Mengajak orang lain
1. Iblis la’natullohi alaihi
Inilah yang diperagakan pertama kali oleh iblis. Dengan lantang di hadapan Alloh, ia berkata :
قاَلَ فَبِماَ أغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمِ ثُمَّ لأتِيَنَّهُمْ مِّنْ بَيْنِ أيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أيْماَنِهِمْ وَعَنْ شَماَئِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أكْثَرُهُمْ شَاكِرِيْنَ
16. Iblis menjawab : Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
17. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). [al a’rof : 16-17]
Iblis melakukan dua kesalahan fatal pada ayat ini : berani menyampaikan program jahatnya di hadapan Alloh dan menyampaikan target dari aksinya, dimana ia menyebut bahwa mayoritas manusia akan mampu ia sesatkan. Iblis tidak menyadari bahwa apa yang ia lakukan akan memperbanyak perolehan dosa, karena setiap orang yang berhasil ia sesatkan maka iapun harus menanggung akibat dosanya sebagaimana yang disabdakan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam :
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
Barang siapa dapat memberikan suri tauladan yang baik dalam Islam, lalu suri tauladan tersebut dapat diikuti oleh orang-orang sesudahnya, maka akan dicatat untuknya pahala sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun pahala yang mereka peroleh. Sebaliknya, barang siapa memberikan suri tauladan yang buruk dalam Islam, lalu suri tauladan tersebut diikuti oleh orang-orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa yang mereka peroleh sedikitpun. [HR Muslim, Ahmad, Darimi dan Ibnu Majah]
2. Kisah orang pelit
الَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ وَيَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَمَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ الله هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ
(yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. dan Barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) Maka Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. [alhadid : 24]
Kesalahan manusia pada ayat ini ada dua : pelit dan mengajak orang lain agar pelit seperti dirinya.Jika usahanya berhasil maka iapun akan menanggung dosa dari sejumlah orang yang ia ajak.
3. Abdulloh bin Abu Umayyah dan Abu Jahl
Diriwayatkan dalam shoheh Bukhori, dari Ibnul Musayyab, bahwa bapaknya berkata : “Ketika Abu Tholib akan meninggal dunia, maka datanglah Rasulullah, dan pada saat itu Abdullah bin Abi Umayyah, dan Abu Jahal ada disisinya, lalu Rasulullah bersabda kepadanya :
"يا عم، قل لا إله إلا الله كلمة أحاج لك بها عند الله"
“Wahai pamanku, ucapkanlah “la ilaha illallah” kalimat yang dapat aku jadikan bukti untukmu dihadapan Allah”.
Tetapi Abdullah bin Abi Umayyah dan Abu Jahal berkata kepada Abu Tholib : “Apakah kamu membenci agama Abdul Muthollib ?”, kemudian Rasulullah mengulangi sabdanya lagi, dan mereka berduapun mengulangi kata-katanya pula, maka ucapan terakhir yang dikatakan oleh Abu Tholib adalah : bahwa ia tetap masih berada pada agamanya Abdul Mutholib, dan dia menolak untuk mengucapkan kalimat la ilah illallah, kemudian Rasulullah bersabda : “sungguh akan aku mintakan ampun untukmu pada Allah, selama aku tidak dilarang”, lalu Allah menurunkan firmanNya :
ما كان للنبي والذين آمنوا أن يستغفروا للمشركين
“Tidak layak bagi seorang Nabi serta orang-orang yang beriman memintakan ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik” (QS. Al bara’ah, 113).
Demikianlah setiap orang jahat berusaha mencari komunitas, teman seide untuk melancarkan aksinya. Seorang pemabuk pasti mencari orang lain yang setipe dengannya bahkan yang tidak menyukai perbuatannyapun akan diajaknya.
Koruptor akan mengajak teman satu partainya untuk ikut merampok uang negara, pelacur yang akhirnya menjadi mucikari akan mencari mangsa gadis-gadis lugu untuk diajaknya terjun ke lembah hitam, begitulah seterusnya.
Kitapun masih ingat dengan masa kecil, ketika kita benci dengan anak lain maka kita akan berkata kepada lainnya “ jangan temenin dia ! “ kita membenci seseorang dan mengajak orang lain untuk bersikap sama dengan kita.