Tertawa Adalah Bagian Dari Shifat Alloh



Tertawa Dalam Timbangan Aqidah Dan Fiqih (2)

Ahlussunnah waljamaah menetapkan sifat tertawa pada diri Alloh Azza Wajalla. Kendati demikian tertawa Alloh berbeda dengan tertawa makhluqnya sebagaimana Alloh berfirman :

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia [al ikhlas : 4]

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [asy syuro : 11]

Diantara bukti tetapnya sifat ini adalah sabda nabi shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ يَضْحَكُ اللَّهُ إِلَى رَجُلَيْنِ يَقْتُلُ أَحَدُهُمَا الآخَرَ كِلاَهُمَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ  فَقَالُوا كَيْفَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ يُقَاتِلُ هَذَا فِى سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَيُسْتَشْهَدُ ثُمَّ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَى الْقَاتِلِ فَيُسْلِمُ فَيُقَاتِلُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَيُسْتَشْهَدُ  

Dari Abu Huroiroh : Bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Alloh tertawa kepada dua orang dimana keduanya saling bunuh dan keduanya masuk aljannah. Mereka berkata : Bagaimana itu bisa terjadi wahai rosululloh ? Beliau bersabda : Orang pertama berperang fisabilillah Azza Wajalla lalu mendapat kesyahidan. Setelah itu Alloh menerima taubat si pembunuh. Ia masuk islam dan selanjutnya berperang fi sabilillah Azza Wajalla hingga mendapat kesyahidan [HR Bukhori, Muslim, Malik dan Nasa’i]

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ثَلاَثَةٌ يَضْحَكُ اللَّهُ إِلَيْهِمُ الرَّجُلُ يَقُومُ مِنَ اللَّيْلِ وَالْقَوْمُ إِذَا صَفُّوا لِلْقِتَالِ وَإِذَا صَفُّوا لِلصَّلاَةِ  

Dari Abu Sa’id Alkhudzriyyi berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Tiga kelompok yang Alloh akan tertawa kepada mereka, yaitu : Seorang yang menunaikan sholat malam, kaum yang menyusun shof untuk berperang dan kaum yang menyusun shof untuk sholat [HR Ahmad]

Pada riwayat Jabir Bin Abdulloh disebutkan bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda tentang pertemuan Alloh dengan hambaNya pada hari kiamat :

فَتُدْعَى الأُمَمُ بِأَوْثَانِهَا وَمَا كَانَتْ تَعْبُدُ الأَوَّلَ فَالأَوَّلَ ثُمَّ يَأْتِينَا رَبُّنَا بَعْدَ ذَلِكَ فَيَقُولُ مَنْ تَنْتَظِرُونَ فَيَقُولُونَ نَنْتَظِرُ رَبَّنَا عَزَّ وَجَلَّ. فَيَقُولُ أَنَا رَبُّكُمْ. يَقُولُونَ حَتَّى نَنْظُرَ إِلَيْكَ فَيَتَجَلَّى لَهُمْ يَضْحَكُ

Semua umat dipanggil bersama berhala yang pernah disembah oleh kaum terdahulu dan kaum selanjutnya. Selanjutnya datanglah Rob kita sesudah itu seraya berfirman : Siapa yang kalian tunggu ? Mereka (orang beriman) berkata : Kami menunggu Rob kami Azza Wajalla. Alloh berfirman : Aku adalah Rob kalian. Mereka berkata : Hingga kami melihatMu. Allohpun menampakkan dirinya kepada mereka dalam keadaan tertawa [HR Ahmad]

Ibnu Mas’ud meriwayatkan tentang kisah orang yang paling banyak dosanya dan paling sedikit pahalanya sehingga ia dikeluarkan terakhir kalinya dari neraka selanjutnya masuk ke dalam aljannah. Saat keluar dari neraka, wajahnya masih mengarah ke neraka hingga iapun meminta kepada kepada Alloh seraya berkata :

أَىْ رَبِّ اصْرِفْ وَجْهِى عَنِ النَّارِ فَإِنَّهُ قَدْ قَشَبَنِى رِيحُهَا وَأَحْرَقَنِى ذَكَاؤُهَا

Wahai Robku, palingkan wajahku dari neraka karena aromanya telah meracuniku dan panasnya telah membakarku

Alloh mengabulkan permintaannya. Setelah itu ia melihat pohon rindang dan air gemericik di bawahnya. Ia berkata :

أَىْ رَبِّ أَدْنِنِى مِنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ فَلأَسْتَظِلَّ بِظِلِّهَا وَأَشْرَبَ مِنْ مَائِهَا

Wahai Robku, dekatkan aku dengan pohon itu agar aku bisa bernaung di bawahnya dan meminum airnya

Alloh kembali mengabulkan permintaannya dengan syarat ia tidak meminta apapun sesudah itu. Orang itupun berjanji untuk tidak mengingkarinya.

Akhirnya orang ini bahagia dengan rindangnya pohon dan segarnya air. Tiba-tiba terlihat pohon yang lebih indah dan air yang lebih memancar. Orang itu meminta kepada Alloh agar didekatkan dengan pohon dan air kedua yang lebih indah. Alloh berfirman :

يَا ابْنَ آدَمَ أَلَمْ تُعَاهِدْنِى أَنْ لاَ تَسْأَلَنِى غَيْرَهَا

Wahai anak Adam, bukankah Aku telah mengambil janji kepadamu untuk tidak meminta kepadaKu selain itu ?

Orang itu terus memohon kepada Alloh hingga Alloh mengabulkan permintaannya dengan syarat tidak meminta apapun sesudah itu. Rupanya ketika orang itu sudah berada di pohon kedua, ia melihat pohon ketiga yang lebih indah. Lagi-lagi ia meminta dan Alloh menagih janjinya hingga Alloh kembali mengabulkan permintaannya.

Ketika orang itu berada di pohon ketiga, ia melihat keindahan aljannah. Ia berkata :

أَىْ رَبِّ قَدِّمْنِى إِلَى بَابِ الْجَنَّةِ

Wahai Robku dekatkan aku ke depan pintu aljannah

Alloh berfirman :

أَلَيْسَ قَدْ أَعْطَيْتَ عُهُودَكَ وَمَوَاثِيقَكَ لاَ تَسْأَلُنِى غَيْرَ الَّذِى أَعْطَيْتُكَ وَيْلَكَ يَا ابْنَ آدَمَ مَا أَغْدَرَكَ

Bukankah aku telah mengambil janji dan sumpah kepadamu dimana engkau tidak akan meminta kepadaKu selain yang telah engkau pinta ?! Engkau terlalu wahai anak Adam, berapa kali engkau mengingkari janjimu

Kendati demikian, Alloh tetap mengabulkan permintaannya. Ketika sudah berada di depan pintu aljannah, ia mendapati indahnya aljannah dan kebahagian penghuninya. Dengan penuh harap, ia meminta kepada Alloh :

أَىْ رَبِّ أَدْخِلْنِى الْجَنَّةَ.

Wahai Robku masukkan aku ke dalam aljannah

Orang itu terus mengulang-ulang permintaannya hingga nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :

فَلاَ يَزَالُ يَدْعُو اللَّهَ حَتَّى يَضْحَكَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى مِنْهُ

Ia terus memohon kepada Alloh hingga Alloh Tabaroka Wata’ala tertawa kepadanya

Selanjutnya Alloh memerintahkan kepada orang itu untuk membayangkan terlebih dahulu tentang alajannah yang akan ia tempati. Ketika orang itu selesai dari lamunannya, Alloh memerintahkan lagi untuk membayangkan apa yang akan ia dapati. Beberapa kali Alloh mengulang perintahnya hingga ia benar-benar dipersilahkan untuk memasukinya. Rupanya keindahan yang ia dapati sepuluh kali lipat dibanding dengan apa yang sudah ia angankan. Orang itu bingung bercampur bahagia dan berkata :

يَا رَبِّ أَتَسْتَهْزِئُ مِنِّى وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Wahai Robku, apakah engkau menghinaku padahal Engkau adalah Rob semesta alam ?

Ia mengucapkan kalimat itu karena sadar betapa besar dosa dan betapa sedikitnya ketaatan yang ia lakukan di dunia sementara ia mendapat balasan yang begitu besar.

Di ujung kisah, rosululloh shollallohu alaihi wasallampun tertawa yang diikuti oleh Abdulloh Bin Mas’ud yang membuat Ibnu Mas’ud bertanya kepada beliau :

مِمَّ تَضْحَكُ يَا رَسُولَ اللَّهِ

Kenapa engkau tertawa wahai rosululloh ?

Beliau bersabda :

مِنْ ضِحْكِ رَبِّ الْعَالَمِينَ حِينَ قَالَ أَتَسْتَهْزِئُ مِنِّى وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ فَيَقُولُ إِنِّى لاَ أَسْتَهْزِئُ مِنْكَ وَلَكِنِّى عَلَى مَا أَشَاءُ قَادِرٌ

Aku tertawa karena tertawanya Robbbul ‘alamin ketika mendengar orang itu berkata “ Apakah Engkau menghinaku sementara Engkau adalah Robbul’alamin “ Selanjutnya Alloh berfirman : Aku tidak menghinamu, akan tetapi apa yang Aku kehendaki, Aku mampu melakukannya.

Dalam riwayat lainnya, disebutkan bahwa ada seorang musafir tiba di kota Madinah dalam keadaan lapar. Nabi shollallohu alaihi wasallam hendak menjamunya, akan tetapi ketika bertanya kepada istri-istrinya, semua menjawab :

مَا مَعَنَا إِلاَّ الْمَاءُ

Tidak ada pada kami selain air

Akhirnya rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda di hadapan para sahabat :

مَنْ يُضيفُ هَذَا اللَّيْلَةَ ؟

Siapa yang siap menjamu orang ini malam ini ?

Tiba-tiba seorang anshor berkata “ Saya ! “ Si musafir diajaknya ke rumahnya. Kepada istrinya, ia berkata :

أَكْرِمِى ضَيْفَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم

Muliakanlah tamu rosululloh shollallohu alaihi wasallam

Istrinya berkata :

مَا عِنْدَنَا إِلاَّ قُوتُ صِبْيَانِى

Tidak ada pada kita selain makanan untuk anak-anakku

Mendengar jawaban itu, ia berkata :

فَقَالَ هَيِّئِى طَعَامَكِ ، وَأَصْبِحِى سِرَاجَكِ ، وَنَوِّمِى صِبْيَانَكِ إِذَا أَرَادُوا عَشَاءً

Siapkan makanan, nyalakan lampu dan tidurkan anak-anakmu bila mereka minta makan

Sang istri segera mengerjakan titah suaminya. Tiba-tiba lampu dimatikan dan makanan dihidangkan. Satu piring berisi makanan diberikan tamu dan piring kedua kosong diambil si tuan rumah. Dengan lahap, si tamu makan sementara tuan rumah pura-pura makan.

Keesokan harinya, rosululloh shollallohualaihi wasallam bersabda kepada anshor yang begitu ikhlas berkorban bagi tamunya :

ضَحِكَ اللَّهُ اللَّيْلَةَ أَوْ عَجِبَ مِنْ فَعَالِكُمَا

Alloh tertawa tadi malam atau ta’jub terhadap apa yang kalian berdua lakukan.

Setelah itu turunlah firman Alloh :

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung [alhasyr : 9]

Inilah beberapa dalil akan tetapnya sifat tertawa pada diri Alloh. Tentang hal ini, Syaikh Kholil Alharros mengingatkan bahwa tertawa yang ada pada diri Alloh adalah sesuai hakekatnya dan tidak boleh dipalingkan dengan makna lain. Bila dipalingkan dari maknanya, beliau berkata :

فَهُوَ نَفْيٌ لِمَا أَثْبَتَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِرَبِّهِ ، فَلَا يُلْتَفَتُ إِلَيْهِ

Itu berarti telah menafikan apa yang telah ditetapkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam bagi Robnya. Oleh karena itu jangan berpaling dari hal itu.

Bila tertawa adalah bagian dari sifat Alloh sementara kita juga memiliki sifat itu, maka Alloh lebih mulia tertawanya dibanding kita. Demikianlah rosululloh shollallohu alaihi wasallam menerangkannya :

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُنْشِئُ السَّحَابَ فَيَنْطِقُ أَحْسَنَ الْمَنْطِقِ وَيَضْحَكُ أَحْسَنَ الضَّحِكِ  

Sesungguhnya Alloh Azza Wajalla yang mengadakan awan lalu berbicara dengan sebaik-baik pembicaraan dan tertawa dengan sebaik-baik tertawa [HR Ahmad]

Maroji’ :

Syarh Aqidah Washithiyyah, Syaikh Kholil Alharros 1/213