Kenapa Orang Berbuat Maksiat ?


(2) Fitnah Syubhat Dan Syahwat

Seseorang mengkonsumsi minyak babi. Ketika diingatkan bahwa apa yang dilakukannya adalah perbuatan haram, ia menjawab “ bukankah yang dilarang oleh Alloh adalah lahmul khinzir (daging babi) ? sementara ini bukan daging melainkan lemaknya “

Seorang pemuda yang mencuri tebu di perkebunan, di saat ditegur atas perbuatannya, ia menjawab “ bukankah tebu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat ? bukankah saya juga merupakan bagian dari rakyat ? “

Keliru memahami nash dari quran dan sunnah itulah fitnah syubhat dan ia adalah sumber malapetaka yang menyebabkan seseorang terjerumus ke dalam maksiat. Aliran sesat semacam syiah, ahmadiyah, mu’tazilah dan lainnya mudah tersebar dan memperoleh pengikut yang tidak sedikit, itu semua karena pemahaman sesat ini dilancarkan dengan racun syubhat.

Tak jarang seorang bila sudah terjerat oleh fitnah syubhat maka akan melahirkan fitnah syahwat (keinginan untuk melakukan perbuatan dosa yang dia kira sebagai perbuatan yang diperbolehkan). Seperti orang yang tadinya menilai mencuri tebu adalah perbuatan haram, hingga ketika ada pemahaman muncul bahwa tebu itu dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat maka iapun menganggap halal mengambilnya. Kemudian muncullah syahwat (keinginan) untuk memakannya tanpa merasa salah.

Ibnu Qoyyim menerangkan bahwa syubhat harus ditangkal dengan ilmu (alyaqin), sementara syahwat harus di hadapi dengan sabar. Hal inilah yang difirmankan oleh Alloh Subhaanahu Wata’la :

وَجَعَلْناَ مِنْهُمْ أئِمَّةً يَهْدُوْنَ بِأَمْرِناَ لَمَّا صَيَرُوْا وَكاَنُوْ بِأيَتِناَ يُوْقِنُوْنَ

Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.[assajdah : 24]