Tidur Di masjid
“ Dilarang tidur di masjid “ kalimat yang sering kita jumpai di banyak masjid. Kata-kata dilarang mengindikasikan keharaman tidur di dalamnya. Padahal hak mengharamkan dan menghalalkan adalah milik Alloh. Akan tetapi kita berhusnudzon bahwa pengurus masjid tidak bermaksud merampas hak Alloh. Barangkali ada beberapa kasus yang menyebabkan tertulisnya peraturan itu.
Pada dasarnya tidur di masjid hukumnya mubah sehingga imam Bukhori menulis judul dalam kitab shohihnya “baabu naumil mar’ati fil masjid (diperbolehkannya wanita tidur di masjid)” dan “ baabu naumir rijaali filmasjid (diperbolehkannya lelaki tidur di masjid)” Hingga Ibnu Hajar Al Atsqolani berkomentar : diperbolehkan mabit (menginap) dan maqil (tidur siang) di masjid bagi siapa saja dari kalangan umat islam yang tidak memiliki tempat tinggal baik laki-laki maupun perempuan dengan syarat aman dari fitnah.
Secara garis besar tidur di masjid terbagi menjadi 2 :
1. Boleh (bahkan masyru’)
• Musafir
Sebagaimana ahlu shuffah (para muhajirin) yang tiba di kota Madinah, mereka tidak memiliki sanak kerabat dan harta sehingga untuk sementara mereka ditampung di masjid.
Imam Bukhori meriwayatkan dalam kitab shohihnya perkataan Anas bin Malik : tiba rombongan dari Ukl menemui nabi shollallohu alaihi wasallam, mereka di tampung di shuffah (di masjid)
• I’tikaf
Sesuai aturan syar’i seorang mu’takif selama 10 hari tetap berada di dalam masjid dan tidak diperkenankan keluar kecuali karena alasan yang diperkenankan yang ada kaitannya dengan kebutuhan pribadi seperti mandi dan buang air. Mau tidak mau dengan ketetapan ini menyebabkan mereka harus tidur di masjid.
• Merawat orang sakit
Pada masa konflik Islam Kristen di Maluku, karena penuhnya RS oleh pasien maka sebagian korban pembantaian ditampung di masjid.
Merawat orang sakit di masjid ternyata pernah dilakukan oleh rosululloh shollallohu alaihin wasallam terhadap Sa’ad bin Muadz :
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ أُصِيبَ سَعْدٌ يَوْمَ الْخَنْدَقِ فِي الْأَكْحَلِ فَضَرَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْمَةً فِي الْمَسْجِدِ لِيَعُودَهُ مِنْ قَرِيبٍ فَلَمْ يَرُعْهُمْ وَفِي الْمَسْجِدِ خَيْمَةٌ مِنْ بَنِي غِفَارٍ إِلَّا الدَّمُ يَسِيلُ إِلَيْهِمْ فَقَالُوا يَا أَهْلَ الْخَيْمَةِ مَا هَذَا الَّذِي يَأْتِينَا مِنْ قِبَلِكُمْ فَإِذَا سَعْدٌ يَغْذُو جُرْحُهُ دَمًا فَمَاتَ فِيهَا
Dari Aisyah berkata, "Pada hari peperangan Khandaq, Sa'd terluka pada bagian lengannya. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kemudian mendirikan tenda untuk menjenguk Sa'd dari dekat, sementara di Masjid banyak juga tenda milik bani ghifar. Kemudian banyak darah yang mengalir ke arah mereka (orang-orang bani Ghifar), maka mereka pun berkata, 'Wahai penghuni tenda! Cairan apa yang mengenai kami ini? Ia muncul dari arah kalian? ' Dan ternyata cairan itu ada darah Sa'd yang keluar sehingga ia pun meninggal." [HR Bukhori, Abu Daud dan Nasa’i]
• Mencari ketenangan
Sebagaimana Ali bin Abi Tholib yang menjadikan masjid sebagai tempat menenangkan diri setelah terjadi perselisihan antara dirinya dengan Fatimah :
عَنْ أَبِي حَازِمٍ أَنَّ رَجُلًا جَاءَ إِلَى سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ فَقَالَ هَذَا فُلَانٌ لِأَمِيرِ الْمَدِينَةِ يَدْعُو عَلِيًّا عِنْدَ الْمِنْبَرِ قَالَ فَيَقُولُ مَاذَا قَالَ يَقُولُ لَهُ أَبُو تُرَابٍ فَضَحِكَ قَالَ وَاللَّهِ مَا سَمَّاهُ إِلَّا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا كَانَ لَهُ اسْمٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْهُ فَاسْتَطْعَمْتُ الْحَدِيثَ سَهْلًا وَقُلْتُ يَا أَبَا عَبَّاسٍ كَيْفَ ذَلِكَ قَالَ دَخَلَ عَلِيٌّ عَلَى فَاطِمَةَ ثُمَّ خَرَجَ فَاضْطَجَعَ فِي الْمَسْجِدِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيْنَ ابْنُ عَمِّكِ قَالَتْ فِي الْمَسْجِدِ فَخَرَجَ إِلَيْهِ فَوَجَدَ رِدَاءَهُ قَدْ سَقَطَ عَنْ ظَهْرِهِ وَخَلَصَ التُّرَابُ إِلَى ظَهْرِهِ فَجَعَلَ يَمْسَحُ التُّرَابَ عَنْ ظَهْرِهِ فَيَقُولُ اجْلِسْ يَا أَبَا تُرَابٍ مَرَّتَيْنِ
Dari Abu Hazim bahwa ada seseorang datang kepada Sahal bin Sa'ad lalu berkata; "Inilah si fulan, amir kota Madinah, yang memanggil 'Ali di samping mimbar". Sahal bertanya; "Bagaimana dia memanggilnya?". Orang itu berkata; "Dia memanggilnya dengan sebutan Abu Turab". Maka Sahal tertawa lalu berkata; "Demi Allah, tidaklah yang menamakannya begitu kecuali Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan tidak ada nama yang lebih disukainya kecuali panggilan itu". Maka aku ingin sekali menikmati hadits Sahal tersebut lalu aku bertanya; "Wahai Abu 'Abbas, bagaimana ceritanya pemberian nama tersebut?". Sahal menjawab; "'Ali datang menemui Fathimah lalu keluar lagi kemudian tidur di masjid. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Kemana putra pamanmu?. Fathimah menjawab; "Di masjid". Maka beliau shallallahu 'alaihi wasallam pergi menemui 'Ali dan mendapatkan selendang 'Ali terjatuh dari punggungnya sehingga debu mengenai punggungnya. Maka beliau membersihkan debu dari punggung 'Ali seraya berkata: "Duduklah, AbuTurab". Beliau mengatakannya dua kali". [HR Bukhori]
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْتَ فَاطِمَةَ فَلَمْ يَجِدْ عَلِيًّا فِي الْبَيْتِ فَقَالَ أَيْنَ ابْنُ عَمِّكِ قَالَتْ كَانَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ شَيْءٌ فَغَاضَبَنِي فَخَرَجَ فَلَمْ يَقِلْ عِنْدِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِإِنْسَانٍ انْظُرْ أَيْنَ هُوَ فَجَاءَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هُوَ فِي الْمَسْجِدِ رَاقِدٌ فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُضْطَجِعٌ قَدْ سَقَطَ رِدَاؤُهُ عَنْ شِقِّهِ وَأَصَابَهُ تُرَابٌ فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُهُ عَنْهُ وَيَقُولُ قُمْ أَبَا تُرَابٍ قُمْ أَبَا تُرَابٍ
Dari Sahl bin Sa'd berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang ke rumah Fatimah namun 'Ali tidak ada di rumah. Beliau lalu bertanya: "Kemana putera pamanmu?" Fatimah menjawab, "Antara aku dan dia terjadi sesuatu hingga dia marah kepadaku, lalu dia pergi dan tidak tidur siang di rumah." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada seseorang: "Carilah, dimana dia!" Kemudian orang itu kembali dan berkata, "Wahai Rasulullah, dia ada di masjid sedang tidur." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendatanginya, ketika itu Ali sedang berbaring sementara kain selendangnya jatuh di sisinya hingga ia tertutupi debu. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membersihkannya seraya berkata: "Wahai Abu Thurab, bangunlah. Wahai Abu Thurab, bangunlah." [HR Bukhori Muslim]
2. Dilarang
• Bagi yang junub
• Yang sedang mendengarkan khotbah
• Karyawan pada jam kerja
Maroji’ : fathul bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 1/672