Aturan memberi nama kepada anak
Nama yang kita berikan kepada anak akan dibawa hingga akhirat
إنَّكُمْ تُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَسْمَاءِكُمْ وَأسْمَاءِ أبَائِكُمْ فَأَحْسِنُوْا أسْمَاءَكُمْ رواه أبو داود
Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan namamu dan nama bapakmu, oleh karena itu maka perbaguskanlah nama-nama kalian [HR Abu Daud]
Nama adalah doa
سَأَلَ عمر ابن الخطّاب رضى الله عنهرَجُلاً عَنْ اسْمِهِ فَقَالَ جَمْرَة فَقَالَ وَاسْمُ أبِيْكَ ؟ قَالَ شِهَابٌ قَالَ مِمَّنْ ؟ قَالَ مِنَ الْحُرَقَةِ قَالَ فَمَنْزِلُكَ ؟ قَالَ بِحَرَّةِ النَّارِ قَالَ فَأَيْنَ مَسْكَنُكَ ؟ قَالَ بِذَاتِ لَظَى قَالَ اذْهَبْ فَقَدْ احْتَرقَ مَسْكَنُكَ فَذَهَبَ فَوَجَدَ الأَمْرَ كَذَالِكَ
Umar bin Khothob bertanya kepada seorang lelaki tentang namanya, ia menjawab : Jamroh (bara api). Umar bertanya : siapa nama bapakmu ? ia menjawab : Syihab (meteor). Umar bertanya : dari siapa ? ia menjawab : dari Huroqoh (kebakaran). Umar bertanya : di mana desamu ? ia menjawab : harrotunnar (panasnya api). Umar bertanya : di mana rumahmu ? ia menjawab : Dzatu ladzo (yang menyala-nyala). Maka umarpun berkata : segeralah engkau pulang karena rumahmu sekarang sudah terbakar ! Begitu ia pulang ternyata rumahnya sudah hangus musnah di telah api sebagaimana yang diceritakan oleh Umar bin Khothob
Pemberian nama dilakukan pada hari ketujuh
عن سمرة رضى الله عنه أنّ رسول الله صلى الله عليه وسلم قال كُلُّ غُلاَمٍ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيْقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ وَيُحْلَقُ وَيُسَمَّى رواه أحمد
Dari Samuroh rodliyallohu anhu bahwasanya rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : setiap bayi tergadaikan dengan aqiqohnya, oleh karena itu pada hari ke tujuh disembelih kambing, diberi nama dan dicukur rambutnya [HR Ahmad]
Kriteria nama bagi anak adalah :
1. Dianjurkan dengan nama-nama para nabi
تَسَمُّوْا بِاسْمِيْ وَلاَ تَكَنُّوْا بِكُنْيَتِيْ
Berikan nama dengan namaku akan tetapi jangan memberikan kun-yah dengan kun-yahku [HR Muslim]
عن المغيرة بن شعبو رضى الله عنه قال لَمَّا قَدِمْتُ نَجْرَانَ سَأَلُوْنِى فَقَالُوْا إنَّكُمْ تَقْرَأوْنَ يَا أخْتَ هرون وموسى قَبْلِى عيسى بِكَذَا وَكَذَا فَلَمَّا قَدِمْتُ عَلَى رسول الله صلى الله عليه وسلم سَأَلْتُهُ عَنْ ذَالِكَ فَقَالَ إنَّهُمْ كَانُوْا يُسَمُّوْنَ بِأَنْبِيَاءِهِمْ وَالصَّالِحِيْنَ قَبْلَهُمْ رواه مسلم
Dari Mughiroh bin Syu’bah rodliyallohu anhu berkata : tatkala aku tiba di Najron mereka bertanya kepadaku : sesungguhnya kalian umat islam membaca ayat yang ada bacaannya wahai saudari Harun dan Musa, sebelumku Isa dengan begini dan begitu. Maka ketika aku menjumpai rosululloh shollallohu alaihi wasallam beliau bersabda : sesungguhnya mereka biasa memberikan nama dengan nama-nama para nabi dan orang-orang sholih sebelum mereka [HR Muslim]
2. Dianjurkan nama bernilai taabbudi (penghambaan) seperti Abdulloh, Abdurrohman dan lainnya
عن ابن عمر قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إنَّ أحَبَّ أسْمَاءِكُمْ إلَى الله عبد الله وعبد الرّحمن رواه مسلم
Dari ibnu Umar rodliyallohu anhu bersabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam : sesungguhnya nama yang paling dicintai oleh Alloh untukmu adalah Abdulloh dan Abdurrohman [HR Muslim]
3. Menghindarkan diri dengan penamaan yang mengundang kemurkaan Alloh
عن أبى هريرة رضى الله عنه أنّ رسول الله صلى الله عليه وسلم قال إنَّ أخْنَعَ اسْمٍ عِنْدَ الله رَجُلٌ تَسَمّى مَلِكَ الأَمْلاَكِ لاَ مَالِكَ إلاَّ الله رواه بخارى مسلم
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu bahwasanya rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : sesungguhnya seburuk-buruk nama di sisi Alloh adalah seorang yang diberi nama raja di raja padahal tidak ada raja selain Alloh [HR Bukhori Muslim]
4. Menghindarkan diri dari penamaan yang dilarang oleh nabi shollallohu alaihi wasallam :
عن سمرة بن جندب رضى الله عنه قال رسول الله صلى الله عليه وسلم وَلاَ تُسَمِّ غُلاَمَكَ رَبَاحًا وَلاَ يَسَارًا وَلاَ أفْلَحُ وَلاَ نَافِعًا رواه مسلم
Dari Samuroh bin Jundab rodliyallohu anhu bersabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam : janganlah engkau namakan anakmu dengan Robah (orang yang beruntung), Yasar (mudah), Aflah (paling beruntung) dan Nafi’ (orang yang memberi manfaat) [HR Muslim]
5. Menghindarkan diri dari penamaan yang tidak pantas secara syar’i
Seperti memberi nama kepada anak kita dengan nama-nama malaikat sebagaimana yang disampaikan oleh Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin : dimakruhkan pemberian nama bagi anak dengan nama-nama malaikat seperti Jibril, Mikail dan Isrofil.
Sementara Syaikh Bakr Abu Zaid berkata : penamaan bagi anak wanita dengan nama malaikat adalah haram karena yang demikian merupakan sikap meniru orang-orang musyrik dimana mereka meyakini bahwa malaikat adalah putri-putri Alloh.
Imam Nawawi berkata : sebagian ulama memakruhkan penamaan dengan nama-nama malaikat sebagaimana yang dikatakan Alharits bin Miskin. Sementara imam Malik memakruhkan penamaan jibril dan Yasin.
Termasuk memberikan nama bagi anak dengan nama-nama alquran sebagaimana yang disampaikan Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin : tidak diperbolehkan memberi nama dengan nama-nama alquran karena nama-nama alquran sangat agung sehingga tidak pantas untuk diberikan kepada anak-anak kita. Seperti Furqon dan bayan.
Termasuk memberi nama dengan nama-nama orang kafir seperti Firaun atau nama-nama setan seperti iblis dan lainnya
6. Menghindarkan diri penamaan yang mengandung tazkiyyah (rekomendasi/penyematan)
عن محمد بن عمرو بن عطاء قال سَمَّيْتُ ابْنَتَىّ بَرَّة فَقُلْتُ لِزَيْنَبَ بنت أبى سلمة أنّ رسول الله صلى الله عليه وسلم نَهَى عَنْ هذَا الإسْمِ وَسَمَّيْتَ بَرَّة فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم لاَ تُزَكُّوْا أنْفُسَكُمْ وَالله أعْلَمُ بِأَهْلِ البَرَّة مِنْكُمْ فَقَالُوْا بِمَا نُسَمِّيْهَا ؟ قال سَمُّوْهُ زَيْنَبَ رواه مسلم
Dari Muhammad bin Amru bin Atho’ berkata : puteriku diberi nama dengan Barroh (orang yang bersih dari dosa) maka aku berkata kepada Zainab bin Abi Salamah bahwasanya rosulalloh shollallohu alaihi wasallam melarang nama ini, sementara engkau menamakannya Barroh padahal rosululloh shollallohu alaihi wasallam pernah bersabda : janganlah memberi tazkiyyah buat kalian karena Alloh lebih tahu siapa orang yang bersih dari dosanya di antara kalian. Mereka bertanya : lalu dengan apa kami akan memberikan nama buatnya ? ia berkata : berikan nama buatnya Zainab [HR Muslim]
Hukum merubah nama
Hal ini diperbolehkan manakala nama-nama tersebut secara syar’i bermasalah bahkan rosululloh shollallohu alaihi wasallam beberapa kali merubah nama para sahabat. Di antaranya ketika beliau mendengar seorang sahabat memiliki kun-yah Abu Hakam (bapak Maha Adil) maka rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :
إنَّ الله هُوَ الْحَكَمُ وَإلَيْهِ الْحُكْمُ فَقَالَ إنَّ قَوْمِى إذَا اخْتَلَفُوْا فِى شَيْئٍ أتَوْنِى فَحَكَمْتُ بَيْنَهُمْ فَرَضِيَ كِلاَ الْفَرِيْقَيْنِ فَقَالَ مَا أحْسَنَ هذَا فَمَا لَكَ مِنَ الْوَلَدِ ؟ قُلْتُ شُرَيْحٌ وَمُسْلِمٌ وَعَبْدُ الله قَالَ فَمَنْ أكْبَرُهُمْ ؟ قُلْتُ شُرَيْحٌ فَقَالَ فَأَنْتَ أبُوْ شُرَيْحٍ رواه أبو داود
Sesungguhnya yang berhak disebut Hakam (Maha Adil) hanyalah Alloh bukan engkau, karena semua hukum kembalinya kepada Alloh. Ia berkata : sungguh bila kaumku berselisih dalam suatu perkara mereka datang kepadaku lalu aku memberikan keputusan kepada mereka hingga kedua belah fihak sama-sama menerimanya. Beliau bersabda : alangkah baiknya apa yang engkau lakukan, apakah engkau punya anak ? ia menjawab : benar, yaitu Syuraih, Muslim dan Abdulloh. Beliau bertanya lagi : siapa yang tertua di antara mereka ? ia menjawab : Syuraih. Beliau bersabda : kalau begitu sekarang kun-yahmu adalah Abu Syuraih [HR Abu Daud]
Termasuk beliau merubah nama Barroh dengan Zainab dan Ashiyah dengan Jamilah :
عن ابن عمر رضى الله عنه أنّ رسول الله صلى الله عليه وسلم غَيَّرَ اسْمَ عَاصِية وَقَالَ أنْتِ جَمِيْلَةٌ رواه مسلم
Dari ibnu Umar rodliyallohu anhu bahwasanya rosululloh shollallohu alaihi wasallam merubah nama ‘Ashiyah (si ahli maksiyat) seraya bersabda : engkau Jamilah (si cantik) [HR Muslim]
عن ابن عبّاس رضى الله عنه قَالَ كَانَتْ جُوَيْرِيَّة اسْمَهَا بَرَّة فَحَوَّلَ رسول الله صلى الله عليه وسلم اسْمَهَا جُوَيْرِيَّة رواه مسلم
Dari ibnu Abbas rodliyallohu anhu berkata : Juwairiyyah dulu namanya adalah Barroh (orang yang bersih dari dosa) lalu rosululloh shollallohu alaihi wasallam merubah namanya dengan Juwairiyyah [HR Muslim]
Maroji’ :
Syarhul mumthi’, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin, 7/544
Almanaahi Allafdziyyah, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin hal 46
Tasmiyatul maulud, Syaikh Bakr Abu Zaid hal 75
Syarh shohih Muslim, imam Nawawi 14/124
Zadul Ma’ad, ibnu Qoyyim Aljauziyyah 2/3-7