Antara Thoun Dan Corona (2)
Abu Lahab adalah tokoh terkemuka di Mekah. Meski tidak ikut
serta dalam perang badar, ia banyak mensuport pasukan yang berangkat berperang.
Hari-harinya dilalui dengan menunggu kabar dari hasil perang. Dari sinilah awal
mula sebab Abu Lahab jatuh sakit yang mengantarkannya kepada kematian
sebagaimana yang diceritakan oleh Abu Rofi’.
Abu Rofi’ adalah budak dari Abbas Bin Abdul Mutholib. Suatu
hari, dia tengah duduk di samping sumur zam-zam untuk meraut anak panah bersama
Ummu Fadl, istri Abbas yang tidak lain adalah tuannya.
Tiba-tiba datang Abu Lahab lalu duduk duduk di sampingnya. Tidak
lama kemudian datanglah Abu Sufyan yang diharapkan beritanya. Abu lahab tak
sabar mendengar berita hasil perang badar darinya hingga ia berkata :
هلم إلىَّ، فعندك لعمرى الخبر، يابن
أخي، أخبرني كيف كان أمر الناس ؟
Kemarilah padaku, demi umurku engkau pasti membawa berita.
Wahai anak saudaraku, kabarkan kepadaku bagaimana kondisi manusia (pasukan
quraisy) ?
Abu Sufyan menjawab :
ما هو إلا أن لقينا القوم فمنحناهم أكتافنا،
يقتلوننا كيف شاءوا، ويأسروننا كيف شاءوا وايم الله مع ذلك ما لمت الناس، لَقِينَا
رجال بيض على خيل بُلْق بين السماء والأرض، والله ما تُلِيق شيئًا، ولا يقوم لها
شيء
Tidaklah kami berhadapan dengan suatu kaum kecuali kami
menyerahkan pundak-pundak kami (untuk ditebas). Mereka membunuh kami semaunya,
menawan kami semaunya. Demi Alloh, meski demikian aku tidak akan mencela
manusia (pasukan kita). Kami jumpai laki-laki berpakaian putih duduk di atas
kuda bersliweran antara langit dan bumi. Demi Alloh, dia tidak meninggalkan
jejak sedikitpun dan tidak menginjak apapun.
Mendengar penuturan Abu Sufyan, dengan reflek Abu Rofi’
berkata :
تلك
والله الملائكة
Demi Alloh, itu adalah malaikat
Abu Lahab marah, mendengar perkataan Abu Rofi’. Ditamparnya
mukanya, setelah itu dibanting tubuh Abu Rofi’ yang lemah itu sambil terus
dipukulinya. Ummu Fadl tidak terima budaknya diperlakukan seperti itu. Ia
segera mengambil pembatas sumur zam-zam lalu dipukul sekeras-kerasnya ke kepala
Abu Lahab hingga menimbulkan luka-luka yang menganga.
Luka-luka itu membuat Abu Lahab terkena penyakit “ ‘adasah “
yaitu sejenis penyakit yang membuat sekujur tubuhnya muncul bisul atau nanah.
Mayoritas penderitanya akan mati. Bangsa Arab dikenal jijik melihat penyakit
ini. Setelah berlalu tujuh hari, Abu Lahabpun mati.
Masyarakat membiarkan jasad Abu Lahab begitu saja begitu pula
istri dan anaknya. Setelah tiga hari, barulah keluarganya membuat lubang tidak
jauh dari jasadnya. Setelah itu dilemparlah bangkai Abu lahab ke dalamnya.
Batu-batupun segera dilemparkan ke dalam lobang itu untuk menutupi jasadnya.
‘Adasah yang mengantarkan Abu Lahab kepada kebinasaan
memiliki kesamaan dengan penyakit thoun. Yaitu munculnya nanah di sekujur tubuh
dan mayoritas penderita akan menemui kematian. Demikianlah yang dituturkan Ibnu
Katsir dalam tafsirnya.
Maroji’ :
Arrohiq Almakhtum, Syaikh Shofiyurrohman Al Mubarok Furi
(maktabah symilah) hal 189
Tafsir Ibnu Katsir 4/22