عَنْ أبِى سعيْدٍ الْخُذْريّ سَمِعْتُ رسوْل الله
صلّى الله علَيْه وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَنْ رَأى مِنْكُمْ مُنْكَرًا
فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَالِكَ أضْعَفُ الإِيْمَانِ
Dari Abu Said Alkhudzriyyi : Aku mendengar rosululloh
shollallohu alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa melihat kemungkaran, maka
rubahlah dengan tangannya. Barangsiapa yang tidak mampu maka rubahlah dengan
lesannya. Barangsiapa yang tidak mampu maka rubahlah dengan hatinya. Dan itu
adalah selemah-lemah iman [HR Muslim,
Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Nasa’i]
Hadits di atas memberi faedah bahwa kemunkaran bisa dirubah
dengan tiga cara :
1.
Tangan
Maknanya merubahnya dengan perbuatan, misalnya merusak benda,
menumpahkan khomr dan mengembalikan barang rampasan kepada pemiliknya. Cara ini
bisa dilakukan oleh penguasa atau orang yang memiliki kekuatan lebih dari
pelaku kemungkaran
2.
Lesan
Maknanya merubahnya dengan ucapan, membacakan ayat yang
berisi siksa dan memberi nasehat dan ancaman. Biasanya para ustadz yang
melakukan metode ini.
3.
Hati
Maknanya tidak meridloi dan mengingkarinya dengan hati. Cara
ini diperuntukkan orang-orang lemah.
Dari ketiga ini, mana yang lebih baik ? Boleh jadi cara
pertama itu yang paling afdhol karena itu menunjukkan pelakunya memiliki kekuatan. Bukankah mu’min yang kuat
lebih baik dan lebih dicintai Alloh daripada mu’min yang lemah ?
Bisa saja cara kedua adalah terbaik, karena nabi shollallohu
alaihi wasallam bersabda :
أفْضَلُ الْجِهَادِ
كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
Sebaik-baik jihad adalah berani
berkata benar di depan penguasa yang jahat
Terlepas dari itu, tiga metode ini pernah dilakukan oleh
rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Dalam riwayat beliau pernah memimpin
para sahabat untuk menghancurkan 360 patung yang ada di masjidil harom pada
fathu Mekah.
Bila kita buka kitab hadits, betapa seringnya kita dapati
beliau menegur dengan lesannya kepada para sahabat yang melakukan kesalahan.
Sementara dengan hati, beliau lakukan ketika melihat keluarga Yasir disiksa
oleh kaum kafir quraisy yang menyebabkan ibu Amar bin Yasir syahid. Ternyata
beliau tidak datang untuk memberi pembelaan karena saat itu beliau tidak
memiliki kemampuan selain berdoa :
صَبْرًا الَ يَاسِرٍ فَإِنَّ
مَوْعِدَكُمُ الْجَنَّةُ
Bersabarlah wahai keluarga Yasir,
sesungguhnya janji yang sudah disediakan buat kalian adalah aljannah
Maroji’ :
Tuhfatul Ahwadzi, Al Imam Alhafidz Abul ‘Ula Muhammad
Abdurrohman ibn Aburrohim Almubarokfuri 6/22