Khidzir, seorang yang diperselisihkan kedudukannya oleh para ulama, apakah dia adalah nabi atau manusia biasa.

Amru bin salamah diangkat menjadi imam padahal usianya baru enam atau tujuh tahun, memimpin para sahabat yang lebih tua usianya.

Umar bin Khothob, pernah minta didoakan oleh Uwais Alqorni, sementara kedudukan Umar tidak perlu diragukan lagi karena ia termasuk al’asyroh almubasy syiruuna bil jannah, di sisi lain Uwais Alqorni tidak masuk dalam jajaran sahabat nabi karena belum pernah melihat wajah beliau.

Ketika Umar hendak menunaikan umroh, tak lupa nabi shollallohu alaihi wasallam bepesan agar jangan lupa mendoakan beliau. Seolah permintaan yang tidak masuk akal, nabi yang kedudukannya paling tinggi di hadapan para sahabat bahkan di hadapan seluruh nabi, ternyata minta didoakan oleh umatnya.

Salman Alfarisi pernah didengar pendapatnya oleh nabi shollallohu alaihi wasallam tentang strategi perang Khondak, demikian juga Khobab bin Munzir yang mengajukan usul kepada nabi shollallohu alaihi wasallam agar penempatan pasukan badar dipindah ke pusat sumber air. Tanpa melihat posisinya sebagai nabi maka beliau mengikuti analisa sahabatnya.

Ibnu Abbas yang begitu belia, pada suatu acara minum, diberi kesempatan untuk meminum air sisa nabi shollallohu alaihi wasallam lebih awal padahal saat itu banyak hadir sahabat-sahabat senior hanya karena posisi ibnu Abbas ada di samping kanan nabi shollallohu alaihi wasallam sementara sahabat yang sudah tua berada di samping kiri beliau.

Malaikat makhluq yang tidak pernah berbuat maksiat dan selalu bertasbih memuji Alloh tanpa henti, dengan rendah diri mau bersujud kepada Adam, makhluq yunior yang memiliki potensi berbuat dosa.

Demikianlah seharusnya kita, tidak perlu malu, buang sifat gengsi, hilangkan takabbur pada diri kita. Contoh-contoh di atas mengajari kita betapa banyak orang sholih mengesampingkan kedudukannya di hadapan manusia bahkan di hadapan Alloh untuk memberi kesempatan kepada yang lebih rendah kedudukannya untuk tampil memperlihatkan keistimewaannya yang Alloh karuniakan kepadanya.

Jangan seperti iblis, merasa lebih mulia, diciptakan lebih awal dari Adam, menyimpulkan bahwa api lebih berhak diutamakan atas tanah. Persepsi itulah yang menghalanginya untuk sujud kepada Adam.

Tatkala Muhammad diangkat menjadi nabi, kaum Yahudi menolaknya dengan alasan yang terlalu mengada-ada : Muhammad berasal dari Arab bukan dari bani isroil.

Tidur Di masjid

Tidur Di masjid

“ Dilarang tidur di masjid “ kalimat yang sering kita jumpai di banyak masjid. Kata-kata dilarang mengindikasikan keharaman tidur di dalamnya. Padahal hak mengharamkan dan menghalalkan adalah milik Alloh. Akan tetapi kita berhusnudzon bahwa pengurus masjid tidak bermaksud merampas hak Alloh. Barangkali ada beberapa kasus yang menyebabkan tertulisnya peraturan itu.

Pada dasarnya tidur di masjid hukumnya mubah sehingga imam Bukhori menulis judul dalam kitab shohihnya “baabu naumil mar’ati fil masjid (diperbolehkannya wanita tidur di masjid)” dan “ baabu naumir rijaali filmasjid (diperbolehkannya lelaki tidur di masjid)” Hingga Ibnu Hajar Al Atsqolani berkomentar : diperbolehkan mabit (menginap) dan maqil (tidur siang) di masjid bagi siapa saja dari kalangan umat islam yang tidak memiliki tempat tinggal baik laki-laki maupun perempuan dengan syarat aman dari fitnah.

Secara garis besar tidur di masjid terbagi menjadi 2 :

1. Boleh (bahkan masyru’)

• Musafir

Sebagaimana ahlu shuffah (para muhajirin) yang tiba di kota Madinah, mereka tidak memiliki sanak kerabat dan harta sehingga untuk sementara mereka ditampung di masjid.
Imam Bukhori meriwayatkan dalam kitab shohihnya perkataan Anas bin Malik : tiba rombongan dari Ukl menemui nabi shollallohu alaihi wasallam, mereka di tampung di shuffah (di masjid)

• I’tikaf

Sesuai aturan syar’i seorang mu’takif selama 10 hari tetap berada di dalam masjid dan tidak diperkenankan keluar kecuali karena alasan yang diperkenankan yang ada kaitannya dengan kebutuhan pribadi seperti mandi dan buang air. Mau tidak mau dengan ketetapan ini menyebabkan mereka harus tidur di masjid.

• Merawat orang sakit

Pada masa konflik Islam Kristen di Maluku, karena penuhnya RS oleh pasien maka sebagian korban pembantaian ditampung di masjid.

Merawat orang sakit di masjid ternyata pernah dilakukan oleh rosululloh shollallohu alaihin wasallam terhadap Sa’ad bin Muadz :

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ أُصِيبَ سَعْدٌ يَوْمَ الْخَنْدَقِ فِي الْأَكْحَلِ فَضَرَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْمَةً فِي الْمَسْجِدِ لِيَعُودَهُ مِنْ قَرِيبٍ فَلَمْ يَرُعْهُمْ وَفِي الْمَسْجِدِ خَيْمَةٌ مِنْ بَنِي غِفَارٍ إِلَّا الدَّمُ يَسِيلُ إِلَيْهِمْ فَقَالُوا يَا أَهْلَ الْخَيْمَةِ مَا هَذَا الَّذِي يَأْتِينَا مِنْ قِبَلِكُمْ فَإِذَا سَعْدٌ يَغْذُو جُرْحُهُ دَمًا فَمَاتَ فِيهَا

Dari Aisyah berkata, "Pada hari peperangan Khandaq, Sa'd terluka pada bagian lengannya. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kemudian mendirikan tenda untuk menjenguk Sa'd dari dekat, sementara di Masjid banyak juga tenda milik bani ghifar. Kemudian banyak darah yang mengalir ke arah mereka (orang-orang bani Ghifar), maka mereka pun berkata, 'Wahai penghuni tenda! Cairan apa yang mengenai kami ini? Ia muncul dari arah kalian? ' Dan ternyata cairan itu ada darah Sa'd yang keluar sehingga ia pun meninggal." [HR Bukhori, Abu Daud dan Nasa’i]

• Mencari ketenangan

Sebagaimana Ali bin Abi Tholib yang menjadikan masjid sebagai tempat menenangkan diri setelah terjadi perselisihan antara dirinya dengan Fatimah :

عَنْ أَبِي حَازِمٍ أَنَّ رَجُلًا جَاءَ إِلَى سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ فَقَالَ هَذَا فُلَانٌ لِأَمِيرِ الْمَدِينَةِ يَدْعُو عَلِيًّا عِنْدَ الْمِنْبَرِ قَالَ فَيَقُولُ مَاذَا قَالَ يَقُولُ لَهُ أَبُو تُرَابٍ فَضَحِكَ قَالَ وَاللَّهِ مَا سَمَّاهُ إِلَّا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا كَانَ لَهُ اسْمٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْهُ فَاسْتَطْعَمْتُ الْحَدِيثَ سَهْلًا وَقُلْتُ يَا أَبَا عَبَّاسٍ كَيْفَ ذَلِكَ قَالَ دَخَلَ عَلِيٌّ عَلَى فَاطِمَةَ ثُمَّ خَرَجَ فَاضْطَجَعَ فِي الْمَسْجِدِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيْنَ ابْنُ عَمِّكِ قَالَتْ فِي الْمَسْجِدِ فَخَرَجَ إِلَيْهِ فَوَجَدَ رِدَاءَهُ قَدْ سَقَطَ عَنْ ظَهْرِهِ وَخَلَصَ التُّرَابُ إِلَى ظَهْرِهِ فَجَعَلَ يَمْسَحُ التُّرَابَ عَنْ ظَهْرِهِ فَيَقُولُ اجْلِسْ يَا أَبَا تُرَابٍ مَرَّتَيْنِ

Dari Abu Hazim bahwa ada seseorang datang kepada Sahal bin Sa'ad lalu berkata; "Inilah si fulan, amir kota Madinah, yang memanggil 'Ali di samping mimbar". Sahal bertanya; "Bagaimana dia memanggilnya?". Orang itu berkata; "Dia memanggilnya dengan sebutan Abu Turab". Maka Sahal tertawa lalu berkata; "Demi Allah, tidaklah yang menamakannya begitu kecuali Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan tidak ada nama yang lebih disukainya kecuali panggilan itu". Maka aku ingin sekali menikmati hadits Sahal tersebut lalu aku bertanya; "Wahai Abu 'Abbas, bagaimana ceritanya pemberian nama tersebut?". Sahal menjawab; "'Ali datang menemui Fathimah lalu keluar lagi kemudian tidur di masjid. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Kemana putra pamanmu?. Fathimah menjawab; "Di masjid". Maka beliau shallallahu 'alaihi wasallam pergi menemui 'Ali dan mendapatkan selendang 'Ali terjatuh dari punggungnya sehingga debu mengenai punggungnya. Maka beliau membersihkan debu dari punggung 'Ali seraya berkata: "Duduklah, AbuTurab". Beliau mengatakannya dua kali". [HR Bukhori]

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْتَ فَاطِمَةَ فَلَمْ يَجِدْ عَلِيًّا فِي الْبَيْتِ فَقَالَ أَيْنَ ابْنُ عَمِّكِ قَالَتْ كَانَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ شَيْءٌ فَغَاضَبَنِي فَخَرَجَ فَلَمْ يَقِلْ عِنْدِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِإِنْسَانٍ انْظُرْ أَيْنَ هُوَ فَجَاءَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هُوَ فِي الْمَسْجِدِ رَاقِدٌ فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُضْطَجِعٌ قَدْ سَقَطَ رِدَاؤُهُ عَنْ شِقِّهِ وَأَصَابَهُ تُرَابٌ فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُهُ عَنْهُ وَيَقُولُ قُمْ أَبَا تُرَابٍ قُمْ أَبَا تُرَابٍ

Dari Sahl bin Sa'd berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang ke rumah Fatimah namun 'Ali tidak ada di rumah. Beliau lalu bertanya: "Kemana putera pamanmu?" Fatimah menjawab, "Antara aku dan dia terjadi sesuatu hingga dia marah kepadaku, lalu dia pergi dan tidak tidur siang di rumah." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada seseorang: "Carilah, dimana dia!" Kemudian orang itu kembali dan berkata, "Wahai Rasulullah, dia ada di masjid sedang tidur." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendatanginya, ketika itu Ali sedang berbaring sementara kain selendangnya jatuh di sisinya hingga ia tertutupi debu. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membersihkannya seraya berkata: "Wahai Abu Thurab, bangunlah. Wahai Abu Thurab, bangunlah." [HR Bukhori Muslim]

2. Dilarang

• Bagi yang junub

• Yang sedang mendengarkan khotbah

• Karyawan pada jam kerja

Maroji’ : fathul bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 1/672

Tenangnya nabi shollallohu alaihi wasallam

Tenangnya nabi shollallohu alaihi wasallam

Tenang, tidak mudah panik selanjutnya tawakal menyerahkan segalanya kepada Alloh adalah sifat mulia yang sangat dibutuhkan di saat situasi genting. Inilah yang dimiliki oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam.

Dakwah tauhid yang beliau emban menyebabkan beliau harus menghadapi permusuhan dari kaumnya sendiri, tak ayal beliau harus menghadapi berbagai situasi sulit. Berkali-kali nyawa beliau terancam, akan tetapi berkali-kali pula beliau menghadapinya dengan penuh ketenangan. Beberapa riwayat di bawah ini menunjukkan bukti betapa rosul adalah orang yang paling dingin dalam menghadapi kondisi yang mengancam keselamatannya :

1. Di saat dakwah berlangsung di Mekah

عَنْ خَبَّابِ بْنِ الْأَرَتِّ قَالَ شَكَوْنَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُتَوَسِّدٌ بُرْدَةً لَهُ فِي ظِلِّ الْكَعْبَةِ قُلْنَا لَهُ أَلَا تَسْتَنْصِرُ لَنَا أَلَا تَدْعُو اللَّهَ لَنَا قَالَ كَانَ الرَّجُلُ فِيمَنْ قَبْلَكُمْ يُحْفَرُ لَهُ فِي الْأَرْضِ فَيُجْعَلُ فِيهِ فَيُجَاءُ بِالْمِنْشَارِ فَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ فَيُشَقُّ بِاثْنَتَيْنِ وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ وَيُمْشَطُ بِأَمْشَاطِ الْحَدِيدِ مَا دُونَ لَحْمِهِ مِنْ عَظْمٍ أَوْ عَصَبٍ وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ وَاللَّهِ لَيُتِمَّنَّ هَذَا الْأَمْرَ حَتَّى يَسِيرَ الرَّاكِبُ مِنْ صَنْعَاءَ إِلَى حَضْرَمَوْتَ لَا يَخَافُ إِلَّا اللَّهَ أَوْ الذِّئْبَ عَلَى غَنَمِهِ وَلَكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُونَ

Dari Khabbab bin Al Arat berkata; "Kami mengadu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika beliau sedang berbantalkan kain selimut beliau di bawah naungan Ka'bah; "Tidakkah baginda memohon pertolongan buat kami?. Tidakkah baginda berdo'a memohon kepada Allah untuk kami?". Beliau bersabda: "Ada seorang laki-laki dari ummat sebelum kalian, lantas digalikan lubang untuknya dan ia diletakkan di dalamnya, lalu diambil gergaji, kemudian diletakkan gergaji itu di kepalanya lalu dia dibelah menjadi dua bagian namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Tulang dan urat di bawah dagingnya disisir dengan sisir besi namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Demi Allah, sungguh urusan (Islam) ini akan sempurna hingga ada seorang yang mengendarai kuda berjalan dari Shana'a menuju Hadlramaut tidak ada yang ditakutinya melainkan Allah atau (tidak ada) kekhawatiran kepada serigala atas kambingnya. Akan tetapi kalian sangat tergesa-gesa". [HR Bukhori dan Ahmad]

2. Di saat hijroh

Berada di dalam gua sementara di mulut gua sudah berkumpul kafir quraisy

إلاَّ تَنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ الله إذْ أخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثاَنِيَ اثْنَيْنِ إذْ هُماَ فِى الْغاَرِ إذْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهِ لاَ تَحْزَنْ إنَّ الله مَعَناَ فَأَنْزَلَ الله سَكِيْنَتَهُ عَلَيْهِ وَأيَّدَهُ بِجُنُوْدٍ لَّمْ تَرَوْهاَ وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ الله هِىَ الْعُلْياَ والله عزِيْزٌ حَكِيْمٌ

Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana [attaubah : 40]

3. Di saat pedang musuh sudah ada di lehernya

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَخْبَرَهُ أَنَّهُ غَزَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِبَلَ نَجْدٍ فَلَمَّا قَفَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَفَلَ مَعَهُ فَأَدْرَكَتْهُمْ الْقَائِلَةُ فِي وَادٍ كَثِيرِ الْعِضَاهِ فَنَزَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَفَرَّقَ النَّاسُ فِي الْعِضَاهِ يَسْتَظِلُّونَ بِالشَّجَرِ وَنَزَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَحْتَ سَمُرَةٍ فَعَلَّقَ بِهَا سَيْفَهُ قَالَ جَابِرٌ فَنِمْنَا نَوْمَةً ثُمَّ إِذَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُونَا فَجِئْنَاهُ فَإِذَا عِنْدَهُ أَعْرَابِيٌّ جَالِسٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ هَذَا اخْتَرَطَ سَيْفِي وَأَنَا نَائِمٌ فَاسْتَيْقَظْتُ وَهُوَ فِي يَدِهِ صَلْتًا فَقَالَ لِي مَنْ يَمْنَعُكَ مِنِّي قُلْتُ اللَّهُ فَهَا هُوَ ذَا جَالِسٌ ثُمَّ لَمْ يُعَاقِبْهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ أَبَانُ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ جَابِرٍ قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذَاتِ الرِّقَاعِ فَإِذَا أَتَيْنَا عَلَى شَجَرَةٍ ظَلِيلَةٍ تَرَكْنَاهَا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَ رَجُلٌ مِنْ الْمُشْرِكِينَ وَسَيْفُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُعَلَّقٌ بِالشَّجَرَةِ فَاخْتَرَطَهُ فَقَالَ تَخَافُنِي قَالَ لَا قَالَ فَمَنْ يَمْنَعُكَ مِنِّي قَالَ اللَّهُ فَتَهَدَّدَهُ أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَصَلَّى بِطَائِفَةٍ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ تَأَخَّرُوا وَصَلَّى بِالطَّائِفَةِ الْأُخْرَى رَكْعَتَيْنِ وَكَانَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْبَعٌ وَلِلْقَوْمِ رَكْعَتَانِ

Telah menceritakan kepada kami Isma'il ia berkata; telah menceritakan kepadaku Saudaraku dari Sulaiman dari Muhammad bin Abu 'Atiq dari Ibnu Syihab dari Sinan bin Abu Sinan Ad Du`ali dari Jabir bin Abdullah radliallahu 'anhuma, dia mengabarkan kepadanya bahwa dia pernah ikut perang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ke arah Najed. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kembali, dia ikut kembali. Sewaktu hari mulai siang, mereka tiba di dekat lembah yang banyak pepohonan berduri. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam singgah, sementara para shahabat berpencar mencari pepohonan untuk berteduh. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sendiri singgah di bawah pohon sambil menggantungkan pedangnya di pohon tersebut. Jabir melanjutkan; "Maka kami tidur sejenak. Tidak lama kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memanggil kami, ketika kami mnemui beliau, ternyata dihadapan beliau ada seorang Arab Badui sedang terduduk. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang ini telah mengambil pedangku saat aku tidur, lalu aku bangun sedangkan tangannya telah memegang pedang yang terhunus, dia berkata kepadaku: "Siapa yang dapat melindungimu dariku?". Aku jawab: "Allah". Namun sekarang dia tengah terduduk lesu." Rasulullah Shallallhu 'alaihi wa salam tidak menghukum orang tersebut. Aban berkata; telah menceritakan kepada kami Yahya bin Abu Katsir dari Abu Salamah dari Jabir ia berkata; "Kami pernah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam perang Dzatur Riqa'. Ketika kami mendapatkan pohon sebagai tempat berteduh, kami peruntukkan pohon itu untuk istirahat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Tiba-tiba seorang laki-laki musyrik datang, sementara pedang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tergantung di pohon tersebut. Laki-laki itu langsung mengambil pedang tersebut sambil berkata; "Apakah engkau tidak takut kepadaku?". Beliau menjawab: "Tidak". Orang itu berkata lagi; "Siapa yang dapat melindungimu dariku?". Beliau menjawab: "Allah". Kemudian para shahabat mengancam orang itu. Tidak lama kemudian shalat didirikan, maka beliau shalat dengan satu kelompok sebanyak dua raka'at lalu kelompok ini mundur, Kemudian beliau melanjutkan shalat dua raka'at dengan kelompok lain, sehingga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan shalat empat raka'at, sementara masing-masing kelompok shalat dua raka'at. [HR Bukhori Muslim]

Maryam dan Aisyah

Maryam dan Aisyah

Maryam wanita suci, lahir batin, terjaga lingkungannya sejak kecil di bawah didikan Zakaria alaihissalam. Keagungannya mendapat jaminan Alloh dan rosulNya :
وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِى أحْصَنَتْ فَرْجَهاَ فَنَفَخْناَ فِيْهِ مِنْ رُوْحِناَ وَصَدَّقَتْ بِكَلِماَتِ رَبِّهاَ وَكُتُبِهِ وَكاَنَتْ مِنَ الْقاَنِتِيْنَ

Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, Maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan Dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-KitabNya, dan Dia adalah Termasuk orang-orang yang taat.[attahrim : 12]

عَنْ عَلِيٍّ يَقُوْلُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ خَيْرُ نِسَائِهَا مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ وَخَيْرُ نِسَائِهَا خَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ قَالَ أَبُو كُرَيْبٍ وَأَشَارَ وَكِيعٌ إِلَى السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

Dari Ali : saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Sesungguhnya wanita yang paling baik (pada masa lalu) adalah Maryam binti Imran dan wanita yang paling baik (sesudah masa itu) adalah Khadijah binti Khuwailid.' [HR Bukhori, Muslim, Ahmad dan Tirmidzi]

عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَمُلَ مِنْ الرِّجَالِ كَثِيرٌ وَلَمْ يَكْمُلْ مِنْ النِّسَاءِ إِلَّا مَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ وَفَضْلُ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ

Dari Abu Musa dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Telah banyak dari kaum laki-laki yang mencapai titik kesempurnaan, namun dari kaum wanita tidak ada yang sempurna kecuali Maryam binti Imran dan Asiyah isteri Fir'aun. Dan keutamaan Aisyah di antara wanita-wanita yang lain adalah laksana keutamaan makanan bubur atas semua makanan." [HR Tirmidzi]

Setinggi itu pribadi Maryam ternyata masih ada yang tega mencemari kesuciannya dengan menuduhnya dengan tuduhan yang teramat keji :

فَأَتَتْ بِهِ قَوْمَهُماَ تَحْمِلُهُ قاَلُوْا ياَمَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتَ شَيْأً فَرِيًّا يَأُخْتَ هاَرُوْنَ ماَ كاَنَ أبُوْكِ امْرَأ سَوْءٍ وَماَ كاَنَتْ أمُّكِ بَغِياًّ

27. Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. kaumnya berkata: "Hai Maryam, Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang Amat mungkar.
28. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina",[maryam : 27-28]
Keyakinan akan hinanya Maryam masih melekat sampai sekarang pada diri kaum Yahudi.
Aisyah rodliyallohu anha, istri rosululloh shollallohu alaihi wasallam, ummahatul mu’minin (ibu kaum beriman) begitu agung kedudukannya di sisi Alloh dan rosulNya, tak disangka orang munafiq begitu tega menghembuskan isu murahan bahwa dirinya berselingkuh dengan Sufyan bin Muathol, hingga Alloh turunkan pembelaan kepadanya dengan turunnya surat annur : 11-26.

Di saat fitnah pada diri Aisyah reda, ternyata itu hanyalah sejenak, Syiah dari dulu sampai sekarang terus tanpa henti menikam kehormatannya. “ pelacur, pengkhianat, murtad, … “ adalah sekian daftar cacian yang kita dapatkan dari mulut-mulut mereka yang busuk.

Padahal tikaman terhadap pribadi wanita suci sungguh teramat berat akibatnya :

إنَّ الَّذِيْنَ يَرْمُوْنَ الْمُحْصَناَتِ الْغاَفِلاَتِ الْمُؤْمِناَتِ لُعِنُوْا فِى الدُّنْياَ وَالأخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ ألِيْمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah (dari perbuatan keji) lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar,[annur : 23]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan". Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah itu? Beliau bersabda: "Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan haq, memakan riba, makan harta anak yatim, kabur dari medan peperangan dan menuduh seorang wanita mu'min yang suci berbuat zina". [HR Bukhori, Muslim, Abu Daud dan Nasa’i]

Maryam dan Aisyah yang telah mendapat jaminan kesucian dari Alloh ternyata tidak luput dari cela, maka bagaimana dengan wanita-wanita tabarruj (menampakkan aurot dan perhiasan), ikhthilat (gemar bercampur baur dengan lain jenis), iffah (tidak menjaga kehormatan seorang wanita) ?

Bilakah orang tua tidak ditaati ?

Bilakah orang tua tidak ditaati ?

Orang tua, terutama ibu adalah manusia yang tidak bisa dipisahkan dari keberadaan kita di muka bumi. Dari merekalah kita lahir, mengenal dunia dan dapat melakukan apa yang mereka lakukan untuk kita, melahirkan keturunan untuk melanjutkan generasi.
Sudah otomatis membalas budi baik mereka adalah satu keniscayaan. Mentaatinya, mengurusnya di kala usia senja dan mendoakannya bila mereka telah tiada.

Mentaati orang tua adalah satu kemestian, meskipun tidak mutlak karena ketaatan penuh hanya diberikan kepada Alloh dan rusulNya.

Mungkinkah ada satu ketaatan yang tidak bisa diberikan kepada orang tua ? Jawabannya mungkin, setidaknya ada 2 hal yang menyebabkan kita tidak memberikannya kepada orang tua :

1. Bila memerintah berbuat maksiat

وَإنْ جاَهَدَاكَ عَلَى أنْ تُشْرِكَ بِى ماَ لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُماَ وَصاَحِبْهُماَ فِى الدُّنْياَ مَعْرُوْفاً وَاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ أناَبَ إلَىَّ ثُمَّ إلَىَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِماَ كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. [luqman : 15]

Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di berkata : melakukan perbuatan syirik atas perintah orang tua tidak boleh dinilai sebagai bakti anak kepada orang tua, bagaimanapun ketaatan kepada Alloh harus didahulukan karena sebagaimana kaedah “ tidak ada ketaatan kepada makhluq kalau harus berbuat maksiat kepada Kholiq

Imam Bukhori memberi contoh lain perintah orang tua yang tidak perlu di taati, di antaranya bila orang tua menghalangi keinginan anaknya untuk menunaikan sholat berjamaah di masjid.

Pada bab wujuubu sholaatil jamaah, Imam Bukhori menyitir perkataan Hasan Albasri :

إنْ مَنَعَتْهُ أمُّهُ عَنِ الْعِشَاءِ فِى الْجَماَعَةِ شَفَقَةً لَمْ يُطِعْهاَ

Bila ibu melarang sholat isya’ berjamaah karena sayang kepada anaknya maka tidak boleh ditaati.

2. Memaksakan perjodohan

Sebagaimana tersebut dalam sebuah riwayat :

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ - رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- ( أَنَّ جَارِيَةً بِكْرًا أَتَتِ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَذَكَرَتْ: أَنَّ أَبَاهَا زَوَّجَهَا وَهِيَ كَارِهَةٌ , فَخَيَّرَهَا اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ) رَوَاهُ أَحْمَدُ , وَأَبُو دَاوُدَ , وَابْنُ مَاجَهْ , وَأُعِلَّ بِالْإِرْسَالِ

Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa ada seorang gadis menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam lalu bercerita bahwa ayahnya menikahkannya dengan orang yang tidak ia sukai. Maka Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memberi hak kepadanya untuk memilih. Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah. Ada yang menilainya hadits mursal.

Dalam hal ini Syaikh Abdulloh Abdurroman Albassam berkata : wanita yang sudah memahami maslahat nikah tidak boleh dipaksa untuk menikah baik paksaan itu datangnya dari bapaknya atau walinya. Keputusan ada di tangannya meskipun ia masih berstatus gadis

Pendapat ini selaras dengan ibnu Taimiyyah, ibnu Qoyyim, Muhammad bin Ibrohim Alu Syaikh, Abdurrohman Nashir Assa’di dll.

Maroji’ :

Taudlihul ahkam : Syaikh Abdurrohman Abdulloh Albassam 3/532
Taisirul Karim Arrohman fii Tafsiiri Kalaamil Mannaan : Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di 2/1038

Setan bisa menangis

Setan bisa menangis

Setan tertawa manakala anda menguap, mulut dibiarkan terbuka lebar tanpa anda tahan, atau tidak ditutup dengan telapak tangan.

Betapa gembiranya setan di saat berhasil menggoda manusia terlebih bila mampu membuat pasangan suami istri bercerai.

Mereka banyak membuat kita merana akan tetapi pernahkah terpikir pada diri kita untuk membalas mereka dengan membuatnya menangis ?

Anda pasti bisa melakukannya. Perkuat iman, enyahkan semua godaan yang mengajak berbuat maksiat dan jangan lupa di saat membaca alquran dan menjumpai ayat sajdah maka bersujudlah, niscaya itu sedah cukup untuk membuat setan terisak-isak :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَرَأَ ابْنُ آدَمَ السَّجْدَةَ فَسَجَدَ اعْتَزَلَ الشَّيْطَانُ يَبْكِي يَقُولُ يَا وَيْلَهُ وَفِي رِوَايَةِ أَبِي كُرَيْبٍ يَا وَيْلِي أُمِرَ ابْنُ آدَمَ بِالسُّجُودِ فَسَجَدَ فَلَهُ الْجَنَّةُ وَأُمِرْتُ بِالسُّجُودِ فَأَبَيْتُ فَلِي النَّارُ

Dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila manusia membaca surat as-Sajdah, lalu dia sujud, maka setan menjauh menyendiri untuk menangis seraya berkata, 'Celakalah'." Dan dalam riwayat Abu Kuraib, "Celakalah aku, manusia disuruh bersujud maka mereka bersujud sehingga dia mendapatkan surga, sedangkan aku disuruh bersujud, lalu aku enggan, sehingga aku mendapatkan neraka'." [HR Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah]

Kenapa mimpi tidak terbukti

Kenapa mimpi tidak terbukti

Mimpi adalah bunga tidur, demikianlah ungkapan sebagian manusia. Seolah peristiwa yang terjadi saat tidur tidak ada kaitannya dengan apa yang akan terjadi setelah bangun nanti.

Sebagian orang berbeda persepsi. Mimpi disikapi dengan begitu serius. Bila mimpi buruk yang ia alami, maka hatinya resah karena khawatir dengan apa yang akan terjadi esok hari. Sebaliknya bila yang ia lihat dalam mimpi adalah baik maka ia tidak sabar menunggu-nunggu kapan itu akan datang.

Islam memandang bahwa, bisa saja mimpi akan benar-benar terwujud sebagaimana kemenangan umat islam dalam perang badar, kekalahan dalam perang uhud, peristiwa fathu makah dan lainnya, sudah Alloh tampakkan dalam mimpi-mimpi rosululloh shollallohu alaihi wasallam.

Yang menjadi pertanyaan adalah, kenapa mimpi-mimpi yang kita alami tidak terjadi ? Setidaknya kurang lebih ada tiga kemungkinan jawabannya, di antaranya :
Mimpi dari setan

Bisa saja mimpi buruk kita alami murni akibat perbuatan setan yang berusaha membuat kita resah. Mimpi ini dijamin tidak akan terjadi sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits :

عَنْ عَبْدِ رَبِّهِ بْنِ سَعِيدٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا سَلَمَةَ يَقُولُ لَقَدْ كُنْتُ أَرَى الرُّؤْيَا فَتُمْرِضُنِي حَتَّى سَمِعْتُ أَبَا قَتَادَةَ يَقُولُ وَأَنَا كُنْتُ لَأَرَى الرُّؤْيَا تُمْرِضُنِي حَتَّى سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الرُّؤْيَا الْحَسَنَةُ مِنْ اللَّهِ فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يُحِبُّ فَلَا يُحَدِّثْ بِهِ إِلَّا مَنْ يُحِبُّ وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَلْيَتْفِلْ ثَلَاثًا وَلَا يُحَدِّثْ بِهَا أَحَدًا فَإِنَّهَا لَنْ تَضُرَّهُ

Dari 'Abdu Rabbihi bin Sa'id mengatakan; aku mendengar Abu Salamah mengatakan; 'Pernah aku bermimpi sehingga menjadikan diriku sakit, hingga aku mendengar Abu Qatadah mengatakan; 'Sungguh aku juga pernah bermimpi yang menjadikan diriku sakit, hingga aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Mimpi yang baik adalah berasal dari Allah, maka jika salah seorang diantara kaian bermimpi yang disukainya, jangan menceritakannya selain kepada yang disukai, dan siapa yang bermimpi yang tidak disukainya, hendaklah meminta perlindungan kepada Allah dari kejahatannya dan dari kejahatan setan, dan hendaklah meludah tiga kali dan jangan menceritakannya kepada seorang pun, sebab yang demikian tidak membahayakannya." [HR Bukhori, Muslim, Ahmad, Abu daud, Tirmidzi, Malik dan Darimi]

Ta’wil

Sebenarnya mimpi yang ada betul-betul terwujud akan tetapi dengan bentuk lain tidak seperti apa yang terlihat dalam tidur. Ketika Yusuf bermimpi melihat 11 bintang, satu matahari dan satu bulan bersujud kepadanya. Ternyata bintang, matahari dan bulan tidak bersujud kepadanya karena ketiganya memiliki ta’wil dimana 11 bintang adalah sebelas saudaranya, matahari adalah ayahnya dan rembulan adalah ibunya. Demikian pula raja Mesir mimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering. Ternyata tidak terjadi ada sapi gemuk memakan sapi yang kurus melainkan yang terjadi adalah takwilnya dimana akan terjadi paceklik selama tujuh musim.

Mimpi terjadi setelah berlalu masa yang lama

Mimpi Yusuf, dimana 11 bintang, matahari dan rembulan bersujud kepadanya, ternyata terjadi setelah berlalu 40 tahun. Sehingga Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata : terkadang ta’wil dari sebuah mimpi datang terlambat hingga sepuluh tahun, sementara ta’wil mimpi yang dialami Yusuf terjadi setelah berlalu masa 40 tahun.

Maroji’ : Aisarut tafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi hal 696

Tabarruk Yang Tidak Syar’i

Bertabarruk sesuai dengan kaedah syareat sungguh mendatangkan manfaat, dunia dan akhirat. Dengannya segala urusan menjadi mudah, terhindar dari marabahaya, menjadi pembeda antara orang yang bertauhid dan orang jahil dengannya, tak lupa ia juga mendatangkan pahala dan mengundang ridlo Alloh.

Sebaliknya, orang yang tidak mau terikat dengan bimbingan ilahi dalam bertabarruk, maka ia akan menjadi auliya syaithon, syahadat bisa menjadi batal, semua amal sholih menjadi musnah di hadapan Alloh, atau seandainya tabarruk yang dia lakukan tidak menembus batas kemurtadan, minimal ia akan selalu melakukan perbuatan yang sia-sia tanpa penilaian dari Alloh. Keberhasilan secara dlohir bukan berarti pembenar dari kebatilan yang ia yakini.
Dari beberapa tabarruk yang tidak syar’i bisa kita mengambil beberapa contoh yang semoga bisa direnungkan :

Bertabarruk di masjidil harom dengan cara melepaskan sorban lalu mengusap-usapnya pada dinding ka’bah

Memanfaatkan doa pada malam nishfu sya’ban, isro’ mi’roj, nuzulul quran dan malam-malam yang tidak dikenal dalam hadits tentang keafdholannya.

Berebutan untuk mendapatkan sisa air minum seorang kyai

Mendatangi tempat-tempat bersejarah dengan keyakinan itu bagian dari sesuatu yang dianjurkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam, seperti medan badar, tempat kelahiran nabi, gua hiro dan lainnya

Membaca wirid-wirid yang tidak ma’tsur semisal sholawat nariyah dengan satu keyakinan ia akan menyelamatkan dirinya dari marabahaya

Membaca dzikir-dzikir syar’i yang tidak ditempatkan pada tempat yang diajarkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam seperti adzan saat hujan disertai angin kencang berhembus, membaca surat yusuf dengan harapan anak yang lahir ganteng seperti Yusuf alaihissalam atau surat maryam agar anak terlahir cantik bak Maryam dan lainnya.

Masih banyak contoh yang lain yang akan kita dapati di sekitar kita, untuk membedakannya antara yang syar’i dengan yang menyimpang maka mizannya adalah aqidah, maka mempelajari aqidah dengan menyeluruh adalah sebaik-baik benteng untuk menjaga keimanan kita.

Bertabarruk kepada makanan dan minuman

Tabarruk yang masyru’ (5)

Tabbaruk adalah upaya untuk mendapat keberkahan. Meminjam istilah orang Jawa, kita sering menyebutnya dengan ngalap berkah. Dari sinilah muncul celah kesyirikan yang banyak umat islam jatuh terperosok ke dalamnya. Padahal islam sudah mengajarkan tabarruk dengan begitu jelas bagi siapa yang mau mempelajarinya. Dari titik inilah umat islam nampaknya kurang perhatian atau kalau tidak mau disebut acuh tak acuh terhadap ilmu hingga jurang kesyirikan mereka terjuni.

Bila kita pelajari ayat dan hadits maka kita akan mendapatkan setidaknya ada 5 tabarruk yang masyru’ diantaranya adalah bertabarruk kepada makanan dan minuman.
Semua makanan dan minuman yang halal pasti memiliki keberkahan yang bermanfaat bagi tubuh. Sebagian telah disebutkan oleh Alloh dalam quran dan sunnah rosululloh shollallohu alaihi wasallam, meskipun lewat anugerah akal yang Alloh berikan kepada manusia tidak menutup kemungkinan kita dapat menemukan makanan dan minuman selainnya yang dapat kita ambil faedahnya.

Diantara makanan dan minuman yang tercantum dalam quran dan sunnah adalah :

Minyak zaitun

يُوْقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُّباَرَكَةٍ زَيْتُوْنَةٍ لاَشَرْقِيَّةٍ وَّلاَ غَرْبِيَّةٍ يَكاَدُ زَيْتُهاَ يُضِئُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ ناَرٌ

yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (1040), yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.[annur : 35]

(1040) Maksudnya: pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di waktu matahari terbit maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan buahnya menghasilkan minyak yang baik
.
عَنْ عُمَرَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ائْتَدِمُوا بِالزَّيْتِ وَادَّهِنُوا بِهِ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ
Dari Umar dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jadikanlah minyak (zaitun) sebagai lauk paukmu, dan minyakilah (rambut) kalian dengannya, sesungguhnya ia berasal dari pohon yang berkahi." [HR Ahmad, Ibnu Majah dan Darimi]

Susu

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَطْعَمَهُ اللَّهُ طَعَامًا فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ وَارْزُقْنَا خَيْرًا مِنْهُ وَمَنْ سَقَاهُ اللَّهُ لَبَنًا فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ وَزِدْنَا مِنْهُ فَإِنِّي لَا أَعْلَمُ مَا يُجْزِئُ مِنْ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ إِلَّا اللَّبَنُ

Dari Ibnu Abbas dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa dianugerahi makanan oleh Allah, maka hendaklah ia mengucapkan, 'Ya Allah berkahilah kami di dalam makanan ini, dan berilah kami rizki kebaikan darinya.' Dan barangsiapa dianugerahi minuman susu oleh Allah, hendaklah ia mengucapkan, "Ya Allah, berikanlah kami keberkahan padanya dan tambahkanlah kami darinya.' Sesungguhnya aku tidak mengetahui makanan dan minuman yang bermanfaat kecuali susu." [HR Ahmad dan Ibnu Majah]

Madu

يَخْرُجُ مِنْ بُطُوْنِهاَ شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ ألْوَانُهُ فِيْهِ شِفَاءٌ للنَّاسِ إنَّ فِي ذَالِكَ لايَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَُّرُوْنَ

dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.[annahl : 69]

Air zam-zam

قَالَ أَبُو ذَرٍّ…. كُنْتَ هَاهُنَا قَالَ قُلْتُ قَدْ كُنْتُ هَاهُنَا مُنْذُ ثَلَاثِينَ بَيْنَ لَيْلَةٍ وَيَوْمٍ قَالَ فَمَنْ كَانَ يُطْعِمُكَ قَالَ قُلْتُ مَا كَانَ لِي طَعَامٌ إِلَّا مَاءُ زَمْزَمَ فَسَمِنْتُ حَتَّى تَكَسَّرَتْ عُكَنُ بَطْنِي وَمَا أَجِدُ عَلَى كَبِدِي سُخْفَةَ جُوعٍ قَالَ إِنَّهَا مُبَارَكَةٌ إِنَّهَا طَعَامُ طُعْمٍ

Abu Dzar berkata : Sudah tiga puluh hari lamanya saya berada di sini ya Rasulullah.' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya lagi: 'Siapakah yang memberimu makan? ' Saya menjawab; 'Tidak ada makanan untuk saya kecuali air zamzam. OIeh karena itu, maka saya terlihat gemuk dan perut saya sedikit gendut serta tidak merasa lapar.' Rasulullah berkata: 'Air zam-zam memang penuh dengan keberkahan dan lebih banyak mengandung protein daripada makanan biasa.' [HR Muslim]

Air hujan

وَنَزَّلْناَ مِنَ السَّماَءِ مَاءً مُباَرَكاً
Kami turunkan air hujan yang penuh berkah dari langit [qof : 9]

عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ أَنَسٌ أَصَابَنَا وَنَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَطَرٌ قَالَ فَحَسَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَوْبَهُ حَتَّى أَصَابَهُ مِنْ الْمَطَرِ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ صَنَعْتَ هَذَا قَالَ لِأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى

Dari Anas ia berkata; Kami diguyur hujan ketika bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau membuka pakaiannya sehingga terkena hujan, lalu kami pun bertanya, "Wahai Rasulullah, kenapa Anda melakukan hal itu?" beliau menjawab: "Karena hujan ini merupakan rahmat yang diberikan oleh Allah ta'ala." [HR Muslim dan Ahmad]

Habbatus sauda’

عَنْ أبِى هٌرَيْرَةَ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ فِي الْحَبَّةِ السَّوْدَاءِ شِفَاءً مِنْ كُلِّ دَاءٍ إِلَّا السَّامَ وَالسَّامُ الْمَوْتُ وَالْحَبَّةُ السَّوْدَاءُ الشُّونِيزُ

Dari Abu Hurairah bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya dalam habbatus sauda' (jintan hitam) terdapat obat dari segala jenis penyakit kecuali as saam, dan as saam adalah kematian, dan habbatus sauda' adalah Asy syuniz." [HR Bukhori, Ahmad dan Ibnu Majah]

Kurma ‘ajwah

Bertabarruk kepada waktu

Tabarruk yang masyru’ (4)

Tabbaruk adalah upaya untuk mendapat keberkahan. Meminjam istilah orang Jawa, kita sering menyebutnya dengan ngalap berkah. Dari sinilah muncul celah kesyirikan yang banyak umat islam jatuh terperosok ke dalamnya. Padahal islam sudah mengajarkan tabarruk dengan begitu jelas bagi siapa yang mau mempelajarinya. Dari titik inilah umat islam nampaknya kurang perhatian atau kalau tidak mau disebut acuh tak acuh terhadap ilmu hingga jurang kesyirikan mereka terjuni.

Bila kita pelajari ayat dan hadits maka kita akan mendapatkan setidaknya ada 5 tabarruk yang masyru’ diantaranya adalah bertabarruk kepada waktu.

Cukup banyak waktu yang penuh berkah yang dengannya kita bisa memanfaatkan waktu untuk berdoa dan beramal sholih diantaranya :

Bulan romadlon

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ لَمَّا حَضَرَ رَمَضَانُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

Dari Abu Hurairah berkata; Ketika Ramadhan tiba, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, di dalamnya Allah mewajibkan kalian berpuasa, di dalamnya pintu-pintu surga dibuka lebar dan pintu-pintu neraka ditutup rapat, dan setan-setan dibelenggu. Pada bulan Ramadhan ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, dan barangsiapa tidak mendapati malam itu maka ia telah kehilangan pahala seribu bulan." [HR Ahmad]

Malam lailatul qodar

إنَّا أنْزَلْناَهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan
وَماَ أدْرَاكَ ماَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ
2. Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu?
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ
3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
تَنَزَّلُ الْمَلاَئِكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهاَ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أمْرٍ
4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
سَلاَمٌ هِيَ حّتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
5. Malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.

Sepuluh hari di bulan dzulhijjah

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَا الْعَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلَ مِنْهَا فِي هَذِهِ قَالُوا وَلَا الْجِهَادُ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيْءٍ

Dari Ibnu 'Abbas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidak ada amal yang lebih utama pada hari-hari (tasyriq) ini selian berkurban." Para sahabat berkata, "Tidak juga jihad?" Beliau menjawab: "Tidak juga jihad. Kecuali seseorang yang keluar dari rumahnya dengan mengorbankan diri dan hartanya (di jalan Allah), lalu dia tidak kembali lagi." [HR Bukhori dan Ahmad]

Hari Arofah

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثٌ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ فَهَذَا صِيَامُ الدَّهْرِ كُلِّهِ صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

Dari Abu Qatadah : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Puasa tiga hari setiap bulan, puasa dari Ramadlan ke Ramadlan sama dengan puasa setahun penuh. Sedangkan puasa pada hari Arafah, aku memohon pula kepada Allah, agar puasa itu bisa menghapus dosa setahun setahun penuh sebelumnya dan setahun sesudahnya. Adapun puasa pada hari 'Asyura`, aku memohon kepada Allah agar puasa tersebut bisa menghapus dosa setahun sebelumnya." [HR Muslim, Ahmad dan Nasa’i]

Hari jumat

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهَا وَلَا تَقُومُ السَّاعَةُ إِلَّا فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ

Dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sebaik-baik hari adalah hari Jum'at, karena pada hari itulah Adam diciptakan. Pada hari itu pula ia dimasukkan ke dalam surga dan pada hari itu pula ia dikeluarkan daripadanya. Dan hari kiamat tidak terjadi kecuali pada hari Jum'at." [HR Muslim, Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Darimi, Ibnu Majah dan Nasa’i]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ سَاعَةٌ لَا يُوَافِقُهَا مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا إِلَّا أَعْطَاهُ وَقَالَ بِيَدِهِ قُلْنَا يُقَلِّلُهَا يُزَهِّدُهَا

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dia berkata; Abu Qasim shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda: "Pada hari Jum'at terdapat waktu, yang tidaklah seorang hamba muslim shalat dan meminta kebaikan kepada Allah, kecuali Allah akan mengabulkannya." Beliau memberi isyarat dengan tangannya. Kami berkata; 'Yaitu beliau menyempitkannya.' [HR Bukhori, Muslim, Ibnu Majah, Ahmad, Malik dan Nasa’i]

Hari senin dan kamis

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تُعْرَضُ أَعْمَالُ النَّاسِ فِي كُلِّ جُمُعَةٍ مَرَّتَيْنِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ مُؤْمِنٍ إِلَّا عَبْدًا بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ فَيُقَالُ اتْرُكُوا أَوْ ارْكُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَفِيئَا

Dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Seluruh amal manusia dihadapkan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dua kali dalam sepekan. Yaitu pada hari Senin dan Kamis. Lalu Allah mengampuni dosa setiap hamba-Nya yang mukmin, kecuali orang yang bermusuhan. Maka dikatakan kepada mereka: tinggalkanlah dahulu kedua orang ini, sampai mereka berdamai." [HR Muslim, Ahmad, Abu Daud, Malik dan Darimi]

Sepertiga malam

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Rabb Tabaaraka wa Ta'ala kita turun di setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dan berfirman: "Siapa yang berdo'a kepadaKu pasti Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepadaKu pasti Aku penuhi dan siapa yang memohon ampun kepadaKu pasti Aku ampuni". [HR Bukhori, Muslim, Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi]

Yang perlu dicatat bahwa waktu-waktu di atas harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan syarat mengikuti kaedah-kaedah yang telah ditetapkan oleh syar’i.

Maroji’ : attabarruk almasyru’ wattabarruk almamnu’, Syaikh Ali bin Nufai’ Al Ulyani hal 43-46
Bertabarruk dengan tempat
Tabarruk yang masyru’ (3)
Tabbaruk adalah upaya untuk mendapat keberkahan. Meminjam istilah orang Jawa, kita sering menyebutnya dengan ngalap berkah. Dari sinilah muncul celah kesyirikan yang banyak umat islam jatuh terperosok ke dalamnya. Padahal islam sudah mengajarkan tabarruk dengan begitu jelas bagi siapa yang mau mempelajarinya. Dari titik inilah umat islam nampaknya kurang perhatian atau kalau tidak mau disebut acuh tak acuh terhadap ilmu hingga jurang kesyirikan mereka terjuni.
Bila kita pelajari ayat dan hadits maka kita akan mendapatkan setidaknya ada 5 tabarruk yang masyru’ diantaranya adalah bertabarruk dengan tempat. Tempat-tempat yang kita dapat mengambil keberkahannya diantaranya adalah :

1. Masjid

Bertabarruk kepada masjid bukan dengan cara mengusap tanah dan dindingnya, melainkan dengan sholat berjamaah di dalamnya sehingga mendapat pahala 27 derajat atau menjadikannya sebagai tempat i’tikaf di akhir bulan romadlon.

Dari sekian masjid yang ada di dunia ini yang memiliki keistimewaan lebih dari masjid-masjid lainnya adalah masjidil harom, masjidil aqsho, masjid nabawi dan masjid Quba.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَسْجِدِ الْأَقْصَى

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah ditekankan untuk berziarah kecuali untuk mengunjungi tiga masjid, Masjidil Haram, Masjid Rasul shallallahu 'alaihi wasallam dan Masjidil Aqsha".[HR Bukhori, Muslim, Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Darimi dan Nasa’i]

عَنْ أبِى أُمَامَةَ بْنَ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ قَالَ قَالَ أَبِي قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ خَرَجَ حَتَّى يَأْتِيَ هَذَا الْمَسْجِدَ مَسْجِدَ قُبَاءَ فَصَلَّى فِيهِ كَانَ لَهُ عَدْلَ عُمْرَةٍ

Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif dia berkata; Bapakku berkata; "Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa keluar hingga masjid ini, yakni masjid Quba ' lalu shalat di dalamnya, maka -pahalanya- sebanding dengan umrah." [HR Ahmad dan Nasa’i]

2. Tanah harom

عَنْ عَبَّادِ بْنِ تَمِيمٍ عَنْ عَمِّهِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَاصِمٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ حَرَّمَ مَكَّةَ وَدَعَا لِأَهْلِهَا وَإِنِّي حَرَّمْتُ الْمَدِينَةَ كَمَا حَرَّمَ إِبْرَاهِيمُ مَكَّةَ وَإِنِّي دَعَوْتُ فِي صَاعِهَا وَمُدِّهَا بِمِثْلَيْ مَا دَعَا بِهِ إِبْرَاهِيمُ لِأَهْلِ مَكَّةَ

Dari Abbad bin Tamim dari pamannya Abdullah bin Zaid bin Ashim bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Nabi Ibrahim membangun kota Makkah menjadi tanah haram dan mendo'akan kemakmuran bagi penduduknya. Aku membangun kota Makkah menjadi tanah haram sebagaimana Nabi Ibrahim mengharamkan kota Makkah, dan mendo'akan kemakmuran bagi penduduknya seperti Nabi Ibrahim mendo'kan penduduk Makkah." [HR Bukhori, Muslim dan Ahmad]

3. Negeri Syam

عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا حِينَ قَالَ طُوبَى لِلشَّامِ طُوبَى لِلشَّامِ قُلْتُ مَا بَالُ الشَّامِ قَالَ الْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَجْنِحَتِهَا عَلَى الشَّامِ

Dari Zaid bin Tsabit ia berkata, "Ketika pada suatu hari kami bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan beliau mengucapkan: 'Kabar gembira buat Syam, kabar gembira buat Syam.' Maka aku pun bertanya, 'Ada apa dengan Syam? ' Beliau bersabda: 'Para malaikat merentangkan sayap-sayapnya di atas Syam.[HR Ahmad]

4. Tanah yang kita tempati untuk manasik haji

Ini meliputi : Arofah, Mina dan Muzdalifah yang dengannya kita dapat menunaikan manasik haji mengikuti sunnah rosululloh shollallohu alaihi wasallam sehingga mendapat ampunan dari Alloh, terhindar dari siksa neraka dan mendapat aljannah

Maroji’ : Attabarruk Almasyru’ Wattabarruk Almamnu’, Syaikh Ali bin Nufai’ Al Ulyani hal 39-42

Bertabarruk kepada ucapan dan perbuatan yang diajarkan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam

Tabarruk yang masyru’ (2)

Tabbaruk adalah upaya untuk mendapat keberkahan. Meminjam istilah orang Jawa, kita sering menyebutnya dengan ngalap berkah. Dari sinilah muncul celah kesyirikan yang banyak umat islam jatuh terperosok ke dalamnya. Padahal islam sudah mengajarkan tabarruk dengan begitu jelas bagi siapa yang mau mempelajarinya. Dari titik inilah umat islam nampaknya kurang perhatian atau kalau tidak mau disebut acuh tak acuh terhadap ilmu hingga jurang kesyirikan mereka terjuni.

Bila kita pelajari ayat dan hadits maka kita akan mendapatkan setidaknya ada 5 tabarruk yang masyru’ diantaranya adalah bertabarruk kepada ucapan dan perbuatan yang diajarkan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam.

1. Bertabarruk kepada ucapan

Di antaranya tilawatul quran dengan membaca surat atau ayat tertentu yang masyru’ :

عَنْ الْبَرَاءَ بْنَ عَازِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَرَأَ رَجُلٌ الْكَهْفَ وَفِي الدَّارِ الدَّابَّةُ فَجَعَلَتْ تَنْفِرُ فَسَلَّمَ فَإِذَا ضَبَابَةٌ أَوْ سَحَابَةٌ غَشِيَتْهُ فَذَكَرَهُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ اقْرَأْ فُلَانُ فَإِنَّهَا السَّكِينَةُ نَزَلَتْ لِلْقُرْآنِ أَوْ تَنَزَّلَتْ لِلْقُرْآنِ

Dari Al Bara bin 'Azib radliallahu 'anhuma; "Ada seorang yang membaca surah Al Kahfi di dekat kandang hewan ternak lalu hewan itu kabur". Lalu dia menyelesaikan bacaannya dan menoleh, ternyata dia melihat awan menutupinya. Kemudian dia menceritakan hal itu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Maka beliau berkata; "Bacalah terus wahai fulan, karena yang tadi itu adalah sakinah (angin yang berhenbus mengenai wajah) yang turun untuk Al Qur'an atau turun bersama". (Al Sakinah artinya sangat banyak. Menurut 'Ali bin Abu Thalib radliallahu 'anhu seperti yang diriwayatkan oleh Imam Thabariy adalah angin yang berkilauan dan membentuk wajah seperti wajah manusia).[HR Bukhori, Muslim dan Ahmad]

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْف عُصِمَ مِنْ الدَّجَّالِ

Dari Abu Darda` bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang menghafal sepuluh ayat dari awal surat Al Kahfi, maka ia akan terpelihara dari (kejahatan) Dajjall." [HR Muslim, Ahmad, Abu Daud, Darimi dan Tirmidzi]

عَنْ أبى أمامة سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلَا تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ

Dari Abu Umamah Al Bahili ia berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bacalah Al Qur`an, karena ia akan datang memberi syafa'at kepada para pembacanya pada hari kiamat nanti. Bacalah Zahrawain, yakni surat Al Baqarah dan Ali Imran, karena keduanya akan datang pada hari kiamat nanti, seperti dua tumpuk awan menaungi pembacanya, atau seperti dua kelompok burung yang sedang terbang dalam formasi hendak membela pembacanya. Bacalah Al Baqarah, karena dengan membacanya akan memperoleh barokah, dan dengan tidak membacanya akan menyebabkan penyesalan, dan pembacanya tidak dapat dikuasai (dikalahkan) oleh tukang-tukang sihir." [HR Muslim, Ahmad dan Darimi]

Termasuk di dalamnya dzikir-dzikir yang diajarkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam yang dengannya kita selamat dari gangguan, tercapai semua tujuan dan manfaat-manfaat lainnya.

2. Bertabarruk dengan perbuatan

Ini meliputi semua ibadah mahdloh dan ghoiru mahdloh, termasuk hal-hal yang bersifat duniawi di antaranya makan berjamaah, mengambil makanan dari pinggir dan menjilati jari jemari usai makan sebagaimana tersebut dalam hadits di bawah ini :

عَنْ وَحْشِيّ بْن حَرْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَأْكُلُ وَلَا نَشْبَعُ قَالَ فَلَعَلَّكُمْ تَفْتَرِقُونَ قَالُوا نَعَمْ قَالَ فَاجْتَمِعُوا عَلَى طَعَامِكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ يُبَارَكْ لَكُمْ فِيهِ

Dari Wahsyi bin Harb dari Ayahnya dari Kakeknya bahwa para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan dan tidak merasa kenyang?" Beliau bersabda: "Kemungkinan kalian makan sendiri-sendiri." Mereka menjawab, "Ya." Beliau bersabda: "Hendaklah kalian makan secara bersama-sama, dan sebutlah nama Allah, maka kalian akan diberi berkah padanya." [HR Bukhori, Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah]

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ كُلُوا فِي الْقَصْعَةِ مِنْ جَوَانِبِهَا وَلَا تَأْكُلُوا مِنْ وَسَطِهَا فَإِنَّ الْبَرَكَةَ تَنْزِلُ فِي وَسَطِهَا

Dari Ibnu Abbas, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Makanlah pada nampan dari pinggirnya dan jangan memakannya dari tengahnya. Karena sesungguhnya keberkahan itu turun di tengahnya." [HR Ahmad, Abu Daud dan Darimi]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَلْعَقْ أَصَابِعَهُ فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي فِي أَيَّتِهِنَّ الْبَرَكَةُ

Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda : Jika salah seorang diantara kalian selesai makan, maka hendaklah ia menjilati jari-jemarinya, karena dia tidak tahu ada dimana berkahnya [HR Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan Darimi]

Maroji’ : attabarruk almasyru’ wattabarruk almamnu’, Syaikh Ali bin Nufai’ Al Ulyani hal 33-38

Bertabarruk dengan dzat nabi shollallohu alaihi wasallam

Bertabarruk dengan dzat nabi shollallohu alaihi wasallam

Tabarruk yang masyru’ (1)

Tabbaruk adalah upaya untuk mendapat keberkahan. Meminjam istilah orang Jawa, kita sering menyebutnya dengan ngalap berkah. Dari sinilah muncul celah kesyirikan yang banyak umat islam jatuh terperosok ke dalamnya. Padahal islam sudah mengajarkan tabarruk dengan begitu jelas bagi siapa yang mau mempelajarinya. Dari titik inilah umat islam nampaknya kurang perhatian atau kalau tidak mau disebut acuh tak acuh terhadap ilmu hingga jurang kesyirikan mereka terjuni.

Bila kita pelajari ayat dan hadits maka kita akan mendapatkan setidaknya ada 5 tabarruk yang masyru’ diantaranya adalah bertabarruk kepada dzat rosululloh shollallohu alaihi wasallam.

1. Bertabarruk dengan tangannya shollallohu alaihi wasallam

عَنْ عُرْوَة أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَخْبَرَتْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اشْتَكَى نَفَثَ عَلَى نَفْسِهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ وَمَسَحَ عَنْهُ بِيَدِهِ فَلَمَّا اشْتَكَى وَجَعَهُ الَّذِي تُوُفِّيَ فِيهِ طَفِقْتُ أَنْفِثُ عَلَى نَفْسِهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ الَّتِي كَانَ يَنْفِثُ وَأَمْسَحُ بِيَدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْهُ

Dari Urwah bahwa Aisyah radliallahu 'anha mengabarkan kepadanya; Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sakit, beliau tiupkan pada dirinya surat-surat mu'awwidzaat dan beliau usapkan dengan tangannya. Maka tatkala beliau sakit yang menyebabkan beliau meninggal, kutiupkan pula kepadanya surat-surat Mu'awwidzat dan kusapukan tangannya ke tubuhnya.[HR Bukhori, Muslim, Ahmad, Ibnu Majah dan Malik]

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى الْغَدَاةَ جَاءَ خَدَمُ الْمَدِينَةِ بِآنِيَتِهِمْ فِيهَا الْمَاءُ فَمَا يُؤْتَى بِإِنَاءٍ إِلَّا غَمَسَ يَدَهُ فِيهَا فَرُبَّمَا جَاءُوهُ فِي الْغَدَاةِ الْبَارِدَةِ فَيَغْمِسُ يَدَهُ فِيهَا

Dari Anas bin Malik dia berkata; Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selesai melaksanakan shalat Shubuh, maka para pelayan Madinah melayani beliau dengan membawa bejana berisi air. Beliau mencelupkan jari tangannya ke dalam setiap bejana yang disodorkan kepada beliau. Terkadang para pelayan tersebut mendatangi beliau di pagi yang amat dingin, tetapi beliau tetap sudi mencelupkan tangan beliau ke dalam bejana yang berisi air tersebut." [HR Muslim]

2. Bertabarruk dengan rambutnya shollallohu alaihi wasallam

عَنْ أَنَسٍ قَالَ لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْحَلَّاقُ يَحْلِقُهُ وَأَطَافَ بِهِ أَصْحَابُهُ فَمَا يُرِيدُونَ أَنْ تَقَعَ شَعْرَةٌ إِلَّا فِي يَدِ رَجُلٍ

Dari Anas dia berkata; "Sungguh saya pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedang dicukur oleh seorang tukang cukur dengan dikerumuni oleh para sahabat beliau. Sebenarnya yang mereka inginkan adalah agar setiap helai rambut beliau yang tercukur itu jatuh ke tangan seorang sahabat yang mengerumuninya." [HR Muslim dan Ahmad]

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَى مِنًى فَأَتَى الْجَمْرَةَ فَرَمَاهَا ثُمَّ أَتَى مَنْزِلَهُ بِمِنًى وَنَحَرَ ثُمَّ قَالَ لِلْحَلَّاقِ خُذْ وَأَشَارَ إِلَى جَانِبِهِ الْأَيْمَنِ ثُمَّ الْأَيْسَرِ ثُمَّ جَعَلَ يُعْطِيهِ النَّاسَ و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَابْنُ نُمَيْرٍ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالُوا أَخْبَرَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ عَنْ هِشَامٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ أَمَّا أَبُو بَكْرٍ فَقَالَ فِي رِوَايَتِهِ لِلْحَلَّاقِ هَا وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى الْجَانِبِ الْأَيْمَنِ هَكَذَا فَقَسَمَ شَعَرَهُ بَيْنَ مَنْ يَلِيهِ قَالَ ثُمَّ أَشَارَ إِلَى الْحَلَّاقِ وَإِلَى الْجَانِبِ الْأَيْسَرِ فَحَلَقَهُ فَأَعْطَاهُ أُمَّ سُلَيْمٍ وَأَمَّا فِي رِوَايَةِ أَبِي كُرَيْبٍ قَالَ فَبَدَأَ بِالشِّقِّ الْأَيْمَنِ فَوَزَّعَهُ الشَّعَرَةَ وَالشَّعَرَتَيْنِ بَيْنَ النَّاسِ ثُمَّ قَالَ بِالْأَيْسَرِ فَصَنَعَ بِهِ مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ هَا هُنَا أَبُو طَلْحَةَ فَدَفَعَهُ إِلَى أَبِي طَلْحَةَ

Dari Anas bin Malik bahwasanya; Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sampai di Mina, beliau datang ke Jamratul 'Aqabah lalu melontarnya. Kemudian beliau pergi ke tempatnya di Mina, di sana beliau menyembelih hewan kurban. Sesudah itu, beliau bersabda kepada tukang cukur: "Cukurlah rambutku." Sambil beliau memberi isyarat ke kepalanya sebelah kanan dan kiri. Sesudah itu, diberikannya rambutnya kepada orang banyak. Dan Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Ibnu Numair dan Abu Kuraib mereka berkata, telah mengabarkan kepada kami Hafsh bin Ghiyats dari Hisyam dengan isnad ini. Adapun Abu Bakr, maka ia berkata dalam riwayatnya; (Beliau bersabda kepada tukang cukur): "HAA (cukurlah rambutku)." Beliau sambil memberi isyarat ke arah kepala bagian kanannya seperti ini. Lalu beliau membagi-bagikan rambutnya kepada mereka yang berada di dekat beliau. Setelah itu beliau memberi isyarat kembali ke arah kepadala bagian kiri, maka tukang cukur itu pun mencukurnya, dan beliau pun memberikan rambut itu kepada Ummu Sulaim. Adapun dalam riwayat Abu Kuraib ia menyebutkan; Tukang cukur itu pun memulainya dari rambut sebelah kanan seraya membagikannya kepada orang-orang, baru pindah ke sebelah kiri dan juga berbuat seperti itu. Kemudian beliau bersabda: "Ambilah ini wahai Abu Thalhah." Akhirnya beliau pun memberikannya kepada Abu Thalhah. [HR Muslim]

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَوْهَبٍ قَالَ أَرْسَلَنِي أَهْلِي إِلَى أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَدَحٍ مِنْ مَاءٍ وَقَبَضَ إِسْرَائِيلُ ثَلَاثَ أَصَابِعَ مِنْ قُصَّةٍ فِيهِ شَعَرٌ مِنْ شَعَرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ إِذَا أَصَابَ الْإِنْسَانَ عَيْنٌ أَوْ شَيْءٌ بَعَثَ إِلَيْهَا مِخْضَبَهُ فَاطَّلَعْتُ فِي الْجُلْجُلِ فَرَأَيْتُ شَعَرَاتٍ حُمْرًا

Dari Utsman bin Abdullah bin Mauhab berkata; "Keluargaku pernah menyuruhku menemui Ummu Salamah isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan membawa mangkuk berisi air, sementara Isra'il memegang mangkuk tersebut menggunakan tiga jarinya yang didalamnya terdapat beberapa helai rambut Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang diikat, apabila ada seseorang yang terkena sihir atau sesuatu, maka tempat mewarnai rambut beliau diberikan kepada Ummu Salamah, lalu aku mendongakkan kepala ke wadah yang menyerupai lonceng, aku melihat rambut beliau sudah berubah merah." [HR Bukhori]

3. Bertabarruk dengan keringatnya shollallohu alaihi wasallam

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْخُلُ بَيْتَ أُمِّ سُلَيْمٍ فَيَنَامُ عَلَى فِرَاشِهَا وَلَيْسَتْ فِيهِ قَالَ فَجَاءَ ذَاتَ يَوْمٍ فَنَامَ عَلَى فِرَاشِهَا فَأُتِيَتْ فَقِيلَ لَهَا هَذَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَامَ فِي بَيْتِكِ عَلَى فِرَاشِكِ قَالَ فَجَاءَتْ وَقَدْ عَرِقَ وَاسْتَنْقَعَ عَرَقُهُ عَلَى قِطْعَةِ أَدِيمٍ عَلَى الْفِرَاشِ فَفَتَحَتْ عَتِيدَتَهَا فَجَعَلَتْ تُنَشِّفُ ذَلِكَ الْعَرَقَ فَتَعْصِرُهُ فِي قَوَارِيرِهَا فَفَزِعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا تَصْنَعِينَ يَا أُمَّ سُلَيْمٍ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ نَرْجُو بَرَكَتَهُ لِصِبْيَانِنَا قَالَ أَصَبْتِ

Dari Anas bin Malik dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berkunjung ke rumah Ummu Sulaim. Lalu beliau tidur di atas tempat tidur Ummu Sulaim, ketika ia sedang tidak berada di rumah. Anas berkata; 'Pada suatu hari, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang ke rumah kami dan tidur di atas tempat tidur Ummu Sulaim. Kemudian Ummu Sulaim disuruh pulang dan diberitahu bahwasannya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shallallahu 'alaihi wasallam sedang tidur di atas tempat tidurnya. Anas berkata; 'Ketika Ummu Sulaim tiba di rumah, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah berkeringat, dan keringat beliau tergenang di tikar kulit di atas tempat tidur.' Maka Ummu Sulaim segera membuka tasnya dan segera mengusap keringat Rasulullah dengan sapu tangan dan memerasnya ke dalam sebuah botol. Tiba-tiba Nabi shallallahu 'alaihi wasallam terbangun dan terkejut seraya berkata; 'Apa yang kamu lakukan hai Ummu Sulaim? Ummu Sulaim menjawab; 'Ya Rasulullah, kami mengharapkan keberkahan keringat engkau untuk anak-anak kami. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kamu benar hai Ummu Sulaim!" [HR Muslim dan Ahmad]

4. Bertabarruk dengan bekas air wudlunya shollallohu alaihi wasallam

عَن السَّائِب بْنَ يَزِيدَ يَقُولُ ذَهَبَتْ بِي خَالَتِي إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ ابْنَ أُخْتِي وَجِعٌ فَمَسَحَ رَأْسِي وَدَعَا لِي بِالْبَرَكَةِ ثُمَّ تَوَضَّأَ فَشَرِبْتُ مِنْ وَضُوئِهِ ثُمَّ قُمْتُ خَلْفَ ظَهْرِهِ فَنَظَرْتُ إِلَى خَاتَمِهِ بَيْنَ كَتِفَيْهِ مِثْلَ زِرِّ الْحَجَلَةِ

Dari As Saib bin Yazid berkata; "Aku dan Bibiku pergi bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu bibi berkata kepada beliau; "Ya Rasulullah, keponakanku sakit." Maka beliau mengusap kepalaku, kemudian beliau mendoakan keberkahan bagiku. Sesudah itu beliau berwudlu lalu kuminum sisa air wudlunya. Kemudian aku berdiri di belakang beliau. Aku melihat cap kenabian beliau terletak antara kedua bahu kira-kira sebesar telor burung." [HR Muslim]

5. Bertabarruk dengan air semburannya shollallohu alaihi wasallam

عَنْ مَحْمُود بْن الرَّبِيعِ قَالَ وَهُوَ الَّذِي مَجَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي وَجْهِهِ وَهُوَ غُلَامٌ مِنْ بِئْرِهِمْ وَقَالَ عُرْوَةُ عَنْ الْمِسْوَرِ وَغَيْرِهِ يُصَدِّقُ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا صَاحِبَهُ وَإِذَا تَوَضَّأَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَادُوا يَقْتَتِلُونَ عَلَى وَضُوئِهِ

Dari Mahmud bin Ar Rabi' ia berkata, "Dialah orang yang diberkahi oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di wajahnya saat dia masih kecil dari sumur mereka." Dan 'Urwah menyebutkan dari Al Miswar, dan Selainnya -setiap dari keduanya saling membenarkan satu sama lain-, bahwa ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berwudlu, hampir saja mereka berkelahi memperebutkan bejana bekas wudlu beliau." [HR Bukhori]

عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كُنْتُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ نَازِلٌ بِالْجِعْرَانَةِ بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ وَمَعَهُ بِلَالٌ فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ أَلَا تُنْجِزُ لِي مَا وَعَدْتَنِي فَقَالَ لَهُ أَبْشِرْ فَقَالَ قَدْ أَكْثَرْتَ عَلَيَّ مِنْ أَبْشِرْ فَأَقْبَلَ عَلَى أَبِي مُوسَى وَبِلَالٍ كَهَيْئَةِ الْغَضْبَانِ فَقَالَ رَدَّ الْبُشْرَى فَاقْبَلَا أَنْتُمَا قَالَا قَبِلْنَا ثُمَّ دَعَا بِقَدَحٍ فِيهِ مَاءٌ فَغَسَلَ يَدَيْهِ وَوَجْهَهُ فِيهِ وَمَجَّ فِيهِ ثُمَّ قَالَ اشْرَبَا مِنْهُ وَأَفْرِغَا عَلَى وُجُوهِكُمَا وَنُحُورِكُمَا وَأَبْشِرَا فَأَخَذَا الْقَدَحَ فَفَعَلَا فَنَادَتْ أُمُّ سَلَمَةَ مِنْ وَرَاءِ السِّتْرِ أَنْ أَفْضِلَا لِأُمِّكُمَا فَأَفْضَلَا لَهَا مِنْهُ طَائِفَةً

Dari Abu Musa radliallahu 'anhu, katanya Aku disisi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang ketika itu beliau singgah di Ji'ranah antara Makkah dan Madinah, beliau bersama Bilal. Rupanya ada seorang arab badui (pelosok) menemui beliau dan berujar; "Tidakkah engkau lunasi janjimu kepadaku? Jawab Nabi: "Bergembiralah! Si arab badui menjawab; "kamu berulang kali mengatakan; "bergembiralah! Kemudian beliau temui Abu musa dan Bilal seolah-olah beliau emosi. Kata beliau: "Orang arab itu telah menolak kabar gembira! Maka temuilah olehmu berdua! maka kami menemuinya. Selanjutnya Nabi meminta baskom berisi air, beliau cuci kedua tangannya, wajahnya dan beliau semprotkan air dari mulut beliau ke baskom, kemudian beliau bersabda: "Silahkan kalian berdua minum, dan guyurkan pada wajah kalian, dan tengkuk kalian dan bergembiralah! Keduanya lantas mengambil baskom dan keduanya melaksanakan perintah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ummu Salamah lantas berseru dibalik tabir "Tolong sisakan air itu untuk ibu kalian! Maka keduanya menyisakan air itu. [HR Bukhori]

6. Bertabarruk dengan ludahnya shollallohu alaihi wasallam

فَوَاللَّهِ مَا تَنَخَّمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نُخَامَةً إِلَّا وَقَعَتْ فِي كَفِّ رَجُلٍ مِنْهُمْ فَدَلَكَ بِهَا وَجْهَهُ وَجِلْدَهُ وَإِذَا أَمَرَهُمْ ابْتَدَرُوا أَمْرَهُ وَإِذَا تَوَضَّأَ كَادُوا يَقْتَتِلُونَ عَلَى وَضُوئِهِ

Demi Allah, tidaklah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam apabila meludah lalu ludah Beliau tepat jatuh di telapak tangan salah seorang dari sahabat melainkan orang itu menggosokkannya pada wajah dan kulitnya. Dan bila Beliau menyuruh mereka, merekapun segera begegas melaksanakan perintah Beliau. Dan apabila Beliau hendak berwudhu', selalu mereka hampir berkelahi karena berebut untuk menyiapkan air untuk wudhu' Beliau [HR Bukhori]

7. Bertabarruk dengan kainnya shollallohu alaihi wasallam

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ جَاءَتْ امْرَأَةٌ بِبُرْدَةٍ قَالَ سَهْلٌ هَلْ تَدْرِي مَا الْبُرْدَةُ قَالَ نَعَمْ هِيَ الشَّمْلَةُ مَنْسُوجٌ فِي حَاشِيَتِهَا قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي نَسَجْتُ هَذِهِ بِيَدِي أَكْسُوكَهَا فَأَخَذَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُحْتَاجًا إِلَيْهَا فَخَرَجَ إِلَيْنَا وَإِنَّهَا لَإِزَارُهُ فَجَسَّهَا رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ اكْسُنِيهَا قَالَ نَعَمْ فَجَلَسَ مَا شَاءَ اللَّهُ فِي الْمَجْلِسِ ثُمَّ رَجَعَ فَطَوَاهَا ثُمَّ أَرْسَلَ بِهَا إِلَيْهِ فَقَالَ لَهُ الْقَوْمُ مَا أَحْسَنْتَ سَأَلْتَهَا إِيَّاهُ وَقَدْ عَرَفْتَ أَنَّهُ لَا يَرُدُّ سَائِلًا فَقَالَ الرَّجُلُ وَاللَّهِ مَا سَأَلْتُهَا إِلَّا لِتَكُونَ كَفَنِي يَوْمَ أَمُوتُ قَالَ سَهْلٌ فَكَانَتْ كَفَنَهُ

Dari Sahl bin Sa'd dia berkata; "Seorang wanita datang sambil membawa selimut bersulam yang ada rendanya. Sahal berkata; Apa kamu tahu selimut apakah itu? Abu Hazm menjawab: Ya, ia adalah mantel bertutup kepala yang ujungnya berenda. Wanita itu berkata; "Wahai Rasulullah! Aku menenun selimut ini dengan tanganku, aku membawanya untuk mengenakannya pada baginda. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengambilnya karena memang membutuhkannya. Lalu beliau keluar menemui kami ternyata selimut itu berupa kain sarung, kemudian seseorang dari suatu kaum datang menemui beliau dan berkata; "Kenakanlah untukku wahai Rasulullah! Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ya." Kemudian beliau duduk di majlis sebagaimana yang di kehendaki Allah, lalu pulang. Setelah itu beliau melipat kain tersebut dan memberikannya pada orang itu. Orang-orang berkata pada orang itu; "Demi Allah, kau berlaku kurang ajar. Kamu telah memintanya dia saat beliau memerlukannya, padahal kau tahu beliau tidak pernah menolak seorang peminta pun." Orang itu berkata; "Demi Allah, aku tidak memintanya melainkan untuk aku jadikan sebagai kafanku pada saat aku meninggal." Sahal berkata; "Maka selimut itu dijadikan kafannya saat ia meninggal." [HR Bukhori]

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أُتِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَدَحٍ فَشَرِبَ وَعَنْ يَمِينِهِ غُلَامٌ هُوَ أَحْدَثُ الْقَوْمِ وَالْأَشْيَاخُ عَنْ يَسَارِهِ قَالَ يَا غُلَامُ أَتَأْذَنُ لِي أَنْ أُعْطِيَ الْأَشْيَاخَ فَقَالَ مَا كُنْتُ لِأُوثِرَ بِنَصِيبِي مِنْكَ أَحَدًا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَأَعْطَاهُ إِيَّاهُ

Dari Sahal bin Sa'ad radliallahu 'anhuma berkata; Kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam disodorkan segelas minuman lalu Beliau meminumnya sementara disamping kanan Beliau ada seorang anak kecil yang paling muda diantara kaum yang hadir sedangkan para orang-orang tua ada di sebelah kiri Beliau. Beliau berkata: "Wahai anak kecil, apakah kamu mengizinkan aku untuk memberi minuman ini kepada para orang tua?" Anak kecil itu berkata: "Aku tidak akan mendahulukan seorangpun daripadaku selain anda wahai Rasulullah". Maka Beliau memberikan kepadanya. [HR Bukhori]

Syaikh Ali bin Nufai’ Al Ulyani berkata : dari hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa dzat rosululloh shollallohu alaihi wasallam dan apa saja yang melekat pada badannya baik berupa rambut, keringat, pakaian, alat-alat makan dan lainnya, terkadang Alloh menjadikannya sebagai keberkahan yang bisa digunakan untuk pengobatan dan manfaat yang bersifat duniawi dan ukhrowi. Akan tetapi dengan satu catatan bahwa sumber pemberi keberkahan hanyalah Alloh semata.

Syaikh Muhammad Nashiruddin Albani berkata : yang kita ketahui bahwa semua atsar (bekas-bekas) rosululloh shollallohu alaihi wasallam baik berupa pakaian, rambut, keringat, ludah dan lainnya sekarang telah punah. Tidak ada satupun yang bisa menetapkan dengan pasti bahwa semuanya masih ada. Oleh karena itu bila kenyataannya demikian maka bertabarruk dengan itu semua, bukan realita lagi di jaman sekarang. Hal itu hanya berupa teori semata maka tidak sepantasnya untuk memperpanjang perbincangan tentang tabarruk terhadap atsar rosululloh shollallohu alaihi wasallam.

Maroji’ : Attabarruk Almasyru’ Wattabarruk Almamnu’, Syaikh Ali bin Nufai’ Al Ulyani hal 25-32

Sholat Orang Munafiq

Sholat Orang Munafiq

Pada jaman rosululloh shollallohu alaihi wasallam, kelompok munafiq mudah untuk dikenali. Hal ini terlihat dari tutur kata, sikap mereka terhadap jihad dan sholat keseharian mereka. Khusus tentang sholat diterangkan oleh beberapa nash baik dari alquran maupun sunnah :

إنَّ الْمُناَفِقِينَ يُخاَدِعُوْنَ الله وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإذَا قاَمُوْا إلَى الصَّلاَةِ قاَمُوْا كُساَلَى يُرَاءُوْنَ النَّاسَ وَلاَ يَذْكُرُوْنَ الله إلاَّ قَلِيْلاً

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali [annisa':142]

وَماَ مَنَعَهُمْ أنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقاَتُهُمْ إلاَّ أنَّهُمْ كَفَرُوْا بِالله وَبِرَسُوْلِهِ وَلاَ يَأْتُوْنَ الصَّلاَةَ إلاَّ وَهُمْ كُساَلَى وَلاَ يُنْفِقُوْنَ إلاَّ وَهُمْ كاَرِهُوْنَ

Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan. [attaubah : 54]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ صَلَاةٌ أَثْقَلَ عَلَى الْمُنَافِقِينَ مِنْ الْفَجْرِ وَالْعِشَاءِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ الْمُؤَذِّنَ فَيُقِيمَ ثُمَّ آمُرَ رَجُلًا يَؤُمُّ النَّاسَ ثُمَّ آخُذَ شُعَلًا مِنْ نَارٍ فَأُحَرِّقَ عَلَى مَنْ لَا يَخْرُجُ إِلَى الصَّلَاةِ بَعْدُ

Dari Abu Hurairah berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang-orang Munafik kecuali shalat shubuh dan 'Isya. Seandainya mereka mengetahui (kebaikan) yang ada pada keduanya tentulah mereka akan mendatanginya walau harus dengan merangkak. Sungguh, aku berkeinginan untuk memerintahkan seorang mu'adzin sehingga shalat ditegakkan dan aki perintahkan seseorang untuk memimpin orang-orang shalat, lalu aku menyalakan api dan membakar (rumah-rumah) orang yang tidak keluar untuk shalat berjama'ah (tanpa alasan yang benar)." [HR Bukhori, Muslim, Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Darimi dan Nasa’i]

عَنْ أَنَس بْنِ مَالِكٍ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ تِلْكَ صَلَاةُ الْمُنَافِقِ يَجْلِسُ يَرْقُبُ الشَّمْسَ حَتَّى إِذَا كَانَتْ بَيْنَ قَرْنَيْ الشَّيْطَانِ قَامَ فَنَقَرَهَا أَرْبَعًا لَا يَذْكُرُ اللَّهَ فِيهَا إِلَّا قَلِيلًا

Dari Anas bin Malik : aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ashar itulah shalat (yang biasanya ditelantarkan) orang munafik, ia duduk mengamat-amati matahari, jika matahari telah berada diantara dua tanduk setan, ia melakukannya dan ia mematuk empat kali (Rasul pergunakan istilah mematuk, untuk menyatakan sedemikian cepatnya, bagaikan jago mematuk makanan -pent) ia tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali." [HR Muslim, Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi dan Nasa’i]

Dari nash-nash di atas kita dapat mengambil faedah bahwa sholat orang munafiq dibangun di atas dua hal :

1. Malas

2. Riya

Sepinya masjid-masjid pada waktu isya dan shubuh menunjukkan betapa banyaknya orang munafiq di sekitar kita

Sholat Gaya Yahudi

Sholat Gaya Yahudi

Semua nabi melaksanakan sholat baik dari kalangan Arab atau dari kalangan bani isroil. Alquran membuktikan kepada kita betapa sholat bukan ibadah monopoli umat rosululloh shollallohu alaihi wasallam saja. Tentang sholat nabi Musa, Alloh bertutur :

Sedangkan sholat nabi Ishaq, kita akan dapatkan firman Alloh :

Sementara nabi Zakaria, Alloh mengkisahkan :

Akhirnya sholat terus dihidupkan oleh bani isroil, para pengikut nabi-nabi di atas. Akan tetapi kita akan mendapatkan kenyataan bahwa apa yang mereka lakukan berbeda jauh dengan sholat yang kita tegakkan tiap harinya, di antaranya :

Sholat tidak memakai khuf

Sholat memakai khuf (sepatu, sandal dan kaus kaki) adalah sunnah. Di saat kita mengikuti acara outbond, safar dan berjihad, kita akan mendapatkan kesulitan kalau harus sering melepas sepatu. Dari sinilah rukhshoh Alloh berikan. Wudlu tanpa harus melepas alas kaki, cukup diusap bagian atas. Dalam kitab fiqh masalah ini sering disebut “ almashu ‘alal khuffain “ Begitu pentingnya bab ini hingga sebagian ulama memasukkannya dalam masalah aqidah untuk membedakan antara ahlussunnah dengan syiah, karena syiah sama sekali tidak mengakui adanya almashu ‘alal khuffain.
Para ulama menilai bahwa memakai sepatu dalam sholat lebih afdhol daripada melepasnya agar terjadi perbedaan antara sholat umat islam dengan orang yahudi sebagaimana sabda nabi shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ بَيْنَمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي بِأَصْحَابِهِ إِذْ خَلَعَ نَعْلَيْهِ فَوَضَعَهُمَا عَنْ يَسَارِهِ فَلَمَّا رَأَى ذَلِكَ الْقَوْمُ أَلْقَوْا نِعَالَهُمْ فَلَمَّا قَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاتَهُ قَالَ مَا حَمَلَكُمْ عَلَى إِلْقَاءِ نِعَالِكُمْ قَالُوا رَأَيْنَاكَ أَلْقَيْتَ نَعْلَيْكَ فَأَلْقَيْنَا نِعَالَنَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ جِبْرِيلَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَانِي فَأَخْبَرَنِي أَنَّ فِيهِمَا قَذَرًا أَوْ قَالَ أَذًى وَقَالَ إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَلْيَنْظُرْ فَإِنْ رَأَى فِي نَعْلَيْهِ قَذَرًا أَوْ أَذًى فَلْيَمْسَحْهُ وَلْيُصَلِّ فِيهِمَا

Dari Abu Sa'id Al-Khudri dia berkata; Tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengerjakan shalat bersama para sahabatnya, tiba tiba beliau melepaskan kedua sandalnya lalu meletakkannya di sebelah kirinya. Sewaktu para sahabat melihat tindakan beliau tersebut, mereka ikut pula melepas sandal mereka. Maka tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selesai shalat, beliau bersabda: "Apa gerangan yang membuat kalian melepas sandal sandal kalian?" Mereka menjawab; Kami melihat engkau melepas sandal, sehingga kami pun melepaskan sandal sandal kami. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Malaikat Jibril 'Alaihis Salam telah datang kepadaku, lalu memberitahukan kepadaku bahwa di sepasang sandal itu ada najisnya." Selanjutnya beliau bersabda: "Apabila salah seorang di antara kalian datang ke masjid, maka perhatikanlah, jika dia melihat di sepasang sandalnya terdapat najis atau kotoran maka bersihkan, dan shalatlah dengan memakai sepasang sandalnya itu." [HR Ahmad dan Abu Daud]

عَنْ يَعْلَى بْنِ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَالِفُوا الْيَهُودَ فَإِنَّهُمْ لَا يُصَلُّونَ فِي نِعَالِهِمْ وَلَا خِفَافِهِمْ

Dari dari Ya'la bin Syaddad bin Aus dari Ayahnya dia berkata; Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Selisihilah orang-orang yahudi, karena mereka sholat dengan tidak mengenakan sandal-sandal dan juga khuf (sepatu) mereka." [HR Abu Daud]
Menghadap baitul maqdis

Selama 16 bulan di Madinah rosululloh shollallohu alaihi wasallam menunaikan sholat menghadap baitul maqdis sebagaimana yang dilakukan oleh orang yahudi. Hal inilah yang membuat bangga kaum yahudi karena merasa syariatnya ditiru oleh umat islam. Beliau sangat merindukan menghadap ka’bah, bumi paling mulia. Akhirnya pada tahun kedua hijriah Alloh turunkan surat albaqoroh ayat 142-150, untuk menerangkan perubahan kiblat dari baitul maqdis kea rah masjidilharom.

Ikhtishor (berkacak pinggang)

حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا يَحْيَى حَدَّثَنَا هِشَامٌ حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُصَلِّيَ الرَّجُلُ مُخْتَصِرًا

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang seseorang shalat dengan bertolak pinggang". [muttafaq alaih]
Imam Nawawi dilarangnya mukhtashiron (meletakkan tangan di pinggang) dikarenakan dua hal yaitu karena itu adalah perbuatan orang yang sombong, yang kedua karena cara sholat seperti itu merupakan kebiasaan orang yang dimurkai (almaghdlub, orang yahudi)
Bersandar dengan tangan kiri saat duduk

عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ رَأَى رَجُلًا يَتَّكِئُ عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى وَهُوَ قَاعِدٌ فِي الصَّلَاةِ قَالَ هَارُونُ بْنُ زَيْدٍ سَاقِطًا عَلَى شِقِّهِ الْأَيْسَرِ ثُمَّ اتَّفَقَا فَقَالَ لَهُ لَا تَجْلِسْ هَكَذَا فَإِنَّ هَكَذَا يَجْلِسُ الَّذِينَ يُعَذَّبُونَ
Dari Ibnu Umar bahwa dia melihat seseorang bersandar dengan tangan kirinya ketika duduk dalam shalat- Harun bin Yazid berkata: "condong kearah kirinya, " kemudian keduanya sepakat pada lafadz- Maka Ibnu Umar berkata kepadanya; "Janganlah kamu duduk seperti itu, karena itu seperti duduknya orang yang di adzab (yaitu orang yahudi) [HR Abu Daud]

Sholat hanya dilakukan di biara atau gereja

Dalam islam, sholat tidak mesti dilakukan di masjid. Bisa saja kita tunaikan di pematang sawah, di kebun, di hutan, di pinggir jalan dan lainnya sebagaimana sabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ قَبْلِي نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا فَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ وَأُحِلَّتْ لِي الْمَغَانِمُ وَلَمْ تَحِلَّ لِأَحَدٍ قَبْلِي وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً

Aku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada orang sebelumku; aku ditolong melawan musuhku dengan ketakutan mereka sejauh satu bulan perjalanan, dijadikan bumi untukku sebagai tempat sujud dan suci. Maka dimana saja salah seorang dari umatku mendapati waktu shalat hendaklah ia shalat, dihalalkan untukku harta rampasan perang yang tidak pernah dihalalkan untuk orang sebelumku, aku diberikan (hak) syafa'at, dan para Nabi sebelumku diutus khusus untuk kaumnya sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia." [HR Bukhori, Muslim, Ahmad, Darimi dan Nasa’i]

Sementara orang yahudi tidak akan menunaikan sholat dalam perjalanan mereka hingga mereka bertemu dengan masjid-masjid mereka.

Maroji’ :

Iqtidlo shirothil mustaqim, Ibnu taimiyyah hal 65
Syarh shohih muslim, Imam Nawawi 5/39
Taisirul ‘Alam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam hal 89

Sholat Orang Kafir

Sholat Orang Kafir

وَماَ كاَنَ صَلاَتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ إلاَّ مُكاَءً وَّتَصْدِيَّةً فَذُوْقُوْا الْعَذَابَ بِماَ كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَ

Sholat mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu [al anfal : 35]

Orang kafir quraisy sholat adalah sesuatu yang aneh. Mana mungkin, mereka melakukan penentangan terhadap dakwah rosululloh shollallohu alaihi wasallam di satu sisi sementara di sisi lain mereka menunaikan sholat. Akan tetapi demikianlah ayat di atas mengisahkan kepada kita.

Kalau melihat sejarah maka kita akan membenarkan bila mereka melakukan apa yang kita lakukan, Hal itu bisa kita ketahui dari segi bahwa mereka memiliki tauhid rububiyah sebagaimana yang kita pahami sebagaimana Alloh mengkisahkan :

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّماَوَاتِ وَالأَرْضَ لَيَقُوْلُنَّ الله قُلِ الْحَمْدُ لله بَلْ أكْثَرُهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ

Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka (orang kafir Quraisy) : "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah : "Segala puji bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.[luqman : 25]

Di samping itu mereka masih mengenal dengan baik sosok nabi Ibrohim dan Ismail alaihimassalam. Oleh karena itu mereka mengagungkan baitulloh, menghidupkan manasik haji dan menghormati bulan harom (dzulqo’dah, dzulhijjah, muharrom dan rojab)
Akan tetapi semenjak masa Amru bin Luhay Alkhozai, maka semua ajaran Ibrohim berubah total. Dialah yang pertama kali memperkenalkan patung-patung dan perbuatan syirik lainnya. Demikian juga dengan sholat yang akhirnya rusak sehingga tidak tersisa kecuali siulan dan tepuk tangan.

Menanggapi ayat 35 dari surat al anfal Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata : mereka orang kafir ketika melakukan thowaf, mereka bersiul dan bertepuk tangan sebagaimana uang dilakukan oleh para penyeru ajaran sufi …. Dengan demikian maka islam membenci tepuk tangan dan bersiul serta menari dalam ibadah

Aisaruttafaasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi

Sholat Orang Beriman

Sholat Orang Beriman

Sholat orang beriman berbeda dengan sholat orang Yahudi, tidak sama dengan sholat orang munafiq apalagi sholat orang kafir yang melakukannya dengan siulan dan tepuk tangan. Setidaknya ada tiga ciri khas yang membedakan antara orang beriman dengan mereka :

1. Sholat terjaga kwalitasnya

وَهذَا كِتاَبٌ أنْزَلْناَهُ مُباَرَكٌ مُصَدِّقٌ الّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلِتُنْذِرَ أمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهاَ وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالأخِرَةِ يُؤْمِنُوْنَ بشهِ وَهُمْ عَلَى صَلاَتِهِمْ يُحاَفِظُوْنَ

Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan Kitab-Kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan mereka selalu memelihara sholat.[al an’am : 92]

Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di menerangkan makna yahaafidzuun (memelihara sholat) dengan mengatakan : kontinyu dalam pelaksanaannya dengan menjaga rukun-rukun,batasan-batasan, syarat-syarat dan adab-adabnya serta penyempurnanya.

2. Sholatnya khusyu’

قدْ أفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ الّذِيْنَ هُمْ فِى صَلاَتِهِمْ خاَشِعُوْنَ

1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sholat [almu’minun : 1-2]

Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di mendefinisikan khusyu’ dengan mengatakan : hadirnya hati saat menghadap Alloh, merasa dekat dengannya sehingga jiwa dan hatinya tenang demikian juga tenang gerakannya, sedikit sekali menoleh untuk memperhatikan yang lain. Itu dilakukan untuk menunjukkan kesopanan di hadapan Alloh. Dari awal hingga akhir sholat, ia serasikan antara ucapan dan gerakannya maka hilanglah semua gangguan yang menggoda pikirannya yang buruk. Inilah ruh sholat yang merupakan tujuan sholat. Hal inilah yang dicatat oleh Alloh pada hambaNya. Maka sholat yang tidak khusyu dan tidak hadir hatinya meskipun mendapat pahala akan tetapi pahala akan dipengaruhi oleh kwalitas kekhusyannya.

3. Sholatnya kontinyu

الَّذِيْنَ هُمْ عَلَى صَلاَتِهِمْ دَائِمُوْنَ

Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya,[alma’arij : 23]

Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di berkata : daaimuun (kontinyu, tetap) yaitu menetapi waktu, syarat-syarat dan penyempurna sholat. Bukan sebagaimana orang yang tidak mengerjakannya atau mengerjakannya suatu saat dan meninggalkannya pada saat lain atau mengerjakannya dengan banyak kekurangan.

Bagi orang beriman sholat bukan sekedar penggugur kewajiban akan ia merupakan kebutuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan mereka. Hal itu tercermin dari ucapan rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

حُبِّبَ إلَىَّ الطِّيْبُ وَالنِّسَاءُ وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِى الصَّلاَةِ

Dijadikan pada diriku kecintaan pada parfum dan wanita, dan dijadikan sholat sebagai penyejuk hatiku [HR Ahmad]

قُمْ ياَ بِلاَل فَأَرِحْناَ باِلصَّلاَةِ

Wahai Bilal berdirilah, berilah kesempatan padaku istirahat dengan sholat [HR Ahmad]

Maroji’ : tafsir Alkarim Arrohman Fii Tafsiiri Kalaamil Mannan, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di