Hukum Meninggalkan Tanggung Jawab Pembayaran Hutang

Ini adalah masalah besar. Seseorang muslim yang tampak sholih akan menemui kesulitan hidup manakalabermain-main dengan yang satu ini. Islam cukup keras dalam mensikapi para penunggak hutang, di antaranya :
1.      Penyegelan barang penunggak hutang
Hal ini terjadi pada diri Muadz bin Jabal
عَنِ اِبْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ, عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم حَجَرَ عَلَى مُعَاذٍ مَالَهُ, وَبَاعَهُ فِي دَيْنٍ كَانَ عَلَيْهِ
Dari Ibnu Ka'ab Ibnu Malik, dari ayahnya Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah menahan harta benda milik Muadz dan menjualnya untuk melunasi hutangnya  [HR Abu Daud danDaruquthni] 
Penyegelan dilakukan dengan cara menjual barang bersangkutan selanjutnya hasilnya digunakan untuk melunasi hutang-hutangnya.
2.       Pencemaran nama baik
عَنْ عَمْرِو بْنِ اَلشَّرِيدِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم  لَيُّ اَلْوَاجِدِ يُحِلُّ عِرْضَهُ وَعُقُوبَتَهُ  
Dari Amar Ibnu al-Syarid, dari ayahnya Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Orang mampu yang menangguhkan pembayaran hutang dihalalkan kehormatannya dan siksanya   [HR Abu Dawud dan Nasa'i] 
Berdasar hadits di atas penunda pembayaran dikenakan dua sangsi, yaitu namanya boleh disampaikan kepada orang lain agar tidak ada korban jatuh berikutnya dan diberi hukuman berupa penjara
3.       Beberapa orang tertentu berhak untuk menolak menyolatkan jenazahnya
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه  أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يُؤْتَى بِالرَّجُلِ اَلْمُتَوَفَّى عَلَيْهِ اَلدَّيْنُ, فَيَسْأَلُ: هَلْ تَرَكَ لِدَيْنِهِ مِنْ قَضَاءٍ? فَإِنْ حُدِّثَ أَنَّهُ تَرَكَ وَفَاءً صَلَّى عَلَيْهِ, وَإِلَّا قَالَ: صَلُّوا عَلَى صَاحِبِكُمْ  
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bila didatangkan kepada beliau orang meninggal yang menanggung hutang, beliau bertanya : Apakah ia meninggalkan sesuatu untuk melunasi hutangnya ?. Jika dikatakan bahwa ia meninggalkan sesuatu untuk melunasi hutangnya, beliau menyolatkannya. Jika tidak, beliau bersabda : Sholatlah atas temanmu ini  [Muttafaq Alaihi]
4.       Terhalang masuk aljannah
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ أَنَّهُ سَمِعَهُ يُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَامَ فِيهِمْ فَذَكَرَ لَهُمْ أَنَّ الْجِهَادَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْإِيمَانَ بِاللَّهِ أَفْضَلُ الْأَعْمَالِ فَقَامَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ قُتِلْتُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ تُكَفَّرُ عَنِّي خَطَايَايَ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعَمْ إِنْ قُتِلْتَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأَنْتَ صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٍ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ قُلْتَ قَالَ أَرَأَيْتَ إِنْ قُتِلْتُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَتُكَفَّرُ عَنِّي خَطَايَايَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعَمْ وَأَنْتَ صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٍ إِلَّا الدَّيْنَ فَإِنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَام قَالَ لِي ذَلِكَ
Dari Abu Qatadah bahwa dia mendengarnya menceritakan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa suatu ketika beliau berdiri di tengah-tengah para sahabat, lalu beliau bersabda : Sesungguhnya jihad fi sabilillah serta iman kepada Allah, adalah amalan yang paling utama. Maka seorang laki-laki berdiri seraya bertanya, Wahai Rasulullah, bagaimana jika saya terbunuh dalam jihad fi sabilillah, apakah dosa-dosaku akan terampuni ? Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab : Ya, jika kamu terbunuh di jalan Allah, sabar dan mengharap pahala, maju ke depan dan tidak lari ke belakang. Kemudian beliau bertanya : Apa yang kamu tanyakan tadi ? dia mengulangi pertanyaannya, Bagaimana jika saya terbunuh dalam jihad fi sabilillah, apakah dosa-dosaku akan terampuni ? beliau menjawab : Ya, jika kamu sabar dan mengharap pahala, maju ke depan dan tidak lari ke belakang kecuali urusan hutang. Begitulah Jibril mengatakannya kepadaku [HR Bukhori, Muslim, Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi dan Nasa’i]