(yang bersifat sementara)
Ketika rosululloh shollallohu alaihi wasallam sakit, beliau ditengok oleh puterinya, Fatimah. Demi melihat ayahandanya sakit keras, Fatimah berkata “ Betapa menderitanya, engkau wahai ayah ? “ Dengan mantap beliau menjawab :
ليس عَلَى أبيك كرب بعد اليوم
Tidak ada penderitaan pada ayahmu setelah hari ini [HR Bukhori]
Dan benar, hari itulah terakhir kalinya nabi shollallohu alaihi wasallam sakit, karena beliau wafat menemui Robnya.
Seorang muslim tentu tidak akan terhindar dari penderitaan. Baik sakit atau mendapat musibah adalah sesuatu yang tidak mungkin terhindar. Amar bin Yasir melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana ibundanya disiksa hingga mati karena mempertahankan keimanannya. Meski terhindar dari kematian, ia tidak luput dari siksa kafir Quraisy. Di kemudian hari, Ammar terbunuh pada perang Shiffin.
Para sahabat pernah berduka atas kekalahan mereka pada perang uhud. Asiyyah harus tabah menghadapi kedzaliman suaminya, Firaun dan tentaranya. Ashhabul ukhdud harus tegar menghadapi hukuman bakar sebagaimana yang Alloh ceritakan pada surat alburuj.
Demikianlah penderitaan orang-orang bertauhid yang akan dibalas oleh Alloh dengan sebaik-baik pembalasan. Maka tak heran, saat orang beriman memasuki aljannah untuk pertama kalinya, mereka mengucapkan :
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ
Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah) yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan Kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri [fathir :34]
Penulis tafsir Al Alusi menafsirkan alhazan (duka cita) pada ayat di atas dengan kedukaan dalam menunaikan din, hidup di dunia dan masa di akhirat sebelum akhirnya masuk ke dalam aljannah.
Betapa nikmatnya hidup di dalam aljannah hingga mereka lupa dengan semua penderitaan selama hidup dunia. Hal ini berdasar sabda nabi shollallohu alaihi wasallam :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُؤْتَى بِأَنْعَمِ أَهْلِ الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُصْبَغُ فِي النَّارِ صَبْغَةً ثُمَّ يُقَالُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ نَعِيمٌ قَطُّ فَيَقُولُ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ بُؤْسًا فِي الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيُصْبَغُ صَبْغَةً فِي الْجَنَّةِ فَيُقَالُ لَهُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ شِدَّةٌ قَطُّ فَيَقُولُ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا مَرَّ بِي بُؤْسٌ قَطُّ وَلَا رَأَيْتُ شِدَّةً قَطُّ
Dari Anas bin Malik berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda : Orang yang paling sukses sedunia yang termasuk penghuni neraka didatangkan pada hari kiamat lalu dicelupkan sekali ke neraka, setelah itu dikatakan padanya : Wahai anak cucu Adam, apa kau pernah melihat kebaikan sedikit pun, apa kau pernah merasakan kenikmatan sedikit pun ? ia menjawab : Tidak, demi Allah, wahai Rabb. Kemudian orang paling sengsara di dunia yang termasuk penghuni aljannah didatangkan kemudian ditempatkan di aljannah sebentar, setelah itu dikatakan padanya : Hai anak cucu Adam, apa kau pernah melihat kesengsaraan sedikit pun, apa kau pernah merasa sengsara sedikit pun ? ia menjawab : Tidak, demi Allah, wahai Rabb, aku tidak pernah merasa sengsara sedikit pun dan aku tidak pernah melihat kesengsaraan pun [HR Muslim dan Nasa’i]
Maroji’ :
Tafsir Al Alusi (maktabah syamilah)