عَنْ مُعَاذَةَ أَنَّ امْرَأَةً
سَأَلَتْ عَائِشَةَ فَقَالَتْ أَتَقْضِى إِحْدَانَا الصَّلاَةَ أَيَّامَ
مَحِيضِهَا فَقَالَتْ عَائِشَةُ أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ قَدْ كَانَتْ إِحْدَانَا
تَحِيضُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ثُمَّ لاَ تُؤْمَرُ
بِقَضَاءٍ.
Dari Muadzah : Bahwa seorang wanita bertanya kepada Aisyah.
Ia berkata : Kenapa seorang diantara kita mengqodlo sholat yang ditinggalkan
selama masa haidh ? Aisyah berkata : Apakah engkau haruriyyah ? Sungguh seorang
diantara kita mengalami haidh pada masa rosululloh shollallohu alaihi wasallam
lalu tidak diperintah untuk mengqodlo sholat [HR Bukhori, Muslim, Ahmad, Nasa’i,
Tirmidzi, Baihaqi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Ibnu Huzaimah dan Baihaqi]
Pada riwayat lain disebutkan : Kita diperintah mengqodlo
shoum dan tidak diperintah mengqodlo sholat
Haruriyyah (1)
Kenapa wanita ini bertanya kepada
Aisyah ?
Si penanya adalah wanita. Oleh karena itu, sangat baik bila
ia menanyakan urusan agama kepada sesama wanita.
Yang kedua, karena Aisyah memiliki kelebihan ilmu. Betapa
banyak sahabat yang menanyakan urusan din sepeninggalan rosululloh shollallohu
alaihi wasallam kepadanya. Bukti dari kedalaman ilmu Aisyah adalah :
Aisyah memiliki keistimewaan dari sisi ilmu. Ibnul Qoyyim
Aljauziyyah membagi para sahabat dalam urusan fatwa menjadi tiga kelompok,
yaitu : Almukats-tsirun (banyak mengeluarkan fatwa), almutawassithun
(pertengahan) dan almuqollilun (sedikit). Aisyah berada dalam pembagian pertama
dimana secara lengkap yang masuk kelompok ini adalah : Umar Bin Khothob, Ali
Bin Abi Tholib, Abdulloh Bin Mas’ud, Aisyah, Zaid Bin Tsabit, Abdulloh Bin
Abbas dan Abdulloh Bin Umar (i’lamul muwaqi’in hal 10)
Tentang kedalaman ilmu yang dimiliki Aisyah, para ulama
mengemukakan pendapatnya :
Abu Musa Al Asy Ari :
ما أشكل علينا أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم
حديث قط فسألنا عائشة إلا وجدنا عنها علما
Tidak ada permasalahan pada kami para sahabat rosululloh
shollallohu alaihi wasallam tentang satu hadits, lalu kami menanyakannya kepada
Aisyah, kecuali kami mendapatkan darinya ilmu (jawaban)
Masruq :
هل كانت عائشة تحسن الفرائض قال رأيت أصحاب محمد
صلى الله عليه وسلم الأكابر يسألونها عن
الفرائض
(ketika ditanya, apakah Aisyah menguasai ilmu faroidl ?). Ia
berkata : Aku melihat para sahabat seniro Muhammad shollallohu alaihi wasallam
bertanya kepadanya tentang faroidl
Azzuhri :
الزهري : لو جمع علم عائشة إلى علم جميع النساء
لكان علم عائشة أفضل
Seandainya ilmu Aisyah dibandingkan dengan ilmu seluruh wanita
maka ilmu Aisyah lebih afdhol
Atho Bin Abi Robah :
كانت عائشة أفقه الناس وأعلم الناس وأحسن الناس
رأيا في العامة
Aisyah adalah manusia paling faqih, paling berilmu dan paling
bagus ro’yunya pada seluruh ilmu secara umum
Imam Dzahabi :
روت عن النبي صلى الله عليه وسلم علما كثيرا طيبا
مباركا فيه –
أفقه نساء الأمة على الإطلاق –
لا أعلم في أمة محمد صلى الله عليه وسلم بل ولا في النساء مطلقا امرأة أعلم منها
Dia meriwayatkan dari nabi shollallohu alaihi wasallam ilmu
yang banyak, thoyyib lagi penuh keberkahan. Ia adalah manusia paling faqih
secara mutlaq. Aku tidak mendapati pada umat Muhammad shollallohu alaihi
wasallam, bahkan tidak pula pada diri wanita secara mutlaq yang lebih alim
darinya
Ibnu Hajar Al Atsqolani :
ومات النبي صلى الله عليه وسلم ولها نحو ثمانية عشر
عاما وقد حفظت عنه شيأ كثيرا وعاشت بعده قريبا من خمسين سنة فأكثر الناس الأخذ
عنها ونقلوا عنها من الأحكام والأداب شيأ كثيرا حتى قيل إن ربع الأحكام الشرعية
منقولة عنها
Nabi shollallohu alaihi wasallam meninggal, sementara usianya
sekitar 18 tahun. Ia telah banyak menghafal dari beliau sesuatu yang banyak. Ia
hidup sesudah itu sekitar 50 tahun. Ia manusia yang paling banyak mengambil
ilmu dari beliau. Ia banyak menukil hukum-hukum dan adab hingga dikatakan
sesungguhnya seperempat hukum-hukum syar’i dinukil darinya
Musa Bin Tholhah :
ما رأيت أحدا أفصح من عائشة
Aku tidak melihat seseorang yang paling fasih dari Aisyah
Abu Salamah Bin Abdurroman :
ما رأيت أحدا أعلم بسنن رسول الله صلى الله عليه
وسلم ولا أفقه في رأي إن احتيج إلى رأيه ولا أعلم باية فيما نزلت ولا فريضة من
عائشة
Aku tidak melihat seseorang yang paling mengetahui
sunnah-sunnah rosululloh dan paling faqih dalam ro’yu bila dibutuhkan ro’yunya
dan tidak ada yang paling alim terhadap ayat saat turun dan ilmu faroidl dari
Aisyah