Musim

(yang bersifat sementara)
Bagi anda yang memelihara pohon mangga, barangkali anda perhatikan, di bulan-bulan tertentu ia akan berbuah. Akan tetapi pada bulan lain, bunganya tidak tumbuh. Demikianlah, tiap pohon buah, memiliki musimnya sendiri untuk berbuah.
Musim panas dan musim dingin, musim kemarau dan musim hujan, senantiasa Alloh pergilirkan sesuai dengan hikmah dan keadilanNya. Di musim kemarau, buah terasa lebih manis. Acara-acara berjalan lancar karena tidak terhalang oleh hujan. Jemuran akan cepat kering. Pedagang es akan tersenyum karena jualannya cepat habis. Di musim hujan, pedagang payung dan jas hujan akan laris manis. Tidur, terasa lebih nyaman. Tanaman di kebun akan tumbuh subur.
Sayang, manusia hanya melihat dari sisi negatifnya. Musim kemarau dipersalahkan karena debu yang bertebangan, udara yang panas dan sumber air mulai mengering. Sementara musim hujan tak luput dari keluhan. Jemuran yang sulit kering, acara-acara yang sering gagal berantakan, hingga banjir yang merendam rumah warga. Semua berujung kepada celaan dan umpatan. Ia tidak sadar bahwa ucapannya menyakiti Alloh.
Dalam sebuah hadits qudsi, Alloh berfirman :
يؤذيني ابن آدم يسب الدهر وأنا الدهر أقلب الليل والنهار وفي رواية  لا تسبوا الدهر فإن الله هو الدهر
Anak adam (manusia) menyakiti Aku, mereka mencaci masa, padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Akulah yang menjadikan malam dan siang silih berganti. Dan dalam riwayat yang lain dikatakan : janganlah kalian mencaci masa, karena aku adalah Pengatur masa  [HR Bukhori]
Imam Alqurthubi memasukkan hadits di atas sebagai salah satu contoh dari menyakiti Alloh dan rosulnya yang Alloh cantumkan pada surat al ahzab :
إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا
Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan  [al ahzab : 57]
Sementara Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin membagi mencela terhadap musim menjadi tiga bagian :
·         Hanya ungkapan tanpa disertai celaan. Hukumnya boleh, seperti perkataan “ Kami mengalami kelelahan karena sengatan panas hari ini, atau dinginnya udara “ dan yang semisalnya.
·         Mencela musim disertai keyakinan bahwa musim itulah pelaku utama bagi munculnya kebaikan dan keburukan. Perbuatan ini termasuk syirik akbar karena ia telah meyakini bahwa ada pencipta selain Alloh.
·         Mencela musim, disertai keyakinan bahwa Allohlah yang berkuasa atas musim. Celaannya ditujukan kepada kesusahan yang ia alami. Perbuatan ini termasuk haram akan tetapi tidak sampai pada derajat syirik
Maroji’ :
Tafsir Alqurthubi (maktabah syamilah)
Alqoulul Mufid, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 2/240