Telanjang (2)
Imam Nawawi berkata :
وَكَانَ أَهْل الْجَاهِلِيَّة يَطُوفُونَ عُرَاة ،
وَيَرْمُونَ ثِيَابهمْ ، وَيَتْرُكُونَهَا مُلْقَاة عَلَى الْأَرْض وَلَا
يَأْخُذُونَهَا أَبَدًا ، وَيَتْرُكُونَهَا تُدَاس بِالْأَرْجُلِ حَتَّى تَبْلَى ،
وَيُسَمَّى اللِّقَاء ، حَتَّى جَاءَ الْإِسْلَام فَأَمَرَ اللَّه تَعَالَى
بِسَتْرِ الْعَوْرَة فَقَالَ تَعَالَى
Ahlul jahiliyyah thowaf dalam keadaan telanjang. Mereka
melempar pakaiannya dan membiarkannya terbuang di atas bumi. Mereka tidak akan
mengambilnya selamanya. Mereka juga membiarkannya terinjak-injak oleh kaki
hingga rusak. Mereka menyebutnya dengan alliqo (pertemuan). Akhirnya datanglah
islam lalu Alloh Ta’ala memerintahkan menutup aurot. Alloh Ta’alapun berfirman
:
يَا بَنِي آَدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ
مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ
الْمُسْرِفِينَ
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan [al a’rof :
31]
Dalam satu riwayat, nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda
:
لَا
يَطُوف بِالْبَيْتِ عُرْيَان
Tidak boleh menunaikan thowaf di
hadapan ka’bah dalam keadaan telanjang
Kenapa kaum quraisy thowaf dalam keadaan telanjang ? Ibnu
Katsir menyitir perkataan Mujahid :
كان المشركون يطوفون بالبيت عراة، يقولون: نطوف كما
ولدتنا أمهاتنا
Kaum musyrik menunaikan thofaw di hadapan ka’bah dengan
telanjang dimana mereka berkata “ Kami thowaf dalam keadaan sebagaimana ibu-ibu
kami melahirkan kami “
Motifasi lainnya adalah bahwa mereka tidak ingin mengenakan
pakaian dari hasil maksiat saat berthowaf.
Demikianlah, semenjak islam datang, kebiasaan telanjang saat
thowaf sudah hilang.
Maroji’ :
Tafsir Ibnu Katsir (maktabah syamilah) hal 153
Syarh Shohih Muslim 9/405