Hukum Merubah (12)

Marah

Seorang suami marah kepada istrinya, pintu ditendang dan gelas dibanting. Apa hubungannya antara istri dengan pintu dan gelas. Bukankah keduanya tidak ada hubungannya ? Tidak lama setelah itu ia meringis kesakitan karena kakinya sakit sementara lantai kotor penuh dengan pecahan gelas. Diperlukan waktu untuk membersihkannya.

Istri marah kepada suaminya. Anak dicubit hingga menangis. Apa hubungannya antara marah kepada suami dengan anak. Kenapa buah hati menjadi korban ? Setelah itu sang ibu sedih karena tubuh anaknya memerah sementara tangisan anak tidak berhenti. Maka tidak aneh bila ada ungkapan :

الْغَضَبُ أوَّلُهُ جُنُوْنٌ وَ أخِرُهُ نَدَمٌ

Marah itu awalnya adalah gila dan akhirnya adalah penyesalan

Marah bila ada sebabnya tentu baik apalagi bila marah didasari karena Alloh. Sebagaimana nabi shollallohu alaihi wasallam marah ketika melihat tirai yang bergambar di kamarnya. Beliau murka di saat hukuman hanya berputar pada kaum lemah sementara orang terpandang bebas dari tuntutan hukuman.

Akan tetapi marah yang terjadi tanpa sebab atau ada sesuatu yang sebenarnya tidak perlu diselesaikan dengan emosi, tentu akan mendatangkan madlorot. Oleh karena itu islam mengajari kita bersikap jitu di saat kemarahan muncul :

1. Mengingat kembali fadhilah menahan amarah

Pelakunya disebut kesatria, mendapat jaminan aljannah dan disediakan bidadari sesuai selera :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم لَيْسَ اَلشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا اَلشَّدِيدُ اَلَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ اَلْغَضَبِ

Dari Abu Huroiroh Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Orang kuat itu bukanlah orang yang menang bergulat tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah. [Muttafaq Alaihi]

عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنْ الْحُورِ الْعِينِ مَا شَاءَ

Dari Sahl bin Mu'adz dari Bapaknya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa menahan kemarahan padahal ia mampu untuk meluapkannya, maka pada hari kiamat Allah akan memanggilnya di antara manusia, hingga Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari sesuka hatinya [HR Abu Daud dan Tirmidzi]

لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ

Janganlah marah dan bagimu aljannah [HR Thobroni]

2. Duduk atau berbaring ditanah

إيَّاكُمْ وَالْغَضَبُ فَإِنَّهُ جَمْرَةٌ تَتَوَقَّدُ فِي فُؤَادِ ابْنِ ادَمَ ألَمْ تَرَ إلَى أحَدِكُمْ إذَا غَضَبَ كَيْفَ تَحْمَرُّ عَيْناَهُ وَتَنْتَفِخُ أوادَجُهُ فَإِذَا أحَسَّ أحَدُكُمْ بِشَيْئٍ مِنْ ذَالِكَ فَلْيَضْطَجِعْ أوْ لِيَلْصَق بِالأَرْضِ

Janganlah marah, karena ia adalah bara yang menyala di hati anak Adam. Tidakkah anda perhatikan bila salah seorang di antara kalian marah, bagaimanakah matanya bisa memerah dan urat leher yang nampak. Oleh karena itu bila seorang di antara kalian mendapati sesuatu dari marahnya maka berbaringlah atau bergulinglah di tanah
[HR Tirmidzi, didloifkan oleh syaikh Nashiruddin Albani]

3. Berwudlu

إنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانَ وَإنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ النَّارِ وَإنَّماَ يُطْفِئُ النَّارَ الْماَءُ فَإِذَا غَضَبَ أحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأ

Sesungguhnya marah itu berasal dari setan dan setan diciptakan dari tanah. Api bisa padam dengan air, oleh karena itu bila seorang di antara kalian marah maka berwudlulah [HR Abu Daud. Didloifkan oleh Syaikh Nashiruddin Albani]

إذَا غَضَبَ أحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ وَإلاَّ فَلْيَضْطَجِعْ

Bila seorang di antara kalian marah sementara ia sedang berdiri maka duduklah, bila belum hilang maka berbaringlah [HR Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Hibban]

4. Berkaca

Hadapkan wajah anda di cermin, kelihatan indahkah di saat murka ? Secantik-cantiknya wanita atau seganteng-gantengnya kaum pria, tentu kurang sedap dipandang mata ketika marah menguasainya.

5. Keluar rumah

Mungkin anda akan melihat kejadian lucu, bertemu dengan orang sholih yang bisa memberi pencerahan sehingga mampu mencairkan suasana. Ali pernah keluar rumah dan menuju masjid di saat terjadi pertengkaran antara dirinya dengan Fatimah :

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْتَ فَاطِمَةَ فَلَمْ يَجِدْ عَلِيًّا فِي الْبَيْتِ فَقَالَ أَيْنَ ابْنُ عَمِّكِ قَالَتْ كَانَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ شَيْءٌ فَغَاضَبَنِي فَخَرَجَ فَلَمْ يَقِلْ عِنْدِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِإِنْسَانٍ انْظُرْ أَيْنَ هُوَ فَجَاءَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هُوَ فِي الْمَسْجِدِ رَاقِدٌ فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُضْطَجِعٌ قَدْ سَقَطَ رِدَاؤُهُ عَنْ شِقِّهِ وَأَصَابَهُ تُرَابٌ فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُهُ عَنْهُ وَيَقُولُ قُمْ أَبَا تُرَابٍ قُمْ أَبَا تُرَابٍ

Dari Sahl bin Sa'd berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang ke rumah Fatimah namun 'Ali tidak ada di rumah. Beliau lalu bertanya : Kemana putera pamanmu ? Fatimah menjawab, Antara aku dan dia terjadi sesuatu hingga dia marah kepadaku, lalu dia pergi dan tidak tidur siang di rumah. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada seseorang : Carilah, dimana dia! Kemudian orang itu kembali dan berkata, Wahai Rasulullah, dia ada di masjid sedang tidur. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendatanginya, ketika itu Ali sedang berbaring sementara kain selendangnya jatuh di sisinya hingga ia tertutupi debu. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membersihkannya seraya berkata : Wahai Abu Thurab, bangunlah. Wahai Abu Thurab, bangunlah. [HR Bukhori Muslim]

6. Membaca ta’awwudz

عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ صُرَدٍ قَالَ كُنْتُ جَالِسًا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَجُلَانِ يَسْتَبَّانِ فَأَحَدُهُمَا احْمَرَّ وَجْهُهُ وَانْتَفَخَتْ أَوْدَاجُهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ لَوْ قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ فَقَالُوا لَهُ إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ فَقَالَ وَهَلْ بِي جُنُونٌ

Dari Sulaiman bin Shurad berkata; Aku sedang duduk bersana Nabi shallallahu 'alaihi wasallam danada dua orangyang saling mencaci. Satu diantaranya wajahnya memerah dan urat lehernya menegang. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sungguh aku mengetahui satu kalimat yang bila diucapkan akan hilang apa yang sedang dialaminya. Seandainya dia mengatakan a'uudzu billahi minasy syaithaan, (aku berlindung kepada Allah dari setan). Lalu orang-orang mengatakan kepada orang itu; Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata; Berlindungkah kamu kepada Allah dari setan. Orang itu berkata : Apakah aku sudah gila ? [HR Bukhori Muslim]

Maroji’ :
syarh Arba’in Annawawiyyah, Imam Nawawi hal 124-126