Harta Dalam Pandangan Islam (70) Mana Yang Lebih Baik : Kaya Yang Bersyukur Atau Miskin Yang Sabar ? Bila pertanyaan dilontarkan kepada manusia, mana yang dipilih : menjadi orang kaya yang bersyukur atau menjadi miskin yang bersabar ? Tentu opsi pertama akan mendapat jawaban paling banyak. Akan tetapi manusia akan kebingungan manakala ditanya : mana yang lebih afdhol di sisi Alloh antara kaya yang bersyukur dan miskin yang bersabar ? Beragam pendapat para ulama. Ada yang menilai bahwa kaya yang bersyukur lebih afdhol, ada juga yang berpendapat sebaliknya. Sebagian lain menilai bahwa keduanya memiliki nilai sama di sisi Alloh. Abu Ali Addaqoq berkata : الْغَنِيّ أفْضَلُ مِنَ الْفَقيْرِ لأنَّ الْغنىّ صِفَةُ الْخَالِق وَالْفَقْرُ صِفَةُ الْمَخْلُوْقِ وَصِفَةُ الْحَقّ أفْضَلُ مِنْ صِفَةِ الْخَلْقِ Kaya lebih baik dari fakir karena kaya adalah sifat Alloh Sang Pencipta, adapun miskin adalah sifat makhluq. Dan sifat Alhaq lebih afdhol dari sifat alkholq (penciptaan) Muthorrif bin Abdullah berkata : لأنْ أعَافَى فَأشْكُرُ أحَبُّ إلَىَّ مِنْ أنْ أبْتَلَى فَأصْبِرُ Sungguh aku diberi afiat dengan kekayaan lebih aku sukai daripada diberi ujian lalu aku bersabar. Dua perkataan di atas menerangkan akan keunggulan orang kaya yang bersyukur atas orang miskin yang bersabar. Bagaimanapun kita mendapati kenyataan bahwa kesabaran orang miskin hanya bermanfaat bagi dirinya. Sementara syukur orang kaya tidak hanya bermanfaat bagi dirinya saja, melainkan ikut dirasakan oleh orang lain. Kendati demikian kita tidak boleh lengah. Bukankah Qorun ingkar dengan ajaran Musa karena kekayaan yang dimilikinya ? Bukankah para penentang dakwah para nabi semakin yakin atas kekufurannya disebabkan mereka melihat mayoritas para pengikut nabi adalah orang fakir ? Maroji’ : Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 11/310