Kesamaan antara penyakit hati dan penyakit fisik



(penyakit dalam quran dan sunnah)

Keduanya bisa disembuhkan oleh alquran

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku  [asy syuaro : 80]

Saat kafir, hati Umar bin Khothob dipenuhi dengan kebencian pada islam dan rosululloh shollalohu alaihi wasallam. Siapa yang menyangka, ketika akhirnya hatinya luluh oleh bacaan alquran surat thoha, padahal kepergiannya dari rumah untuk membunuh nabi shollallohu alaihi wasallam. Ini bukti, betapa alquran penyembuh bagi penyakit hati.

Alquran juga bisa dijadikan sarana sebagai penyembuh fisik. Ini dibuktikan dari pengalaman para sahabat yang dituturkan oleh Abu Said :

عنْ أبى سعيد : أن رهطا من أصحاب رسول الله صلى الله عليه و سلم انطلقوا في سفرة سافروها حتى نزلوا بحي من أحياء العرب فاستضافوهم فأبوا أن يضيفوهم فلدغ سيد ذلك الحي فسعوا له بكل شيء لا ينفعه شيء فقال بعضهم لو أتيتم هؤلاء الرهط الذين قد نزلوا بكم لعله أن يكون عند بعضهم شيء فأتوهم فقالوا يا أيها الرهط إن سيدنا لدغ فسعينا له بكل شيء لا ينفعه شيء فهل عند أحد منكم شيء ؟ فقال بعضهم نعم والله إني لراق ولكن والله لقد استضفناكم فلم تضيفونا فما أنا براق لكم حتى تجعلوا لنا جعلا فصالحوهم على قطيع من الغنم فانطلق فجعل يتفل ويقرأ )الحمد لله رب العالمين( . حتى لكأنما نشط من عقال فانطلق يمشي ما به قلبة قال فأوفوهم جعلهم الذي صالحوهم عليه فقال بعضهم اقسموا فقال الذي رقى لا تفعلوا حتى نأتي رسول الله صلى الله عليه و سلم فنذكر له الذي كان فننظر ما يأمرنا فقدموا على رسول الله صلى الله عليه و سلم فذكروا له فقال ( وما يدريك أنها رقية ؟ أصبتم اقسموا واضربوا لي معكم بسهم )

Dari Abu Said, berkata : Serombongan sahabat pergi dalam sebuah safarnya hingga singgah di sebuah perkampungan Arab. Merekapun minta untuk dijamu. Penduduk menolak untuk memberi jamuan. Tiba-tiba kepala kampung itu tersengat binatang berbisa. Mereka sudah berusaha dengan segala cara untuk memberi pengobatan tapi tidak mendatangkan hasil sedikitpun. Sebagian mereka berkata kepada sebagian lainnya : Seandainya kalian mendatangi rombongan tadi, semoga mereka memiliki sesuatu untuk kesembuhan pimpinan kita. Akhirnya merekapun mendatangi para sahabat. Mereka berkata : Wahai rombongan, sesungguhnya pimpinan kami tersengat binatang berbisa. Kami sudah menempuh segala cara akan tetapi tidak mendatangkan hasil sedikitpun. Apakah kalian memiliki sesuatu untuk kesembuhan pimpinan kami ? Sebagian sahabat berkata : Benar, demi Alloh kami bisa meruqyah. Akan tetapi tadi kami meminta perjamuan kepada kalian, teranyata kalian menolak, maka kami tidak akan meruqyah hingga kalian memberi kami ju’lan (upah). Merekapun sepakat untuk memberi beberapa ekor kambing kepada rombongan itu. Sahabat itu pergi lalu mengeluarkan ludah seraya membaca “ alhamdulillahi robbil ‘alamiin “ (surat alfatihah). Tiba-tiba si sakit sehat seperti baru lepas dari ikatan dan bisa berjalan seolah belum pernah sakit sebelumnya. Lalu penduduk menepati janjinya untuk memberi upah. Sebagian mereka berkata : Mari kita bagi ! Orang yang meruqyah berkata : Kita tidak akan melakukannya hingga kita menghadap nabi shollallohu alaihi wasallam. Kita ceritakan kepada beliau dan selanjutnya kita akan lihat apa yang akan beliau perintahkan buat kita. Ketika mereka menghadap lalu menceritakan apa yang mereka alami, beliau bersabda : Tidakkah kalian tahu, bahwa alfatihah adalah ruqyah ? lalu beliau bersabda lagi : Kalian telah melakukan perbuatan benar, bagikanlah kambing-kambing itu dan masukkan aku bersama kalian untuk mendapat bagian  [HR Bukhori]

Tentang bacaan alfatihah sebagai obat, Ibnu Qoyyim berkata : Obat ini (surat alfatihah) telah terbukti pengaruhnya bagi penyakit. Ia bisa menghilangkan penyakit hingga seolah-olah penyakit itu tidak ada sebelumnya. Ia juga obat yang paling mudah dan paling ringan. Bila seorang hamba  berobat secara baik lewat surat alfatihah, niscaya akan mendapatkan hasil yang menakjubkan.

Maroji’ :

Fathul Qodir (maktabah syamilah) hal 3
Alquran Mufrodat Tafsir Wabayan hal 201
Addarul Mantsur (maktabah syamilah) hal 3
Alwajiz (maktabah syamilah) hal 117
Almuyassar (maktabah syamilah) hal 207
Abu Su’ud (maktabah syamilah) hal 338
Zamakhsyari (maktabah syamilah) hal 356
Taisir Kalim Arrohman (maktabah syamilah) hal 419
Aisaruttafasir (maktabah syamilah) hal 426
Ibnu Ajibah (maktabah syamilah) hal 509
Alkhozin (maktabah syamilah) hal 509
Ibnu Abbas (maktabah syamilah) hal 576
Adda’ Waddawa’, Ibnu Qoyyim hal 14