(Sujud Dalam Timbangan Aqidah 14)
Pada suatu hari, Yusuf berkonsultasi kepada ayahandanya
perihal mimpi yang dia lihat :
يَا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ
رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ
Wahai ayahku, Sesungguhnya aku
bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan kulihat semuanya sujud
kepadaku [yusuf : 4]
Ibnu Katsir menyebut bahwa yang dimaksud dengan 11 bintang
adalah saudara-saudara Yusuf, adapun matahari dan rembulan adalah bapak dan
ibunya.
Mendengar penuturan sang buah hati, Ya’qub memberinya nasehat
:
يَا بُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا
لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada
saudara-saudaramu, Maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu.
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia [yusuf : 5]
Syaikh Abu Bakar Aljazairi menyebut bahwa 30 tahun kemudian mimpi
Yusuf akhirnya terwujud sesuai yang diimpikan oleh Yusuf. Tentang sujudnya
mereka, Alloh berfirman :
وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ
وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا وَقَالَ يَا أَبَتِ هَذَا تَأْوِيلُ رُؤْيَايَ مِنْ
قَبْلُ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّي حَقًّا وَقَدْ أَحْسَنَ بِي إِذْ أَخْرَجَنِي مِنَ
السِّجْنِ وَجَاءَ بِكُمْ مِنَ الْبَدْوِ مِنْ بَعْدِ أَنْ نَزَغَ الشَّيْطَانُ
بَيْنِي وَبَيْنَ إِخْوَتِي إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِمَا يَشَاءُ إِنَّهُ هُوَ
الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
Dan ia menaikkan kedua ibu-bapanya ke atas singgasana. dan
mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. dan berkata Yusuf
: Wahai ayahku Inilah ta'bir mimpiku yang dahulu itu; Sesungguhnya Robku telah
menjadikannya suatu kenyataan. dan Sesungguhnya Robku telah berbuat baik kepadaKu,
ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kamu dari
dusun padang pasir, setelah syaitan merusakkan (hubungan) antaraku dan
saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha lembut terhadap apa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana [yusuf : 100]
Maroji’ :
Tafsir Ibnu Katsir (maktabah syamilah) hal 235