Kanan Dan Kiri Dalam Tibangan Aqidah (30)
عَنْ أَنَسٍ رضي الله
عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ فِي
اَلصَّلَاةِ فَإِنَّهُ يُنَاجِي رَبَّهُ فَلَا يَبْزُقَنَّ بَيْنَ يَدَيْهِ
وَلَا عَنْ يَمِينِهِ وَلَكِنْ عَنْ شِمَالِهِ تَحْتَ قَدَمِهِ مُتَّفَقٌ
عَلَيْهِ وَفِي رِوَايَةٍ أَوْ تَحْتَ قَدَمِهِ
Dari Anas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Apabila seseorang di antara kamu
sholat sebenarnya ia sedang bermunajat kepada Robnya. Maka janganlah sekali-kali
ia meludah ke hadapannya dan ke samping kanannya tetapi ke samping kirinya di
bawah telapak kakinya [Muttafaq Alaihi] Dalam suatu riwayat disebutkan : Atau
di bawah telapak kakinya.
Hadits di atas menerangkan haramnya meludah ke
sebelah kanan dan depan. Imam Nawawi berpendapat bahwa larangan di atas tidak
hanya saat sholat akan tetapi meliputi semua keadaan. Dalam subulus salam, Imam
Shon’ani menyebut beberapa riwayat :
مَنْ تَفَلَ تُجَاهَ
الْقِبْلَةِ جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَتَفَلَتُهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ
Barangsiapa yang meludah ke arah kiblat maka
ia akan datang pada hari kiamat sementara ludahnya ada diantara dua matanya [HR
Ibnu Hibban]
يُبْعَثُ صَاحِبُ
النُّخَامَةِ فِي الْقِبْلَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَهِيَ فِي وَجْهِهِ
Akan dibangkitkan orang yang meludah ke arah
kiblat sementara ludahnya ada di wajahnya [HR Ibnu Khuzaimah]
أَنَّ رَجُلًا أَمَّ
قَوْمًا فَبَصَقَ فِي الْقِبْلَةِ ، فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُصَلِّي لَكُمْ
Ada seorang yang memimpin sholat suatu kaum
lalu ia meludah ke arah kiblat. Ketika sholat sudah selesai, rosululloh
shollallohu alaihi wasallam bersabda : Dia tidak boleh memimpin sholat kalian
[HR Ibnu Hibban]
عَنْ ابْنِ
مَسْعُودٍ: أَنَّهُ كَرِهَ أَنْ يَبْصُقَ عَنْ يَمِينِهِ وَلَيْسَ فِي الصَّلَاةِ
وَعَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ : مَا بَصَقْت عَنْ يَمِينِي مُنْذُ أَسْلَمْت
Dari Ibnu Mas’ud : Bahwa dia tidak menyukai
meludah ke sebelah kanan di luar sholat. Dari Muadz Bin Jabal : Aku tidak
pernah meludah ke sebelah kanan semenjak aku masuk islam [HR Abdurrozaq]
Maroji’ :
Subulussalam (maktabah syamilah)